[LN] Saijou no Osewa Jilid 4 Bab 4 Bahasa Indonesia

Bab 4 — Laut, Ojou-Sama, Dan Teman Masa Kecil

 

Keesokan paginya.

Saat aku sedang sarapan di ruang makan hotel seperti biasa, ada sesosok tubuh kecil yang mendekatiku dari kejauhan.

“Selamat pagi, Itsuki!”

Dia meletakkan tangannya di bahu kananku.

Ketika aku berbalik, teman masa kecilku, Yuri, sedang berada di sana.

Hinako dan teman-temannya juga memberi salam kepada Yuri. Aku juga mengucapkan “selamat pagi” secara singkat sebelum menatap wajah Yuri.

“Kamu kelihatannya sangat bersemangat. Apa terjadi sesuatu?”

“Tidak ada spesial sih? Hanya saja, aku merasa kamu tidak bisa diabaikan begitu saja.”

“Apa-apaan itu maksudnya?”

Saat aku bingung dengan maksudnya, aku melihat bahwa Tennouji-san dan Narika yang duduk di depanku sedikit tersipu.

Beberapa hari ini, aku merasa Yuri melakukan sesuatu dengan diam-diam. Aku tidak berpikir dia akan menyusahkan orang lain, tapi mungkin dia telah berbicara dengan Tennouji-san dan yang lainnya.

“Oh, ngomong-ngomong, salad itu aku yang membuatnya, jadi makanlah dengan sopan ya. Meskipun sebenarnya aku hanya memotong-motong sedikit saja, sih.”

"Baiklah, baiklah."

Aku memberikan respon sembari mengangguk kepada Yuri yang menunjuk piring.

Namun, saat itu, aku merasakan ada sesuatu yang aneh.

“...Yuri?”

“Apa?”

“Bukannya kamu terlalu memaksakan dirimu?”

Ada jeda sejenak sebelum dia menjawab.

“Hah? Aku tidak terlalu memaksakan diri atau semacamnya, kok.”

Aku tidak bisa membaca kebenaran dibalik kata-katanya, tapi aku tahu kalau Yuri biasanya bertingkah keras kepala di saat seperti ini, dan jarang mengubah sikapnya.

Aku hanya bisa mempercayai kata-kata itu sekarang. Setelah berpikir begitu, aku menganggukkan kepalaku.

“Memangnya kamu punya waktu untuk mengkhawatirkan masalah orang lain? Hari ini kamu ada ujian, ‘kan?”

“Uh... ya, benar.”

Persis seperti yang dia katakan. Hari ini ada ujian kursus musim panas. Kecuali pada hari pertama, aku sudah melakukan persiapan dan peninjauan yang baik sehingga aku dapat mengikuti pelajaran, tetapi aku tidak tahu seberapa banyak nilai yang bisa aku dapatkan.

Sejujurnya, aku tidak terlalu percaya diri.

“Memangnya itu sesuatu yang membuatmu begitu gugup?”

“Tidak... jika aku mendapatkan nilai jelek, aku akan diajari belajar dengan keras oleh Shizune-san sampai akhir liburan musim panas.....”

“Saat kamu bilang Shizune-san, maksdumu tentang pelayan itu kan? Bukannya itu enak. Anak cowok pasti senang diajar oleh wanita secantik itu, bukan?”

“Kamu sih bisa mengatakannya dengan enteng karena tidak tahu seberapa mengerikannya dia mengajar...”

Ketika aku mengatakan hal itu dengan serius, Yuri mengangguk dengan sedikit terkejut.

“Apa Konohana-san dan yang lainnya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian?”

“Ya bisa dibilang begitu, aku sudah melakukan persiapan seperti biasa.”

Hinako menjawab pertanyaan Yuri sambil menyesap teh Assam. Aku juga sering minum teh Assam selama kursus musim panas karena aku mendengar bahwa itu mengandung kafein.

“Konohana Hinako. Ngomong-ngomong, aku sudah mempersiapkan diri lebih dari sebelumnya.”

“Tennouji-san memang sangat rajin ya.”

“Eh, ya. Aku selalu berusaha menjadi orang yang rajin... bukan itu! Kali ini ayo tentukan siapa pemenang di antara kita!”

“Tolong jangan terlalu kasar, ya.”

Baru-baru ini, sepertinya Hinako mulai memahami cara menangani Tennoji-san. Dengan kata lain, bisa juga diartikan kalau dia sudah smemahami Tennoji-san. Lebih tepatnya, bukan karena Hinako, tetapi karena perubahan Tennoji-san sendiri. Tennoji-san yang sekarang menghormati bukan hanya nama keluarganya tapi juga keinginannya sendiri, dan semakin terlihat ramah.

 

“Apa Narika sudah mempersiapkannya dengna baik juga?”

“Aku sih sudah menyerah. Bahkagn setelah kursus musim panas berakhir, ada rencana untuk datangnya guru privat ke rumah.”

Narika berkata dengan tatapan mata yang kosong seperti ikan mati.

Aku juga hampir mencapai tahap itu, jadi aku tidak bisa menganggapnya sebagai urusan orang lain.

“Yah, tidak ada gunannya buat mengeluh sekarang, jadi tetaplah semangat dan berjuanglah. Jika kamu mendpat nilai jelek, aku akan membuatkan set hamburger lagi untukmu.”

“... Benar juga.”

Persis seperti yang dikatakan Yuri. Jika sudah sampai di sini, tidak ada pilihan selain bersiap-siap.

“Aku minta set hamburger, ya.”

“Jangan menyerah begitu saja, dong.”

Yuri menepak ringan kepalaku.

... Sepertinya, dia sudah kembali seperti biasa.

Karena dia terlalu memaksakan diri beberapa waktu lalu, mungkin aku terlalu khawatir.

“Oh ya, semuanya. Apa rencana kalian untuk hari libur besok?”

Setelah meminum sup, Tennouji-san melihat sekilas ke wajah kami dan bertanya.

Kursus musim panas berakhir setelah ujian hari ini. Proses penilaian butuh waktu sehari, jadi besok adalah hari libur. Pengumuman hasil ujian dijadwalkan pada lusa nanti.

“Aku belum memutuskan apa-apa.”

“Aku juga.”

Narika setuju denganku, yang belum membuat rencana apa pun.

“Aku juga belum memutuskan... tapi, alangkah baiknya jika kita memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi berlibur ke suatu tempat. Kita bisa menikmati waktu luang ini tanpa memikirkan pelajaran sejenak.”

Aku sepenuhnya setuju dengan pendapat itu.

Lagipula, sekarang adalah liburan musim panas. Setelah fokus belajar sepanjang waktu, tidak ada salahnya memiliki sedikit acara hiburan.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke pantai?” ucap Hinako.

Pergi ke pantai? Saat kami memiringkan kepala, Hinako melanjutkan..

“Kalau berkendara sekitar dua jam dari sini, kita bisa pergi ke pantai di pesisir Laut Jepang. Karena itu bukan pantai pribadi, jadi pasti ada orang lain di sekitar...”

“Kedengaranya bagus sekali. Jika membayangkan musim panas, pasti tentang laut. Aku akan bergabung denganmu!”

“A-Aku juga ingin sekali ikut bersamamu!”

Tennouji-san dan Narika langsung setuju.

Materi kursus musim panas begitu sulit sehingga aku sepenuhnya melupakannya, tapi aku ingat bahwa kami membicarakan tentang pantai di dalam mobil sampai kami tiba di Karuizawa.

Meski demikian, aku masih terkejut.

(Jarang-jarang bagi Hinako untuk mengajak semua orang...).

Terlebih lagi, jarang sekali bagi Hinako untuk mengatur suatu acara.

Dia bisa berhenti berpura-pura jika tidak ada orang yang melihatnya. Aku berpikir, dengan hari libur yang berharga ini, dia mungkin ingin menghabiskan waktu di kamar hotel dengan santai....

“Te-Teman-teman dan pantai...! Ah, acara yang kudambakan dalam mimpi...!”

Narika hampir menangis karena terlalu bersemangat.

“Ah!? Ta-Tapi aku tidak membawa baju renang!”

“Kurasa itu tidak masalah jika kamu membelinya di sepanjang jalan. Tepat di dekat pantai, ada toko grup Konohana, jadi mari kita singgah di sana dulu sebelum pergi ke pantai.”

“Ah, begitu. Ada benarnya juga ya.”

Aku juga tidak membawa baju renang, jadi aku harus membelinya.

“Ah, uhmm... apa itu berarti aku boleh ikut juga?”

Yuri bertanya sambil mengangkat tangannya dengan takut-takut.

Hinako tersenyum manis dan mengangguk.

“Tentu saja.”

“Syu-Syukurlah... Karena sejak kata ‘pantai pribadi’ muncul, kupikir orang biasa sepertiku tidak diundang.”

“Sebenarnya, jika waktunya tepat, aku akan mengundangmu ke pantai pribadi.”

“Oh, wow... Mempunyai teman Ojou-sama memang beda level, ya...”

Yuri secara berlebihan meletakkan tangannya di dadanya dengan gembira.

“Tapi Yuri, apa kamu baik-baik saja dengan pekerjaan sambilanmu?”

“Iya. Kebetulan besok aku libur.”

“Aku pikir kamu akan sibuk, tapi ternyata kamu beristirahat dengan baik.”

“Pada awalnya, aku juga berencana menghabiskan waktu untuk mempelajari masakan, jadi jadwal kerjaku agak longgar. Selain itu, pekerjaan di dapur membutuhkan tenaga fisik, jadi liburanku diberikan dengan cukup baik.”

Karena sering mengunjungi rumah Yuri, aku tahu bahwa tugas di dapur membutuhkan kerja keras yang luar biasa.

Di dapur hotel mewah seperti ini, pekerjaan yang sembarangan tidak boleh terjadi. Agar staf dapur bisa fokus, istirahat mereka diatur dengan baik.

“Kurasa mungkin sudah saatnya aku pergi ke kelas,” kata Tennoji-san setelah memeriksa jam.

“Semoga sukses dalam ujian, semuanya.”

Setelah Yuri mengantar kepergian kami, kami meninggalkan ruang makan.

Kami berjalan bersama menuju kelas, dan aku diam-diam bergerak ke belakang dan berbicara dengan Hinako dengan suara kecil.

"Hinako, apa terus kepikiran tentang pantai?”

“Ya... Aku sudah memnutuskannya setelah berdiskusi dengan Shizune.”

Mungkin karena itulah dia tahu ada pantai di dekat daerah sini.Rupanya itu bukanlah keputusan spontan.

“Tapi, kamu yakin mau mengundang semua orang? Kamu harus berpura-pura jika ada orang lain di sekitar, kan?”

“Ini bukan pantai pribadi, toh ujung-ujungnya bareng juga.”

Apa iya?

“Dan selain itu,... Kupikir itu akan membuat Itsuki bahagia.”

Hinako menatap mataku dengan tulus dan mengatakannya demikian.

Sepertinya dia bisa melihatnya dengan jelas. ...Selama kursus musim panas, kami semua berada dalam kelompok yang sama sepanjang waktu. Aku ingin bermain dengan semuanya jika memungkinkan. Aku tentu saja memendam perasaan hal semacam itu.

“Terima kasih. Aku juga berpikiran untuk pergi bersama semuanya.”

“Mmph... aku bisa menebak apa yang diinginkan Itsuki.”

Hinako berkata dengan membusungkan dadanya dengan bangga.

Pada saat itu, Tennoji-san, yang sedang berjalan di depan kami, menyadari bahwa kami berjalan melambat dan berbalik ke arah kami.

“Kalian berdua lagi kenapa?”

“Tidak, bukan apa-apa.”

Hinako langsung melanjutkan aktingnya.

Aku hanya bisa tertawa getir. ...Aku masih merasa belum terbiasa dengan kesenjangannya ini.

 

◆◆◆◆

 

Sehari setelah ujian diadakan.

Waktunya menunjukkan kalau sekarang sudah pukul 2 siang. Kami meninggalkan hotel di pagi hari, membeli pakaian renang di department store, makan siang di tengah perjalanan, dan akhirnya sampai di tempat tujuan.

“.....Horeee akhirnya sampai di pantai.”

Aku mendapat kesan yang membosankan, tapi yang pasti kami memang berada di laut.

Saat aku masih duduk di bangku SMP, aku pernah pergi ke laut sekali saat ada acara sekolah. Namun, keluargaku tidak mempunyai uang dan tidak mampu membayar biaya transportasi, jadi aku membuat repot keluarga Yuri untuk mengantarku ke sana. Aku hampir tidak mampu membeli makanan setelah itu, tetapi setelah pulang ke rumah, aku tidak makan selama sebulan, kecuali makan malam.

Makanan yang aku nikmati pada waktu itu mungkin merupakan makanan termewah yang pernah aku santap semasa SMP.

Ketika aku mengingatya, tanpa sadar ada buliran air mata yang terbentuk di sudut mataku.

“Sepertinya kamu sudah selesai berganti pakaian, ya.”

Setelah aku selesai berganti pakaian renang di ruang ganti dan menunggu para wanita, Shizune datang memanggilku.

Dia mengenakan seragam pelayannya seperti biasa.

“Kamu tidak memakai baju renang, Shizune-san?”

“Oh, apa kamu ingin melihat penampilanku dalam baju renangku?”

Shizune-san bertanya sambil tersenyum nakal.

Aku menyadari kalau pipiku memerah, dan memalingkan wajahku untuk menyembunyikannya.

“Kamu ternyata masih belum memiliki kekebalan yang cukup. Aku tidak menyangka kalau kamu menghabiskan waktu setiap hari bersama Ojou-sama.”

“...Aku masih harus berhati-hati dalam hal ini. Terutama saat aku mandi.”

“Sungguh pikir yang mengesankan.”

Ngomong-ngomong, triknya ialah jangan melihatnya secara langsung, tapi menjaganya tetap dalam jangkauan penglihatanmu. Dengan cara begitu, aku nyaris berhasil menahan diri tak peduli seberapa terbukanya penampilan Hinako.

“Demi keselamatan semua orang, aku lebih memprioritaskan pekerjaanku hari ini. Jika ini pantai pribadi sih tidak masalah, tapi ini adalah pantai umum di mana ada banyak orang yang berkunjung.”

“Um, maaf, rasanya seolah-olah aku saja yang sepertinya bersenang-senang.”

“Jangan khawatir tentang hal itu. Berkat perhatian Itsuki-san, aku bisa istirahat lebih banyak dari biasanya.”

Shizune-san berkata dengan ekspresi lembut.

Sepertinya dia benar-benar bisa mengistirahatkan tubuhnya.

“Selain itu, kami sudah menempatkan 100 penjaga keluarga Konohana di pantai ini. Jadi bebanku sendiri tidak akan terlalu berat.”

“Be-Begitu ya.”

Seperti yang diharapkan dari keluarga Konohana. Mereka bertindak begitu cepat dan sigap.

Ketika aku dengan santai melihat sekeliling, aku melihat seorang pria dewasa berpenampilan kekar yang aku kenal berjalan di sepanjang pantai berpasir hanya dengan mengenakan celana laut. ...Sepertinya ada 100 penjaga pantai di laut saat ini.

“Ngomong-ngomong, Izuki-san. Bagaimana tanggapanmu tentang ujian itu?”

“...Aku hanya melakukan apa yang aku bisa untuk saat ini.”

Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Ada banyak mata pelajaran yang aku pelajari kali ini berbeda dengan yang diajarkan di Akademi, sehingga aku masih merasa cemas bahkan setelah menyelesaikannya.

“Begitu saja tidak masalah. Aku akan menantikan hasilnya.”

“Ya”

Kata-kata tersebut justru menambah tekanan bagiku.

“Terima kasih telah menunggu~~~~!!”

Pada saat itu, aku mendengar suara keras dari ruang ganti wanita.

Yuri datang menghampiri kami sambil melambaikan tangannya.

Tepat di sampingnya ada juga tiga Ojou-sama yang tampak berkilauan.

“Syukurlah cuacanya bagus, ya.”

“Ya, saking cerahnya sampai bikin silau.”

“Ah…aku sedang mengalami masa muda sekarang…!”

Ketiganya terlihat agak gembira, seakan-akan mereka sudah sepenuhnya menikmati suasana laut yang luar biasa.

Tiba-tiba, aku menyadari apa yang dipegang Yuri.

“Yuri, itu...”

“Ya, ini bola pantai. Aku membelinya saat kita mampir ke department store tadi.”

Aku sama sekali tidak menyadarinya. Saat aku membeli baju renang, aku berada agak jauh dari para gadis, jadi sepertinya dia membelinya saat itu.

“Lebih penting lagi, Itsuki. Bukannya ada yang harus kamu katakan?”

“Ugh……”

Di saat-saat seperti ini, aku tahu harus berkata apa dalam situasi begini.

Aku melihat lagi keempat gadis yang berada di depanku. Kemudian, Narika dan Tennoji-san menunjukkan perilaku gelisah dan malu-malu yang aneh. Hinako juga mempertahankan mode anggunnya, tapi pipinya terlihat sedikit merah merona.

Baju renang Hinako berwarna putih dengan model bahu terbuka, dan memiliki rumbai di bagian atas dan bawah. Hiasan tersebut agak menyembunyikan kontur tubuhnya, memberikan kesan bersih dan rapi, sekaligus membuatnya terlihat imut. Ada keindahan yang begitu murni dan lugu sehingga membuat seseorang bahkan ragu untuk menyentuhnya.

Baju renang Tennoji adalah bikini biru dengan balutan pareo di bawahnya. Tali bahunya terbuat dari bahan yang sangat khusus, dan memantulkan sinar matahari secara samar-samar seperti kalung, dan pareonya juga dihiasi dengan pola. Tampilannya terlihat mencolok namun tetap elegan, penampilan yang khas dari Tennouji-san.

Baju renang Narika berjenis bikini berwarna hitam dengan pola bintik-bintik kecil berwarna putih. Dia mungkin sengaja memilih bikini itu karena bukan hanya penampilannya saja tetapi juga kemudahannya untuk berenang. Tubuhnya yang kencang berkat olahraga setiap hari, bebas dari lemak daging yang tidak diinginkan, dan tubuh rampingnya bisa terlihat sepenuhnya.

Sedangkan Yuri, dia mengenakan bikini oranye di bagian atasnya dan celana pendek krem ​​di bawahnya. Yuri bertubuh pendek dan tidak berkembang dengan baik, tapi pakaian renangnya, yang memberinya kesan lincah, secara keseluruhan sangat cocok untuknya.

Setelah melihat sekilas ke semua orang yang mengenakan pakaian renang, aku――dengan takut-takut membuka mulutku.

“......Baju renang itu terlihat cocok untuk kalian semua.”

“Dasar payah.”

Yuri berkata dengan gusar.

Memuji penampilan baju renang seorang wanita sungguh melebihi kapasitas kekuatan mentalku.

Pada saat itu, aku menyadari bahwa para Ojou-sama juga menatapku dengan gelisah dan serius karena suatu alasan.

“Itsuki sendiri, umm, kamu memiliki tubuh yang sangat kencang, ya.”

Ucap Narika dengan suara yang pelan seakan sedang bergumam.

“Waahh benar juga... bukannya masa ototmu bertambah banyak?”

“...Yah, karena ada banyak hal yang terjadi.”

Karena Shizune-san telah melatihku dengan sangat baik.

“Ngomong-ngomong, aku tidak tahu kalau pantai umum bisa seramai ini.”

Tennoji-san berkomentar demikian sambil melihat sekeliling.

“Tennoji-san, apa kamu biasanya pergi ke pantai pribadi?”

“Ya. Kadang-kadang aku juga ke kolam renang dalam ruangan. Aku menggunakannya saat aku tidak ingin terbakar sinar matahari.”

“Aku tidak bisa membayangkan penampilan Tennouji-san yang menjadi kecokelatan.”

“Ara, tubuhku sering menjadi kecokelatan ketika aku masih kecil, tau? Aku sangat aktif ketika aku masih muda.”

Untuk sesaat, aku berpikir kalau itu cukup mengejutkan, tapi kemudian aku menyadari kalau hal tersebut tidak terlalu mengejutkan. Tennouji-san selalu bersikap anggun, tapi di saat yang sama, dia juga terlihat energik.

Jika Tennouji-san mendapat kulit kecokelatan... penampilannya tersebut masih memiliki pesonanya tersendiri.

Ketika aku secara tidak sadar membayangkan seperti apa sosoknya, Yuri datang mendekatiku.

“Ngomong-ngomong, Itsuki, apa kamu sudah pakai tabir surya?”

“Eh?...Oh, sial. Aku lupa.”

“Sudah kuduga begitu….. mau bagaimana lagi, deh.”

Yuri menghela nafas dan mengeluarkan tabir surya dari dalam tasnya.

“Ayo, cepat berbaringlah di sana.”

“Eh... tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri.”

“Kalau kamu melakukannya sendiri, punggungmu tidak bisa diolesi, iya ‘kan?”

Ada benarnya juga sih, tapi....

Rasanya tidak ada gunanya mencoba melawan, jadi aku berbaring di atas tikar pantai.

“Ei”

Yuri naik di atas pinggulku.

Karena dia tidak terlalu berat, jadi tidak ada masalah sama sekali sih...

“Um, Yuri? Bukannya kamu terlalu dekat...”

“Apa sih yang kamu khawatirkan? Kita ‘kan sudah biasa mandi bersama beberapa waktu lalu.”

““Mandi bersama!?””

Tennouji-san dan Narika membelalakkan mata mereka karena terkejut.

“Maksudnya kalian berdua mandi bareng dengan baju renang kalian, ‘kan?”

“Hah? Enggak juga, kok….lagian kenapa pakai baju renang...?”

Hinako mengajukan pertanyaan yang aneh.

Aku tidak yakin alasannya, tapi kurasa Hinako terkejut dengan caranya sendiri.

“Untuk lebih jelasnya, tadi itu hanyalah cerita ketika kami masih di sekolah SD.”

Saat aku menambahkan informasi tersebut sambil menghela nafas, Tennouji-san dan Narika mengelus dada mereka dengan lega. Hinako juga kembali tenang seperti sebelumnya.

Tolong jangan membuatnya terdengar seolah-olah kami baru saja melakukannya.

...Karena aku masih mandi bersama Hinako sampai saat ini, tapi aku memutuskan untuk merahasiakannya di dalam hati.

“Oke, sudah selesai!”

“Aduh!? Jangan pukul aku napa!”

Aku tersentak kaget karena punggungku tiba-tiba ditepak.

“Ahaha! Ada bekas daun maple indah yang menempel!”

“Nih anak…!”

Yuri kabur melarikan diri menuju laut, jadi aku segera mengejarnya.

Sandalku terlepas dan aku langsung melangkah ke atas pasir.

Panas di tanah membuatku melonjak kaget, dan aku menyadari bahwa aku sekarang sedang menikmati musim panas sepenuhnya.

 

◆◆◆◆

 

“Terima ini!”

Yuri melempar bola pantai sambil berteriak.

Bola tersebut jatuh ke arahku dalam bentuk parabola.

“Ups.”

Angin membelokkan bola dari jalurnya, jadi aku mengulurkan tangan kananku dan memukulnya ke atas.

Bola itu lalu mengarah ke arah Hinako.

“Ei.”

“Ya!”

Hinako memukul kembali bolanya, dan Tennouji-san mengirimkannya ke arah Narika.

“Ha—--—!!”

Narika dengan cepat melompat dan mengambil bola yang dibelokkan oleh angin, dan memukulkannya ke arah Yuri.

Hanya satu orang yang mempunyai suasana hati yang berbeda.

Narika yang atletis juga sangat aktif dalam olahraga laut.

“Kamu ternyata boleh juga, ya.”

Yuri tersenyum tanpa rasa takut.

Aku baru menyadari bahwa semua anggota di sini pandai olahraga. Hinako dan Tennoji-san keduanya pandai dalam akademis dan seni bela diri, dan aku juga melatih tubuhku. Sedangkan Yuri juga cukup jago dalam olahraga.

Tak pelak lagi, saling memukul bola saja sudah menjadi hal yang serius.

“Memukul bola seperti ini di laut jauh lebih mendalam dari yang aku bayangkan.”

“Ah. Karena kita bisa memperkuat kaki dan pinggul, jadi ini bisa menjadi latihan yang bagus.”

Para Ojou-sama bermain-main dengan sudut pandang yang aneh.

Aku merasa penasaran apa gadis-gadis ini benar-benar menyadarinya. ...kalau mereka mendapat banyak perhatian.

Gadis-gadis yang sangat cantik berkumpul di satu tempat seperti ini. Dan mereka mengenakan baju renang. Aada banyak orang baik itu yang tua dan muda, atau pria dan wanita, melihat ke arah kami.

“...Itsuki. Apa kamu selalu menanggung perhatian semacam ini?”

“...Baru-baru ini aku mampu menanggungnya.”

Yuri dan aku sama-sama gugup karena menjadi pusat perhatian banyak orang.

Seperti yang baru-baru ini aku ketahui, para Ojou-sama menyadari cara mereka berperilaku dan cara orang lain memandang mereka. Jadi aku yakin kalau mereka juga memperhatikan tatapan ini. Namun, mereka sama sekali tidak mempermasalahkannya karena sudah menjadi hal yang wajar jika mereka mendapat perhatian.

“Akan tetapi……”

“? Apa?”

Merasakan tatapan orang-orang di sekitarku, aku lalu menatap Yuri.

Baru hal yang baru kalau ketiga Ojou-sama itu mendapat perhatian karena mempunyai penampilan menawan, tapi jika kamu melihat lebih dekat pada Yuri yang berdiri di samping mereka, penampilannya juga tidak terlihat buruk sama sekali. Karena aku adalah teman masa kecilnya, jadi aku tahu masa lalu Yuri yang biasa saja dan nilai-nilai yang dimiliki Yuri, tapi jika aku mengabaikan prasangka itu, kupikir dia juga bisa bersaing dengan baik.

“…...Yuri tetap manis seperti biasanya."

“H-Haaaaaaaa!? Memangnya kamu ini bodoh, ya! Kamu ini memang bodoh apaaaa!!”

“Aduh, aduh, dibilangin jangan pukul aku.”

Demi menyembunyikan rasa malunya, dia menampar-nampar tubuhku.

Pada saat itu, ada bola yang meluncur dengan kekuatan besar ke arahku.

Saat aku perlahan-lahan berbalik seperti kipas angina yang berkarat, aku melihat Hinako menatapku dengan senyuman lebar di wajahnya, tapi tatapan matanya sama sekali tidak tersenyum.

“Tomonari-kun. Bolanya.”

“Y-Ya.”

Sebaiknya jangan terlalu memancingnya lebih jauh. Aku segera mengambil bola dan mengopernya kepada Tennoji-san.

Dengan suara berdebum, bola pantai tersebut diluncurkan tinggi ke langit dan jatuh ke arah Narika.

Aku pikir bola itu akan dipukul balik dengan tajam, tapi….. bola itu hanya melewati Narika dan jatuh ke air.

“Miyakojima-san, ada apa?”

“Se-Sepertinya aku sedikit lelah! A-Aku mau istirahat sebentar dulu!”

Dengan raut wajah yang canggung, Narika menjaga jarak dari kami.

Ketika aku bertanya-tanya, Narika memandang ke arahku seolah-olah dia meminta bantuan.

“I-Itsuki. Kemarilah sebentar.”

Dia memberiku isyarat secara diam-diam, jadi aku dengan santai mendekati Narika.

“Ada apa?”

“...Baju renangku hanyut.”

“Eh?”

“Se-Sepertinya aku terlalu banyak bergerak...”

Kalau dipikir-pikir, Narika memang mengenakan baju renang di atasnya, dan——  mau tak mau aku mencoba memeriksanya dengan mataku, jadi aku buru-buru memalingkan muka.

“Maaf! Aku juga akan istirahat sebentar!”

Untuk saat ini, aku memutuskan untuk istirahat dan menjauh dari yang lain. Aku berusaha mendekati Narika sebisa mungkin tanpa memandangnya secara langsung.

“Tapi bukannya lebih baik memanggil seorang wanita daripada aku, ‘kan...”

“....... I-Iya juga ya.”

Mengapa aku tidak melakukannya? Narika tampak kebingungan, tapi akulah yang seharusnya bertanya demikian.

Baju renang Narika berwarna hitam. Di antara kerumunan orang, aku bergegas mencarinya tetapi  aku masih tidak bisa menemukannya.

“Mungkin baju renangmu hanyut sampai ke bebatuan di sebelah sana.”

“Tu-Tunggu sebentar. Jangan tinggalkan aku sendirian.”

“Tidak, tapi... baiklah, apa kamu mau ikut denganku?”

“Ah, ya. Jika aku berpura-pura berenang, mungkin aku bisa mengaturnya...”

Narika mengikutiku sambil membungkukkan badannya. Dia menyembunyikan bagian atas tubuhnya, tetapi aku harap dia menyadari bahwa itu juga berbahaya. Apa aku terlalu kejam mengatakannya kepada Narika yang sudah dalam keadaan terpojok...?

Ketika kami sampai di area bebatuan, jumlah orang di sekitar mulai berkurang dan Narika merasa lega.

Di antara celah batu-batu itu, aku melihat ada pakaian renang hitam yang mengapung.

“Aku menemukannya!”

Aku mengambil pakaian renang itu dan segera ingin memberikannya kepada Narika yang bersembunyi di balik batu.

“Tu-Tunggu! Jangan melihat ke sini!”

“Ma-Maaf!”

Aku memalingkan wajahku dengan panik dan kemudian memberikan pakaian renang itu kepada Narika.

“...Ka-Kamu boleh melihat sekarang.”

Setelah mendapat izin, aku mengalihkan pandanganku yang sebelumnya teralihkan.

Narika sudah mengenakan baju renangnya dengan rapi.

“Syukurlah semuanya bisa beres. Bagaimana kalau kita kembali ke tempat yang lainnya?”

“Ah iya......itu umm, makasih sudah membantuku.”

“Jangan khawatir.”

Entah apa itu hal yang biasa terjadi...tapi menurutku pakaian renang berbikini cenderung mudah lepas.

“Jika kamu terlalu banyak bergerak, baik secara vertikal maupun horizontal, tidak mengherankan kalau baju renangmu bisa lepas.”

“Ah, iya. Awalnya aku berencana untuk bermain dengan santai saja, tapi Hirano-san jauh lebih kuat dari yang kukira. Aku malah jadi terbawa suasana.”

“Yah, karena Yuri juga jago dalam olahraga. Kami bertukar pesan tadi malam, dan dia terus mengatakan bahwa dia ingin melepas penat dengan bermain sepuasnya.”

“Bertukar pesan….”

Ekspresi Narika mendadak menjadi murung.

Tapi akhirnya, Narika menatapku dengan ekspresi penuh tekad di wajahnya.

“I-Itsuki. Um, bisakah kamu mendekat ke arah situ lagi?”

“Eh? Yah aku tidak keberatan sih, tapi apa yang——” 

Aku baru saja hendak bertanya padanya apa yang dia rencanakan.

Narika dengan cepat menutup jarak di antara kami dan mengulurkan lengan kanannya dengan kuat.

“S-Sei!”

“Uoowaa!?”

Pukulan telapak tangan jenius seni bela diri Miyakojima Narika, menyerempet pipinya.

Meskipun aku belajar teknik bela diri dari Shizune-san, aku tidak bisa bereaksi sama sekali.

Gedebuk! Suara keras bergema dari belakangku.

Telapak tangan Narika menyerempet pipiku dan menghantam batu di belakangku.

"K-kenapa, kenapa, melakukan serangan telapak tangan...?”

“Se-Serangan telapak tangan!? Bu-Bu-Bu-Bukan, itu salah! Aku sedang melakukan kabedon!”

“Kabe-don? ……………Kabe-don?”

Owalah, ternyata cuma kabedon, toh. Mana mungkin aku hanya bereaksi seperti itu

Faktanya, misterinya jadi semakin dalam.

“A-Aku dengar jika aku melakukan ini...aku bisa menjadi lebih dekat dengan Itsuki.”

Narika menjelaskan situasinya.

“…Ngomong-ngomong, kamu mendengarnya dari siapa?”

“….dari Hirano-san.”

Sudah kuduga, begitu pikirku dalam hati.

Mana mungkin budaya “kabe-don” menyebar di kalangan para Ojou-sama. Karena bukan aku yang mengajarinya, jadi satu-satunya kemungkinan yang tersisa hanyalah Yuri.

“...Narika, Kabe-don bukanlah metode yang serba bisa seperti yang kamu pikirkan, loh.”

“Be-Benarkah?”

“Selain itu, jika kamu melakukannya dengan penampilan seperti itu, aku jadi kesulitan untuk melihat ke arah mana...”

Aku berkata sambil mengalihkan pandangan.

Narika terkejut sejenak, tapi dia segera mengerti maksudnya.

“———!?”

Narika buru-buru menjauh dariku dan menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

Namun, seolah rasa malunya telah mencapai batasnya, dia berjongkok sambil memegangi kepalanya.

“Aaah... Hari ini, aku selalu menunjukkan hal yang memalukan kepada Itsuki...!”

Meskipun sebenarnya biasanya memang selalu seperti ini, tapi aku memilih untuk tidak mengatakannya.

“...Pada akhirnya, apa yang ingin kamu lakukan?”

Aku lalu bertanya pada Narika yang sudah mulai tenang setelah beberapa saat.

Narika perlahan berdiri dan menatapku dengan mata basah.

“...Itsuki. Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sejak dulu.”

Aku mengangguk kecil sebagai tanda untuknya, dan Narika memberitahuku.

“Hubungan seperti apa yang kamu miliki dengan Konohana-san?”

Anehnya, nada suaranya tersengar serius.

Aku merasakan kekuatan aneh. Aku membutuhkan beberapa detik untuk menenangkan diri dan menekan kegelisahanku.

“Meski kamu bertanya begitu, tapi seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya. Saat ini, aku sedang bekerja di rumah Konohana-san.”

“Tapi, kamu memanggil Konohana-san dengan namanya, ‘kan?”

“.....”

Bagaimana dia bisa mengetahui hal itu?

Narika terus melanjutkan ketika aku masih terdiam.

“Itsuki mungkin tidak menyadarinya, tapi kamu pernah memanggil Konohana-san dengan nama depannya satu kali di depanku.…Sebenarnya kalian mempunyai hubungan di mana kalian memanggil satu sama lain dengan nama depann, iya ‘kan?”

Aku tidak menyadarinya sama sekali. Aku biasanya tidak pernah melakukan hal seperti itu.

Apa itu terjadi saat aku masih belum terbiasa dalam pekerjaan menjadi pengasuh? Tetap saja, aku seharusnya sudah berhati-hati, tapi... tidak, mending lupakan saja. Karena dia sudah bertanya begitu. Tidak peduli kapan kejadian itu terjadi.

Berbagai macam alasan mulai muncul di kepalaku. Misalnya saja di rumah keluarga Konohana tempat aku tinggal sekarang, kebetulan ada seorang pelayan yang memiliki nama keluarga yang sama, jadi aku mulai memanggilnya dengan namanya karena itu membingungkan. Meskipun terdengar terlalu memaksa, setidaknya itu bisa diterima secara logika.

Namun, masih ada beberapa hal yang bisa dibantah.

Selama aku bekerja, aku tidak boleh menimbulkan masalah bagi keluarga Konohana. Tapi yang terpenting, sebisa mungkin aku tidak ingin berbohong.

“Yah gimana ya….”

Perkataan yang akhirnya keluar dari mulutku adalah kata-kata penegasan.

“Saat aku bekerja di rumah keluarga Konohana, aku berteman dengan Hinako….. Mungkin hubungan kami jauh lebih dekat dari yang Narika pikirkan.”

Mata Narika membelalak saat melihatku mengubah cara memanggilnya.

“Tapi, jika aku memanggilnya demikian di akademi, Hinako pasti akan menonjol. Meski begitu, Hinako dan aku tinggal di rumah yang sama, meskipun besar. Jika ada rumor buruk yang menyebar, itu akan menyebabkan masalah bagi Hinako dan keluarga Konohana. Itu sebabnya aku memanggilnya Konohana-san di depan umum.”

Narika berpura-pura puas. Dan pada saat yang sama, ekspresi pengertian muncul di wajahnya.

Satu-satunya saat aku memanggilnya “Hinako” di depan Narika adalah saat ini.

Mulai dari sekarang, semuanya akan kembali normal seperti biasanya. Alasannya adalah selama ada siswa lain dari Akademi Kekaisaran yang tinggal di Karuizawa, ada kemungkinan mereka juga datang ke pantai ini.

“...Rasanya itu sangat menggambarkanmu, Itsuki. Pada akhirnya, kamu melakukannya bukan demi dirimua sendiri, tapi melainkan untuk orang lain....Jika aku sampai dibetitahu begitu, aku bahakan takkan bisa mengeluh.”

Narika menghembuskan napas dalam-dalam.

Aku tidak bisa melakukannya. Narika sepertinya ingin mengatakan itu, tapi――

“Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kita sudah memanggil satu sama lain dengan nama depan kita sejak awal.”

“Uh… yah, itu memang benar sih, tapi…”

Narika tampaknya tidak dapat mengutarakan rasa frustrasi di dalam hatinya.

Narika mengangkat dan menurunkan lengannya dan berhasil mengatur emosinya saat berbicara.

“Tapi, tapi…Aku masih ingin menjadi orang yang lebih spesial untuk Itsuki!”

Mungkinkah ini senjata yang terbuat dari kecanggunganmua?

Narika terkadang mengungkapkan pikiran dan perasaannya langsung kepadaku.

Aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi, jadi aku tetap tutup mulut karena gugup.

“It-Itulah sebabnya, Itsuki!”

“Y-Ya.”

“Ba-Bagaimana kalau kita bertukar alamat email!?”

“….Hah?”

Bagaimana dia sampai pada kesimpulan seperti itu?

Aku sampai berhenti berpikir karena tidak dapat memahami maksudnya.

“Ak-Aku juga ingin berkomunikasi dengan Itsuki melalui pesan! Bukan hanya saat di akademi saja, tapi juga saat liburan!”

Oh, jadi begitu maksudnya.

“...Ya, memang benar. Kalau dipikir-pikir lagi, kita belum saling bertukar kontak satu sama lain, ya.”

Walaupun itu sudah sangat terlambat, sih.

Karena aku jarang sekali berkomunikasi dengan orang lain selain Yuri melalui ponsel, jadi aku sepenuhnya lupa untuk bertukar kontak.

“Apa kamu ingin kembali untuk mengambil ponsel dulu? Kita juga akan bertukar alamat email ......, tetapi saat ini orang lebih cenderung menggunakan aplikasi untuk berkomunikasi, jadi dalam kasus Narika, baru di situlah kita akan mulai.”

“Ah, ya. Aku juga ingin kamu mengejariku tentang itu.”

Kami melewati bebatuan yang tidak stabil dan menuju ke pantai.

Saat kami berjalan sambil menerobos gulungan ombak kecil, Narika tiba-tiba berbicara.

“Itsuki, bekas yang ada di punggungmu itu bekas pukulan dari Hirano-san, ya?”

“Oh, ternyata masih membekas. Aku sudah tidak merasa sakit lagi jadi kamu tidak perlu khawatir.”

“…...”

Tiba-tiba Narika menjadi terdiam.

Pada saat berikutnya, terdengar suara tumpul dari punggungku.

“Aduh, sakit!? Eh, kenapa!?”

“Bukan apa-apa...”

Mengapa dia tiba-tiba menampar punggungku?

Sambil bertanya-tanya, kami akhirnya tiba di tepi pantai.

Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Hinako dan yang lainnya. ...Apa mereka semua sedang istirahat?

“Kalian berdua, ayo kemarilah.”

Yuri, yang sedang duduk di bawah payung, melihat kami dan memanggil kami.

Aku dan Narika menuju ke arah payung. Baik Hinako dan Tennoji-san sama sekali tidak terlihat.

“Hanya kamu saja, Yuri?”

“Tolong jangan mangatakannya seolah-olah aku ini penyendiri, oke? Konohana-san dan yang lainnya sedang mengoleskan kembali tabir surya di ruang ganti, jadi aku yang menjaga barang bawaannya.”

Penyendiri yang asli ada di sebelahku, jadi aku tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu.

“Lagian, kalian berdua dari mana saja sih?”

“Kami sedang mencari tempat teduh, tapi kami tidak bisa menemukan tempat yang bagus..”

“Ah, jadi begitu. Yah, meski di bawah payung juga masih cukup panas...”

Yuri melambaikan tangannya seperti kipas, mencoba meniupkan angin ke wajahnya.

Aku pandai membuat alasan dengan cepat. Yuri sepertinya tidak memiliki kecurigaan sama sekali.

Aku mengambil tasku yang diletakkan di bawah payung dan mengeluarkan smartphone-ku dari dalam.

“Narika. Apa kamu sudah mengambil ponselmu?”

“Ah, iya!”

Setelah melihat Narika mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya, aku menyuruhnya menginstal aplikasi terlebih dahulu. Aku sempat melihat sekilas daftar kontak Narika dan merasa sedih melihat jumlah kontaknya yang sedikit. Namun, jika kamu terus bekerja sama, maka jumlah kontaknya dapat terus bertambah. Jika itu Narika yang sekarang, dia pasti bisa menambahkan lebih banyak kontak jika dia menginginkannya.

“Pendaftaran selesai.”

Aku memastikan bahwa pertukaran ID berjalan lancar.

Pada saat yang bersamaan, aku melihat Hinako dan yang lainnya menuju ke arah sini.

Aku hendak menyimpan kembali ponselku ke dalam tasku, tetapi sebelum itu, ponselku bergetar.

“Hmm?”

Aku menerima pesan dari Narika.

 

Narika: Aku tidak akan kalah dari siapa pyun

 

Setelah membaca pesan tersebut, aku secara refleks menatap Narika yang berada di depanku. Narika tampak sedikit malu-malu dan mengalihkan pandangannya.

Kesalahan ketik dalam pesan pertamanya membuatnya tampak seperti dirinya. Mungkin dia belum terbiasa menggunakan ponsel.

Meskipun aku merasa pesan tersebut agak ambigu, tapi aku menerima pesan tersebut dengan pasti.

Namun... aku merasa bahwa dia tidak perlu bersaing dalam hal seperti ini.

Aku lalu segera membalas pesan Narika.

 

Itsuki: Narika juga memiliki kelebihannya sendiri nya

 

Ketika Narika menerima pesan tersebut, pada awalnya dia terlihat riang gembira, tetapi dia segera menyadari bahwa akhir kalimat pesanku adalah 'nya' dan memiringkan kepalanya.

Setelah beberapa saat, Narika menyadari kesalahan ketiknya dan berkata, “Ah!”.

“Da-Dasar Itsuki nakal...”

Seharusnya aku yang bilang begitu.

Jangan mendadak membuatku gugup napa.

 

◆◆◆◆

 

Setelah mengoleskan kembali tabir surya dan bertemu dengan Hinako serta yang lainnya, kami kembali bermain di laut lagi.

Kami bisa mengobrol santai di pantai berpasir, dan jika cuacanya mulai panas, kita kembali berenang lagi.

Kami benar-benar melakukan sesuatu khas musim panas, pikirku.

Kira-kira apa yang aku lakukan tahun lalu? Ingatanku agak kabur karena aku selalu sibuk bekerja paruh waktu sepanjang waktu.

Tapi aku mungkin tidak akan melupakan kenangan musim panas ini seumur hidupku.

“Rasanya mulai sedikit haus, ya.”

“Ah, kalau begitu biar aku saja yang membelikan minuman untuk semuanya.”

Karena lelah berenang, jadi aku beristirahat sejenak di atas pelampung. Untungnya, tenagaku sudah lumayan pulih kembali. Aku keluar dari air dan mengeluarkan dompet dari tasku.

“Tomonari-san.”

Saat aku hendak memakai sandal, aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang.

“Eh, Tennoji-san?”

“Bukannya itu lumayan sulit membawa minuman untuk lima orang sendirian? Lagi pula, akulah yang bilang kalau aku haus.”

Sambil mengatakan itu, Tennoji-san juga memakai sandalnya.

Kami berdua lalu menuju mesin penjual otomatis.

Mesin penjual otomatis terdekat memiliki antrean yang pendek. Aku berpikir bahwa membeli untuk lima orang mungkin akan memakan waktu lama dan merepotkan mereka yang sedang menunggu, jadi aku menuju ke mesin penjual otomatis yang agak jauh.

“Itsuki-san.”

Ketika bayangan orang-orang di sekitar kami mulai berkurang, Tennoji-san mengubah cara dia memanggilku.

“...Mungkin masih ada siswa dari Akademi Kekaisaran di dekat sini, loh.”

“Bahkan jika ada, mereka tidak akan mendengarku jika aku berbicara pada jarak dan volume sekecil ini.”

Mungkin itu ada benarnya, tapi...

Aku menghela nafas kecil sebagai tanda pasrah.

“Tennouji-san tuh memang sangat berani, ya.”

“Ya. Aku selalu ingin hidup tanpa rasa takut.”

Memang, sejauh yang aku tahu, orang yang paling cocok dengan frasa empat huruf itu adalah Tennouji-san.

Namun meski suaranya tidak dapat didengar, tetapi penampilannya masih menarik perhatian.

Rambutnya yang berwarna keemasan dan basah, serta digulung dengan gaya bor– itulah kata-kata yang terlintas di benakku. Rambut keemasannya yang basah terlihat indah berkilau dan memamerkan tubuh yang berkembang dengan baik, yang tidak kalah dengan penampilannya yang flamboyan.

Kurasa sebaiknya jangan melihatnya secara langsung.

Meskipun aku sudah terbiasa melihat Hinako yang mengenakan pakaian renang, pemandangan yang terlalu mempesona ini masih tidak baik untuk mataku.

“Oh? Ini...”

Saat kami mendekati mesin penjual otomatis, Tennouji-san sedikit memiringkan kepalanya.

Oh iya, benar juga. Mungkin Ojou-sama yang bersekolah di Akademi Kekaisaran tidak pernah menggunakan mesin penjual otomatis.

“Benda ini disebut mesin penjual otomatis—”

“T-Tolong jangan mengolok-olokku! Aku sudah tahu sebanyak itu!”

“Ma-Maaf. Yah, tentu saja kamu sudah mengetahuinya.”

Saat ini, kamu bisa melihat banyak mesin penjual otomatis jika kamu berjalan-jalan di kota. Aku bahkan melihat beberapa mesin penjual otomatis saat pergi ke Akademi Kekaisaran. Kalau dipikir-pikir lagi, mana mungkin dia tidak mengetahuinya.

Untuk sesaat, aku merasa bimbang memutuskan minuman apa yang akan diminum, tetapi aku memutuskan untuk memilih minuman olahraga. Aku sedikit tergoda untuk mengejutkan mereka dengan memilih minuman edisi terbatas, tapi aku akan meninggalkannya untuk lain waktu.

Aku menyerahkan dua kaleng kepada Tennouji-san, dan aku sendiri membawa tiga kaleng.

Memang benar kalau aku mungkin akan kesulitan untuk membawa semua ini sendirian. Aku senang dia ikut datang bersamaku.

“.....?”

Tennouji-san memandangi kaleng di kedua tangannya dengan wajah penuh keheranan. Setelah dengan hati-hati melihat tutup, samping, dan bawah, dia tiba-tiba membuka mulutnya seolah-olah merasa yakin.

“Apa pembuka kalengnya dijual terpisah?”

“Ha——!!”

Itu merupakan komentar yang tidak terduga. Aku hampir tidak bisa menahan tawaku.

Meskipun dia mengetahui tentang mesin penjual otomatis, tapi sepertinya dia tidak tahu cara membuka kaleng minuman.

“I-Ini, be-begini cara membukanya. ...Kukuku.”

“———!! Tolong jangan tertawa! Tolong jangan tertawa terus!”

Saat Tennouji-san membuka tab dan meminum isinya, wajahnya menjadi merah padam.

Dia memukulku dengan lembut, tapi reaksinya yang begitu justru membuatnya jadi terlihat lebih lucu.

“K-Kita sudah membeli untuk semua orang, jadi mari kita kembali.”

Suaraku sedikit bergetar karena aku masih tertawa terbahak-bahak.

Aku berjalan bersama Tennouji-san, yang menggembungkan pipinya karena tidak senang.

Di tengah perjalanan, Tennouji-san tiba-tiba berhenti berjalan.

“Itsuki-san. Bisakah kita berbicara sebentar?”

“Berbicara?”

“Ya. Umm…..aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu.”

Dilihat dari ekspresi wajahnya, sepertinya topik pembicaraannya bukan hal yang sepele.

Setelah aku terus menunggu kata-katanya, Tennouji-san mengumpulkan keberaniannya dan mulai berbicara.

“Ini adalah ... ya! Ini hanya sebuah perumpamaan!”

Sepertinya ini tentang dirinya sendiri.

Karena dia adalah orang yang tidak bisa berbohong.

“Misalnya saja, katakanlah ada seorang gadis di sini sekarang yang memiliki masa depan yang sangat-sangat-sangat menjanjikan!!”

“Sangat-sangat-sangat menjanjikan?”

“Ya. Sangat-sangat-sangat menjanjikan.”

Karena aku tidak tahu seberapa menjanjikannya yang dimaksud, jadi aku memutuskan untuk berasumsi dalam benakku bahwa orang yang dimaksud sehebat Tennouji-san.

“Gadis itu dijamin akan menjadi orang yang teratas negara ini atau memiliki posisi yang setara di masa depan. Namun hati gadis tersebut tidak terbuat dari baja. Dari dalam lubuk hatinya, dia merindukan seseorang yang dapat dia andalkan ...... untuk berada di sana untuknya.”

Aku menganggukkan kepalaku dan memintanya untuk melanjutkan.

“Jika kamu diminta untuk berdiri di samping gadis yang seperti itu... Bagaimana pendapatmu, Itsuki-san?”

Ketika aku mendengar pertanyaan itu, aku mulai berpikir.

Apa yang dia maksud dengan ‘Bagaimana’?

Meskipun aku tidak mengerti maksud pertanyaannya, Tennouji-san masih terus melanjutkan seolah memberikan beberapa penjelasan.

“Demi bisa menjadi lebih dekat dengan gadis itu, tentunya kamu harus melewati berbagai tantangan dan cobaan. Karena tugas yang begitu berat, kegagalan bukanlah suatu pilihan, dan kamu akan berada dalam posisi untuk memimpin ribuan bawahan...”

Tennouji-san menatap ke arah wajahku.

“...apa kamu tidak merasa… tertekan?”

Mata Tennouji-san sedikit bergetar.

Kepalaku mungkin tidak bisa berpikir dengan baik untuk sementara waktu karena panasnya musim panas. Sekarang aku bisa memahami keseluruhan masalah yang dia ceritakan.

Sepertinya Tennouji-san sedang merasa cemas.

Dia pasti menyadari bahwa dia menonjol. Itulah sebabnya dia serius memperhatikan perasaan orang yang berdiri di sebelahnya. Itu adalah perasaan yang sulit aku pahami.

Orang biasa seperti kami juga sering merasa khawatir dengan hal serupa. Seperti merasa tidak sebanding dengan orang itu, tidak mampu memenuhi harapan orang itu, atau tidak bisa memberikan pendapat kepada orang itu... Siswa di Akademi Kekaisaran juga mungkin memiliki pemikiran seperti itu.

Namun, dalam kasus Tennouji-san, yang terjadi justru sebaliknya.

Dia merasakan perhatian seperti itu dari kami dan dia juga berusaha memperhatikan kita.

Mereka yang menerima perhatian juga bukanlah orang bodoh. Mereka mungkin menyadari hal itu saat mereka diperhatikan dari kejauhan atau diperlakukan dengan kepedulian yang aneh.

Dan berpikir kalau ‘diriku tidak seharusnya berada di samping orang-orang ini’.

(Aku……)

Bagaimana kalau denganku sendiri?

Pihak lain merupakan orang luar biasa yang setara dengan Tennouji-san. Dia mempunyai kedudukan yang tinggi, mempunyai kekuasaan yang besar, dan mempunyai kepribadian yang terhormat.

Jika orang semacam itu memintamu untuk berdiri di sampingnya, maka...

“...Sepertinya aku pasti akan merasa tertekan.”

Aku menyatakan pendapatku dengan jujur.

Tennouji-san menurunkan pandangannya.

“Tapi menurutku hal tersebut merupakan suatu kehormatan besar.”

Tennouji-san mengangkat wajahnya setelah mendengar kata-kataku.

Aku mencoba membayangkan situasi seperti yang dikatakan Tennouji-san di dalam kepalaku. Hasilnya,  bukan hanya rasa cemas saja, namun emosi-emosi yang lainnya juga ikut muncul di dalam hatiku.

Meskipun rasanya sedikit malu untuk mengungkapkan emosi tersebut... tapi aku yakin kalau Tennouji-san tidak akan mengolok-olok ku.

Aku lalu berbicara sambil merangkai perkataanku.

“Seperti yang sudah kamu ketahui, aku telah berjuang setiap hari sejak aku memasuki Akademi Kekaisaran. Tapi anehnya, aku mendapati diriku menikmati keseharian semacam itu.”

Dari awal hingga sekarang, dan mungkin juga di masa depan, aku akan terus menghadapi berbagai kesulitan.

Tapi, satu-satunya alasan mengapa aku bisa hidup dengan bersemangat pada hari-hari seperti itu adalah...

“Mungkin, karena aku merasa bangga.”

“Bangga...?”

“Ya. Meskipun aku mengalami banyak kesulitan, aku merasa sangat bangga dengan hari-hariku di Akademi Kekaisaran. Aku telah bekerja keras untuk meningkatkan diriku di lingkungan yang hebat dan dengan orang-orang hebat….. dan setiap hari aku diingatkan dengan kurangnya pengalamanku, tetapi setiap kali mengatasi kekurangan tersebut, aku merasakan kepuasan.”

Jika tidak ada rasa kepuasan tersebut, aku mungkin sudah menyerah sejak lama.

“Oleh karena itu, jawabanku untuk pertanyaan tadi masih sama.”

Aku menatap lurus mata Tennoji-san dan memberitahunya.

“Jika gadis itu memintaku untuk berdiri di sampingnya...Aku akan merasa bangga.”

Tekanan adalah bukti tanggung jawab.

Mengambil tanggung jawab adalah bukti kepercayaan.

Jika aku dipercaya oleh seorang gadis dengan masa depan yang menjanjikan, seperti yang dikatakan Tennouji-san, aku pasti akan bangga.

“Benar juga...”

Tennouji-san mengangguk dengan tenang.

Setelah melihat ekspresi senangnya, aku tidak bisa menahan diri untuk mengutarakan sesuatu yang sudah membuatku penasaran.

“Ehm, Tennouji-san. Gadis yang dimaksud itu adalah Tennouji-san sendiri, iya ‘kan...?”

“...Tidak, bukan aku. Aku belum mempunyai masa depan yang begitu menjanjikan.”

Dengan mengatakan bahwa dia masih belum mencapai tingkat tersebut, sepertinya dia masih memiliki tujuan yang ingin dicapai.

“Tapi, setelah mendengar apa yang baru saja kamu katakan, aku telah membuat keputusan.”

Tennoji-san sepertinya sedang dalam suasana hati yang senang saat dia melanjutkan.

“Aku akan mengejar puncak yang lebih tinggi. Oleh karena itu, aku takkan membiarkan orang lain melampauiku.”

Tennouji-san berkata dengan senyuman yang menantang.

Matanya berbinar dengan kemauan yang menantang yang belum pernah terlihat sebelumnya

“Untuk lebih tepatnya, apa yang akan kamu lakukan?”

“Aku masih belum memutuskannya dengan pasti, tapi aku akan mengubah strategiku.”

“Strategi?”

“Baik dulu maupun sekarang, aku ingin mengalahkan Konohana Hinako. ...Rasanya memang menjengkelkan, tapi bagiku, Konohana Hinako adalah tujuan yang jelas dan ideal. Namun, ketika aku berada dalam posisi yang sejajar dengannya dalam nilai ujian sebelumnya, aku tiba-tiba berpikir bahwa hanya menang secara akademis saja belum tentu bisa dibilang sebagai kemenangan yang sebenarnya.”

Tennoji-san terus melanjutkan.

“Aku tidak berniat mengubah tujuanku untuk melampaui Konohana Hinako. Namun, kurasa aku tidak perlu hanya fokus pada bidang akademis saja. Itulah yang kupikirkan.”

Tentu saja, aku juga tidak berniat kalah di bidang akademis———lanjut Tennouji-san.

Memang benar bahwa Tennouji-san melihat Hinako sebagai saingannya, tetapi bidang di mana mereka berkompetisi selalu fokus pada ujian sekolah, tugas sekolah, dan nilai.

Tennouji-san pernah mendapat nilai yang sama dengan Hinako pada ujian sekolah. Pada saat itu, dia mungkin tidak hanya merasakan pencapaian, tetapi juga merasakan perbedaan. Apakah dirinya benar-benar puas hanya dengan menempuh jalan ini? Tennouji-san yang telah bekerja keras dengan tekun, melihat sekilas tujuan akhirnya dan mempertimbangkan jalan lain.

“Yah, walaupun aku akan memikirkan tentang apa yang akan kulakukan sekarang, sih,... sesuatu yang hanya aku miliki, tetapi tidak dimiliki oleh Konohana Hinako. Aku ingin mengasah hal tersebut.”

Tampaknya arah jalannya masih belum ditentukan, dan Tennouji-san sepertinya mengkhawatirkannya.

Aku memikirkan apa yang bisa aku lakukan untuk membantunya.

Di luar bidang akademis, keunggulan yang dimiliki Tennouji-san ketimbang Hinako....

“...Tennouji-san tuh punya banyak penggemar, iya ‘kan?”

Aku mengatkan apa yang terlintas di dalam benakku..

“Tapi hal yang sama berlaku juga untuk Konohana Hinako.”

“Tidak, rasanya sedikit berbeda, gimana bilangnya...Menurutku kamu memiliki kualitas yang berbeda dari Konohana-san.”

Aku tidak bisa mengungkapkannya dengan baik.

Namun yang pasti ada perbedaan antara Hinako dan Tennouji-san.

“...Mungkin dalam karismanya.”

Perbedaan antara Tennouji-san dan Hinako.

Sedikit demi sedikit, aku bisa mengungkapkan jawaban yang ada di dalam pikiranku.

“Aku berpikir kalau Tennouji-san mempunyai karisma. Kamu memiliki kemampuan mengorganisasi kelompok, atau lebih tepatnya kemampuan untuk membuat orang merasa bahwa mereka dapat mengikuti instruksimu.... Mungkin itulah kekuatan yang tidak dimiliki oleh Konohana-san.”

Faktanya, Hinako bukanlah tipe orang yang suka berdiri di depan orang banyak. Meskipun mungkin saja dari segi kemampuan, Hinako merasa terbebani untuk berdiri di depan orang lain.

Oleh karena itu, di situlah area di mana Tennouji-san bisa mengalahkan Hinako.

Aku bisa menjaminnya karena aku mengetahui sifat asli Hinako.

Tennouji-san mungkin bisa lebih bersinar dari Hinako jika dia terlibat dengan orang lain.

“…Kurasa, mungkin itu ada benarnya.”

Tennouji-san yang mendengarkan perkataanku, menganggukkan kepalanya.

“Karisma... bisa menyatukan orang... ya, rasanya sangat masuk akal ketika kamu mengatakannya begitu. Itu pasti kelebihanku. Aku merasa tidak akan kalah meskipun Konohana Hinako adalah lawanku.”

Dengan menuangkan sensasi ambigu ke dalam kata-kata, dia dapat menyadari dengan jelas perasaannya sendiri.

“Selain itu... jika kamu yang mengatakan itu padaku, aku merasa jadi lebih percaya diri.”

Tennouji-san menatapku dan menggumamkan itu, ada tekad kuat yang terpancar di matanya.

“Terima kasih banyak, Itsuki-san. Sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan.”

Tennouji-san menundukkan kepalanya.

Nada suaranya tidak menunjukkan keraguan sama sekali.

“Untuk saat ini, kurasa tidak ada salahnya untuk mencoba menjadi ketua OSIS.”

“Ketua OSIS?”

“Ara, memangnya kamu tidak tahu? Pemilihan ketua OSIS Akademi Kekaisaran akan diadakan di bulan depan. Aku sebenarnya tidak berencana untuk berpartisipasi karena ada urusan pekerjaan di keluarga, tetapi…. Sekarang aku memutuskan untuk mencalonkan diri.”

Dalam sekejap, dia tampaknya sudah merencanakan rencana yang sangat spesifik.

Akademi Kekaisaran, tempat di mana siswa berbakat dan bertalenta berkumpul. Demi menjadi ketua OSIS di sana, dibutuhkan namanya usaha yang luar biasa. Bahkan Tennoji-san pasti akan mengalami kesulitan.

“Jika ada yang bisa aku lakukan untuk membantu, jangan sungkan untuk memberitahuku. Aku akan membantumu sebisa mungkin.”

“Tentu saja. Jika saatnya tiba, aku akan Itsuki-san merasa sangat bangga sepnuhnya.”

Kepercayaan diberikan melalui tatapan mereka.

Kurasa aku harus berusaha sekuat tenaga sekarang untuk membalas kepercayaan itu.

“Sekarang, mari kita kembali.”

“Ya.”

Aku kembali ke tempat yang lainnya bersama Tennouji-san.

“Ngomong-ngomong, Itsuki-san. Bekas merah di punggungmu, apa itu dari Hirano-san?”

“Ah, enggak juga, kurasa mungkin ada bekas dari Narika juga. Entah kenapa dia mendadak memukulku tadi.”

“.....”

Tennoji-san menunjukkan ekspresi yang rumit di wajahnya.

“... Aku ingin menulis namaku di sana, tapi sayangnya tidak punya pulpen. Jadi maafkan aku karena melakukan ini. Eiii!”

“Aduh, sakit?!”

Tennouji-san tiba-tiba memukul punggungku.

Dari tadi aku merasa penasaran, mereka suka menepak punggungku sampai meninggalkan bekas...?

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Yuri)

Beberapa menit telah berlalu sejak Itsuki dan Mirei pergi menuju mesin penjual otomatis.

Yuri diam-diam mengamati mereka berdua saat mereka kembali.

“Kami membawa minuman untuk kita semua.”

Itsuki membawa tiga kaleng, sementara Mirei membawa dua kaleng, totalnya ada lima kaleng minuman. Salah satu kalengnya sudah dibuka tutupnya. Sepertinya Itsuki yang meminumnya.

(Oh... ini mungkin ada sesuatu yang terjadi)

Jarak antara Itsuki dan Mirei terlihat sedikit lebih dekat daripada sebelumnya.

Sebelumnya, Mirei telah berkonsultasi dengan Yuri. Mungkin Mirei sudah membicarakan masalah itu dengan Itsuki. Dilihat dari sikap mereka, sepertinya Mirei mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

(Aku tadi berpura-pura tidak menyadarinya, tapi sepertinya ia dan Miyakojima-san juga melakukan sesuatu bersama... Sepertinya keduanya membuat kemajuan yang baik)

Yuri juga menyadari bahwa Itsuki dan Narika pergi ke area di balik bebatuan.

Jarak di antara mereka berdua juga semakin dekat.

Bagi Yuri yang mendukung keduanya, hal ini merupakan hasil yang menggembirakan.

(... Hm?)

Tiba-tiba, Yuri menyadari bahwa Hinako yang berada di sebelahnya terlihat bertingkah aneh.

Hinako yang biasanya selalu memiliki senyuman manis... sekarang memasang ekspresi yang sedikit pahit.

“Ada apa, Konohana-san?”

“Tidak, bukan apa-apa.”

Meskipun dia berkata begitu, tapi ekspresi Hinako masih terlihat tetap tegang.

Pandangannya terus tertuju pada dua orang di depannya... Itsuki dan Mirei yang tampaknya sedikit lebih mesra daripada sebelumnya.

Rasanya seakan-akan dia merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka berdua――――.

(Mengapa dia memasang ekspresi seperti itu...? Bukannya Konohana-san tidak menyukai Itsuki?)

Yuri memiringkan kepalanya dengan keheranan.

 

◆◆◆◆

(Sudut Pandang Itsuki)

Tanpa disadari, langit telah berubah menjadi gelap.

Mungkin karena siang hari lebih panjang pada musim panas, jadi rasanya sulit untuk membedakan antara siang dan malam. Kami tidak tahu kapan sore berlalu begitu saja, karena kami menikmati waktu yang menyenangkan.

Karena cuacanya perlahan-lahan mulai terasa dingin, kami semua akhirnya keluar dari laut.

Setelah mandi dan berganti pakaian, kami berkumpul lagi dan persiapan untuk barbekyu sudah dilakukan.

“Kami telah menyiapkan set barbekyu.”

Shizune-san berkata dengan sopan sambil membungkukkan kepalanya.

Ada panggangan beserta arang dan alat-alat seperti gunting arang, serta berbagai macam makanan seperti daging dan sayuran. Kelihatannya kami bisa mulai memasaknya kapan saja.

“Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melakukan ini di Jepang.”

“Di Jepang?”

Komentar Tennouji-san membuatku bertanya-tanya.

“Di negara-negara seperti Amerika, barbekyu sangat umum diadakan dalam pesta rumahan. Itu juga merupakan salah satu bentuk kegiatan sosial.”

“Jadi begitu ya...”

Rupanya itu merupakan topik yang global.

Namun, jika dipikir-pikir lagi, kurasa itu wajar saja. Kekuasaan para Ojou-sama di sini tidak terbatas hanya di dalam negeri. Hinako juga pasti memiliki banyak pengalaman di luar negeri.

“Ngomong-ngomong, apa kamu sendiri yang memanggang dagingnya di pesta barbekyu tersebut?”

“Hm? Bukannya barbekyu adalah makanan yang dimasak oleh koki profesional?”

“...Bagi masyaratakat biasa seperti kami, kami biasanya memasaknya sendiri.”

Ini bukan tentang mana yang benar atau salah, tapi sepertinya dia salah paham.

Kemudian, Tennoji-san terlihat gelisah.

Narika juga menunjukkan gerakan serupa.

“...Bagaimana kalau kali ini kita mencoba memasaknya sendiri?”

“Y-Ya, aku ingin mencoba melakukannya sendiri!"

“Ak-Aku juga ingin mencobanya sendiri...!”

Para Ojou-sama ini memiliki rasa penasaran yang besar.

Kelihatannya bukan hanya Tennouji-san saja, tetapi Narika juga belum pernah mencoba membuatnya sendiri.

“Kalau gitu, ayo kita buat bersama-sama.”

Yuri berseru dengan penuh semangat.

Jika Tennoji-san dan Narika tidak punya pengalaman, maka Hinako juga mungkin tidak punya pengalaman.

Namun, jika ada Yuri yang sudah biasa menyajikan masakan untuk pelanggan, maka seharusnya tidak ada masalah.

“Baiklah, kalau begitu kami akan bersiaga di sebelah sana. Jika ada yang dibutuhkan, silakan panggil kami kapan.”

Shizune-san membungkukkan kepalanya dan pergi menjauh dari kami.

Pantai ini bersebelahan dengan taman kemah dan dilengkapi dengan fasilitas air untuk mencuci piring di antara pantai dan taman.

Pertama-tama, kami membawa bahan makanan ke tempat cuci piring bersama-sama.

“Baiklah, mari kita mulai dengan mencuci sayuran terlebih dahulu.”

Yuri menempatkan kedua tangannya di pinggangnya dan memulai dengan semangat.

Lalu, aku tiba-tiba memiliki pertanyaan.

“Ngomong-ngomong, apa di antara kalian ada yang pernah memasak sebelumnya...?”

Para Ojou-sama menggelengkan kepala mereka.

Sudah kuduga bakal begitu, gumamku dalam hati.

Tampaknya para Ojou-sama belum pernah mencoba memasak sebelumnya.

“...Kurasa kita harus berusaha keras.”

Setelah beberapa saat keheningan, Yuri bergumam.

Kata-kata “terutama aku” disembunyikan oleh kelembutan Yuri.

Meskipun aku tidak memiliki pengalaman dalam barbekyu, aku sudah sering menggoreng bahan makanan dengan wajan murah. Jadi sepertinya lebih baik jika aku aktif membantu.

Hinako membungkuk sedikit kepada Yuri dengan nada meminta maaf.

“Tolong beri petunjuk dan bimbinganmu.”

“Tentu saja. Yah, barbekyu hanya tentang memotong dan memanggang, jadi kurasa itu tidak terlalu sulit. ...Untuk pisau, aku dan Itsuki yang akan menggunakannya. Bagaimana jika Konohana-san dan yang lainnya melakukan persiapan sederhana yang lain. Secara spesifiknya...”

Yuri memberikan instruksi dengan cepat.

Setelah melihat bahan makanan dan aluminium foil yang dibawa, Yuri melanjutkan.

“...Gimana kalau kita membuat kentang panggang dengan aluminium foil juga? Apa kamu bisa menolongku dengan mengupas kulit kentang di sana? Silahkan letakkan kentang yang sudah dicuci di sini.”

“Baik, kami mengerti.”

Ketiga Ojou-sama itu, Hinako dan yang lainnya, mengambil kentang dan alat pengupas kulit.

Sementara Hinako dan yang lainnya memasak kentang, aku dan Yuri mengurus sayuran lainnya.

“Yuri, apa bawang bombay dipotong melingkar?”

“Ya. Oh iya, tolong ambilkan jamur eringi di sana.”

Aku memberikan bungkusan jamur eringi kepada Yuri.

Itu adalah merek yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bungkusnya sendiri berwarna emas mengkilat.

“... Aku belum pernah menggunakan bahan makanan dengan kualitas tinggi seperti ini.”

“... Sudah kuduga, ini memang luar biasa, ya?”

“Tentulah. Oh iya, dan untuk dagingnya, semuanya adalah peringkat BMS12.”

“BMS ...?”

“Gampangnya, itu adalah peringkat tertinggi yang bisa dicapai. Bahkan ada Chateaubriand juga.”

Aku hanaya mengetahui peringkat daging seperti A5 atau B4, tapi tampaknya ada standar peringkat lain yang digunakan.

Mungkin bawang merah ini juga mahal. Berbeda dengan jamur shimeji, yang hanya dibungkus dalam jaring, jadi aku tidak tahu mereknya, tapi aku memutuskan untuk memperlakukannya dengan lebih hati-hati dari biasanya.

Pertama-tama, aku memotong ujung kedua bawang merah dengan pisau terlebih dahulu supaya membuat kulitnya mudah dikupas.

“Kamu kelihatannya sangat terampil dalam memasak.”

“Karena aku sudah melakukan banyak hal ketika aku masih kecil. Memasak, menjahit, semuanya adalah tugasku di rumah.”

Kalau diingat-ingat, aku belum pernah menunjukkan keterampilan memasakku di hadapan Yuri.

Selama acara mencicipi makanan, aku menawarkan untuk membantunya beberapa kali, tapi Yuri selalu menolak dan memintaku untuk bersantai saja.

Entah kenapa rasanya sedikit segar.

Sambil terkadang terkesan dengan keahlian Yuri, aku menikmati proses memasak.

“Kamu selalu mendapatkan nilai bagus di pelajaran tata boga sejak dulu. Bahkan guru sering memujimu.”

Yuri berkata demikian sambil meletakkan pisaunya.

Aku samar-samar memiliki kenangan tentang itu.

“Kalau dipikir-pikir, Akademi Kekaisaran memang tidak memiliki mata pelajaran tata boga.”

“Hee~. Kurasa wajar saja jika Ojou-sama menyerahkan tugas memasak dan menjahit kepada para pelayan.”

“Ya, kamu benar. ... Kalau berpikir demikan, kurasa memang tidak mengherankan jika mereka tidak bisa memasak.”

Pemotongan bawang merah sudah selesai.

Baiklah, kira-kira bagaimana keadaan para Ojou-sama itu?

Aku memeriksa mereka untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

“Aku paham! Kamu harus memegangnya dengan cara seperti ini!”

“Tidak, sudut pisau itu ... harus dipegang dengan tangan terbalik.”

Mereka bahkan belum mulai mengupas kentangnya.

Tennouji-san dan Narika sedang membahas cara memegang alat pengupas. Sementara itu, Hinako justru hanya berdiri diam sambil memiringkan kepala, mencoba memasukkan jari ke dalam lubang pegangan dan memutar-mutar pengupas kulit. Meskipun dia tetap tenang sebagai seorang Ojou-sama yang sempurna, tapi dia sepertinya juga tidak tahu cara menggunakannya seperti yang lainnya.

“... Sepertinya aku perlu mengajarkan mereka cara menggunakan alat pengupas terlebih dulu.”

Terutama Tennoji-san yang memegang pengupas kulit dengan cara yang agak berbahaya.

Saat aku melirik ke arah Shizune-san yang berada di kejauhan, dia tampak sangat tegang sambil menatap ke arahku. Penampilannya yang biasanya anggun berubah menjadi aneh dan langka, tapi aku khawatir dia akan marah jika aku membiarkan mereka begitu terus, jadi aku segera pergi ke tempat ketiga Ojou-sama itu.

“Tomonari-san! Jawaban siapa yang benar!?”

“Kalian semua salah memegangnya. Begini cara yang benar untuk memegangnya—”

Baik Tennouji-san maupun Narika, keduanya berpendapat kalau jawaban mereka benar, Gahn! Rasanya seolah-olah aku bisa mendengar efek suara itu, tapi aku mengabaikannya.

Aku menjelaskan secara rinci cara menggunakan pengupas dan cara menghilangkan kecambah kentang.

Meskipun mungkin terlihat sulit bagi orang lain, tapi aku tidak terlalu khawatir. Mereka adalah para Ojou-sama dari Akademi Kekaisaran yang cerdas. Setelah diberi pengetahuan yang benar, mereka akan dengan cepat menggunakan kecerdasan mereka dan beradaptasi.

Aku kembali ke tempatku setelah melihat Hinako dan yang lainnya mulai mempersiapkan bahan makanan.

Setelah selesai memotong semua bawang bombay, aku mulai mempersiapkan jamur shiitake berikutnya.

Ketika aku menghilangkan batangnya dan membuat sayatan pada permukaan tutupnya, aku menyadari kalau Yuri yang ada di sebelahku, menatapku dengan tatapan tajam.

“Aku terkejut... Kamu benar-benar sudah terbiasa ya?”

“Aku bisa dibilang terbiasa sedikit dengan memasak, meskipun tidak sebaik kamu sih...”

“Bukan itu yang aku maksud...”

Yuri menaruh tumpukan jamur eringi yang telah dipotong secara vertikal di atas piring.

“Kamu kelihatannya sudah terbiasa mengajar beberapa hal kepada para Ojou-sama itu... Mereka juga mendengarkan penjelasanmu dengan serius, apa kamu sering melakukan interaksi semacam ini?”

Yuri bertanya sambil mencuci paprika dengan air.

“Karena kami telah menghabiskan banyak waktu bersama-sama. Kami telah membangun sedikit hubungan kepercayaan.”

“Hmmm... Kamu memang hebat. Dapat diandalkan oleh orang-orang dari Akademi Kekaisaran itu.”

Yuri meneteskan air dari mulut keran ke setiap potongan paprika.

“...Aku penasaran, kemana perginya Itsuki yang selama ini aku urus.”

Yuri bergumam sambil menundukkan pandangannya.

Wajahnya terlihat sedikit kesepian.

 

◆◆◆◆

 

“Baiklah, sekarang! Dagingnya sudah matang!”

Daging yang dipanggang bersama sayuran akhirnya siap untuk dimakan.

Aku mendekat dengan piring kosong, dan Yuri menyisipkan daging ke atasnya dengan menggunakan tang.

“Rasanya sangat enak sekali!”

“Iya. Rasanya luar biasa lezat!”

Kami mencicipi berbagai jenis daging, mulai dari yang dibumbui dengan garam dan merica hingga yang dibumbui dengan saus. Para Ojou-sama yang memiliki lidah yang terlatih juga tampak sangat puas.

“Semua kerja keras itu terasa sepadan setelah menikmati ini.”

“Benar sekali! Itu sangat tepat sekali, Konohana-san! Itulah kepuasan dari memasak!”

Setelah mendengar ucapan Hinako, Yuri yang merupakan seorang koki, berbicara dengan penuh gembira.

“Makanan yang kamu buat dengan susah payah itu rasanya lebih enak, ‘kan? Tapi ketika seseorang memakannya dan mengatakan bahwa itu enak, itu akan membuatmu merasa lebih bahagia.”

Yuri berbicara dengan penuh semangat.

Setelah mendengar ceritanya, Tennouji-san dan Narika tiba-tiba mulai memanggang daging dan sayuran.

“Tomonari-san, dagingnya sudah matang.”

“Itsuki, bawang bombay sudah matang.”

Daging dan bawang bombay diletakkan di atas piring.

Mungkin bagi para Ojou-sama ini, hanya memanggang saja sudah cukup untuk membuat hidangan.

“Ummm, dua-duanya terasa enak.”

Ekspresi kedua Ojou-sama itu tersenyum berseri-seri.

“Makanan yang dibawa oleh Hirano-san juga enak.”

“Terima kasih. Aku mendapatkan bahan makanan yang baik dari tempat kerja paruh waktuku.”

Piring kertas yang dipegang oleh Hinako tidak hanya berisi daging dan sayuran panggang, tetapi juga beberapa hidangan yang telah disiapkan Yuri sebelumnya di hotel.

Dia membawa beberapa hidangan karena merasa bahwa hanya memanggang daging dan sayuran saja mungkin tidak cukup. Dia ingin menerapkan teknik yang telah dipelajari di tempat kerjanya.

“Aku merasa bahwa kemampuan memasakku masih jauh dari cukup, tetapi aku masih percaya pada lidahku. ...Tentu saja, selain bahan makanan yang baik, rasa yang dalam dan halus ini tidak dapat diciptakan tanpa berbagai percobaan yang lama. Aku merasakan kesungguhan Hirano-san dalam masakannya.”

“Hmm, hehe ... Aku menjadi malu ketika kamu memujiku seperti itu.”

Dia pasti merasa senang ketika dipuji oleh seseorang seperti Tennouji-san, yang sepertinya memiliki lidah yang sangat peka. Yuri tersenyum bahagia dengan pipi yang memerah.

“Hamburger ini juga sangat lezat, tapi daging di sini juga enak. Kira-kira ini hidangan apa?”

“Itu adalah shōgayaki. Aku senang kamu menyukainya.”

“Gorengan ini ini juga lezat. Rasanya ingin membuatku jadi makan lebih banyak!”

“Itu adalah menchi katsu. ... Aku penasaran apa para Ojou-sama tidak makan shōgayaki atau menchi katsu?”

Kalau diingat-ingat lagi, aku menyadari bahwa menu-menu semacam ini tidak tersedia di kantin Akademi Kekaisarab.

Mungkin para Ojou-sama tidak terbiasa dengan hidangan-hidangan yang tergolong sebagai hidangan gourmet kelas-B.

“Tomonari-kun, apa yang biasanya kamu makan di rumah Hirano-san?”

"Hmm? Kalau tidak salah ... hamburger, menchi katsu, dan shōgayaki.”

Ketika ditanya oleh Hinako dalam mode Ojou-samanya, aku berusaha mengingat-ingat dan menjawabnya.

Kemudian, suasana yang sebelumnya ramai dan riang, tiba-tiba berubah menjadi hening.

Setelah melihat sekilas hidangan yang dibawa oleh Yuri, Tennouji-san membuka mulutnya.

“ ... Semua makanan yang ada di sini kebanyakan hidangan favorit Tomonari-san.”

“!? Ah, itu ... itu hanya kebetulan! Ya, cuma kebetulan saja!”

Yuri berusaha membela diri dengan panik.

“Ap-Apa boleh buat! Itsuki adalah pencicip makananku, jadi hidangan yang aku kuasai cenderung sesuai dengan selera Itsuki!”

Kupikir mungkin memang begitu masalahnya, tapi para Ojou-sama itu bertanya-tanya dengan keheranan sambil memberikan respon yang sesuai.

“Namun, ini... rasanya benar-benar enak, ya.”

Sambil mencicipi masakan Yuri, Shizune-san bergumam dengan kagum.

“Saya jadi memahami mengapa bisnis keluarga Anda sangat sukses. ...Daging panggangnya juga sangat lembut. Hirano-sama, apa Anda melakukan sesuatu yang khusus dengan ini?”

“Eh, daging itu disuntik dengan jus apel menggunakan injektor daging. Karena dagingnya sudah bagus, jadi ini lebih seperti perubahan rasa daripada membuatnya menjadi empuk.” kata Yuri sambil menunjukkan benda yang seperti jarum suntik berwarna perak di tangannya.

Sebelum memanggang daging, Yuri memberikan penjelasan ringkas. Ternyata ada teknik untuk membuat daging menjadi lembut dengan merendamnya dalam jus buah, tetapi dengan menggunakan alat seperti jarum suntik itu, jus buah dapat dimasukkan ke dalam daging sehingga dalam waktu singkat, daging tebal bisa menjadi lembut dan rasanya dapat meresap hingga ke tengahnya.

“Hirano-sama, Anda bekerja paruh waktu di Karuizawa karena ingin meningkatkan kemampuan memasak Anda, bukan?”

“Ya, tapi...”

“Jika Anda berkenan, apakah Anda ingin bekerja di rumah kami juga?”

“Hah!?”

Shizune melanjutkan saat melihat mata Yuri terbuka lebar.

“Karena Anda pasti menghadiri sekolah pada hari kerja, maka bisa di hari libur... Bekerja sekali seminggu pun sudah cukup. Jika Hirano-sama setuju, kami akan mempertimbangkannya.”

Permintaan yang tiba-tiba membuat Yuri kaku dan terdiam. Dengan suara berderit layaknya robot yang rongsok, dia perlahan memalingkan kepalanya yang kaku ke arahku.

“I-Itsuki... apa yang harus aku lakukan...”

“Tidak, meskipun kamu bertanya begitu padaku, aku juga tidak tahu...”

Hal tersebut juga merupakan permintaan yang tiba-tiba bagiku. Ketika kami berdua masih terkejut, Shizune membuka mulutnya.

“Anda tidak perlu takut seperti itu. Bagi kami, ini seperti Hirano-sama memegang kelemahan kami dan ini seperti biaya diamnya.”

“Kelemahan... ah, maksudmu tentang Itsuki.”

Hal ini pasti berkaitan dengan fakta bahwa aku menyamar dan bersekolah di Akademi Kekaisaran dengan identitas palsu. Jadi begitu rupanya, aku mulai memahami jalan pikiran Shizune-san.

Dia mungkin benar-benar tulus ingin mengundang Yuri sebagai seorang juru masak. Namun, selain itu, dia juga ingin melibatkan Yuri yang mengetahui situasiku sebanyak mungkin dalam keluarga Konohana.

Mungkin hal ini terdengar kasar, tapi dia ingin meletakkan tali pengikat di lehernya. Dia ingin Yuri berada di tempat yang bsia diawasi sebanyak mungkin.

“...Karena ada urusan dengan restoran keluargaku juga, tolong beri aku sedikit waktu untuk memikirkannya.”

“Baik, saya akan menunggu jawaban anda.”

Shizune-san menganggukkan kepala sebagai tanggapan serius dari Yuri.

Keluarga Yuri pasti juga sibuk. Pasti ada banyak hal yang harus dia diskusikan.

Namun, bagi Yuri yang ingin meningkatkan kemampuan memasaknya, tawaran tersebut pasti sangat menggiurkan. Matanya berkobar dengan ambisi yang membara.

Setelah itu, kami terus memakan dan berhasil menyantap semua makanan barbekyu sekaligus masakan Yuri.

“Ah, aku kenyang sekali.”

Tennouji-san mengusap perutnya dengan puas.

“Kalau begitu, penutupnya harus yang ini!”

Yuri berkata demikian sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Itu adalah kantong besar dan datar. Di dalamnya terdapat banyak tabung panjang dan tipis.

Itu adalah bungkusan kembang api. ...Sejak kapan dia menyiapkan semuanya?

“Hirano-san, apa itu sebenarnya...?”

“Eh, kamu tidak tahu? Ini adalah kembang api.”

“Kembang api? Maksudmu benda yang ditembakkan ke langit itu, ‘kan? Memangnya kembang api itu berasal dari sesuatu yang sekecil itu?”

Hinako dan Tennouji-san terlihat keheranan.

Begitu rupanya. Tampaknya para Ojou-sama ini hanya tahu tentang kembang api yang ditembakkan ke langit.

“Ini jenis kembang api yang dipegang dengan tangan... Coba lihat.”

Yuri kemudian menyalakan ujung kembang api dengan pemantik api.

Setelah beberapa saat, percikan api berwarna kuning mulai muncul.

“I-Itu terbakar!? Air! Tolong bawakan air!”

“Tidak apa-apa. Ini adalah sesuatu yang bisa kita nikmati dengan melihatnya.”

Yuri menjawab dengan tenang kepada Tennouji-san yang panik.

Setelah memahami bahwa ini adalah jenis kembang api yang dipegang dengan tangan, para Ojou-sama tersebut diam-diam menatap percikan api yang meletup-letup dengan suara pelan.

“Indahnya.”

“...Benar sekali.”

Rupanya, ini merupakan pertama kalinya bagi para Ojou-sama merasakan kegembiraan kembang api genggam. Kalau dipikir-pikir, saat aku masih kecil, sepertinya aku juga pernah memiliki kilauan mata seperti mereka berdua.

“Apa Narika sudah tahu jenis kembang api semacam ini?”

“Ya. Sesekali di musim panas, terkadang aku melihatnya dijual di toko permen yang sering aku kunjungi. Tapi ini pertama kalinya aku melihatnya benar-benar dinyalakan. ... Terlihat berwarna-warni dan menarik.”

Narika juga terpesona dengan kembang api tersebut.

“Ada banyak jenis kembang api lainnya, jadi mari kita bersenang-senang sepenuhnya!”

Yuri berusaha memperkenalkan berbagai jenis kembang api.

Ketika kami semua bermain bersama seperti ini, rasanya seolah-olah dinding transparan antara kelas sosial yang berbeda mulai hilang melebur ke dalam kegelapan malam. Narika dan Hinako yang menunjukkan antusiasme terhadap kembang api genggam, sangat mirip dengan diriku dan Yuri saat kami masih kecil.

Meskipun kami hidup di dunia yang berbeda, ini adalah bukti bahwa kami dapat berbagi satu perasaan yang sama.

“Semuanya, minuman sudah disiapkan.”

Ketika kami sedang kelelahan setelah bermain sejenak, Shizune-san memanggil kami.

“Kebetulan sekali saat aku merasa haus.”

“Aku juga sama. Aku mungkin tak sengaja menghirup asapnya.”

Hanya ada beberapa kembang api yang tersisa. Jika semuanya habis, kami akan berencana kembali ke Karuizawa.

Meskipun kami tahu bahwa suatu saat nanti akan berakhir, tapi kami ingin memperpanjangnya selama mungkin. Kami ingin menikmati hari itu dengan hati-hati dan mengingatnya sampai akhir. Aku memahami perasaan itu.

Terutama para Ojou-sama yang khususnya sangat sibuk. Kurasa mereka jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk menikmati hari seperti ini. Pertama kali berada di laut yang bukan pantai pribadi, pertama kali di acara barbekyu di mana mereka memasak bahan daging sendiri, dan pertama kali bermain-main dengan kembang api genggam. Hari ini pasti menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi para Ojou-sama.

“Fyuh...”

Hinako yang berdiri di sampingku, menghela nafas pelan.

Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, aku berbicara dengan Hinako.

“Hinako, kamu kelihatan lelah.”

“...hanya sedikit.”

Hinako memang terlihat kelelahan, tapi dia juga terlihat penuh dengan kepuasan.

Meskipun ada kelelahan karena berakting, mungkin dia juga lelah karena bermain. Lagipula, kami sudah bermain sepanjang hari ini. Bukan hanya Hinako saja, bahkan aku juga merasa lelah.

Aku melihat sekelilingku sekali lagi.

Semua orang kecuali kami berdua sedang pergi mengambil minuman.

Sekarang tidak ada yang melihat kami.

“Ayo kita duduk di sini sebentar.”

“Mm.”

Hinako dan aku duduk berjongkok di pantai.

“...Aku juga ingin memberi sesuatu untuk dimakan Itsuki.”

Hinako mengatakan dengan sedih.

Ketika sedang berakting, dia tidak bisa melakukan hal yang dia inginkan.

Aku merasa kasihan pada beban yang dibawa Hinako.

“Kalau begitu, bolehkah aku memintamu membuatkan sesuatu setelah kita pulang?”

“...Mm. Nantikan itu dengan senang hati, ya.”

Hinako berkata dengan senang.

Bahkan jika aku mendapat mie instan, aku akan merasa senang jika Hinako yang membuatkannya untukku.

“Apa kamu menikmati kembang api tadi?”

“Mm. Itu menyenangkan.”

Hinako mengangguk dengan ceria.

“Itsuki, apa kamu pernah bermain kembang api sebelumnya?”

“Iya. Meski sebenarnya tidak terlalu sering, sih. Aku tidak punya waktu untuk bermain dan juga tidak punya uang.”

Jadi, itulah mengapa rasanya sudah lama aku tidak bermain kembang api.

Kalau dipikir-pikir, kupikir kembang apinya memiliki warna seperti ini.

“Hanya saja, aku sering bermain kembang api lilin.”

“Kembang api lilin...?”

“Iya. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya."

Aku mengeluarkan beberapa kembang api lilin dari kantong kembang api yang dibawakan Yuri.

Aku kembali ke dekat Hinako dan segera menyalakan salah satunya.

“Dengan cara ini, kita nyalakan ujungnya... dan perlahan arahkan ke bawah.”

Apinya merambat seperti bunga kecil dalam sekejap. Api segera mencoba untuk menyusut ke dalam dan membentuk bola berwarna oranye.

Percikan api terus-menerus beterbangan dari bola yang sedikit bergetar.

“Wah...”

“Cantik sekali bukan?”

“Hmm. Rasanya berbeda dengan kembang api sebelumnya... Aku juga ingin mencobanya.”

“Aku sudah menduga kalau kamu akan mengatakannya, jadi aku membawa banyak. Aku yang akan menyalakan apinya.”

Karena aku tidak yakin memberikan korek api kepada Hinako, jadi aku yang akan menyalakannya sebagai gantinya.

“Wah...”

Hinako memandangi kembang api lilin dengan mata berbinar.

“Kenapa Itsuki sering bermain ini?”

“... Yah, karena itu murah.”

Aku mengatakan itu dengan sedikit ragu karena aku takut merusak suasana.

Namun, Hinako sepertinya tidak peduli sama sekali.

“Kembang api itu murah dan bertahan lebih lama dibandingkan kembang api lainnya. Kupikir itu sebabnya orang tuaku membelikannya untukku. ...Itu adalah salah satu dari sedikit bentuk hiburan yang aku punya saat itu, jadi aku meluangkan waktu untuk bermain dengannya, satu demi satu, satu hari pada satu waktu. Aku mencoba menyimpannya selama mungkin, atau sengaja menggoyangkannya agar bentuknya berubah....Mau bagaimanapun, kurasa aku paling suka kembang api lilin.”

Ngomong-ngomong, orang tuaku pernah mencoba melihat apakah kembang api bisa digunakan sebagai pengganti lilin. Namun, segalanya tidak berjalan baik dan seluruh keluarga menjadi depresi. Jika semuanya berjalan baik, kami bisa menghemat uang untuk membeli makanan.

Kurasa mungkin episode itu juga termasuk dari salah satu kenanganku.

Menatap bola api yang berderak membawa kembali kenangan baik dan buruk.

Dibandingkan dengan masa lalu, aku pasti menjalani kehidupan yang lebih baik sekarang. Karena itulah aku tidak mempunyai keinginan sedikitpun untuk kembali ke masa lalu. Namun, sepertinya aku pun memiliki perasaan nostalgia.

Aku ingin mengonfirmasi perasaan ini, bahkan jika masa laluku tidak begitu baik.

“Apa hal ini sesuatu yang berarti bagimu, Itsuki?”

Hinako bertanya sambil menatap kembang api lilin.

“...Yah, mungkin bisa dibilang begitu.”

Mungkin ini adalah salah satu hal yang benar-benar berarti bagiku.

Pada saat ini, aku menyadari hal itu.

“Kalau begitu, aku juga...”

Hinako bergumam sambil menatap kembang api di tangannya.

Wajah cantiknya yang terpapar cahaya oranye yang indah, perlahan berbalik ke arahku dan tersenyum.

“Aku juga... ini yang paling kusukai.”

Hinako berkata dengan senyuman lembut.

Wajahnya... entah mengapa terlihat lebih cantik dari biasanya.

Suara desiran ombak dan suara petasan dari kembang api di tangannya tiba-tiba menjadi samar. Satu-satunya yang bisa kulihat hanyalah senyuman lembut dan rapuh Hinako yang diterangi oleh cahaya berkedip-kedip dari kembang api.

Detak jantungku tenang.

Tapi pikiranku tetap kacau.

Aku ingin terus melihat wajah itu selamanya.

Perasaan nostalgia yang menghinggapi hatiku berubah menjadi perasaan yang lebih tenang dan hangat.

“Kalian berdua! Minumanmu akan dingin nanti!!”

Suara keras Tennouji-san terdengar dan aku kembali tersadar.

Sepertinya Hinako sudah pulih sepenuhnya.

Aku juga merasa haus, jadi ayo pergi ke tempat yang lain.

“Ayo pergi.”

“Mm... gendong aku.”

“Jangan sekarang, karena mungkin ada yang melihat kita.”

“Cih...”

Aku tersenyum getir kepada Hinako yang mencoba untuk bertingkah manja setiap kali ada kesempatan.

Dalam suasana seperti ini, hampir saja aku meresponsnya.

Aku berjalan bersama Hinako.

Di tengah perjalanan, tanpa sadar aku melindungi punggungku dengan kedua tangan.

 “......Itsuki?”

“Ah, tidak, hari ini aku sering dipukul di bagian punggung. Aku tidak begitu mengerti, tapi tempat yang dipukul Yuri juga dipukul Narika dan Tennouji-san...”

“Hmm...”

Karena hal seperti itu terjadi berturut-turut, jadi aku secara refleks melindungi punggungku. Lalu, Hinako kelihatannya memikirkan sesuatu.

“.....Baju renang yang Itsuki pakai hari ini, dibeli di toko mana?”

“Aku yakin itu adalah toko yang berafiliasi dengan grup Konohana...”

Jawabku sambil mengingat toko tempat kami semua singgah sebelum datang ke pantai.

“Di mana Itsuki biasanya tinggal?”

“Di rumah keluarga Konohana.”

“Itsuki biasanya bekerja bersama siapa?”

“Tentu saja, bersama Hinako.”

Aku berpikir apa yang dia ingin tanyakan, dan Hinako mengangguk dengan puas.

“Kemenanganku yang mutlak...jadi tidak perlu khawatir.”

“?”

Aku tidak begitu mengerti, tapi sepertinya Hinako tidak berniat akan memukul punggungku.

Yah, sejauh ini pukulan mereka bertiga sebelumnya juga tidak terlalu sakit, jadi tidak masalah. ... Tida, mungkin hanya pukulan Narika saja yang sedikit sakit.

“Itsuki... bagaimana pendapatmu tentang Hirano-san?”

Tiba-tiba Hinako bertanya demikian.

“Meski kamu tanya bagaimana, aku hanya menganggap kalau kami adalah teman masa kecil.”

Setelah aku menjawab begitu, Hinako menunjukkan ekspresi yang agak aneh.

Entah dia tidak menyukai jawabanku... atau karena pertanyaannya sendiri kurang baik sehingga dia tidak bisa bertanya padaku apa yang sebenarnya ingin dia tanyakan, dia tampak frustrasi.

“... Apa kamu ingin bertemu dengan teman lamamu, Itsuki?”

Hinako bertanya lagi dengan sedikit arti yang berbeda dari sebelumnya.

“Yeah, aku mungkin ingin bertemu kapan-kapan.”

“... Begitu ya.”

Kali ini, Hinako terlihat puas dan menutup mulutnya.

Karena sudah waktunya untuk bergabung dengan yang lain, Hinako beralih ke dalam mode Ojou-sama yang sempurna.

Sambil melihat punggungnya yang tegap dan lurus, aku miringkan kepala dengan bingung.

Sebenarnya, apa maksudnya pertanyaan tadi?

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Yuri)

Yuri menikmati minuman yang ada di dalam gelas. Sepertinya itu adalah minuman olahraga buatan sendiri. Minuman itu memiliki aroma jeruk yang menyegarkan dan rasa yang sedikit manis.

Minuman yang disiapkan oleh Shizune, pelayan keluarga Konohana, disajikan dalam gelas yang terlihat sangat mewah. Dengan tidak menggunakan botol plastik atau cangkir kertas yang praktis, hal itu menunjukkan keanggunan khas orang kaya dan kecermatan dalam pelayanan.

“Eh, Itsuki dan Konohana-san ada di mana ya?”

Setelah membasahi tenggorokannya, Yuri menyadari bahwa Itsuki dan Hinako tidak terlihat sama sekali.

“Kalau dilihat-lihat, mereka memang tidak ada ya.”

“Kalau gitu bira aku yang akan mencarinya.”

Yuri mengambil dua gelas untuk dua orang dan mencari keberadaan Itsuki serta Hinako.

Pada saat pertunjukan kembang api dimulai, suasana di sekitar mereka seharusnya belum terlalu gelap, tapi Yuri menyadari bahwa malam sudah semakin pekat sampai-sampai dia tidak bisa melihat lebih dari beberapa meter ke depan. Keberadaan rembulan juga bersembunyi di balik awan.

Namun, Yuri dengan mudah menemukan Itsuki dan Hinako. Karena ada cahaya kembang api yang membimbingnya.

Wajah mereka terkena sinar percikan kembang api.

Mereka berdua sepertinya tidak menyadari bahwa Yuri sedang mendekat. Meskipun mereka terkena cahaya, Yuri berada dalam kegelapan malam. Mungkin mereka tidak bisa melihat dari jauh.

Yuri berusaha memberikan minuman kepada mereka, tetapi kemudian dia berhenti saat melihat wajah Hinako yang sedang terkena cahaya kembang api.

(.....Ah)

Ekspresi Hinako yang terkena cahaya kembang api begitu tenang, ekspresi wajahnya terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.

Itu bukan hanya sekedar ekspresi yang lembut. Ekspresi wajahnya menunjukkan penuh kasih sayang, menikmati momen itu, dan merasakan ketenangan yang hampir seperti tidur lelap... Meskipun Yuri baru mengenalnya dalam waktu singkat, dia dengan cepat menyadari bahwa Hinako memiliki wajah yang istimewa.

Pada saat itu, Yuri menyadari sesuatu dengan nalurinya.

(Begitu rupanya. ...jadi Konohana-san juga memang punya perasaan pada Itsuki.)

Yuri menyadari sifat sebenarnya dari emosi yang dirasakan Hinako.

Dia mengubah langkahnya yang semula menuju ke arah dua orang itu, dan malah mengarahkan kakinya ke arah yang berlawanan.

Mungkin lebih baik tidak mendekati mereka sekarang. Itulah yang dia pikirkan.

“.......Eh?”

Tiba-tiba, Yuri menyadari bahwa langkah kakinya terasa berat.

Angin laut terasa lebih dingin dari sebelumnya. Kulitnya terasa lebih lembab dengan cara yang aneh.

Itsuki memang memiliki kelebihan yang membuat lawan jenis tertarik padanya.

Tapi, Yuri tidak pernah membayangkan bahwa dirinya begitu... begitu dicintai oleh banyak gadis.

(Aku penasaran... apa-apaan dengan perasaan ini?)

Kekacauan dalam dirinya semakin membesar.

Itsuki yang dikenal oleh Yuri adalah seorang pemuda yang agak canggung dan tidak menonjol.

Itsuki yang dikenal oleh Yuri adalah seorang pria yang merasa gugup ketika berbicara dengan lawan jenis.

Bahkan penampilannya pun begitu. Itsuki yang dikenal oleh Yuri tidak pernah terlihat sekuat dan berotot begitu.

Jika diperhatikan dengan seksama, sikapnya pun aneh. Itsuki yang dikenal oleh Yuri tidak memiliki pungguk yang tegak seperti itu.

Beberapa hari yang lalu, saat mereka makan bersama di kamar, Yuri berpikir kalau Itsuki tidak berubah sama sekali…... Tapi ketika mereka menghabiskan waktu bersama, dia mulai menyadari bahwa itu tidak benar.

Itsuki yang ada dalam pikiran Yuri dan Itsuki yang nyata di hadapannya tidak lagi sama.

Yuri merasa seolah-olah dia tidak bisa melihat kekurangan apa pun pada Itsuki yang ada di hadapannya...

“....Tidak.”

Seharusnya tidak boleh begitu.

Dia mencoba menggabungkan dua citra Itsuki di dalam pikirannya.

Itsuki adalah orang baik dan disukai oleh banyak orang.

Tapi, bukannya berarti ia tidak memiliki beberapa kekurangan.

Karena jika tidak, aku...

Arti penting dari keberadaan Hirano Yuri......

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama