Houkago, Famires de Volume 2 Bab 2 Bagian 1 Bahasa Indonesia

 

Chapter 2 — Pertama-Tama, Dimulai Dengan Belanja Dulu

Bagian 1

 

Setelah cepat-cepat mengemas beberapa barang yang diperlukan, aku dan Kobaku meloncat ke kereta pertama sambil meninggalkan rumah yang membuatku tak nyaman. Barang bawaan kami hanya satu tas Boston. Ini keputusan berdasarkan mobilitas, karena membawa koper akan terlalu mencolok jika kami kabur dari rumah.

“Di jam segini penumpangnya memang sedikit ya.

Karena ini pemberangkatan kereta jadwal pertama, jadi hanya kami berdua satu-satunya penumpang di gerbong ini. Ruangan besi kecil ini seolah-olah menjadi alam semesta pribadi kami berdua.

Udara dingin pagi hari memenuhi ruangan. Cahaya matahari pagi menerobos dari jendela. Ada sedikit debu yang melayang-layang. Tiap detail yang menyusun alam semesta berdua kami ini terasa sangat berharga dan menenangkan.

...Memang begitu.

Kenapa kamu kelihatan kaku begitu?

Tidak apa-apa, aku hanya khawatir... Bagaimana dengan orang-orang di rumah dan lainnya.

Aku sudah meninggalkan catatan yang memberitahu mereka kalau aku pergi liburan bersama Kazemiya, jadi untuk sementara ini seharusnya baik-baik saja. Lagipula, itu bukan kebohongan, aku hanya tidak menuliskan tenggat waktunya saja.

Lebih baik kami bersembunyi dulu daripada membuat keributan dan mengundang polisi untuk mencari kami.

Aku menonaktifkan notifikasi di ponsel dan mengabaikan pesan-pesan yang masuk. Meskipun begitu, pasti ada batas waktu untuk terus kabur seperti ini.

...Narumi.

“Sudah kubilang jangan meminta maaf.

Eh... Ba-Bagaimana kamu bisa tahu?

Aku tahu. Karena ini soal dirimu, Kazemiya.

Kazemiya terlihat menyesal. Sepertinya dia merasa bersalah karena sudah melibatkanku dalam pelariannya dari rumah.

Karena ini kesempatan, kita tinggal menikmatinya saja. Aku sedang menikmati waktuku bersama Kazemiya.

Aku juga ingin menikmati waktuku bersama Narumi, tapi... bukannya itu aneh? menikmati kabur dari rumah. Aku juga sebenarnya tidak tahu apa yang harus dinikmati.

“Misalnya saja seperti pemandangan.

Pemandangan...

Setelah aku bujuk, Kohaku perlahan-lahan mulai memperhatikan pemandangan di luar jendela, meskipun dengan enggan.

...Sepertinya aku jarang ke sini.

Pemandangan kota yang biasa-biasa saja. Bukannya kami menaiki kereta Shinkansen untuk pergi ke tempat yang jauh.

Tapi pemandangan sederhana itu menjadi bukti nyata bahwa kami telah jauh dari rumah.

Oh, ada taman di sana... Aku sama sekali tidak tahu.

Itu menunjukkan bahwa dunia Kohaku sedikit demi sedikit mulai meluas. Aku juga merasa bahagia seolah-olah itu kesenanganku sendiri.

Kelihatannya kamu mulai sedikit menikmatinya, kan?

...Eng-Enggak, bukannya begitu.

Tidak usah mengelak. Justru bagus kalau kamu menikmatinya.

Setelah itu, kami terus berguncang di dalam gerbong kereta. Pemandangan menjadi semakin asing, dan seiring berjalannya waktu, penumpang di dalam kereta pun semakin bertambah. Di situ, kami turun dari kereta.

Sekarang mau ke mana?

Tidak ke mana-mana, hanya ke tempat biasa.

Aku mengarahkan pandanganku pada Kazemiya seolah memberikan semangat kepadanya, dan di sana terlihat papan nama yang akrab, dengan huruf-huruf yang terasa hangat dan bersahabat: “Restoran Keluarga Flowers.

...Karena ini memang restoran waralaba, jadi pasti ada cabang yang sama, tapi kalau melihat tanda yang familiar di tempat yang tidak biasa, aku entah kenapa merasa tenang.

Aku setuju. Kalau begitu ayo pergi, di jam segini pasti ada menu sarapan, jadi kita makan dulu.”

Meskipun ini adalah cabang dari restoran waralaba nasional, sehingga tanda dan logo restorannya sama, restoran-restoran tersebut berbeda dalam ukuran dan luas ruangannya, jadi susunan interiornya pun tidak persis sama. Meski bukan 'restoran biasa' yang sering kami kunjungi sepulang sekolah, suasana yang akrab tetap memberikan rasa aman. Kazemiya sepertinya juga merasakannya, karena ekspresi cemas di wajahnya sedikit memudar setelah masuk ke dalam.

“Kamu bebas memesan apa saja sepuasmu. Kamu bahkan boleh memesan semua dessert juga, kok.

“Mana mungkin aku bisa makan sebanyak itu.

Tapi Kazemiya yang biasanya pasti makan banyak, ‘kan?”

Yang biasanya... Maksudmu aku anak kecil yang rakus?

Akhir-akhir ini aku menyadari kalau aku suka melihat Kazemiya makan banyak.

“Aku tidak paham maksudmud.

“Sejujurnya, aku sendiri juga tidak mengerti kenapa. Tapi aku menyukainya saha.

“────...La-Lagian, jangan melihat wajahku saat aku sedang makan!

Kazemiya memalingkan wajahnya, mungkin merasa malu karena wajahnya dilihat saat makan.  Mengobrol di restoran seperti ini terasa seperti hari-hari pulang sekolah biasa.

Tapi lupakan soal wajahmu saat makan. Hari ini ada banyak yang harus kita lakukan, jadi pastikan kamu makan dengan baik untuk memulihkan tenaga.

“Ada banyak...?

“Aku akan menceritakannya setelah memesan.

Akhirnya, aku dan Kazemiya memesan paket sarapan dengan telur orak-arik. Sambil memilih roti panggang sebagai pendampingnya, Kazemiya memesan pancake tambahan.

...Aku jarang makan sarapan di sini, jadi dari dulu aku ingin mencobanya.

Dia terlihat mengatakannya untuk membela diri, yang mana itu sangat menggemaskan... Tapi aku tidak mengatakannya langsung, karena Kazemiya pasti akan merajuk lagi jika merasa diperlakukan seperti anak kecil. ...Wajahnya yang marah juga imut sih.

“Mengenai rencana kita ke depannya...

Aku meletakkan ponselku di meja supaya Kazemiya bisa melihatnya, dan menampilkan tulisan 'Rencana Liburan Musim Panas'.

Seperti yang sudah kukatakan kemarin, kita akan mengikuti rencana yang sudah kita buat sebelum liburan musim panas.

Memang rencana itu rencana bersenang-senang, tapi rencana itu sudah berantakan sejak hari pertama.

Jangan terlalu dipikirkan mengenai masalah sepele. Intinya, asal kita bisa menikmatinya, itu saja sudah cukup.

Lagipula, kerangka dasar rencana ini adalah 'Daftar Hadiah Liburan Musim Panas', yang merupakan hadiah atas usaha belajar untuk ujian akhir. Sebagai seorang pelajar, ini bukan rencana yang terlalu buruk, meskipun kami kabur dari rumah.

Nah, langkah pertama dari rencana itu sudah kita laksanakan.

Aku mengoperasikan ponselku dan membuka aplikasi resmi 'Flowers'. Kemudian, halaman layar dengan font yang cerah dan elegan mulai muncul, bertuliskan 'Restoran Keluarga Flowers. Ultah ke-300 Cabang, Rencana Berburu Stempel Liburan Musim Panas'.  Isinya sederhana, yaitu, kamu hanya perlu mengumpulkan 5 stempel dari tiap cabang, yang mana itu bisa ditukar dengan hadiah atau kupon.

Di layar terdapat bingkai yang menyerupai kartu stempel, dan sistem di mana stempel akan terkumpul saat menunjukkan aplikasi saat pembayaran melebihi jumlah tertentu.

...Ah, begitu. Stempel. Jadi itulah alasan kita datang ke toko ini.

Aku sudah mendapat satu di toko ini, jadi tersisa empat lagi. Satu langsung tercapai. Sepertinya semuanya akan berjalan lancar. Nah, jadi... hari ini kita laksanakan rencana ini.

Aku mengetuk pelan pada satu poin di rencana yang ditampilkan di layar ponselku.

...'Berbelanja'.

Ya, belanja.

“Kalau dilihat-lihat lagi, ternyata rencana kita lumayan sederhana, ya.

Memang, di sini cuma tertulis 'Belanja' saja.

Dan juga kita menulis apa yang akan dibeli.

Karena rencananya hanya berputar-putar melihat-lihat tanpa tujuan pasti, sih.

Kami saling berpandangan dan mulai tertawa bersama-sama.

Rencana yang sangat asal-asalan, ya.

“Aku penasaran siapa sih yang membuatnya.

Iya, benar.... Yah, bisa dilihat dari ini, kita memang terlalu bersemangat, ya. Liburan musim panas.

Karena kita sangat menantikannya.

Menantikannya... Ahhhh, aku jadi merasa kesal lagi saat mengingat Mamahku. Padahal aku sangat menantikan liburan musim panas ini, tapi malah dibuat berantakan.

Syukurlah, sepertinya Kazemiya mulai kembali bersemangat. Sepetinya aku membuat keputusan yang tepat untuk datang ke restoran keluarga ini.

Meskipun 'Belanja' di rencana liburan sebelumnya hanya asal-asalan, tapi sekarang urusannya sudah berbeda. Apa yang akan dibeli sudah ditentukan.

Benarkah?

“Malah tanya balik.....Masa kamu masih belum menyadarinya?

Eh?

Sepertinya Kazemiya benar-benar belum menyadarinya... atau lebih tepatnya, dia tidak menyadarinya.

Sambil menatapnya, aku hanya berkata satu kata.

Baju.

..............................Ah.

Meskipun kemarin dia meminjam kemejaku, tapi sekarang Kazemiya memakai baju yang dipakainya saat kabur dari rumah. Pada akhirnya itu hanya baju rumahan, yang terdiri dari kaos dan celana pendek saja.

Jadi wajar saja kalau kami mana mungkin bisa terus-menerus keluar hanya dengan pakaian seperti itu.

Ngomong-ngomong, aku... masih memakai pakaian ini, ya...

Untung saja sekarang masih pagi, jadi orang-orangnya tidak terlalu banyak. Tapi seiring bertambahnya jumlah orang, perhatian yang kami dapatkan juga akan semakin meningkat. Mana mungkin dia akan terus-menerus berpakaian santai seperti ini. Selain itu, masalah ganti baju juga mendesak bagi Kazemiya. Tapi tampaknya dia belum menyadari sama sekali.

Kazemiya memang punya sisi pelupa ya.

...Berisik.

Sepertinya dia terlihat malu dan pipinya tampak sedikit memerah.

Wajahnya yang seperti itu benar-benar manis... aku tanpa sadar berpikir begitu.

Kita akan menunggu tokonya buka, lalu pergi membeli baju. Kita juga butuh tas untuk membawa barang-barang kita. Mana mungkin kita bisa memasukkan semua barang-barang kita ke dalam satu tas... Nah, pagi ini kita akan mengumpulkan kebutuhan hidup sementara. Untuk makan siang, kita cari restoran di sekitar sini... Setelah itu, kita harus mencari penginapan untuk malam ini.

Meskipun kami sudah merencanakan liburan musim panas, tapi acara kabur ini merupakan hal di luar rencana. Jadi, ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana awal. Sepertinya kami harus menyusun jadwal dadakan.

...

“.....Ada apa?

Saat aku menyusun rencana untuk hari ini, aku menyadari kalau Kazemiya terus-menerus memandangku dengan penuh perhatian.

Kalau dipikir-pikir, bukan hanya aku saja yang melarikan diri dari rumah. Kurasa aku juga seharusnya mendengarkan pendapat Kazemiya.

Kelihatannya kamu sudah terbiasa ya. Apa kamu pernah kabur dari rumah sebelumnya?

Aku belum pernah benar-benar kabur. Ini baru pertama kalinya aku melakukannya.

...Jadi kamu pernah membayangkannya?

Iya. Saat aku kepikiran untuk kabur dari rumah, hal itu menjadi salah satu pilihan yang kupikirkan. Bagaimana jadinya kalau aku kabur, apa yang harus kulakukan, hal-hal seperti itu sering kupikirkan. Kazemiya juga pernah berpikir begitu, kan?

Yah, begitulah... Aku banyak memikirkannya di dalam kepalaku, tapi aku tidak punya keberanian atau kesempatan untuk benar-benar kabur. Aku juga tidak bisa menghilangkan rasa takut akan masa depan... Akhirnya, aku hanya bisa memilih cara melarikan diri yang setengah-setengah.

Memang, itulah yang biasa terjadi. Aku juga sama. Tidak punya keberanian atau kesempatan untuk kabur, dan tidak bisa menghilangkan rasa takut akan masa depan. Jadi, aku juga hanya memilih cara melarikan diri yang setengah-setengah.

Kami adalah orang-orang setengah-setengah. Hanya sebatas “Keegoisan anak-anak dari sudut pandang orang dewasa.

Tapi, justru karena kita memilih cara melarikan diri yang setengah-setengah, kita jadi bisa bertemu.

...Ya. Kamu benar. Kurasa itu ada benarnya juga.

Karena kami melarikan diri, kami bisa bertemu. Karena kami setengah-setengah, kami bisa bertemu. Hanya melarikan diri saja tidak akan menyelesaikan masalah. Kami hanya menunda-nunda. Tapi, melarikan diri juga bukan sesuatu yang selalu buruk. Ada hal-hal yang bisa kita dapatkan di tempat pelarian kami. Itulah hubungan yang kami miliki sebagai [Aliansi Restoran Keluarga].

Maaf sudah membuat Anda menunggu. Ini pesanan Anda, paket sarapan telur orak-arik dan Pancake.

Pesanan sarapan kami akhirnya datang.

Pembicaraan kami juga berhenti pada waktu yang tepat, dan perutku juga mulai lapar. Waktunya sangat pas sekali.

Ayo, kita makan dulu.

Iya.

Aku dan Kazemiya saling bertatapan, lalu mengucapkan doa.

““Selamat makan””

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama