[LN] Hanayome Shuugyou Volume 1 Bab 1 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Chapter 1 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri Memulai Pelatihannya Sebagai Istri

Bagian 2

(Sudut Pandang Souta)

 

Belajar pengantin....Maksudnya belajar untuk menjadi istri?

Yang aku ketahui soal 'belajar untuk menjadi istri' di Jepang adalah ketika seorang wanita yang akan menikah mempelajari hal-hal seperti pekerjaan rumah tangga, sopan santun, dan sebagainya sebelum menikah.

Tapi Lily masih seorang gadis SMA. Rasanya masih terlalu dini untuk belajar menjadi istri, dan dan itu bukanlah sesuatu yang harus dia lakukan jika datang ke Jepang. Lagipula, memangnya budaya pelatihan istri juga ada di Inggris....?

Tidak, tunggu dulu.

Lily mungkin terlihat seperti ini, tapi dia adalah seorang putri bangsawan. Apa jangan-jangan dia mungkin sudah punya tunangan? Dan orang itu mungkin orang Jepang dari keluarga terpandang?

Tapi kemungkinannya kecil.

Sepertinya Lily hanya salah paham atau diberi informasi yang salah.

Aku mengenal satu orang yang mungkin secara sembarangan berbicara bahassa Jepang hanya untuk bersenang-senang.

Mary. Dia pasti mengucapkan sesuatu dengan bercanda.

Karena Lily adalah gadis yang polos, jadi dia percaya saja.

Mungkin yang dia maksud adalah belajar budaya Jepang, bukan 'belajar menjadi istri' secara harafiah.

Aku meyakinkan diriku sendiri mengenai itu.

Jadi begitu ya, aku akan mendukungmu

"Ya, aku akan berusaha yang terbaik. Tolong, nantikan saja.

Lily menjawab begitu dengan ekspresi puas dalam bahasa Jepang.

Tidak, tapi...

Bahasa Jepangmu bagus juga ya

Kemampuan bahasanya begitu sempurna sampai-sampai dia takkan mengalami kesulitan dalam percakapan sehari-hari.

Pengucapannya masih sedikit terbata-bata, dan ada kesan kurang lancar, tapi... perkataannya cukup bisa dimengerti.

Benarkah? Apa aku sudah berbicara dengan baik?

Aku memberikan anggukan besar kepada Lily yang tersenyum senang.

Ya, orang-orang masih akan mempercayainya ketika kamu mengatakan kalau kamu dibesarkan di Jepang.

“Karena aku sudah berusaha keras.

Ketika aku memujinya, Lily membusungkan dada dengan ekspresi bangga.

Sebenarnya, rasanya pasti tidak mudah untuk menjadi mahir dalam 6 bulan kecuali dia sudah berusaha sangat kerass, tapi... apa yang membuatnya sampai melakukan itu?

Tolong bicaralah dalam bahasa Jepang, bukan bahasa Inggris. Aku juga akan berusaha berbicara dalam bahasa Jepang.

Baiklah, aku akan mencoba berbicara dalam bahasa Jepang. Beritahu aku jika cara bicaraku sulit dimengerti.

“Iya.

Sekarang, kami tidak bisa berdiri terlalu lama.

Kami harus menyelesaikan pemindahan ini secepatnya.

“Untuk saat ini, ayo kita pindahkan barang-barangmu dulu.

Baik. Terima kasih banyak.

Pertama-tama, kami memindahkan barang-barang besar... dan merakit furnitur yang dibeli secara online.

Kami merakit tempat tidur, rak buku, dan meja belajar bersama-sama.

Setelah itu, aku membawa kardus berisi barang-barang pribadi Lily, tapi ternyata jumlahnya tidak terlalu banyak.

Aku selalu berpikiran kalau perempuan pasti akan membawa banyak pakaian dan lain-lain...

Hanya segini?

Hanya barang-barang yang benar-benar diperlukan... Kupikir lebih baik membeli pakaian di Jepang nanti, jadi aku hanya membawa barang-barang seminimal mungkin

Lily menjelaskan sambil mencampur bahasa Jepang dan Inggris.

Begitu ya. Lalu... mana yang mau dibuka duluan? Atau sebaiknya aku tidak membantu?

Meskipun hubungan kami sudah cukup dekat, tidak enak rasanya mengintip barang-barang pribadinya sembarangan.

Jumlahnya juga sedikit, jadi mungkin lebih baik Lily saja yang mengurusnya.

"Kalau begitu, tolong buka yang itu. Biar aku yang membuka kardus ini.”

Baiklah.

Aku membuka kotak kardus yang ditunjuk sesuai permintaan Lily.

Di dalamnya terdapat beberapa lembar kain tipis yang dilipat rapi.

Mungkin itu sapu tangan?

Sambil berpikir begitu, aku pun merentangkannya dengan kedua tanganku.

Ternyata itu adalah baju tidur wanita seksi.

Pakaian dalam ini memiliki desain yang sedikit transparan dan cukup dewasa.

Inilah yang disebut sebagai ‘kancut kemenangan’.

Aku buru-buru menutup kardus itu lagi.

Ada apa?

Lily tersenyum kecil saat bertanya.

Raut wajahnya seakan-akan menunjukkan kalau kejahilannya berhasil dijalankan.

Tidak, bukan apa-apa.

Dasar Lily...

Apa dia memang biasa memakai pakaian dalam seksi seperti itu?

Atau memang orang-orang Barat semuanya begitu?

Lagipula, kenapa dia membawa pakaian dalam seksi seperti itu ke tempat tinggal barunya? Dia tidak memerlukannya, ‘kan?

Apa yang dia rencanakan dengan pakaian dalam itu? Dia ingin menunjukkan kepada siapa dengan pakaian dalam itu?

Sambil memikirkan hal itu, aku berusaha menyembunyikan ekspresi wajahku.

 

※※※※

 

Souta, bagaimana menurutmu? Apa ini kelihatan cocok untukku?

Li-Lily!?

Lily yang muncul di depanku mengenakan baju tidur seksi.

Kain tipis yang dihiasi pita dan renda terlihat anggun, namun juga sangat menggoda.

Kulit putihnya samar-samar terlihat di balik kain biru.

He-Hei, Lily... Ap-Apa yang kamu rencanakan!?

Aku tanpa sadar mundur selangkah.

Lily berjalan mendekatoku dan meletakkan tangannya di bahuku.

Lalu, dia berbisik di dekat telingaku.

“Pelatihan untuk menjadi istri.

 

※※※※

 

...Hanya mimpi, ya.

Dan akhirnya aku terbangun.

Dilihat dari sinar matahari pagi dan diriku yang berada di tempat tidur, aku menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah mimpi.

Aku secara refleks memegang keningku.

Astaga, mimpi apaan itu...

Biasanya aku tidak pernah memimpikan hal-hal semacam itu.

Sepertinya kedatangan Lily ke rumah ini membuatku menjadi aneh.

Kelihatannya aku membutuhkan waktu untuk membiasakan diri.

Aku meregangkan tubuh sebentar, lalu bangun dari tempat tidur.

Setelah menyikat gigi dan mencuci muka, aku menuju ke ruang makan.

Sudah saatnya membaliknya. Hati-hati ya.

Ba-Baik. Uu, in-ini...

Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Masih bisa diperbaiki kok. Asal terlihat bagus di akhir, semuanya akan baik-baik saja.

Be-Begitu ya.

“Kemungkinan paling buruk, hasilnya sama saja jika dimasukkan ke dalam perut.

Benar juga!

Di dapur, ibuku dan Lily sedang memasak bersama.

Sepertinya Lily sedang belajar cara memasak dari ibuku.

Di rumah kami, kami berbagi tugas dalam melakukan pekerjaan rumah.

Lily juga akan mulai membantu sedikit demi sedikit setelah terbiasa dengan kehidupannya di sini.

Sepertinya hari ini dia sedang berlatih.

Uu... Jadi berantakan. Ini salahku...

Tidak apa-apa. Souta pasti akan memakannya tanpa protes."

Ta-Tapi...

Selamat pagi.

Ketika aku menyapa, tubuh Lily sedikit tersentak.

Sementara itu, ibuku membelalakkan matanya.

Wah... Rupanya kamu sudah ganti baju, ya?

Uhm, yah... Apa sarapannya sudah siap?"

Iya, baru saja selesai. Benar, kan?

E-Eh... I-iya...

Lily terlihat sedikit menyesal saat menyodorkan sesuatu yang terlihat seperti dashi tamago padaku.

Hasilnya tampak seperti persilangan antara telur orak-arik dan dashi tamago.

Meskipun bentuknya tidak terlalu bagus...

Yang penting rasanya.

Karena dia membuatnya bersama ibuku, jadi mana mungkin rasanya bakalan aneh.

Terima kasih.

Aku mengambil telur gulung itu dan membawanya ke tempat dudukku.

Selain telur gulung, semua hidangan sudah dihidangkan.

“““Selamat makan”””

Kami bertiga mulai menyantap sarapan bersama.

Biasanya aku memulai dengan meminum sup miso terlebih dahulu, tapi kali ini pandangan Lily terus tertuju padaku.

Setelah mimpi tadi pagi, aku jadi merasa aneh kalau Lily menatapku begini...

Lebih baik aku mulai makan telur gulungnya.

Aku mengambil sepotong dengan sumpitku dan memasukkannya ke mulut.

Rasa asin dan manisnya terasa pas, serta wangi kaldu tercium di hidung.

...Bagaimana rasanya?

Enak. Bukannya kamu sudah melakukannya dengan baik meskipun baru pertama kali memasaknya?”

Untuk bumbunya pun tidak jauh berbeda dengan buatan ibuku.

...Tentu saja, karena dia mengukur jumlahnya bersama ibuku.

Be-Begitu ya. Hehe, tentu saja.

Sepertinya Lily merasa lega setelah mendengar perkataanku, karena dia kembali menunjukkan ekspresi bangganya.

Lalu, akhirnya dia mulai menyantap makanannya sendiri.

Dengan terampil, dia memisahkan daging ikan gorengnya dengan hati-hati.

Seperti saat makan malam kemarin, dia menggunakan sumpitnya dengan sangat mahir.

Apa dia juga berlatih menggunakan sumpit seperti dia berlatih bahasa Jepang?

Tapi, Lily-chan. Kamu melakukannya dengan sangat baik mengingat ini pertama kalinya kamu memasak. Kamu juga menggunakan sendok takar dengan benar.

“Karena sebelumnya, aku pernah membuat kue ringan.

Ah iya, benar juga. Dulu saat Lily masih di Inggris, dia pernah membuatkan kue untukku.

Saat kami pergi bersama pada hari libur, dia juga membuat sandwich yang terlihat seperti buatan sendiri.

Sepertinya dia bisa membuat camilan sederhana atau kue-kue.

Wah, benarkah? Kalau begitu, bolehkah aku memintamu mencoba membuatnya lain kali?

“Iya, serahkan saja padaku, Ibunda.

Ibunda.

Sejak tadi malam, Lily memanggil ibuku dengan sebutan Ibunda”.

Ketika Ibuku dengan bercanda mengatakan Sebagai ibu angkatmu, kamu boleh memanggilku dengan panggilan Ibunda.

Dan tampaknya Lily menerima usulan itu dengan serius.

Sementara itu, Lily meminta agar ibuku memanggilnya sebagai Lily, bukan Amelia.

Padahal aku sendiri membutuhkan waktu setengah tahun untuk bisa memanggilnya Lily.

Entah kenapa, aku merasa sedikit kompleks.

“““Terima kasih atas makanannya”””

Setelah selesai makan, selanjutnya adalah mencuci piring.

Memang ada jadwal untuk siapa yang mencuci piring, tapi rumahku mempunyai kebiasaan untuk melakukannya bersama-sama.

Ibu dan aku biasanya berbagi tugas, ada yang mencuci dan yang mengelap.

“Aku juga, mau membantu.

“Ara, benarkah? Lily-chan, kamu pasti sibuk menyesuaikan diri di Jepang, jadi kamu tidak perlu membantu mencuci kalau tidak mau...

Pasti ada banyak hal yang harus dia pelajari, jadi pekerjaan rumah tangga bisa ditunda dulu.

Tapi, Lily menggelengkan kepalanya kuat-kuat setelah mendengar ucapan ibuku.

Ini latihan untuk menjadi istri.

Mata ibuku membelalak saat mendengar ucapan Lily.

Lalu, dia mengangguk-angguk paham, dan tersenyum senang.

Ah begitu, baiklah, aku mengerti! Kalau begitu, Lily-chan, ayo kita cuci piring bersama!

Sepertinya ibuku mengerti maksud perkataan Lily.

Memangnya dia itu cenayang atau semacamnya?

“Baiklah, Lily-chan, pakai celemek ini dan berdiri di sana.

Baik.

Lily segera memakai celemek, menggulung lengan bajunya, dan mengambil spons untuk mulai mencuci piring.

Namun, dia malah memiringkan kepalanya.

Sepertinya dia mengalami kesulitan untul mulai mencuci piring.

Ibunda, ada yang ingin aku tanyakan.

Ada apa?

Bagaimana caranya mencuci piring?

Meskipun dia bisa memasak, sepertinya Lily belum pernah mencuci piring sebelumnya...

Ah, mungkin dulu di rumahnya dia selalu menyuruh pembantunya untuk beres-beres.

Hmm, begini ya. Pertama, bilas dengan air...

Meskipun ibuku terlihat sedikit bingung, tapi dia mulai mengajarkan cara mencuci piring kepada Lily.

Meskipun gerakan Lily masih agak kaku, dia berhasil mencuci piring dengan bersih.

Dia memang cekatan, jadi kurasa dia akan cepat bisa mencuci piring.

Souta.

Setelah aku selesai mengeringkan piring terakhir, Lily memanggilku.

Ya?

Aku akan berusaha keras dalam 'pelatihan menjadi istri'. Harap nantikan itu.

Eh, ya...? Baiklah...

Apa dia tidak perlu belajar bahasa lagi?

 

※※※※

 

Setelah selesai membereskan sarapan dan melihat ibuku berangkat bekerja, kami pergi meninggalkan.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan musim semi.

Tidak perlu dikatakan lagi, Lily juga akan bersekolah di sekolah yang sama denganku.

... Ngomong-ngomong, Souta.”

Ya?

Bagaimana menurutmu, apa ini cocok untukku?

Lily bertanya padaku dengan pandangan menengadah ke atas.

Tiba-tiba, aku teringat kejadian dalam mimpiku tadi pagi.

Tapi, berbeda dengan mimpi stadi pagi, kali ini Lily mengenakan seragam sekolah model seragam pelaut.

Sekolah di Inggris memakai blazer dan dasi, jadi penampilannya saat ini terlihat sedikit baru.

“Seragam itu kelihatan cocok untukmu.”

Ketika seorang gadis cantik dan bukan orang Jepang seperti Lily yang sebenarnya memang bukan orang Jepang – membuat seragam yang biasa terlihat menjadi terlihat modis.

Begitu ya. Semoga saja ini tidak kelihatan aneh.”

Tidak aneh sama sekali, kok. Kamu justru manis sekali

Ak-Aku kelihatan manis...!

Perkataanku membuat Lily membuka matanya lebar-lebar.

Kulit wajahnya yang putih seketika berubah jadi memerah.

Aku tidak memintamu untuk mengatakannya sampai sejauh itu!

Lily berseru sambil membuang wajahnya.

Sepertinya aku sudah membuatnya marah.

Padahal dia akan ngambek jika tidak dipuji...

 

※※※※

 

Sambil bertukar percakapan seperti itu, kami berangkat ke sekolah.

Untungnya, kami berada di kelas yang sama.

Lalu perkenalan diri di awal tahun ajaran baru pun dimulai...

Karena Lily secara terbuka mengatakan bahwa dia tinggal serumah denganku, dia jadi menghadapi banyak masalah.

 

Saat istirahat makan siang,

Ini enak. Rasanya lebih enak daripada yang pernah kumakan di Inggris."

Lily berkata dengan wajah puas saat memakan kare katsu.

Rupanya kare katsu Jepang juga populer di Inggris.

Lily juga pernah memakannya di Inggris.... atau lebih tepatnya, dia pergi memakannya bersama denganku, dan dia cukup menyukainya.

Jadi, setelah datang ke Jepang, dia ingin makan kare katsu yang asli.

“Ngomong-ngomong, Souta

Ya?

Mau barteran?

Lily memilih kare katsu ayam.

Di Inggris, katsu ayam jauh lebih populer daripada katsu babi. Itulah sebabnya Lily memilih katsu ayam, sesuatu yang sudah biasa dia makan.

“Oke.”

Aku mengambil sepotong katsu babi dari piringku dan menaruhnya di piring Lily. Dia juga memberikan sepotong katsu ayamnya dan membagikannya denganku.

Bagaimana dengan daging babinya, Lily?

“Rasanya enak, sih. Tapi...

Tapi?

“Aku lebih menyukai yang ayam.”

Sepertinya Lily lebih menikmati katsu ayam yang sudah biasa dia makan.

Meskipun begitu, ini adalah pembicaraan tentang katsu yang dihidangkan dengan kari.

Lily belum mencoba rasa katsu babi yang disajikan dengan saus dan dihidangkan bersama kubis.

Lain kali aku akan memperkenalkannya.

Terima kasih atas hidangannya.”

Lily telah menghabiskan kari katsu dengan rapi, namun wajahnya terlihat sedikit kurang puas. Saat memakannya, dia terlihat bahagia, jadi sepertinya yang kurang bukan rasanya, tapi porsinya.

Meski terlihat mungil, Lily ternyata punya nafsu makan yang besar. Ukuran M di Jepang sepertinya tidak cukup untuk memuaskan nafsu makannya.

“Ngomong-ngomong Lily... kenapa pagi ini kamu mengatakan hal seperti itu?

Hal seperti itu?

“Tentang kita yang tinggal bersama... Bukannya lebih baik kalau kamu tidak perlu mengatakannya? Ditambah lagi dengan perkataan, menyerahkan semuanya pada imajinasimu.... bukannya itu seolah-olah mengatakan kalau kita adalah sepasang kekasih?”

Akibatnya, teman-teman sekelas kami menganggap kami ini sepasang kekasih.

Mereka beranggapan bahwa Lily, si gadis cantik yang datang dari Inggris, datang ke Jepang demi mengejar pacarnya.

“Memangnya itu ada masalah?"

Tidak, sih. Tapi... Apa kamu tidak apa-apa? Pasti banyak yang bertanya-tanya tentangmu, ‘kan?”

Aku belum memiliki seseorang yang kusukai, jadi aku tidak masalah jika aku disalahpahami.

Apa Liliy tidak keberatan jika aku dianggap sebagai pacarnya? Kalau hanya gadis biasa saja sih tidak masalah, tapi Liliy adalah seorang putri bangsawan. Bukannya itu akan menjadi skandal?

“Aku tidak keberatan. Karena itu bisa menjadi penghalang serangga jahat yang berusaha mendekati

"Ah, begitu ya."

Jadi intinya, itu demi menjauhkan laki-laki.

Memang benar bahwa di Inggris pun Lily sering didekati laki-laki.

Dengan status punya pacar, dia bisa terhindar dari pengakuan cinta atau laki-laki yang berusaha mendekatinya tanpa alasan.

“Aku harus berhati-hati terhadap kucing pencuri.”

...Kucing pencuri?

Setahuku, istilah kucing pencuri biasanya merujuk pada wanita yang merebut pacar orang lain.

Tapi yang perlu diwaspadai Lily sepertinya bukan kucing pencuri, melainkan serigala jahat yang mengincar gadis-gadis muda.

Aku ingin menegurnya dan mengoreksinya, tapi melihat wajah Lily yang tempak puas, aku mengurungkan niatku.

Aku juga pernah menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris yang baru kupelajari secara berlebihan.

Sepertinya Lily sedang dalam fase itu sekarang. Jadi, sebaiknya aku biarkan saja dia saat ini.

 

※※※※

 

Periode kelas sore dihabiskan untuk memutuskan beberapa petugas kelas dan mencairkan suasana, dan kemudian akhirnya bel pulang berbunyi.

Sekarang saatnya kegiatan ekstrakulikuler.

“Kalau gitu, Souta. Ayo kita ke klub tenis.

Lily berkata sambil membawa raket tenisnya seolah-olah dia sudah siap sempurna.

Aku memang tergabung dalam klub tenis.

Ketika aku menceritakan itu kepadanya semalam, Lily langsung berkata kalau dia ingin bergabung juga.

Sepertinya dia membawa raket tenis dari Inggris saat ke Jepang.

Ah, ya... Soal ruang gantinya, kira-kira bagusnya bagaimana ya?

Tentu saja aku tidak bisa masuk ke ruang ganti putri.

Memang tidak ada aturan khusus, tapi aku merassa sedikit cemas jika hanya membiarkannya begitu saja tanpa ada penjelasan sama sekali.

Sebaiknya aku minta bantuan salah satu anggota perempuan.

Pada saat aku berpikir demikian...

“Yahoo, Souta! Apa pacarmu akan ikut klub tenis juga?

Teman sekelasku merangkul bahuku.

Dia adalah seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang sedang dan senyum ceria.

Roknya yang sedikit pendek membuat seragamnya terlihat bergaya.

“Lepaskan aku, Misato. Selain itu, dia bukan pacarku.

Nama gadis itu adalah Kasai Misato.

Meskipun dia sudah seperti kerabat, dia adalah gadis tercantik di sekolah ini.

Perlu diingat, julukan tersebut hanya berlaku setidaknya sebelum Lily datang pindah kemari.

Eh, aku dengar pacar Souta akan datang untuk homestay. Bukannya itu dia? Dia bahkan memperkenalkan dirinya tadi.

Itu salah paham.

Aku mengonfirmasi raut wajah Lily saat mengatakan itu.

Aku berpikir dia akan marah jika dianggap sebagai pacarku, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda itu.

Lebih tepatnya, ekspresi wajahnya tampak cengo.

Mungkin dia tidak bisa menerjemahkan “Kanojo” ke "lover" atau "girlfriend".

“Kanojo” diterjemahkan langsung menjadi “Dia”.

"Lily. Dia adalah Kasai Misato. Dia adalah.... temanku.”

Perkenalan diri sudah dilakukan di kelas, tapi aku akan memperkenalkannya sekali lagi.

Misato melepaskan tangannya dari bahuku dan mendekat ke arah Lily.

“Memanggilku teman seolah-olah aku ini orang asing saja. Namaku Kasai Misato. Panggil saja Misato. Hmm... Boleh aku memanggilmu Lily-chan?

Tampaknya sikap ramah Misato membuat Lily sedikit kesal.

Dia mengernyitkan alisnya sedikit.

“Namaku Amelia Lily Stafford. Panggil aku Amelia. Amelia, ya.

Hmm, begitu rupanya. Oke, senang berkenalan denganmu, Amelia-chan!"

Misato tersenyum dengan geli, lalu menyenggol lenganku.

Apa? Dipanggil nama tengah? Bukannya hubungan kalian begitu dekat. ... Kamu seriusan kalau dia bukan pacarmu?

Aku tidak menyangkal kedekatannya, tapi...

Bagaimana kalau kita pergi sekarang?

Saat Misato dan aku sedang berbicara, Lily mengatakan itu dengan suara yang sedikit tidak senang.

...Kalau dipikir-pikir, Misato ‘kan anggota klub tenis putri.

Misato, bisakah kamu mengantar Lily ke ruang ganti? Kamu ada kegiatan klub sekarang, kan?

Tentu saja, tidak masalah! Kalau begitu, Amelia-chan. Ayo kita pergi!

... Baiklah.

Lily melihat wajahku sekilas dengan ekspresi sedih sebelum berjalan di belakang Misato dengan bahu yang sedikit tertunduk.

Mungkin dia merasa cemas karena berpisah dariku.

Tapi terlalu bergantung padaku juga tidak baik.

Lagi pula, meskipun tidak sebaik aku, Misato juga bisa berbahasa Inggris dengan cukup baik.

Jadi seharusnya tidak ada masalah.

Setelah mengantarkan Lily, aku pergi ke ruang ganti laki-laki.

 

※※※※

 

Aku, Kasai Misato, mengantar murid pertukaran pelajar yang terkenal cantik, Amelia-chan, ke ruang ganti putri.

Ini adalah ruang ganti. Kamu bisa menggunakannya saat olahraga atau perlu mengganti baju. Nomor lokermu sesuai dengan nomor siswa, jadi jangan tertukar. Karena tidak ada kuncinya, jadi jika kamu tidak ingin barangmu dicuri, kamu harus membawa kuncimu sendiri.

Ketika aku menjelaskannya pada Amelia-chan dalam bahasa Inggris, dia mengangguk kecil.

Kemudian dia melihat-lihat sekitar dan membuka loker dengan nomor yang sama dengan nomor pelajarnya.

Sepertinya aku berhasil menyampaikannya dengan baik.

Ayo cepat ganti baju

“Ya, baik.

Amelia-chan menjawab perkataanku dengan bahasa Jepang yang lumayan fasih, meskipun masih terdengar sedikit kaku. Hal itu justru membuatnya terlihat imut.

Walaupun aku normal, tapi aku masih dibuat sedikit cenat-cenut.

Pantas saja para siswa lelaki begitu tertarik padanya.

Wah, kakinya ramping sekali... Kamu punya bentuk tubuh yang bagus!

Dadanya dan pantatnya besar, pinggangnya begitu ramping sampai-sampai mau patah kapan saja.

Yang paling mencolok adalah kakinya yang sangat ramping dan panjang.

Tubuhnya benar-benar berbeda dari ciri khas orang Jepang.

...Tolong jangan terlalu banyak menatapku

Amelia-chan malu-malu menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya karena mendengar ucapanku.

Kulit putihnya perlahan-lahan berubah menjadi merona merah.

...Manis sekali.

Hei, boleh aku tanya sesuatu? Amelia-chan

Silakan berbicara dalam bahasa Jepang saja.

Baiklah. Beritahu aku kalau ada yang tidak kamu mengerti! Kenapa kamu datang ke Jepang, Amelia-chan?

Apa kamu datang ke sini demi mengejar Souta?

Saat aku menanyakan hal itu dengan maksud menggodanya, Amelia-chan justru menjawab tanpa ragu-ragu dan lantang.

Ini untuk pelatihan menjadi istri.

Jawabannya benar-benar di luar perkiraanku.

Entah kenapa, Amelia-chan memasang ekspresi penuh kemenangan di wajahnya sementara aku terkejut.

“Kamu sendiri, hubunganmu apa yang kamu miliki dengan Souta?

Lily bertanya padaku dengan nada menyindir - meski aku lebih tinggi darinya, dia seperti memandang sok dari atas.

Tapi kalau diperhatikan lebih teliti, pandangan matanya mengandung suatu kecemasan.

Aku akan benar-benar menggodanya kali ini.

“Kami memiliki hubungan yang lumayan dekat, lebih dari sekadar teman.

“He-Hehhh, begitu.

“Khususnya, karena kita pernah mandi bersama kali ya?

Setelah mendengar ucapanku, mata Amelia-chan terbuka lebar.

Eh? Hah...!? Tadi kamu bilang apa!?

Kita berdua pernah mandi bersama.

Wajah Amelia-chan seketika langsung berubah menjadi merah padam.

Dia terlalu kaget sampai-sampai keceplosan berbicara dalam bahasa Inggris.

...Manis sekali.

Cuma bercanda. Kejadian itu hanya terjadi saat aku masih berusia 9 tahun. Sekarang, kami hanya teman. Ya, hanya teman.

Ya, hubungan khususku dengan Souta hanya sampai masa itu saja.

Sekarang kami hanya teman biasa.

Meskipun begitu, aku yakin kalau aku lebih mengenal Souta dibandingkan gadis ini.

Soalnya aku sudah mengenalnya sejak masih bayi.

Sepertinya ketenanganku ini tersampaikan dengan baik.

Sekarang aku tinggal bersamanya

Amelia-chan berkata demikian sambil menatapku dengant tajam.

Apa ini deklarasi perang?

H-Hmm... Begitu ya. Yah, yang semangat ya

Aku tidak bisa menahan tawa yang lolos dari mulutku.

Aku merasakan aura mengancam yang muncul dari Amelia-chan semakin kuat.

Menarik sekali.

Akhir-akhir ini Souta juga sudah tidak gampang digoda.

Baiklah, mulai hari ini aku akan bermain-main dengan gadis ini.


 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama