[LN] Hanayome Shuugyou Volume 1 Bab 1 Bagian 3 Bahasa Indonesia

Chapter 1 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri Memulai Pelatihannya Sebagai Istri

BAGIAN 3

 

(Sudut Pandang Souta)

Saat aku menunggu di lapangan tenis, Lily dan Misato akhirnya datang.

Kalau begitu, aku ke sana dulu. Sampai nanti lagi.”

 Setelah mengatakan itu, Misato pergi menuju lapangan yang digunakan klub tenis putri.

Setelah melihat sosok Misato yang semakin menjauh, Lily bertanya padaku.

“Bukannya dia anggota klub tenis?

Misato masuk klub tenis putri.

“...Memangnya itu apa bedanya?

Di sekolah kami ada tiga klub tenis: tim tenis putra, tim tenis putri, dan kllub tenis.

Klub adalah untuk yang 'santai', sedangkan tim untuk pemain yang 'serius'.

Sekolah kami adalah sekolah menengah atas terpadu yang besar dengan fasilitas memadai, jadi pembagian seperti ini bisa dilakukan. Selain itu, siswa juga bisa terdaftar di dua klub sekaligus, dan anggota tim lain bisa ikut bergabung di klub tenis.

Hmm, begitu ya.

Kalau kamu tertarik dengan pertandingan, kamu bisa bergabung dengan klub tenis putri, Lily. Mereka cukup kuat, terutama si Misato, karena dia anggota jagoan. Aku yakin kalau dia menjadi lawan yang seru.

Aku akan mempertimbangkannya.

Lily menjawab dengan nada tidak terlalu tertarik. Tampaknya di Inggris pun dia tidak pernah ikut kompetisi, jadi tenis hanya sekedar hobi baginya.

"Ngomong-ngomong, seragam itu... apa itu milikmu, Lily?

Lily mengenakan seragam tenis. Tapi itu bukan seragam klub tenis putri karena desainnya telihat berbeda.

Iya. Bagaimana, apa ini kelihatan cocok?

Lily bertanya padaku sambil memegang rok seragamnya.

Seragam tersebut menunjukkan bentuk badan Lily yang bagus—dengan jelas menonjolkan payudaranya yang besar dan pinggangnya yang ramping. Apalagi, kaki putihnya yang ramping, menjulur dari rok pendek itu sangatlah cantik.

Kalau dilihat-lihat lagi, kakinya benar-benar panjang ya...

 

“Kamu kelihatan imut kok. Dan juga keren.”

Saat aku memujinya, Lily mendengus kecil.

Hmph, bukan berarti aku memakainya untukmu, sih

Aku tahu kalau Lily tidak akan memakai seragam ini hanya untuk kepuasanku semata.

Yuk, aku akan memperkenalkanmu kepada anggota klub lain.

“Baik.

Aku memandu Lily ke tempat klub tenis biasa berkumpul.

Kemudian, aku memperkenalkannya secara singkat kepada anggota lain.

Berbeda dengan tim resmi, suasana di klub tenis ini jauh lebih santai. Tidak ada yang pertemuan formal atau semacamnya.

Kami langsung melakukan pemanasan untuk meregangkan tubuh, dan mulai berlatih tenis.

Aku cukup percaya diri dengan kemampuanku, tapi Lily bisa mengimbangiku atau malahan dia jauh lebih baik.

“Kamu masih kuat seperti biasanya, ya.

Syukurlah kamu juga tidak berubah menjadi payah, Souta.

Saat aku dan Lily sedang beristirahat, kami berdua tiba-tiba mendengar suara lantang seseorang.

Wah, Amelia-chan, kemampuanmu lumayan hebat ya.

Aku menoleh ke arah suara itu, ada seorang gadis cantik dengan seragam klub tenis putri sedang berdiri di sana.

Rupanya itu suara Misato.

Dia memang anggota tim tenis putri, tapi dia juga sering bergabung dengan klub tenis ini.

Tanpa kami sadari, sepertinya dia sudah mengamati pertandingan kami.

Mau main sama aku, Amelia-chan?

Misato berkata dengan antusias.

Selain mempunyai paras yang cantik, kemampuan Misato juga lumayan kuat. Dia adalah anggota jagoan tim tenis putri yang sering tampil di turnamen.

Hanya sedikit pemain, termasuk aku, yang bisa bertanding seimbang dengannya.

Wajar saja Misato merasa senang jika ada lawan sepadan dari kalangan perempuan.

...Aku sedang main dengan Souta sekarang.

Tapi Lily justru meresponnya dengan ketus.

Padahal tadi dia kelihatan ceria beberapa saat yang lalu, tapi sekarang dia berubah jadi cemberut.

Oh, begitu ya. Iya juga sih.”

Mendengar jawaban Lily, Misato hanya mengangguk dengan ekspresi penuh pengertian.

Lalu dia tersenyum dengan sedikit niat jahil.

Habisnya, jika kamu kalah di depan Souta, kamu akan merasa malu, iya ‘kan?

Aku sih merasa tidak masalah jika Lily kalah di depanku. Itulah yang kupikirkan, tapi sepertinya Lily merasa tersinggung.

Lily menyipitkan matanya, lalu tersenyum dengan nada menantang.

Mana mungkinlah. Tapi, apa kamu yakin?

Apa maksudmu?

Kamu itu pemain jagoan, kan? Kalau kamu kalah dari murid pertukaran pelajar yang baru datang, itu akan sangat memalukan, lho?

Lily mulai memancingnya dengan bahasa Inggris. Lily sangat tidak suka kalah.

Dia tidak akan diam saja jika dipancing seperti itu.

Dan Misato juga...

Haha! ...Oke, siapa takut, ayo lakukan. Akan kubuat kamu menangis seperti keinginanmu.

Wajahnya terlihat tersenyum, tapi tatapan matanya tidak.

Dia serius.

Melihat ekspresinya yang begitu, wajah marahnya memang mirip ibunya...

Apa kalian bertengkar di ruang ganti?

Aku bertanya pada Misato.

Kemudian Misato malah tertawa riang.

Bertengkar untuk mempererat pertemanan. Itu sudah menjadi hal yang klasik, kan?

Ah, begitu...

Yah, terserah saja. Selama Lily bisa berinteraksi dengan orang lain selain aku, itu lebih baik.

Tapi, akan jauh lebih bagus lagi kalau mereka bisa akrab.

 

※※※※

 

Pemain jagoan dari tim tenis putri akan bertanding melawan murid pertukaran pelajar.

Setelah mendengar kabar tersebut, ada banyak penonton yang berkumpul karena merasa tertarik melihat pertandingan mereka.

Mungkin sekitar 40% yang benar-benar ingin melihat kemampuan Lily.

Sisanya, sekitar 60% orang idiot itu mungkin hanya tertarik dengan penampilan Lily dan Misato dalam seragam klub.

Silakan kamu duluan yang melakukan serve

“Ara, boleh nih? Kalau begitu, aku akan dapat poin pertamanya.

Misato berkata sambil menyeringai.

Tapi Lily menjawab perkataan Misato dengan ekspresi tenang.

Ya, karena aku adalah seorang bangsawan.

Asal-usul istilah serve dalam tenis adalah dari servant, yang berarti pelayan.

Pelayan memukul bola untuk sang tuan, lalu tuan memukul balik.

Itulah asal-usul tenis sebagai permainan kaum bangsawan.

Lily bukan tipe orang yang suka memamerkan status kebangsawanannya, tapi dalam konteks ini, “Aku kan bangsawan kira-kira berarti “Karena aku kuat, jadi silakan kamu yang serve duluan.

Tampaknya sindiran Lily berhasil tersampaikan dengan baik kepada Misato.

Oke! Maaf ya, tapi aku takkan melayanimu!

Setelah mengatakan itu, Misato melempar bola dan memukulnya dengan kuat.

Seperti yang diharapkan dari jagoan tim tenis putri.

Semua orang pasti mengira bola itu tak terbendung.

Ha!

Tapi Lily memukul balik bola itu dengan baik.

Tembakan baliknya itu terlihat lebih cepat daripada servisnya tadi.

Misato tak bisa membalasnya, jadi Lily mendapat satu poin.

“Kugh...

Misato menunjukkan wajah frustrasi.

Sementara Lily terlihat puas.

Jadi ini kekuatan sebenarnya dari jagoan Jepang? Lumayan... Payah juga

...Akan kubuat kamu babak belur.

Ekspresi tenangnya seketika menghilang di wajah Misato.

Lily tersenyum mengejek, lalu memukul bolanya lagi.

Misato memukul balik.

Lily juga memukul balik.

Perlahan-lahan, senyum di wajah Lily pun memudar.

Cih

Lily mendecakkan lidahnya kesal.

Misato yang mencetak satu poin, tersenyum ke arah Lily.

“Berbeda dengan orang Inggris, orang Jepang tidak akan memberikan 'servis' pada bangsawan sepertimu.

Kamu mungkin merasa kuat, tapi itu juga bentuk 'servis', kan?

Karena itu tidak berlaku di Jepang.

Sepertinya sindiran itu tersampaikan dengan baik kepada Lily.

...Akan kubunuh kau

Ekspresi Lily berubah menjadi serius.

Gyaaaah!

Haaaah!!

Pertandingan semakin memanas, bahkan terdengar semangat mereka yang tak terlihat seperti perempuan.

Pertarungan yang mempmertaruhkan nama negara(?) itu semakin rumit dan berlangsung lama.

Dan akhirnya pada set kelima...

Aku menang!!

“Ak-Aku kalah...

Lily yang menang.

Lily dengan gaya penuh semangat langsung berlari ke arahku.

Souta!! Aku menang!! Kemenanganku ini kupersembahkan untukmu!!

Liliy mengatakan hal itu padaku sambil penuh peluh dan ngos-ngosan.

Aku sih tidak keberatan jika kemenangannya dipersembahkan untukku.

A-Ahh, ya. Selamat... Kamu memang hebat. Aku sudah yakin kalau Lily pasti bisa menang.

Pokoknya, aku perlu memuji Lily.

Lily lalu tersenyum senang.

Dia terlihat seperti anjing yang baru mendapat mainan.

Tolong beri aku hadiah

...Hadiah?

Meskipun kamu mendadak meminta hadiah begitu...

Apa yang harus kulakukan?

Saat aku sedang memikirkan hal itu, Lily mendekatkan kepalanya padaku.

Tolong usap kepalaku

Ha-Hah? Yah, baiklah...


Aku melakukan apa yang diminta dan mengusap kepala Lily. Meskipun rambut perak indahnya basah oleh keringat, namun rambutnya tetap berkilau dan nyaman saat disentuh.

He-Hemph

Sambil kepalanya dielus olehku, Lily memandang ke arah Misato. Entah kenapa, ekspresinya dipenuhi dengan kebanggaan.

Sementara Misato hanya tersenyum pahit, lalu mendekat ke arah kami.

“Aku sama sekali tidak menyangka kalau aku bisa kalah. Amelia-chan, kamu benar-benar hebat.

Itu semua berkat kekuatan perasaan. Aku tidak akan kalah darimu.

“Pfft, begitu ya...

Jawaban Lily yang tidak jelas itu membuat Misato tertawa geli.

Mungkin ada candaan di antara mereka yang hanya mereka berdua saja yang memahaminya...

“Kapan-kapan, ayo main lagi. Lain kali, aku tidak akan kalah lagi.

Misato mengulurkan tangannya pada Lily.

Lily sempat terkejut, tapi dia lalu menyambut uluran tangan Misato.

Ya, tentu saja

Pertengkaran benar-benar bisa memperdalam persahabatan, ya...

Yah, itu bukan hal buruk.

Saat aku hendak meninggalkan sekolah setelah kegiatan klub, aku menerima pesan dari Misato.

Isinya “Dasar cowok playboy”.

Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya.

 

※※※※

 

Hari ini ibuku akan pulang telat, jadi aku yang akan memasak malam ini. Kamu mau makan apa?

Saat dalam perjalanan pulang, aku bertanya pada Lily.

Souta, kamu bisa masak?

Yah, lumayan.

Meskipun begitu, aku hanya bisa memasak makanan ala kadarnya saja.

Aku merasa ragu apa masakanku cukup untuk memuaskan selera seorang putri bangsawan.

Aku sangat, menantikannya.”

Baiklah, akan kubuat yang sederhana saja.”

Dan sekali lagi aku bertanya kepada Lily apa yang ingin dia makan, dan dia menjawab, 'Makanan rumahan Jepang yang kamu kuasai'.

Kurasa malam ini aku akan membuat yakisoba.

Ini bukan makanan Jepang, tapi masakan rumahan Jepang.

Makanan ini dapat dibuat dengan bahan-bahan yang sudah jadi dan hanya membutuhkan tepung, garam, dan lada untuk membuatnya.

 

※※※※

 

Sekitar pukul 7 malam.

Setelah menerima pesan dari ibuku bahwa dia akan menginap di kantor kerjanya, aku mulai memasak makan malam.

Meskipun kemampuan memasakku tidak selihai ibuku, tapi karena masakannya mudah, jadi aku berhasil membuatnya dalam waktu sekitar 30 menit.

Ini enak. Aku suka rasanya.

Untungnya Lily ternyata menyukai yakisoba buatanku ini. Kalau tidak salah, dia juga menyukai makanan cepat saji di Inggris ya. Sepertinya dia tipe yang suka makanan 'junkfood'.

Souta, kamu lumayan bisa memasak juga, ya.

Tambahan kata 'Lumayan' itu tidak perlu juga kali.

...Yah, meskipun sebenarnya bumbu-bumbunya sudah tersedia di paket, jadi yang hebat bukan aku tapi upaya perusahaan pembuat produknya.

Setelah makan dan mencuci piring, aku bertanya pada Lily.

“Mau siapa duluan yang mandi?

Lily tampak sedikit berpikir ketika mendengar pertanyaanku.

Tapi tiba-tiba, wajahnya langsung memerah.

Dengan malu-malu, dia menjawab.

Anu, kalau begitu, ayo mandi bareng...

...Mandi bareng?

Apa aku salah dengar?

Saat aku bertanya balik, Lily langsung menggelengkan kepalanya dengan panik.

Bukan apa-apa. ...Aku bisa mandi nanti

Jadi aku yang duluan mandi.

Karena Lily sudah menunggu, jadi aku cepat-cepat membersihkan diri.

Setelah mengeringkan badan dengan handuk, aku hendak keluar dari ruang ganti...

...Bahaya, tadi itu hampir saja.

Ah, benar juga, hari ini ada Lily di rumahku.

Aku tidak bisa berkeliaran dalam keadaan telanjang.

Setelah mengganti pakaianku dengan benar, aku meninggalkan ruang ganti.

Maaf sudah menunggu.

Ya.

Lily masuk ke ruang ganti setelah berpapasan denganku dan menutup pintunya.

Setelah beberapa saat, aku merasa kalau aku mendengar suara pakaian yang disibakkan....

Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja.

Meski begitu, ketika aku membayangkan Lily dalam keadaan tanpa sehelai benang pun di dalam sana...

...Hnetikan, lebih baik jangan membayangkannya.

Tidak seharusnya aku berpikir seperti itu tentang teman serumah.

Aku duduk di sofa dan menyalakan TV untuk berusaha tidak membayangkan hal yang aneh-aneh tentang Lily.

Mungkin sekitar 10 menit telah berlalu.

Aku mendengar suara pintu ruang ganti terbuka.

“Aku sudah selesai.

Kerja bagus...

Saat aku menoleh untuk melihat Lily...

Entah kenapa, aku mendapat ilusi kalau jantungku berhenti berdetak sesaat.

“Kamu sedang melihat apa?”

Lily mengenakan piyama yang mirip semacam gaun tidur hitam.

Atau itu biasa disebut juga sebagai 'negligee'.

Gaun tidur itu memiliki desain yang manis tapi juga sensual, terbuat dari bahan kain bertekstur lembut dan halus yang berwarna hitam, dipadukan dengan hiasan renda yang cantik.

Ini adalah model yang pasti tidak bisa dikenakan orang Jepang, tapi pada Lily dengan rambut perak dan mata biru, hal itu malah terlihat sangat cocok.

Dia terlihat bagaikan tuan putri yang keluar dari dunia dongeng.

Padahal semalam dia tidak memakai ini...

Ti-Tidak, bukan apa-apa...

Aku merasa panik dan segera mengalihkan pandanganku.

Aku tidak bisa mengatakannya secara blak-blakan kalau dia terlihat sangat manis.

...? Kamu sedang melihat apa?

“O-Oi.

Sepertinya Lily sangat penasaran, jadi dia berjalan mendekat ke arahku.

Aku menyadari sesuatu ketika dia mendekatiku.

Meskipun desainnya terlihat anggun dan manis, tapi bahan negligee ini cukup tipis sehingga menciptakan sedikit efek transparan.

Mungkin karena itu, kulit Lily yang merona merah sehabis mandi sedikit tampak terlihat.

Lehernya yang dihiasi renda berbentuk V-neck, menampilkan garis leher yang begitu indah.

Singkatnya, dia tampak agak erotis.

Apa kamu tidak mengerti perkataanku? Aku tanya kamu sedang melihat apa?

Lily kembali bertanya padaku dengan bahasa Inggris.

Aku tidak punya pilihan selain berkata jujur...

Umm yah, kupikir kamu terlihat manis

...Hah?

.... Gaun itu terlihat sangat cocok untukmu. Kamu tampak sangat imut dan cantik mirip seperti seorang tuan putri

Aku mengatakan itu sambil membuang muka.

Meskipun aku sudah mengakui, tapi Lily tidak menjawab apa-apa.

Apa aku benar-benar membuatnya marah?

Aku memberanikan diri untuk melihat ke arah Lily.

...Umm, Lily?

Lily hanya terdiam.

Wajahnya malah terlihat lebih merah padam dari sebelumnya. Telinganya bahkan berubah menjadi semerah tomat.

...Apa kamu sedang mengejekku?

Eh?

Aku tadi bertanya kamu sedang melihat apa di televisi! Aku sama sekali tidak bilang untuk memujiku!

Lily berteriak sambil menunjuk ke arah televisi.

A-Ahh, begitu rupanya!

Kukira dia marah karena aku memperhatikannya terus-menerus.

Ma-Maaf! Ak-Aku salah paham. Aku mengira kalau kamu marah karena aku terlalu lama menatapmu... Tapi aku tidak mengejekmu. Itu memang perasaan jujurku

Be-Begitu... Kalau begitu tidak apa-apa

Lily memainkan rambutnya dengan malu-malu setelah mendengar perkataanku.

Kurasa sepertinya dia tidak marah...

...Jadi, kamu sedang melihat apa?

Ah, itu... Aku cuma sedang menonton acara TV Jepang

Hmm. ...Jadi, kapan acaranya selesai?

Eh? Hmm, mungkin sekitar 30 menit lagi. Memangnya ada acara yang ingin kamu tonton?

Lily menggelengkan kepalanya dalam menanggapi pertanyaanku.

Tidak, bukan apa-apa. ...Setelah kamu selesai, aku punya sedikit keperluan. Boleh?

Tidak, sekarang juga tidak masalah, kok

Aku lalu mematikan TV.

Lily menatapku dengan ekspresi penasaran.

Kamu tidak mau lanjut menontonnya?

Aku hanya melihatnya untuk mengisi waktu luang

...Begitu, ya

Mendengar ucapanku, sedikit senyum terukir di wajah Lily.

Sepertinya dia merasa senang.

“Lalu, keperluan apa yang kamu maksud?

Aku bertanya dalam bahasa Jepang.

Lily pun menjawab dalam bahasa Jepang.

Tolong bantu aku belajar.

 

※※※※

 

Rupanya, murid pertukaran pelajar mendapat tugas dalam liburan musim seminya.

Tugasnya adalah menulis karangan dalam bahasa Jepang.

Lily meminta bantuanku untuk mengoreksinya.

Mungkin lebih baik kalau bagian ini dan di sini dipangkas. Lalu tanda bacanya lebih baik diletakkan di sini, kalau di situ artinya jadi berbeda.

Hmm, begitu ya.

Lily bisa berbicara tanpa masalah dalam percakapan sehari-hari. Tapi untuk kemampuan tulis-menulis, bisa dibilang dia belum terlalu mahir.

Dari apa yang kudengar. sepertinya dia lebih fokus pada kemampuan berbicara dan mendengar, jadi menulis dan membaca dijadikan sebagai prioritas kedua.

Oleh karena itu, dia sama sekali tidak bisa menulis kanji. Karangan yang dia tulis hampir semuanya menggunakan huruf hiragana.

Ada juga tempat di mana partikel ‘ha dan wo tertukar menjadi wa dan o.

Selain itu, ada beberapa bagian yang mencampur-adukkan wa, ho, a, dan o.

Dan karena kemampuan bicaranya bagus, jadi dia menulis dengan gaya bahasa lisan, sehingga kalimatnya panjang-panjang dan sulit dipahami.

Membaca karyanya memang cukup menyiksa.

Tapi ada yang lebih menyiksa lagi.

Hmm, jadi begitu ya.

Jarak di antara aku dan Liliy terlalu dekat.

Memang bagus dia begitu antusias mendengarkan, tapi sebelum aku menyadarinya, dia sudah mendekat sampai-sampai bahu kami hampir bersentuhan.

Saat dia mencondongkan tubuh ke depan, sekilas belahan dadanya bisa terlihat di antara pakaian yang longgar.

Setiap kali dia menggerakkan kepala, aroma wangi dari rambutnya peraknya menyebar di udara.

Sejak tadi jantungku tak bisa berhenti berdebar.

Kalau dipikir-pikir lagi, dulu waktu di Inggris pun jaraknya juga begitu dekat seperti ini.

Ketika kami pertama kali berteu, jarak di antara kami malah cukup jauh, tapi.... entah sejak kapan dia jadi semakin mendekat.

Terima kasih banyak. Ini sangat membantu.

O-Oh, begitu. Syukurlah kalau begitu.

Akhirnya dia menjauh sedikit.

Atau itulah yang kupikirkan, tapi Lily tidak sepenuhnya menjauh dariku.

Souta. Aku punya permintaan padamu.

Ap-Apa?

“Apa kamu mau pergi berkencan denganku besok?

Kencan besok?

Memang besok adalah hari libur sih.

Apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi? Tempat wisata di Jepang?

Saat aku bertanya begitu, Lily menggelengkan kepalanya.

“Aku ingin belanja. Aku ingin membeli pakaian.

Ah, begitu rupanya.

Kalau tidak salah, dia memang tidak membawa banyak baju karena berencana membelinya di Jepang.

Sepertinya sudah saatnya dia pergi berbelanja.

Baiklah, ayo pergi.

Terima kasih banyak.

Ekspresi Lily langsung berseri-seri.

...Dari jarak dekat, daya tariknya benar-benar sangat luar biasa.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama