Chapter 2 — Seorang Putri Bangsawan Yang Seharusnya Berbelanja Pakaian, Malah Membeli Sesuatu Yang Keterlaluan (Bagian 2)
Setelah
itu, aku terus menemani Lily membeli
beberapa kebutuhan sehari-hari lainnya—— seperti kosmetik dan sabun yang cocok dengan kulitnya, dan pukul 13.00 siang pun tiba.
“Souta, aku lapar.”
Lily berkata dengan nada suara yang sedikit jengkel.
Jika
dibiarkan begini, dia mungkin akan melampiaskan kekesalannya. Selain itu, perutku juga mulai keroncongan.
“Bagaimana
kalau kita makan siang? Kamu ingin makan apa?”
“Aku
ingin makan sushi asli.”
Lily menjawab
dengan penuh antusias.
Mengenai
sushi, ada restoran sushi tradisional dan juga sushi kaiten (sushi berjalan).
Sebenarnya, aku berpikir
restoran sushi tradisional lebih baik. Tapi Lily memintaku untuk pergi ke restoran sushi
kaiten.
Tampaknya,
uang saku yang Lily dapatkan dari orang tuanya tidak tak terbatas. Jika
diingat-ingat, ketika kami pergi makan sushi di Inggris dulu, itu juga di
restoran sushi kaiten.
Rasanya memang
tidak buruk, tapi sushi kaiten di Jepang lebih enak. Selain itu, restoran sushi
kaiten menawarkan menu yang lebih beragam, tidak hanya sushi tapi juga makanan
goreng, ramen, dan makanan penutup.
Lily
pasti juga akan lebih menikmatinya. Jadi, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya ke
restoran sushi kaiten.
“Ini
sushi asli Jepang! Benar-benar berbeda dengan di Inggris! Ada banyak ikan yang tidak kukenal!”
Lily berseru dengan mata berbinar ketika melihat sushi yang berjalan lewat di depannya.
Menu
sushi kaiten di Inggris memang banyak yang tidak dianggap sushi oleh orang
Jepang. Tapi bagi Lily, itulah yang disebut sushi. Jadi, sushi Jepang yang
sangat berbeda terlihat segar dan menarik baginya.
“Apa ikan
ini enak? Rasanya seperti apa?”
Lily terus menanyaiku tentang berbagai
jenis sushi.
Meskipun aku berusaha menjawab sebaik
mungkin, aku sendiri
juga tidak terlalu ahli dalam hal sushi maupun
ikan.
“Kalau
kamu penasaran, kenapa kamu tidak coba memakannya
saja?”
“Benar
juga!”
Lily berseru
dengan gembira, lalu mulai memesan berbagai sushi melalui panel
sentuh dan memakannya dengan lahap.
“Aku tahu
ini..... Ini kan
ayam goreng? Seperti fried chicken!”
“Itu bukan
ayam, tapi gurita goreng.”
“Gurita?
Apa itu juga jenis ayam?” tanya
Lily dengan bingung.
『Octopus (gurita). Gorengan tidak
hanya dari ayam, tapi juga ikan』
Ketika
mendengar jawabanku, Lily membelalakkan matanya dengan kaget.
『Hee, gurita
goreng, ya...! Aku jadi
penasaran! 』
Setelah mengucapkan
itu dengan penuh semangat, Lily lalu
memesan gurita goreng.
Kemudian
dengan sedikit ragu, dia
mengambil gurita goreng yang baru saja tiba dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Bagaimana?”
“Rasanya enak.
Aku suka ini.”
Sepertinya itu sesuai dengan
seleranya.
Setelah
itu, Lily terkesima melihat telur kukus (puding asin), bertanya-tanya apa
bedanya gorengan dengan tempura, lalu dia dengan
lahap makan udang tempura, kemudian
menikmati udon dan soba, serta menghabiskan kue mochi yang menurutnya itu cemilan aneh.
“Terima
kasih atas hidangannya... Semuanya enak.”
Lily
mengatakan itu dengan ekspresi puas di wajahnya.
Di
depannya, tumpukan piring sushi sudah sangat tinggi. Meskipun terlihat hanya
sekitar 1,5 kali porsiku, tapi
ditambah dengan menu lainnya seperti soba dan udon, total makanan yang dia
makan mungkin lebih dari dua kali lipat.
... Tapi
kenapa dia tidak gemuk meski makan sebanyak itu? Apa gara-gara nutrisinya
langsung terserap ke dadanya?
Malam
itu, aku bermimpi Lily yang mengenakan pakaian dalam
yang baru dibelinya dan menggodaku. Aku tidak percaya kalau aku bermimpi seperti itu tentang teman perempuanku sendiri.
Apa
jangan-jangan aku memiliki hasrat seksual yang kuat dan tidak
pandang bulu?
Aku
sedikit merasa malu pada diriku sendiri.
※※※※
(Sudut
Pandang Lily)
Hari
Senin.
Bagiku,
Amelia Lily Stafford, ini adalah hari kedua aku masuk
sekolah.
Setelah menyelesaikan pelajaran olahraga di jam pertama.
『Amelia-chan, pakaian dalammu
imut, ya. Kamu beli di mana? 』
Saat aku sedang berganti pakaian di ruang ganti,
Misato tiba-tiba berbicara padaku.
Sejak
pertandingan tenis waktu itu, dia jadi terlihat akrab denganku.
Tapi aku
tidak punya niatan untuk menjadi
dekat dengan rival cintaku.
Apalagi
pakaian dalam ini dipilihkan oleh Souta,
jadi aku tidak berniat memberitahunya.
Tidak, tunggu dulu...
『Aku membelinya dari
toko di dekat stasiun. Sabtu lalu, aku pergi
bersama Souta』
『Hee,
benarkah? Jadi Souta
yang memilihkannya untukmu?
』
Misato mengatakan itu sambil menyeringai.
Aku
juga tersenyum penuh arti tanpa sadar.
『Benar sekali,
Souta yang
memilihkannya. 』
Sebenarnya
bukan Sota yang memilih secara langsung, tapi aku memperhatikan
pakaian dalam yang dilihat Souta dan membelinya....
Tapi ini
memang seperti yang dipilih Souta,
jadi aku sama sekali tidak bohong.
Misato
membelalakkan matanya lebar-lebar ketika
mendengar ucapanku.
『He, benarkah... Souta yang memilihkannya. Berarti, Souta sudah lebih dulu...』
Misato
tampak jengkel seraya memiringkan kepalanya.
Meskipun
begitu, sepertinya dia juga terkejut. Entah dia pernah mandi bersama Sota atau
apa, tapi kenyataannya sekarang aku adalah pacarnya
Souta.
『Aku tidak tahu apa aku boleh menanyakan hal ini atau tidak』
『Apa?』
『Amelia-chan, apa kamu sudah... berhubungan s*eks dengan
Souta?』
Hah?
Berhubungan
s*eks? Dengan Souta?
Aku
merasakan wajahku memanas.
“Ti-Tidak... Mana mungkin kami
melakukan hal seperti itu! Tindakan senonoh semacam itu sebelum menikah.....tuhan tidak akan memaafkannya!
Hal itu baru boleh dilakukan setelah menikah nanti.”
『Maaf, tolong bicara dengan
pelan-pelan. Jadi kamu belum pernah, ya?』
『Tentu saja belum』
Setelah
aku menjawab begitu, ekspresi Misato terlihat lega.
Meskipun
kami belum pernah melakukan hal-hal s*eksual,
perasaan cinta antara aku dan Souta
masih tetap sama. Tidak ada celah bagi
perempuan ini untuk masuk.
『Lalu, hubungan kalian sudah sampai
mana? Ciuman misalnya? 』
『...Belum pernah』
Ketika mendengar
jawabanku, Misato tersenyum lebar
penuh kemenangan.
Sialan,
senyumnya itu terlihat menyebalkan.
『Hehe, begitu ya. Lega rasanya. Aku tidak membayangkan
jika Souta keburu
kehilangan ciuman pertamanya
sebelum aku... 』
Misato
bergumam pelan.
Dia
menggumamkan ciuman pertama atau semacamnya...
Jangan-jangan,
dia mengincar ciuman pertamanya Souta?!
『Aku takkan memberikannya padamu. Souta adalah milikku』
Setelah
aku berkata tegas begitu, Misato menatapku dengan ekspresi bingung. Lalu tak
lama kemudian, dia tertawa terbahak-bahak.
『Be-Begitu ya... Fufufu, berjuanglah,
jangan sampai aku yang mendahuluimu...fufu 』
Kugh....seenaknya
saja mengejekku!
Tidak,
aku harus tenang.
Sekarang, akulah yang tinggal bersama Souta, aku adalah pacarnya. Posisiku jauh lebih unggul.
Ucapannya
tadi hanya sekedar alasan gadis pecundang.
Sambil
menenangkan diri, aku memakai seragamku.
Meski begitu...
『Bagaimana kalau kamu mengganti
rokmu dengan yang
baru? 』
Rok
seragam yang kuterima cukup panjang sampai
menutupi lututku.
Tapi
murid perempuan lain semuanya memakai rok pendek, memperlihatkan lutut mereka.
Terutama
Misato, roknya sangat pendek sampai-sampai bagian
dalamnya hampir bisa terlihat.
Walaupun
orang Jepang dikenal menjaga barang dengan baik, tapi ada
batasannya juga.
Dia seharusnya
mengganti roknya sesuai pertumbuhan tubuhnya.
Saat aku
menyampaikan hal itu kepadanya,
Misato hanya tersenyum masam.
『Aku sengaja membuatnya
pendek. Bukan karena aku memakai
seragam yang lama. 』
『Sengaja? Kenapa? 』
『Bukannya yang begini
terlihat lebih imut? Kakiku
juga jadi terlihat lebih panjang』
Sambil
berkata begitu, Misato menyentuh roknya.
Menurutku yang itu justru terlihat vulgar...
『Bukannya
seragam tenis juga termasuk
rok mini. 』
“Itu
kan ada celana tambahan
di bawahnya. Lagipula memang desainnya seperti itu.”
Memang
wajar memakai rok mini sebagai rok mini.
Tapi
mengubah rok panjang menjadi rok mini itu aneh.
Saat aku
menyatakan pendapat itu dalam bahasa Inggris, Misato membalasnya tanpa
menyerah.
『Mengubah desain justru bagian
dari berpenampilan modis. Di SMA Jepang, ini sedang tren lho』
“Hmm,
begitu ya.”
『Bagaimana kalau kamu juga
mencoba memendekkan rokmu,
Amelia-chan? Aku yakin
itu pasti akan terlihat imut』
“Aku
orang Inggris.”
『Begitu, ya? Sayang sekali』
Misato menanggapi dengan nada kecewa seraya menundukkan
bahunya.
Sebenarnya
aku tidak peduli panjang rok orang lain.
『Tapi, aku yakin kalau Souta pasti lebih suka yang pendek,
lho~』
Ugh!
“Itu tidak
mungkin!”
『Apa Souta sendiri yang bilang begitu? 』
“Itu...”
Memang benar saat aku bermain tenis, kadang-kadang aku merasa seperti ada
tatapan panas ke arah kakiku.
Dan Souta juga memuji kalau seragam tenisku “imut”.
Jangan-jangan...
『Souta itu punya fetish kaki, lho』
Apa?!
“Ba-Bagaimana kamu bisa mengetahui hal itu?”
『Menurutmu sendiri bagaimana?』
Misato menjawab sambil menyeringai.
Ugh...!
“Aku
tidak mempercayainya!”
『Yah, itu sih terserah kamu, Amelia-chan. Kalau
begitu, aku kembali duluan ke
kelas』
Misato
mengatakan hal ini dan meninggalkan ruang ganti.
Setelah
Misato keluar dari ruang ganti, aku secara refleks
memegang rokku.
...Apa benar kalau Souta lebih suka yang pendek??