Houkago, Famires de Volume 2 Bab 4 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Chapter 4 — Kohaku dan Kuon (Bagian 2)

 

Di hadapan Kazemiya Kuon, berdiri sang bidadari yang seharusnya rapuh.

“....Jujur saja, aku terkejut. Aku tidak menyangka bahwa Kohaku-chan sendiri yang akan datang menemuiku. Lagian, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ada di sini?

“Onee-chan 'kan memang suka tempat yang tinggi sejak dulu. Jadi kupikir Onee-chan pasti berada di tempat tinggi. Aku juga dapat bantuan dari Inumaki.... mendapat batuan dari temannya Narumi.

Sosok Narumi Kouta tidak terlihat sama sekali. Ia pasti berada di dekat sini, tapi setidaknya Kohaku tampaknya berniat untuk menghadapi Kuon seorang diri.

...Lalu? Apa kamu berniat untuk kembali pulang, Kohaku-chan?

Aku tidak akan pulang.

Jawabannya masih sama seperti kemarin. Kuon sudah menduga hal tersebut. Jadi dia tidak terlalu terkejut dengan hal itu.

Yang membuatnya terkejut adalah─ tekad yang lebih kuat tersirat dalam jawabannya dibandingkan kemarin.

“Kamu masih ingin main kabur-kaburan dari rumah?

Ya, memang.

Berbeda dengan kemarin, kali ini dia mengangguk tanpa ragu terhadap kata-kata yang seharusnya menyakitinya.

“Persis seperti apa yang dikatakan Onee-chan. Kabur dari rumah seperti ini tidak bisa terjadi terus-menerus. Aku menyadari hal itu. Suatu hari nanti, aku harus kembali. Tapi, tidak sekarang.

Itu hanya pembenaran diri belaka. Dia tetap melarikan diri. Tapi, ini adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh Kazemiya Kohaku sebelumnya. Kohaku yang dulu merasa bersalah karena melarikan diri, tapi kini dia justru membenarkan tindakannya itu.

...Kenapa? Alasanmu kabur dari rumah karena kamu merasa tidak nyaman di sana ‘kan, Kohaku-chan? Karena kamu benci pada Ibu dan aku. Tapi itu semua akan hilang. Orang-orang yang tidak berguna dalam hidupmu, akan pergi dari rumah itu. Jadi, kamu tidak akan merasa tidak nyaman lagi di sana. Kamu tidak perlu kabur. Kamu bisa Bahagia, Kohaku-chan. Lalu kenapa kamu tidak mau kembali?

Jangan seenaknya memutuskannya sendiri!

Hembusan angin bertiup dengan kencang. Suara jangkrik di udara panas musim panas. Di tengah keramaian dunia, suara Kohaku justru terdengar begitu jernih.

Jangan seenaknya memutuskan kalau Mamah dan Onee-chan tidak berguna dalam hidupku. Jangan seenaknya memutuskan kalau kepergian kalian adalah kebahagiaanku.

Aku tidak memutuskannya seenaknya. Aku hanya memahaminya.

Tidak, Onee-chan tidak mengerti. Onee-chan sama sekali tidak mengerti. Bagiku, Onee-chan dan Mamah bukanlah orang-orang yang hanya membuatku menderita.

...Tidak mungkin begitu.

Mendengar perkataan adiknya, Kuon hanya bisa tersenyum miris.

Aku tahu kok seberapa besar penderitaan yang dialami Kohaku-chan karena bakat 'Kazemiya Kuon'. Seberapa besar kamu terluka, dan tersakiti oleh orang-orang di sekitarmu.

Memang benar, aku terluka oleh bakat Onee-chan. Aku juga cemburu, dan putus asa. Aku pernah berharap kalau Onee-chan tidak pernah ada...

Sudah kuduga, ternyata benar, pikir Kuon. Dia telah memahami bahwa Kohaku adalah sosok lemah yang dikenalnya.

Meskipun Kohaku mencoba bersikap sedikit lebih positif, pada akhirnya adiknya tetaplah sosok yang lemah.

Tapi,lebih dari itu, aku kagum padamu.

─Atau seharusnya begitu.

Lebih dari rasa sakit yang kualami, aku justru merasa bangga dengan keberadaan Onee-chan.

Perkataan yang keluar dari bibir adiknya bukanlah kebencian ataupun dendam.

Aku sangat menyayangi Onee-chan daripada perasaan menderita yang kualami karena keberadaan Onee-chan!

Pemikirannya yang seputih cahaya dan terlihat menyilaukan.

────────...Bohong.

“Aku sama sekali tidak bohong.

Aku tidak bisa mempercayainya.

Percayalah padaku.

Aku tidak bisa memahaminya. Karena... Karena, Kohaku-chan memberiku 'nyanyian'. Tapi aku... 'Kazemiya Kuon' ini... Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, aku hanya bisa memberikan luka dan rasa sakit pada Kohaku-chan. Tidak ada sedikitpun tempat di hatimu yang membuatmu menyukaiku.

Ada kok. Sedari awal aku sudah mengatakannya, ‘kan? Aku menyukai suara Onee-chan bernyanyi.

─ Aku suka suara Onee-chan bernyanyi.

─ Jadi, jangan berhenti bernyanyi, Onee-chan.

Dia masih mengingatnya. Dia tidak akan pernah melupakannya. Kata-kata yang membuat Kuon tetap melangkah di jalan menyanyi.

Tapi, hanya itu saja... Hanya alasan sederhana itu...!

Aku juga sama. Aku hanya bilang, aku menyukai suara Onee-chan bernyanyi. Aku hanya bilang, jangan berhenti bernyanyi. Hanya alasan sederhana itu... Tapi, Onee-chan selalu memikirkanku.

Sambil berkata demikian, Kohaku mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan layarnya.

Layarnya menampilkan daftar lagu favorit di aplikasi musik. Terdapat lagu-lagu dari artis kuon, mulai dari 'Sayap Malaikat' hingga lagu terbaru 'Bulu Salju'.

Putih.

Dengan nada yakin, adiknya menyebutkan warna itu.

Semua judul lagu yang dibuat Onee-chan selalu ada hubungannya dengan namaku yang berarti 'putih'.

...Jadi kamu sudah menyadarinya, ya.

Tentu saja. Aku 'kan penggemar pertama kuon. Aku sangat memahaminya, jadi aku tidak bisa membencimu. Bagaimana mungkin aku bisa membenci orang yang memikirkanku sebegini dalamnya? Kamu yang membuatku menjadi seperti ini, Onee-chan.

Kuon berpikir kalau adiknya tidak pernah menyadarinya. Tidak mungkin dia menyadarinya. Sebagai keluarga, sebagai adik, Kuuon pikir rasa sayang yang dia rasakan hanyalah perasaan sepihak darinya.

“Ada kalanya aku pernah berpikir bahwa sebagai kakak yang berbakat, Onee-chan pasti membenciku yang tidak berbakat. Tapi setelah aku menyadarinya, aku tidak berpikir begitu lagi. Aku memang sedikit malu, tapi rasa senangku lebih besar. Tapi... Tapi sekarang, bukan malu lagi, bukan senang lagi, yang paling kurasakan adalah─ kemarahan.

Kohaku. Adik perempuannya. Tatapannya lurus menatap mata Kuon.

Itu bukan tatapan orang yang hanya melarikan diri. Itu adalah tatapan orang yang mencoba berhadapan dengan sesuatu.

Itu bukan tatapan bidadari yang rapuh. Melainkan tatapan orang yang ingin berdiri dan berjalan dengan kaki sendiri.

“Onee-chan sendiri pernah bilang. 'Kohaku-chan itu selalu saja mencoba melarikan diri'. Tapi hal yang sama juga berlaku kepada Onee-chan, bukan?”

Kohaku pasti berbicara dengan perasaan menyakiti dirinya sendiri.

“Bukannya Onee-chan selalu kabur dariku, ‘kan?

Kata-kata yang dia rangkai, pasti menusuk dirinya sendiri.

Seharusnya Onee-chan tidak usah menyampaikannya secara tidak langsung lewat lagu. Harusnya Onee-chan bisa bicara langsung denganku seperti ini. Keluar dari rumah juga sama, 'kan? Onee-chan takut berhadapan denganku, itulah sebabnya Onee-chan ingin kabur, 'kan!

Kata-kata nekat seperti itu serasa tepat menusuk dada Kuon.

Padahal Onee-chan juga sama-sama kabur, 'kan! Onee-chan tidak punya keberanian untuk bertengkar sebagai antar kakak-beradik! Daripada menghias kata-kata dan beralasan, Onee-chan harusnya benar-benar menghadapiku!

Di langit musim panas yang biru, suara Kazemiya Kohaku bergema jauh dan luas.

Padahal aku sebenarnya ingin sekali bisa berbicara lebih banyak dengan Onee-chan! Aku ingin mendengar tentang pekerjaan Onee-chan, ingin bertanya banyak hal tentang lagu Onee-chan! Di hari libur, aku ingin pergi belanja bersama, main game di rumah, atau belajar bersama! Tapi Onee-chan selalu tidak pulang ke rumah! Lalu, lalu, lalu, uhm... Po-Pokoknya! Aku belum mau pulang! Aku sendiri yang akan memutuskan kapan aku akan pulang! Jadi, Onee-chan juga jaga kesehatan dan semangat untuk pekerjaanmu ya!

Pada akhrinya, setelah mengatakan kata-kata yang entah itu keluhan atau dukungan, Kohaku meninggalkan atap gedung.

Bagaikan angin. Tidak, bahkan melebihi angin, dia bagaikan badai yang berlalu begitu saja.

...Aku juga melarikan diri, ya... Tepat mengenai titik yang sakit...

Kazemiya Kuon juga sedang melarikan diri. Dirinya berpikir bahwa Kohaku membencinya. Dia berpikir kalau keberadaannya adalah yang paling menyakiti adiknya di dunia ini.

Jika kembali ke rumah, dia harus menghadapi kenyataan bahwa adik yang paling disayanginya itu membencinya. Itulah sebabnya dia kabur. Dengan alasan untuk menjauhkan Ibunya dari Kohaku.

“Kupikir Kohaku-chan adalah bidadari rapuh yang harus aku lindungi... Tapi ternyata tanpa kusadari, dia sudah menjadi begitu kuat, bahkan melebihi perkiraanku.

Dia tidak bisa melihatnya karena dirinya juga sedang melarikan diri.

─ Kazemiya Kohaku itu kuat. Dia tidak membutuhkanmu untuk melindunginya.

Satu-satunya orang yang bisa melihatnya justru Narumi Kouta.

...Aku kalah. Ini adalah kemenangan kalian berdua.

Monster, atau bencana alam, mengakui kekalahannya. Tapi hatinya secerah langit biru. Dengan perasaan yang segar, dia mengoperasikan ponselnya dan menelepon seseorang. Panggilannya dijawab setelah dua kali nada panggil.

Halo ──── Mamah?

Lawan bicaranya adalah Kazemiya Sorami, ibu dari Kazemiya Kuon dan Kazemiya Kohaku.

“Kohaku-chan melarikan diri dariku.

Mendengar laporan kekalahan Kazemiya Kuon, ibunya hanya terdiam sejenak.

...Begitu. Kalau begitu, urusanmu sudah selesai. Cepat pulang, dan selesaikan pekerjaanmu.

Mendengar suara ibunya yang terkesan dingin, Kuon hanya bisa merasa muak dan mencemooh.

Berisik. Aku 'kan sudah mengatur jadwalku. Kira-kira untuk apa aku membuat banyak hutang budi di berbagai pihak selama ini? Dengan bantuan itu, mereka pasti senang dapat harga murah.

Namun, pada kenyataannya Kuon tidak bisa sepenuhnya membuang ibunya.

...Aku belum bisa menghadapi Kohaku-chan. Aku terus melarikan diri darinya. Setidaknya, aku akan mulai dengan mengakui hal itu.

Apa yang sedang kamu bicarakan?

Kamu juga sebaiknya berhenti kabur dari Kohaku-chan terus.

“......”

“Kohaku-chan sudah mulai tumbuh dewasa.”

Ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Di sela-sela keheningan itu, Kuon menunggu dengan sabar jawaban ibunya.

...Cepat kembali ke pekerjaanmu.

Namun, tidak ada jawaban yang datang, dan panggilan itu terputus.

Cih. Dasar nenek peyot sialan.

Sambil mengumpat pada panggilan yang terputus, Kuon menghela napas seakan berkata pada dirinya sendiri.

...Tapi, mau bagaimana lagi.

Dari atas gedung, dia memandang pemandangan di bawah. Dari sana, dia bisa melihat Narumi Kouta dan Kazemiya Kohaku pergi meninggalkan tempat itu untuk terus kabur.

“Karena rasa bersalah Ibu terhadap Kohaku-chan──────── bahkan melebihi diriku.

 

☆☆☆☆

 

Huaaah~~~~~~~~~ rasanya tegang sekali~~~~~~~...

Kami, yang baru saja menyelesaikan konfrontasi dengan Kazemiya Kuon, sekarang beristirahat di sebuah restoran keluarga dekat stasiun tempat kami turun. Sebenarnya, yang berhadapan langsung dengan keluarganya adalah Kazemiya Kohaku sendiri, sedangkan aku tidak melakukan apa-apa.

Kerja bagus.

Jadi, yang bisa kulakukan hanyalah menghibur Kazemiya Kohaku seperti ini.

Terima kasih... Hah... Benar-benar capek banget~... Rasa-rasanyanya, semua energi dan semangat di tubuhku kesedot semua...

Wajar saja, karena kamu berhadapan langsung dengan kakak yang mengerikan itu.

Dia sampai hampir ambruk di atas meja, pertanda dia benar-benar menghabiskan seluruh tenaganya. Itu bukti bahwa Kazemiya tidak lari, melainkan menghadapinya.

...Terima kasih, Narumi. Hari ini aku bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan kepada Onee-chan.

Sambil berkata begitu, Kazemiya membasahi tenggorokannya dengan es kopi.

Aku baru menyadarinya, ternyata aku belum pernah benar-benar bertengkar dengan Onee-chan.

Bagaimana rasanya bertengkar?

Hmm... Capek.

Tapi, lanjut Kazemiya.

Tapi, rasanya tidak buruk juga.

Itu adalah perasaan yang tidak bisa kumengerti. Kazemiya berani menghadapinya. Tapi aku masih terus melarikan diri.

Itulah sebabnya aku merasa kagum dengan Kazemiya.

...Kamu benar-benar luar biasa.

Kalau begitu, kamu juga sama-sama luar biasa, Narumi.

Aku tidak melakukan apa-apa.

Kamu sudah melakukan banyak hal. Bahkan sangat banyak.

“Memangnya sampai sebanyak itu ya?

Apa ini karena aku yang mengajaknya kabur dari rumah? Tapi itu juga karena pada akhirnya aku sendiri juga merasa tidak nyaman di rumah, dan ego yang ingin menghabiskan waktu bersama Kazemiya.

Kamu sudah sangat memanjakanku.

Suara Kazemiya yang mengatakan itu, disertai senyum manisnya, terdengar begitu lembut.

“Alasan kenapa aku bisa menantang Onee-chan dan kabur darinya, itu semua berkat Narumi yang terus memanjakan dan mengisi ulang semangatku. Hanya itu satu-satunya hal yang tidak bisa aku lepaskan.

...Uhh...

Perkataannya membuat jantungku berdebar. Wajah yang begitu manis seolah-olah menyerahkan segalanya itu, sungguh membuatku tak berdaya.

Narumi? Kamu kenapa?

...Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.

Aku berbohong. Sebenarnya aku tidak baik-baik saja. Debaran jantungku membuatku tak nyaman.

Aku menelan soda melon untuk mencoba menenangkan hatiku yang bergejolak seperti terbakar.

Hei, Narumi. Boleh aku tanya satu hal enggak?

Hmm?

Kemudian ada keheningan sejenak. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Kazemiya dalam keheningan itu.

Tapi, aku bisa merasakan bahwa dia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya.

Kenapa... Kamu menolongku? Apa karena kita teman?

Karena kita sesama anggota aliansi restoran keluarga. Karena kita sekutu. Karena kita teman. Karena aku berada di pihak Kazemiya Kohaku.

Kata-kata yang seharusnya sudah bisa aku ucapkan, tiba-tiba terasa sulit untuk dikatakan.

Alasan kenapa aku menolong Kazemiya Kohaku.

Bukan karena kami berdua sekutu, bukan karena kami berdua teman, bukan karena aku berada di pihaknya.

...Karena kamu adalah sosok yang berharga.

...Jadi aku adalah sosok yang berharga, ya.

Kami berdua terdiam mendengar kata-kata yang susah payah kami ucapkan. Berharga melebihi batas pertemanan. Tapi mengungkapkannya dengan jujur masih terasa sedikit malu.

Saat percakapan kami terhenti, pesanan menu yang kami pesan akhirnya datang.

Hari ini kami berdua memesan steak. Meskipun harganya lebih mahal daripada hamburger, hari ini kami sengaja mengabaikannya.

“Karena ini untuk perayaan.”

Ya, untuk merayakan.

Ketika melihat steak yang dihidangkan, kami berdua seakan mencari-cari alasan untuk menyebut ini 'perayaan'. Itu terdengar sedikit aneh, jadi kami saling bertukar pandang dan terkekeh kecil.

Merayakan apa memangnya?

Hmm... Perayaan karena berhasil menghadapi Onee-chan, mungkin?

Ah, jadi ini peringatan hari ya? Hari reuni pertengkaran saudara?

Ah, ide yang bagus. Aku akan mencatatnya di kalender ponselku.

“Memangnya tahun depan mau dirayakan juga?

Iya. Kita rayakan. Bersama Narumi.

Waktu menikmati makan di restoran keluarga ini, untuk merayakan hari jadi peristiwa tertentu, telah mencatat stempel ketiga dalam kenangan kami.

Oh iya, ngomong-ngomong, apa ini masih dianggap kabur dari rumah?

Kalau masih lari dari rumah, ya tetap dianggap kabur dari rumah. Meskipun urusan dengan Kuon-san sudah selesai, tapi kamu masih belum berbaikan dengan Ibumu.

...Iya, ya. Jadi, acara kabur dari rumah kita masih berlanjut.

 

Bagaimanapun juga, kabur dari rumah kami masih sedikit berlanjut untuk sementara waktu.

Ini hanyalah pelarian kekanak-kanakan yang sudah terlihat ujungnya.

Tapi untuk saat ini, mari kami nikmati saja dullu. Kabur dari rumah pada liburan musim panas ini.



 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama