Houkago, Famires de Volume 2 Bab 5 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 5 — Hanyut Dalam Dirimu

Bagian 1

 

Sejak peringatan hari pertengkaran kakak-beradik antara Kazemiya dan Kuon-san, pelarian kami dari rumah berjalan dengan sangat mulus.

Meskipun terdengar aneh untuk mengatakannya 'mulus' saat kami dalam keadaan melarikan diri, tapi memang begitu adanya.

Satu-satunya hal yang berubah secara signifikan adalah Kuon-san yang berubah menjadi sekutu kami, bukan pengejar lagi. Dia membantu mengambil barang-barang yang diperlukan untuk kehidupan Kazemiya, termasuk pakaian gantinya, dan juga menghubungi keluargaku.

Perubahan terbesarnya adalah masalah penginapan yang dialami kami mulai teratasi. Itu semua karena Kuon-san menyediakan penginapan dan melakukan 'bantuan kecil' dengan syarat menginap di sana.

 

[Jika kesehatan Kohaku-chan terganggu, aku akan menenggelamkanmu dan juga membunuh diriku sendiri]

 

Hal itu dikarenakan ancaman yang ditujukan padaku.

“Setidaknya aku ingin bertanya dulu, di laut mana aku akan ditenggelamkan?

Laut? Bukan, bukan. Aku sedang dalam suasana hati hiking ke gunung. Tempat yang panas sekali sampai-sampai membuat tubuh meleleh akan terasa cocok.

(Jadi ke kawah gunung berapi, ya...)

Rupanya, rencananya bukan untuk menenggelamkanku ke laut, melainkan ke dalam dasar magma.

Meskipun hal tersebut terdengar gila, aku menerima itu daripada terus melarikan diri dan membahayakan kesehatan Kazemiya. Sulit dipercaya kalau dia adalah orang yang sama yang pernah menyudutkan Kazemiya pada beberapa hari yang lalu.

Sepertinya dia dan Kazemiya mulai berkomunikasi sedikit demi sedikit melalui aplikasi pesan. Dia masih khawatir dengan situasi kami yang melarikan diri, tapi dia tetap saling bertukar pesan sebagai kakak perempuannya. Dengan melarikan diri dari rumah, kami bisa dengan lancar menyelesaikan 'daftar kegiatan liburan musim panas' yang sudah kami rencanakan sebelumnya.

Dan sekarang. Aku dan Kazemiya sedang────

 

Narumi, Inumaki. Dua porsi yakisoba dan satu es serut biru hawaii dan satu rasa stroberi.

Siap. Natsuki, aku serahkan pesanan es serutnya padamu.

Oke, serahkan saja padaku!

 

─bekerja paruh waktu di rumah pantai.

 

“Es serutnya akan segera siap nih.

Yakisobanya juga hampir selesai.

Sambil berkeringat menghadapi kombinasi buruk antara terik panas musim panas dan panasnya penggorengan, aku menyiapkan pesanan yakisoba.

Aroma saus kuat yang merangsang selera makan, sementara angin panas dari kipas angin di dapur membuatku hampir mati. Seriusan, aku bahkan bisa melihat fatamorgana di depan yakisoba ini karena saking panasnya.

Kouta. Sebentar lagi waktunya istirahat, jadi ayo kita sama-sama semangat.

Ah... Iya, benar. Lah Natsuki, kamu sendiri malah penuh semangat ya...

“Wajar sajalah! Karena aku bisa bekerja paruh waktu di rumah pantai bersama Kouta. Tentu saja aku menjadi bersemangat!

Apa iya? Apa mungkin memang begitu ya. Sudahlah, panasnya membuatku tak bisa berpikir jernih.

“Benar juga... Aku juga merasa senang dan menikmati bekerja paruh waktu bersamamu, Natsuki.

Hehe. Begitu ya. Semangat-mu sepertinya tambah tinggi nih.

Natsuki tersenyum cerah sambil menuangkan sirup ke atas es serut.

Yakisoba dan es serut merupakan menu khas musim panas. Memakannya sambil melihat laut biru yang indah di balik dinding ini pasti terasa sangat nikmat.

Narumi, Inumaki. Dua kari, satu porsi nasi besar.

Siap. Es serutnya sudah jadi, dan biar aku saja yang urus karinya.

Tolong ya.

Suasana dapurnya memang seperti kamar mandi beruap, tapi di luar juga terik matahari musim panas. Kazemiya yang bertugas di luar pun pasti kepanasan, tapi wajahnya tampak bersinar cerah. Aku bisa melihatnya dengan jelas kalau dia sedang menikmatinya.

(Jika aku bisa melihat wajah bahagianya itu, aku senang datang bekerja di sini. Aku harus berterima kasih lagi pada Natsuki nanti.)

Sambil bergerak secara otomatis menggoreng yakisoba, aku tiba-tiba teringat kejadian beberapa hari lalu.

Kenapa kami akhirnya bekerja paruh waktu di rumah pantai ini?

Kenapa Natsuki bisa ada di sini bersama kami?

Semua itu terjadi saat kami mampir ke restoran keluarga untuk mendapatkan stempel keempat─────

 

“Kamu ingin mencoba bekerja paruh waktu?"

Iya, aku mau mencobanya.

Setelah menikmati minum teh setelah makan malam, Kazemiya mengangguk lagi.

Kalau begitu, bukannya kamu sedang melakukannya? Pekerjaan yang baru-baru ini diperkenalkan Kuon-san. Yang menginap di sana.

Itu sih bukan pekerjaan paruh waktu, tapi namanya 'Membantu Onee-chan' atau 'Membantu Kenalannya Onee-chan'. Jadi semacam relawan gitu. ...Bukan berarti aku tidak puas karena tidak dibayar, sih.

Kazemiya melanjutkan perkataannya dengan sedikit ragu.

Aku sudah... cukup merepotkan Onee-chan dalam banyak hal. Jadi aku ingin membeli hadiah untuknya. Sebagai permintaan maaf untuk berbaikan?

Ah, kalau begitu memang lebih baik cari pekerjaan paruh waktu selain yang diperkenalkan Kuon-san.

Iya. Dan kamu sendiri juga tahu, Narumi, di rumahku dilarang kerja paruh waktu, ‘kan? Tapi sekarang aku kabur dari rumah, jadi aku ingin mencoba kerja paruh waktu mumpung ada kesempatan bagus.

Ada sesuatu yang janggal dalam kata-katanya. Mungkin alasan dia ingin mencoba kerja paruh waktu bukan hanya itu saja, tapi aku tak berniat menggalinya lebih dalam. Itu adalah pemikirannya sendiri, dan kurasa itu tidak buruk.

Kerja paruh waktu ya. Aku tidak menentangnya, tapi pada dasarnya butuh izin dari orang tua.

“Ughh, sudah kuduga pasti bakal begitu.... pantas saja Onee-chan menggunakan dalih 'Membantu Onee-chan' agar tidak perlu izin.

Sepertinya Kazemiya sudah memahami hal itu. Karena dia langsung mundur.

Kerja paruh waktu ya. Dia sendiri memang ingin mencobanya, jadi aku ingin membantunya, tapi tempat kerja paruh waktuku lumayan jauh dari sini. Malah akan jadi perjalanan balik. Apalagi aku baru saja mendapat cuti panjang yang membuat suasana canggung (meski aku sudah dimaafkan, tapi aku harus minta maaf lagi saat kembali). Bagaimanapun juga masih tetap butuh izin orang tua... Seandainya saja ada jalan lain...

...Tunggu sebentar.

Aku meninggalkan tempat duduk dan menelepon seseorang. Hanya satu nada dering saja teleponku langsung tersambung.

“Yo, Kouta. Bagaimana kabarmu saat kabur dari rumah?

Yah, lumayan lah.

Inumaki Natsuki. Ia adalah teman masa kecil dan satu-satunya sahabat terbaikku.

Ia memiliki banyak teman dan hubungan pertemanan serta jaringan yang luar biasa luas. Dirinya bahkan pernah mendapat tiket film lebih dari beberapa orang di industri perfilman. Meski kami terus bertukar pesan sejak aku kabur dari rumah, baru kali ini kami berbicara melalui telepon sejak aku kabur.

Ahaha. Syukurlah kalau begitu. Tapi jika kamu sampai meneleponku, itu berarti ada masalah yang sedang kamu hadapi?

Bukannya masalah sih, tapi ada sesuatu yang ingin aku minta. Jika itu terlalu merepotkan, kamu boleh menolaknya.

Menolak? Aku? Permintaan darimu? Mana mungkinlah. Meski ada masalah, aku akan mengaturnya dengan mengesampingkan yang lain. Jangan segan-segan menggunakanku, pakai saja aku sampai habis.

Menggunakan teman masa kecil yang berharga sampai habis? Mana mungkin aku akan melakukan hal itu, memangnya kamu pikir aku ini apaan?

Entah karena aku baru saja berhadapan dengan Kuon-san, Natsuki terasa sedikit mirip dengannya. Tapi aku sama sekali tidak merasa tidak nyaman dengannya. Malah aku merasa aku bisa mengandalkannya.

Ceritanya sedikit panjang, tapi...

Tidak apa-apa. Malah aku senang bisa banyak mengobrol dengan Kouta.

Aku menceritakan secara singkat latar belakang permintaanku kepada teman masa kecilku yang begitu ramah ini.

Bahwa aku ingin membantu Kazemiya yang mau mencoba bekerja paruh waktu, tapi sepertinya dia tidak akan bisa mendapat izin dari orang tuanya.

Ah, begitu ya. Baiklah, aku mengerti, kurasa aku bisa mengaturnya entah bagaimana.

Benarkah?

Iya. Kebetulan aku punya kenalan yang mengelola rumah pantai. Sepertinya beberapa calon karyawan mereka sedang tidak bisa datang karena sakit. Jadi mereka sedang mencari tenaga tambahan. Kalau aku yang merekomendasikan, mereka pasti langsung menerimanya tanpa wawancara.

Tapi bagaimana dengan izin orang tua?

Tenang saja. Pada dasarnya, siswa SMA boleh bekerja paruh waktu tanpa izin orang tua. Memang ada risiko kontraknya bisa dibatalkan kemudian, tapi ibunya Kazemiya-san tuh manajer artis, ‘kan? Mereka pasti ingin menghindari masalah yang tidak perlu. Jadi setelah mulai bekerja, semuanya akan beres. Aku akan mengatur semuanya dengan pemilik restoran kenalan-ku, dan kalau ada masalah dari sekolah pun, aku yang akan menjelaskan.

Ia memang bisa diandalkan. Natsuki memang hebat. ...Tapi entah kenapa, aku jadi sedikit khawatir.

Aku paham bahwa ini adalah hasil dari kecakapan Natsuki dalam bersosialisasi, tapi aku tetap khawatir kalau-kalau dia memaksakan diri.

...Natsuki.

Hm?

Dibandingkan denganmu, aku memang tak bisa apa-apa. Tapi jika ada masalah, katakan saja padaku. Aku akan berusaha sekuat tenaga membantumu.

......................................

Natsuki?

Tidak ada jawaban sama sekali. Mungkin ada masalah dengan sinyal?

Maaf, tiba-tiba aku merasa terharu mendengarnya. Hatiku menjadi tergerak lebih dari saat aku mendapat fanservice besar dari superhero idolaku. Rasanya terlalu ada banyak emosi yang meluap.

Kamu berlebihan.

Pasti ia sedang mencoba menghiburku dengan leluconnya.

“Jika kamu memiliki rincian pekerjaan paruh waktunya, apa kamu bisa mengirimkannya padaku? Aku akan mencoba menyampaikannya kepada Kazemiya.

Oke, aku akan mengirimkannya semua segera.

Aku memeriksa rincian pekerjaan yang dikirim Natsuki. Boleh menginap, dapat makan, dengan upah 20.000* yen per hari. Jam kerja dari jam 10 pagi hingga 8 malam. ...Tidal diragukan lagi kalau jam kerjanya sangat sibuk, tapi gajinya luar biasa. Seperti yang diharapkan dari Natsuki. ...Tapi rasanya memang mereka sangat membutuhkan pegawai, sampai menawarkan kondisi sebaik itu. (TN: Sekitaran 2,1 juta rupiah)

...Jadi begitulah, Natsuki yang menawarkan pekerjaan ini...

Aku mau.

Kazemiya langsung menjawab tanpa ragu.

Hei, setidaknya pikir-pikir dulu sedikit napa.

“Aku sudah memikirkannya. Kalau itu tawaran pekerjaan yang dibawakan Narumi, aku yakin itu pasti tidak apa-apa. Dan aku juga sangat ingin mencoba bekerja paruh waktu, walaupun itu pasti berat.

Matanya berbinar-binar penuh semangat. Sepertinya dia memang benar-benar ingin mencobanya. Aku sedikit khawatir... Tapi kali ini Natsuki juga akan ikut bekerja, dan aku akan bersamanya. Kurasa itu jauh lebih baik daripada membiarkan dia bekerja sendirian di tempat lain.

Sebenarnya Natsuki juga akan ikut bekerja di sana, jadi jangan lupa berterima kasih padanya.

Oke, aku akan memberitahunya.

Dia mengangguk dengan mantap. Aura kesepian dan menyendiri yang ada pada Kazemiya di kelas sebelumnya sudah hilang tak berbekas, sekarang dia seperti anak anjing yang ekornya terus berkibas-kibas.

 

────Begitulah latar belakangnya, dan kini kami bekerja paruh waktu di rumah pantai.

Kazemiya bertugas di bagian luar, sementara aku dan Natsuki di dapur. Sejujurnya aku sendiri tidak terlalu pandai memasak. Di hari pertama saat ditugaskan di dapur, aku khawatir kalau aku akan menjadi masalah. Tapi setidaknya aku punya pengalaman bekerja paruh waktu, dan menu yang disajikan di sini juga tidak terlalu rumit. Ada panduannya juga, jadi aku masih bisa mengatasinya sejauh ini.

Aku justru leboh mengkhawatirkan Kazemiya, tapi dia terlihat sedang berjuang sekuat tenaga meskipun belum terbiasa. Dia memang sudah cukup terampil sejak awal, dan pelayanan yang awalnya canggung kini sudah cukup lancar setelah beberapa hari.

Setelah merasa lega karena kekhawatiranku tidak terbukti, aku dan Natsuki terus mengerjakan pesanan-pesanan yang berdatangan ke dapur bagaikan banjir. Jumlah pesanan yang menggunung itu sudah seperti neraka, tapi karena bersama teman masa kecil yang bisa diandalkan, rasa penatnya tidak semengerikan itu. Sebaliknya, tepat pada saat kesibukan ini menjadi sedikit lebih menyenangkan────

Kouta, katanya kita boleh istirahat.

Sudah waktunya ya.

Aku bahkan tidak sadar kalau sudah waktunya untuk istirahat hingga Natsuki memanggilku. Kami pindah ke ruang kosong untuk ebristirahat, bergantian dengan staf lain yang kembali dari istirahat. Aku mengambil dua botol ramune dari dalam kulkas dan membukanya, mengeluarkan buih karbonasinya yang berdesir menyenangkan. Akhirnya aku bisa menenangkan tenggorokanku bersama Natsuki.

Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Kazemiya?

Mungkin tinggal lima menit lagi sampai pergantian shift. Karena dia berada di bagian pelayanan, jadi waktunya berbeda dengan kita.

Begitu ya.

Tenang saja, Kazemiya-san pasti baik-baik saja kok.

Melihatku menatap Kazemiya di bagian luar, Natsuki tersenyum maklum.

Awalnya aku juga khawatir karena ini merupakan pengalaman pertamanya dalam bekerja paruh waktu. Tapi ternyata dia cukup cekatan, dan jarang salah menulis pesanan. Meski pelayanannya masih sedikit canggung, tapi dia berhasil melakukannya dengan baik.

...Kurasa kamu benar. Mungkin aku terlalu over-protektif.

Kazemiya sudah baik-baik saja sekarang. Dia tidak lagi berdiri terhuyung-huyung di tengah hujan seperti waktu itu. Luka di hatinya pun sudah mulai sembuh. Bahkan dia sudah berani berhadapan dengan kakaknya, Kuon-san. Aku tahu betul seberapa kuat dirinya.

Overprotektif ya... Apa maksudmu dengan berkata seperti itu?

Eh?

“Aku heran kenapa kamu bersikap overprotektif pada Kazemiya-san, Kouta.”

Itu...

Aku tidak bisa segera menjawabnya saat ditanya langsung seperti itu.

Bagimu, Kazemiya-san itu orang seperti apa?

...Dia adalah orang yang berharga bagiku.

“Apa maksudmu dia adalah orang yang berharga sebagai teman?

Teman semasa kecil memang berbeda, Natsuki sangat memahamiku dengan baik dan peka terhadap berbagai hal.

Yah, mana mungkin kamu rela sampai kabur dari rumah demi sekedar teman biasa, kan? Entah kenapa aku jadi sedikit iri.

Lebih dari sekadar teman. Lebih dari sekadar anggota keluarga.

Lebih dari seorang teman. Tapi berbeda dari keluarga. Dan berbeda pula dari seorang sahabat.

Keberadaan Kasemiya Kohaku dalam hidupku adalah...

Kenapa kamu tiba-tiba tanya begitu?

Aku cepat-cepat meneguk ramune-ku lagi seolah-olah berusaha untuk menutupinya. Aku sadar kalau aku meminumnya lebih cepat dari biasanya. Bukan karena cuaca panas, juga bukan karena haus.

Bola-bola kaca di dalam botol bening itu berguling-guling, sisa gelembung karbonasinya muncul lalu pecah. Sama seperti jawaban yang baru saja muncul di pikiranku, lalu menghilang.

Aku khawatir kalau semisalnya kamu memendam perasaanmu sendiri. Ini memang campur tangan berlebihan dari teman masa kecil.

...Ini merepotkan. Aku mungkin tidak memedulikannya kalau itu perkataan orang lain. Tapi aku tidak bisa mengabaikannya kalau orang yang ikut campur tangan adalah kamu, Natsuki.

Bukan karena ia adalah teman masa kecilku. Natsuki selalu bersamaku bahkan saat aku mengalami masa sulit. Saat aku tak bisa mencapai hasil, saat orang tuaku bercerai, saat aku sedang berantakan. Ia tak pernah menasihati atau menceramahi, hanya ikut menemani. Bagiku, ia bukanlah sekedar teman masa kecil dan sahabat terbaik saja, tapi ia sudah seperti keluargaku sendiri... Itulah sebabnya campur tangan mendalam yang tidak biasa ini benar-benar menyentuh hatiku.

Aku tahu kamu selalu menjaga jarak dengan orang lain sejak ada masalah dengan ayahmu. Dulu semasa sekolah SD, kamu mempunyai banyak teman, tapi sekarang hanya aku yang masih main denganmu. Kamu menjadi takut mengecewakan orang lain.”

Kamu memang teman masa kecilku yang mengerti segalanya.

“Aku sudah mengawasimu dari dulu. Karena Kouta adalah pahlawanku.

Kamu memang selalu berlebihan dari dulu.

Mungkin.

Seriusan, seandainya saja ia hanyalah orang lain. Kalau begitu, aku bisa dengan mudah membantahnya dengan mengatakan 'Jangan sok tahu'. Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu pada Natsuki.

“Menurutku, hal yang paling kamu takuti saat ini ialah... Kamu merasa takut kalau Kazemiya-san akan kecewa padamu. Karena kamu tidak mau mengecewakannya, makanya kamu menghindari terlalu dekat dengannya.

...Dasar Natsuki. Ia akan selalu bisa menerima apa adanya. Seluas dan sedalam samudra. Saat berbicara dengannya, aku bisa bersikap dengan santai dan tak perlu marah meski dia mengorek-ngorek lebih dalam.

“Tidak ada salahnya untuk melarikan diri. Tapi kamu tidak bisa melarikan diri dari perasaanmu sendiri. Itu akan mengikutimu seumur hidup. Itulah yang disebut ‘perasaan yang sebenarnya'. ...Tapi yah, kamu memang payah soal menghadapi perasaanmu sendiri, jadi khusus kali ini aku akan membantumu.

Membantu?

“Kebetulan aku mengetahui mantra ajaib yang bisa mengungkapkan perasaanmu yang sebenarnya.”

Suara deburan ombak dan keramaian pantai seolah-olah menghilang, lalu tanpa kusadari, telingaku begitu sunyi sampai-sampai aku hampir mengira kalau aku sedang memakai earphone dengan fungsi peredam bising. Satu-satunya yang kudengar hanyalah bunyi detak jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

'Berikan Kazemiya-san padaku.'

Tidak boleh!

Itu adalah jawaban refleks. Aku sama sekali tidak menyadarinya. Begitu aku mendengar kata-kata Natsuki, mulutku dengan lancar mengucapkan penolakan, jauh lebih lancar daripada biasanya.

Aku sadar betul apa yang baru saja kuucapkan. Aku tidak sebodoh itu.

Itulah perasaanmu yang sebenarnya kan, Kouta?”

 

☆☆☆

(Sudut Pandang Kazemiya)

“Pelayan dengan rambut pirang paling cantik, paling imut, paling modis di dunia, dan serba bisa yang memesona dalam balutan seragam putih karyawan~♪  Aku mau pesan okonomiyaki, es serut, sosis bratwurst, kari, ramen, Takoyaki dong~ Dan juga, apa aku boleh minta foto berdua dengan pelayan yang cantik ini sekitar 100 lembar... Ah, di sini bisa pakai kartu kan? Ada uang elektronik juga?

Maaf, pelanggan yang terhormat. Tolong hentikan perbuatan yang mengganggu.

Sepertinya ini hasil dari pengalaman bekerja beberapa hari. Dalam diriku sudah tersimpan pengalaman melayani pelanggan, jadi aku bisa membalas dengan kalimat mekanis mengingatkan pelanggan yang mengganggu.

Aah, bagus... Tatapan dingin Kohaku-chan memang yang terbaik...!”

...Onee-chan, kenapa kamu datang ke sini?

Entah kenapa, orang yang datang dengan percaya diri di dalam rumah pantai adalah Onee-chan yang baru saja bertengkar denganku beberapa hari lalu.

Dia pikir dia sedang menyamar mungkin? Dia memakai kacamata hitam dan topi Jerami di kepalanya, tapi dari sudut pandangku dia tetap Onee-chan.

Kebetulan ada syuting drama di sekitar sini. Karena syutingnya selesai lebih cepat dari jadwal, jadi aku mampir ke sini untuk istirahat sebentar.

...Kalau dipikir-pikir, saat aku kabur dari rumah, Ibu pernah bilang sesuatu soal Onee-chan yang syuting drama dan akan menginap di hotel selama tiga hari.

Ah, ternyata ada odeng juga? Kayaknya enak tuh, kalau begitu aku pesan satu odeng juga!

“Satu okonomiyaki, es serut, sosis bratwurst, kari, ramen, takoyaki, dan satu odeng. Baik, mohon tunggu sebentar. ...Ini, apa Onee-chan mau memakan semuanya sendiri?

Tentu saja! Porsi sebanyak ini mah aku biasa menghabiskannya.

...Memang aku sendiri sadar kalau aku juga mempunyai sifat yang rakus, tapi kurasa ini lebih ke sifat bawaan Onee-chan.

Senang rasanya ketika kami mempunyai kemiripan sebagai kakak-beradik.

...Tapi kali ini bukan cuma untukku sendiri.

Eh?

“Bukan apa-apa. Nah, ayo kembali bekerja. Kalau kamu mengobrol di saat jam-jam sibuk begini, bisa-bisa kamu dimarahi lho.

Meski rasanya Onee-chan sedang mengalihkan pembicaraan, aku menyampaikan pesanannya ke dapur. Narumi dan Inumaki tidak ada... Mungkin mereka sedang istirahat. Saat aku melayani pesanan pelanggan lain, pesanan besar Onee-chan sudah jadi.

Kazemiya-san, kamu boleh beristirahat setelah mengantarkan pesanan ini.

Baik.

Setelah sedikit berbincang dengan manajer, aku membawa pesanan besar itu ke meja Onee-chan.

Maaf sudah membuat Anda lama menunggu.

Akhirnya datang juga~♪  Makanan yang dibawakan Kohaku-chan akhirnya datang juga~♪  pasti rasanya enak banget!

Aku kan cuma mengantarnya, bukan yang membuatnya.

“Ini bukan siapa yang memasaknya, tapi siapa yang dengan tulus mengantarkannya. Itulah yang terpenting.

“Meski Onee-chan mengatakannya dengan wajah yang begitu tulus, tapi aku yakin itu bukan alasan sebenarnya.

Sejak pertengkaran kami beberapa hari yang lalu, Onee-chan selalu bersikap seperti ini. Selama ini kami berdua hanya bertukar pesan, tapi saat bertemu langsung, intensitasnya berbeda. Sepertinya di pesan-pesan pun Onee-chan sudah menahan dirinya.

Onee-chan berkata Mulai sekarang aku tidak akan melarikan diri lagi, aku akan lebih banyak berbicara dengan Kohaku-chan! Tapi... Apa ini benar-benar tidak apa-apa? Yah, memang aku sendiri yang bilang kalau aku ingin lebih banyak berbicara dengan Onee-chan. Tapi tidak kusangka sampai seperti ini...

“Kohaku-chan, kamu sudah boleh istirahat, ‘kan?

Kenapa Onee-chan bisa tahu?

Saat kamu berbicara dengan manager tadi, aku bisa membaca gerak bibirmu. Semacam kemampuan membaca bibir.

...Seperti biasa, Onee-chan bisa melakukan apa saja.

Ayo kita makan bersama~

...Yah, boleh-boleh saja.

Kebetulan juga aku sudah mulai lapar. Aku juga tidak ingin lari dari Onee-chan. ...Dan aku tidak ingin jadi gadis tak berdaya tanpa dorongan dari Narumi.

“Kohaku-chan, kamu mau makan apa? Yakisobanya kelihatan enak, tau.

Hmm... Kalau begitu, aku pilih yakisoba saja...

Meskipun aku merasa sedikit tidak enak pada staf lain yang masih bekerja, aku mencoba mengambil beberapa yakisoba yang ditawarkan Onee-chan.... Tapi aku mengurungkan niatku.

...Ah, aku lebih pilih sosis bratwurst saja.

Kalau aku memilih yakisoba, pasti ada remah-remah yang menempel di gigi.

...Aku tidak mau Narumi melihat ada remah-remah di gigiku.

“Kamu memang gadis kasmaran, ya.

Seolah-olah dia bisa menebak pikiranku, Onee-chan menyengir dengan jail. Aku tidak repot-repot menjawab karena merasa sedikit kesal dan hanya menuangkan saus ke sosis bratwurst.

Kurasa aku harus berterima kasih kepada Narumi-kun karena bisa melihat sisi gadis kasmaran dari Kohaku-chan.”

? Kenapa mengungkit-ungkit nama Narumi?

Ahahaha. Yah, bukan apa-apa, kalian berdua tuh pacaran, kan?

────────────(Gusha)

Tanpa sadar aku terlalu erat memegang wadahnya, sehingga sosis bratwurst tenggelam dalam genangan saus tomat di piringku, seperti adegan pembunuhan sadis.

Tapi itu sama sekali tidak penting. Yang penting adalah...

Hah? Eh? Aku? Berpacaran dengan Narumi?

Eh... memangnya enggak?

“Ya enggaklah!

Lagi-lagi aku mendengar suara ledakan saus tomat di tanganku. Dilihat dari sensasi di tanganku, sepertinya wadah saus tomat itu sudah kosong.

...Benarkah? Kamu tidak berbohong karena kamu membenci Onee-chan, ‘kan?”

Beneran! Aku sama sekali tidak membenci Onee-chan, malahan aku sangat menyayangimu!

Hmm... Kalau itu yang biasanya, harusnya hidungku akan mimisan karena terlalu senang. Tapi karena aku terlalu kaget sampai-sampai tidak melakukan itu.

Pada awalnya, kupikir kalau Onee-chan cuma bercanda denganku, tapi sepertinya dia benar-benar terkejut.

Lantas, kenapa kamu berpikir kalau aku... be-berpacaran dengan Narumi?

Sebaliknya, kalau kalian berdua memang tidak pacaran, kenapa kamu mengirim pesan-pesan yang dipenuhi gombalan seperti itu?

Go-gombalan?! Aku tidak pernah mengirim pesan yang seperti itu!

Onee-chan tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto yang kukirim di aplikasi perpesanan. Persis seperti detektif yang menyodorkan barang bukti kepada tersangka.

“Menurutmu ini foto apaan?”

Itu adalah foto waktu aku pergi ke taman hiburan bersama Narumi.

Tapi jarak di antara kalian kelihatan dekat sekali. Lebih dari sekedar berdekatan, kalian malah lengket seperti lem 24 jam.

I-itu sih...karena kalau tidak begitu, foto kami tidak akan muat di layar.

Lihat, kalian bahkan bergandengan tangan.

Soalnya waktu itu sangat ramai, jadi Narumi mengusulkannya supaya kami tidak terpisah.

...Lalu, bagaimana foto ini?

Itu fotoku dan Narumi sedang berbaring di ranjang. Memangnya ada yang salah dengan itu?”

Tapi dilihat dari sisi dan sudut pengambilannya, kelihatan kamu juga sedang berbaring di ranjang yang sama.

“Karena ranjangnya cukup besar.... tapi waktu tidur kami pakai kamar yang berbeda, kok.”

“Itu sih sudah jelas! Bukan itu masalahnya! Dilihat bagaimana pun, kalian berdua seperti pasangan kekasih! Kalian memang berpacaran, kan?! Bohong banget kalau bilang tidak!

Tapi kami benar-benar tidak pacaran!

Intensitas dan tekanan Onee-chan sungguh di luar batas. Aku jadi bisa mengerti perasaan penjahat yang diberi barang bukti di drama-drama TV. Yah, memang aku sendiri telah membuat kekacauan dengan sosis bratwurst dan saus tomat ini...

Setelah melakukan semua ini dan dibilang tidak pacaran, memangnya apa yang harus dilakukan kalian supaya dibilang pacaran?

“Di-Dibilangin, hubunganku dengan Narumi bukan seperti itu...

...Kalau begitu, bagaimana perasaanmu sendiri pada Narumi-kun, Kohaku-chan?

Pertanyaan Onee-chan membuatku kehilangan kata-kata.

Apa kamu hanya menganggapnya sebagai teman?

Aku tak bisa menjawabnya kalau ia Hanya sebagai teman.

Bagi diriku, keberadaan Narumi Kouta adalah...

...Ia bukan sekedar teman.

Selama ini, definisi hubunganku dengan Narumi sudah berubah dalam diriku. Pasti bentuknya sudah berubah sejak lama.

Aku tidak bisa lagi menganggap Narumi cuma sebagai teman saja. Bukan juga sekedar sekutu.

Aku hanya mengabaikan dan memalingkan mata, tanpa mau menyentuh garis batas itu.

Karena aku... menyukai Narumi.

────Hatiku sudah kehilangan tempat untuk bersembunyi.

“Begitu ya... jadi, aku menyukai Narumi."

Saat aku mengungkapkan perasaanku, Onee-chan tersenyum lembut.

Aku sudah menduganya.

...Onee-chan, jangan-jangan kamu sengaja...

"Aku hanya ingin bertemu adik kesayanganku. Kebetulan karena ada pekerjaan di dekat sini.

Onee-chan menikmati es serutnya seolah ingin mengalihkan pembicaraan.

Tapi... yah. Aku merasa lega. Tanpa kusadari, Kohaku-chan sudah bisa jatuh cinta dengan benar.

Jangan diulang-ulang, rasanya malu tahu...

Itu benar. Aku mencintai Narumi Kouta.

Meskipun itu tak salah, tapi rasanya tetap memalukan saat dikatakan langsung.

Selama ini kupikir Kohaku-chan hanya bisa lari. Karena kamu takkan bisa jatuh cinta jika terus menolak orang lain. ...Aku senang bisa melihatmu sudah berubah. Kamu sudah menjadi lebih kuat sekarang.

Onee-chan menghentikan gerakan tangannya yang menyuap es serut, dan mengalihkan pandangan dariku.

Makanya, sekarang sudah waktunya kamu juga ikut bergabung dengan kami di meja.”

...────Eh?

Aku terkesiap saat mengikuti arah pandang Onee-chan.

“...Mamah.”

Orang yang mendekati meja kami... bukan, orang yang mendekati meja Onee-chan, adalah Mamah.

...Kohaku? Kenapa kamu ada di sini?"

Tatapan tajam yang tersembunyi di balik lensa kacamatanya. Suara yang seakan menolak seluruh keberadan diriku sama sekali tidak berubah sejak aku kabur dari rumah. Hal itu masih tetap sama.

Aku sedang bekerja paruh waktu di sini. Sekarang waktunya istirahat.

Aku menjawab dengan tenang dan hanya menyampaikan fakta. Mamah mengernyit dahinya ketika mendengar kata 'bekerja paruh waktu'.

Aku tidak ingat pernah memberimu izin untuk bekerja paruh waktu... Ah, tidak, bukan itu masalahnya. Kamu tidak membuat masalah, kan? Jangan sampai kamu mencemarkan nama Kuon.

Sejak awal, Mamah berbicara dengan asumsi seolah-olah aku akan membuat masalah.

Aku tidak menyukainya. Aku memang tidak menyukainya, tapi... entah kenapa, sekarang hal itu tidak lagi menyentuh hatiku.

Aku tahu. Aku tidak akan melakukan apapun yang merepotkan Onee-chan.

“Entahlah, aku tidak yakin.

Aku bisa tetap tenang meski Mamah sama sekali tidak percaya pada perkataanku.

Sejujurnya, aku sendiri juga terkejut dengan diriku yang bisa setenang ini.

Kuon. Waktumu istirahatmu sudah cukup, kan?

“Aku baru saja mulai kok. Lihat, aku bahkan belum menyentuh kari yang kelihatan sangat lezat ini. Lagipula, Ibu juga belum makan siang, kan? Ayo, kita makan bersama saja, biar lebih cepat selesai.

...

Sepertinya dia tidak akan mau pergi sebelum Onee-chan menghabiskan semua makanan yang sudah dia pesan. Sejak hari aku kabur dari rumah────tidak, entah sudah berapa lama seluruh anggota keluarga Kazemiya tidak makan bersama di meja seperti ini.

Hmm! Aku penasaran bagaimana rasa odeng di rumah pantai, tapi ternyata lumayan enak ya!

Onee-chan fokus pada makannya. Sepertinya itu disengaja.

“......

Aku sendiri sedang memakan sosis bratwurst yang belepotan saus sambil memandangi mamah.

Mamah sejak tadi tidak menyentuh makanannya sama sekali. Dia sesekali memeriksa jam dan mengetik sesuatu di ponsel. Sikapnya yang seperti menolakku tadi, sekarang tidak lagi terasa.

Sebaliknya, dia justru kelihatan...

...Mamah kelihatan kurusan?

Itu bukan urusanmu.

Mamah membalas tanpa menatapku. Tapi kali ini aku tidak merasa marah maupun sedih.

(Apa Mamah memang selalu begini...?)

Bagiku, Mamah terlihat sangat kelelahan.

Jika diamati lebih seksama, rambutnya yang hitam legam tidak bersinar, ada lingkaran hitam di matanya yang sepertinya ditutupi dengan concealer. Tangannya juga kasar dan pecah-pecah. Tidak ada lagi aura dominan seperti Onee-chan.  Tidak ada lagi rasa takut. Sosoknya tampak jauh lebih lelah daripada yang kuingat...

(Apa Mamah... memang sekecil ini...?)

Selama kabur dari rumah, sebenarnya aku masih memikirkan Mamah.

Malahan, aku pernah berpikir apa yang harus kukatakan saat bertemu dengannya lagi.

Tapi begitu berhadapan dengannya di sini, aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

...Terima kasih atas makanannya!

Waktu pun terus berlalu sampai aku tidak bisa mengatakan apa-apa pada Mamah. Sadar-sadar, Onee-chan sudah menghabiskan semua makanan yang terhidang di meja.

Hmmm! Semuanya enak banget!

Kalau begitu, sudah saatnya kita pergi. Kalau tidak, kita nanti bisa terlambat ke lokasi syuting berikutnya.

Iya, iya. Aku tahu kok jadwalnya.

Pada akhirnya, Mamah tidak menyentuh makanannya sama sekali. Kapan dia akan makan?

...Mamah...!

Aku tidak bisa membiarkannya terus begini. Meskipun aku tak bisa berkata-kata, aku masih ingin mengatakan sesuatu.

Teruslah berpura-pura kabur sesukamu.

...!?

Aku tidak akan keberatan walau kamu tidak ada di rumah.

Hanya itu saja yang dikatakannya, lalu dia pergi tanpa menatapku.

Punggungnya yang menjauh, terlihat lebih kecil dan rapuh daripada yang kuingat...

Kasian sekali, ya. Orang itu.”

...Onee-chan.

Tapi, aku tidak datang kemari untuk membawamu pulang, kok.

Iya, aku tahu.

Kenapa Onee-chan datang kemari? Kurasa itu memang benar kalau itu membuatku sadar akan perasaanku. Tapi bukan cuma itu saja.

Kamu ingin menunjukkan kepada Mamah mengenai diriku yang sekarang, kan?

Yah, kalau itu tersampaikan, itu saja sudah cukup.

Setelah berkata Sampai nanti, Onee-chan juga berjalan pergi, seiring dengan punggungnya yang semakin mengecil bersama Ibu. Yang bisa kulakukan hanya melihat kepergian mereka────



 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama