Mirai-san wa Mitame Dake Jiraikei Bab 5 Bahasa Indonesia

Chapter 5 — Sesuatu yang Melekat Erat

 

Ngomong-ngomong, ada satu janji yang kubuat dengan Miura-san.

Yaitu, kami tidak boleh kelihatan mengobrol atau bertegur sapa di sekolah.

Dia tidak memberitahuku alasannya, tapi... kalau aku ingat-ingat kembali, pada waktu itu ekspresinya tampak sama seperti pagi ini. Dia menunduk dengan muruk dan terlihat kesepian.

Aku masih belum benar-benar mengenal Miura-san.

Dan Miura-san sendiri juga sepertinya tidak ingin diketahui...

Sambil memikirkan hal-hal yang tidak ada hubungannya, aku berjalan menuju toilet di koridor sekolah.

Waktu istirahat kedua. Sambil menghindari maskot-maskot yang lewat, aku tiba-tiba bertemu Miura-san keluar dari toilet wanita.

Reaksi alaminya yang membelalakkan mata terlihat manis, membuatku hampir tertawa. Tapi kemudian, ada sesuatu yang menyusahkan terjadi.

“Oi, Maizono.

...Kaneko-sensei, huh?

Ada sebuah bayangan yang menutupi kami berdua. Ia adalah seorang pria bertubuh besar dengan kepala botak. Wajah anehnya yang tampak seperti anak kecil memberi kesan mantan berandalan, dia adalah wali kelas kami.

Apa-apaan ini? Si anak rajin Maizono berjalan bersama Miura? Kombinasi yang menarik.

Kami tidak sedang bersama-sama.”

Miura-san mencoba berjalan pergi dengan wajah sinis.

Tunggu, Miura.

...Ada apa?

Miura-san menoleh ke belakang dengan enggan. Sepertinya masih ada sisi dirinya yang tidak kukenal.

Memang benar, Kaneko-sensei adalah guru yang kasar dan arogan. Tapi ia bukan orang yang benar-benar menyebalkan.

Setidaknya, aku tidak pernah mendapat masalah darinya.

Tapi, ketika aku melihat interaksi Miura-san dan Kaneko-sensei, aku menyipitkan mataku.

Sepertinya alasan Kaneko-sensei tidak terlalu menyebalkan bagiku adalah karena aku adalah [murid teladan].

“Bukannya akhir-akhir ini kamu pulang lebih cepat? Aku juga mendengar kalua kamu sering terlihat di stasiun Shibuya di malam hari... Kamu tidak melakukan sesuatu yang mencemarkan nama baik sekolah, kan?

Tidak. Itu hanya pekerjaan paruh waktuku saja.

Meskipun kamu bilang begitu, tapi kami tidak bisa percaya begitu saja, oke? Karena kamu berkeliaran di daerah hiburan malam dengan penampilan mencolok... Jangan-jangan pekerjaan paruh waktu yang dimaksud itu yang begituan...

Saat Kaneko-sensei berkata begitu, Miura-san sekilas melirikku.

Mungkin itu hanya khayalanku saja, tapi... dia terlihat seperti akan menangis.

Tapi seketika itu juga, Miura-san menatap Kaneko-sensei dengan tatapan penuh permusuhan.

Itu tidak benar. Dan itu adalah pelecehan seksual, Sensei.

Hadeuhh. Akhir-akhir ini, murid-murid langsung bilang 'pelecehan seksual' setelah membaca sedikit di internet. Seorang anak yang berteriak tentang hal itu tidak akan mengubah apapun. Astaga, zaman dulu saat aku seusia kalian, kami benar-benar melawan guru sampai mereka menyerah. Tapi sekarang cuma ada anak-anak lemah berpakaian aneh.

“Uh....”

Lalu, Kaneko-sensei melihatku.

Maizono itu anak baik-baik yang tidak pernah melawan guru. Dengan nilai bagus seperti itu, ia pasti sangat dihargai oleh guru. Dulu kami pasti sangat dibenci oleh guru.

Sambil menyisipkan cerita tentang betapa buruknya dia dulu sebagai berandalan, Kaneko-sensei terus menyudutkan Miura-san.

Tapi aku tidak mengerti bagaimana semua itu berkaitan.

“Apa kamu sudah selesai?

Saat Miura-san akan kembali ke kelas, Kaneko-sensei masih menahannya.

Kamu tahu tidak, sikapmu itu terhadap guru malah membuat nilaimu semakin turun?

...Sudah cukup, ini sudah keterlaluan.

Sensei, apa yang ingin Anda bicarakan denganku?"

......

Saat aku memanggilnya, Kaneko-sensei menatapku dengan malas.

Kamu ini, selalu datang di saat yang tidak tepat...

Saat Sensei mengucapkan itu, Miura-san langsung pergi.

Kalau begitu, aku permisi.

Ah, hei— Cih. ...Hm?

Lalu ia tiba-tiba tersenyum dengan ekspresi seperti anak kecil.

Maizono-kun.”

Pria besar yang mungkin lebih dari 190 cm itu memaksakan merangkul bahuku.

Apa kamu sengaja membela Miura tadi?

Aku tidak menjawab afirmatif maupun membantahnya dan hanya balik bertanya.

...Apa yang ingin Anda bicarakan denganku?

...Cih. Aku tidak suka itu. Kamu selalu bertingkah keras kepala di tempat yang aneh.

Kaneko-sensei mendorong bahuku dengan kasar.

Meskipun anak baik-baik tiba-tiba jadi sombong, pada akhirnya dia hanya akan dihajar habis-habisan, kan? Kamu memang tidak mengerti, karena tidak ada preman yang bisa mengajarimu.

Sambil menggaruk telinganya dengan jengkel, dia melanjutkan.

Intinya... Jika kau tidak ingin merepotkan orang tuamu, pikirkan cara hidupmu sedikit. Kamu pasti tidak ingin dibilang tidak berguna karena tidak punya orang tua, kan?

...Baik, aku akan berhati-hati."

“Hanya itu saja. Sampai jumpa.

Setelah berkata begitu, Kaneko-sensei pergi dengan langkah lebar.

Ah, masih ada satu lagi.”

Kaneko-sensei berbalik dan menyeringai.

Kamu, jangan sampai jatuh cinta pada si Miura itu. Kamu terlalu polos, bisa-bisa kamu salah paham. Yah, meskipun aku suka mengerjai anak polos sepertimu.

...Begitu rupanya.

Ternyata mataku memang rabun.

 

† † †

 

“Oke baiklah, kalian semua, hati-hati saat pulang nanti ya!

Kaneko-sensei juga hati-hati ya, jangan sampai melakukan pelecehan lho!

Mana mungkin lah.

Kaneko-sensei memang populer.

Beliau ramah dan memiliki ketegasan layaknya guru olahraga, sehingga ia dekat dengan murid-muridnya.

Karena itulah aku tidak menyadarinya...

Hei Kitano, kamu juga harus jalan lihat ke depan, jangan cuma main hape terus!

...Baik.

Suaramu terlalu pelan!

Ketika Kaneko-sensei tertawa mengejek, murid-murid lain pun ikut tertawa.

Teman sekelas yang bernama Kitano berjalan keluar kelas dengan bahu membungkuk.

Alasan kenapa Kaneko-sensei tampak populer karena selalu dikelilingi murid-murid yang menyukainya.

Di balik itu, murid-murid yang tidak cocok dengannya tampak tersisihkan.

Meskipun terdengar baik, dan aku yakin kalau ia tidak melakukannya dengan niat buruk, tapi.... jika Kaneko-sensei memaksa murid yang tidak suka menonjol dan malah dijadikan objek tertawaan, apa itu benar-benar untuk kebaikan mereka?

Ternyata ada dunia yang tidak terlihat... tidak, dunia yang tidak kulihat.

...Ah, Miura sudah pulang ya?

Kaneko-sensei bertanya pada murid-murid yang berkumpul di sekitar meja guru.

Miura-san~? Entahlah, mungkin dia sibuk menemui papa*-nya?(TN: Papa di sini bukan maksudnya ayahya Miura, melainkan untuk sebutan pria yang melakukan Papa-katsu atau kalau di indonesianya sih Sugar Daddy)

Teori host club

Astaga, jangan-jangan dia pecandu host club?"

...Meskipun aku tidak bisa memahami sebagian besar percakapan mereka, aku tahu mereka sedang menertawakan Miura-san.

“Ya ampun, yang benar saja. Jangan bikin masalah di kelasku dong, nanti aku juga kerepotan nanti.

Haha, Sensei dalam masalah nih~.”

Meskipun ia terlihat mengeluh, tapi Kaneko-sensei tetap tertawa bercanda sembari mengelus-elus kepalanya dengan tangan.

Entah kenapa, aku merasa sedikit tidak nyaman.

Teman sekelas di sekitarku hanyalah teman sekelas yang tidak ada hubungannya denganku. Sampai kemarin, aku menganggap mereka sebagai teman sekelas biasa. Tapi bagaimana jadinya jika orang-orang yang kupikir normal ternyata bisa memperlakukan Miura-san seperti itu?

Kira-kira dunia seperti apa yang sudah dijalani Miura-san selama?

“Oi, Maizono! Kamu pasti tahu Miura pergi ke mana, ‘kan?

Kaneko-sensei melihat ke arahku saat aku berdiri.

Semua mata tertuju padaku. Hari ini Miura-san tidak ada di shift Sandra.

Aku tidak tahu dia pergi ke mana. Tapi, entah kenapa aku merasa enggan untuk jujur.

Mungkin dia ke rumahku.

SSaat aku mengatakan itu, Kaneko-sensei tampak tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak.

Haha, rupanya kamu bisa mengatakan sesuatu yang lucu, ternyata kamu punya karakter seperti itu ya.

Suara tawanya diikuti oleh teman-teman yang lain.

Wah, Maizono yang nyewa? Hmm, mungkin saja kali ya?

“Padahal ia kelihatan serius tapi ternyata nyewa begituan? Wah, hebat juga.

Aku masih tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Tapi aku tidak suka terus-terusan dipermainkan.

Meskipun nasihat Satonaka-san untuk membalas satu kali ada benarnya, kurasa sebaiknya aku hanya diam saja.

Setelah puas tertawa, Kaneko-sensei melihatku dengan gembira lalu mengibaskan tangannya seolah-olah menyuruhku untuk pergi.

Oke, oke, aku yang salah.

Entah apa yang dianggapnya salah.

Tapi serius, jangan sampai kamu benar-benar terlibat dengan hal-hal seperti itu ya.

Maksudnya tipe Jiraikei?

“Iya, yang itu.

Baik, aku akan hati-hati.

Aku tahu tipe gadis Jiraikei itu maksudnya sesuatu yang buruk.

Tapi aku tidak berpikir kalau Miura-san termasuk ke dalamnya.

Saat aku membungkuk dan keluar dari ruangkelas, masih terdengar suara dari dalam.

Maizono host? Kita memang tidak bisa menilai orang dari penampilannya saja, ya.

...Orang tidak selalu sesuai dengan penampilannya. Betul sekali.

Meskipun mereka bicara seenaknya tentang Miura-san, tapi mereka tidak sadar kalau mereka juga punya standar ganda.

Semoga saja mereka tidak sampai mengalami kecelakaan parah atau semacamnya.

Aku memutuskan untuk pulang dulu sebelum bekerja paruh waktu.

 

 


Sebelumnya  |   Daftar isi  |  Selanjutnya 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama