[LN] Reset Seishun Jilid 2 Bab 8 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 8 — Reset Toudo Tsuyoshi dan Tanaka Haru

Bagian 1

 

Setelah menyelesaikan kunjungan perusahaan, aku kembali menjalani rutinitas akhir pekan biasa dan mulai bekerja lagi sebagai pelayan di sebuah restoran bergaya Barat. Aku dengan tenang mempersiapkan hidangan udang di depanku. Aku mencucinya di bawah air mengalir sambil memotongnya menjadi dua bagian menggunakan gunting khusus.

Aku suka melakukan persiapan memasak. Sambil menggerakkan tangan, aku bisa memikirkan banyak hal.

Selain itu, aku juga menemukan peningkatan keterampilanku dalam persiapan perlahan-lahan, yang membuatnya semakin menarik.

Chef yang sedang mempersiapkan gratin di samping memanggilku. Di sisinya, putri sang Chef sedang menyiapkan salad. Setelah kesibukan jam makan siang seperti medan perang, mereka kini sibuk mempersiapkan untuk hidangan malam hari.

Wah, Toudo-kun memang pekerja keras ya~ Bahkan karyawan di sini pun tidak bisa melakukannya secepat kamu.

Terima kasih.

Hmm, entah kenapa sepertinya ada yang berbeda denganmu, kayak ada sesuatu yang berubah. Gaya rambutmu juga bagus. Kalau begitu, kamu bisa kuajak kencan buta, Toudo-kun. Apa kamu tidak punya teman laki-laki yang keren?

Hei! Jangan bicara yang aneh-aneh pada Toudo-kun!

Ahaha, hanya bercanda, aku hanya bercanda saja kok. Karena Toudo-kun lebih dewasa untuk usianya, jadi aku...

“Hmm, teman laki-laki... kurasa Igarashi-kun cukup tampan. Tapi, apa maksudmu dengan kencan buta?”

Hoo, jadi kamu sudah dapat teman laki-laki? Bagus sekali, Toudo-kun!

Dia orang yang baik. Dia sangat menyukai Sasaki-san.

Kamu tidak tahu apa itu kencan buta ya... Ah, biar kutjelaskan sebagai orang dewasa.

“Tidak, tidak, tidak, kamu sendiri juga tidak terlalu berbeda dengannya. Tahun ini kan kamu akan mengikuti ujian masuk, jadi berjuanglah. Kamu tidak perlu bekerja sambilan lagi, kok.

Tidak, ini salah satu caraku refreshing.

Sedikit obrolan di sela-sela pekerjaan. Dulu aku terlalu fokus pada pekerjaan, sehingga aku tidak bisa melakukan hal seperti ini. Aku bahkan tidak tahu harus berbicara apa.

Aku sadar bahwa komunikasi adalah sesuatu yang dibangun secara bertahap.

Dari percakapan yang tampak biasa saja, aku bisa merasakan ikatan yang dalam antara Chef dan putrinya.

Meski begitu, masih ada banyak hal yang tidak biasa bagiku. Akhir-akhir ini, aku sering mendapat pujian dari orang lain. Saat SD dulu, jika aku tidak bisa melakukan sesuatu, aku akan dipaksa melakukannya sampai bisa. Bahkan jika aku berhasil, aku tidak pernah dipuji. Saat SMP, aku hanya selalu dimarahi. Jadi ini terasa sangat aneh bagiku.

Aku mendengar suara langkah kaki dari arah ruang depan. Suara itu adalah.... suara Tanaka.

Chef, aku sudah selesai membereskannya! Pekerjaan selanjutnya apa?

Tanaka masih terlihat bersemangat seperti biasa. Hanya melihatnya saja, aku sudah merasa senang.

Ah, ternyata persiapannya sudah lebih maju dari yang kuduga. ... Meskipun agak terlalu awal, bagaimana kalau kalian berdua boleh pulang lebih awal hari ini?

Baik! Hehe, hore!

Chef adalah orang yang sangat baik. Tapi, saat insiden putrinya, Chef berubah menjadi sangat kasar dan tidak bersahabat. Pada saat itu, aku merasakan kasih sayang mendalam Chef pada putrinya. Meskipun diarahkan pisau ke wajahnya, Chef sama sekali tidak berubah ekspresi, jelas-jelas menunjukkan bahwa ia berasal dari dunia yang berbeda.

Lengannya penuh dengan bekas luka. Mirip dengan karakter di komik yang pernah kubaca. Seorang bos kafe botak berkulit coklat dengan otot yang kekar. Apa aku bisa menang dalam pertempuran satu lawan satu melawan Chef? Aku pasti tidak akan lolos tanpa luka. ... Suatu hari aku ingin mendengar cerita lamanya.

Chef menghela napas saat pertama kali bertemu denganku. Saat itu aku berpikir kalau aku sudah mengatakan sesuatu yang aneh lagi. Tapi, ternyata itu hanya kesalahanku. Chef berkata dengan mata yang terlihat sedih namun lembut, Di sini tidak ada orang dewasa yang akan memanfaatkanmu, jadi kamu tidak perlu khawatir.”

Dia adalah orang yang aneh. Tapi, aku sangat menyukainya.

Baiklah, kalau begitu aku permisi duluan....”

Hihihi, bersenang-senanglah dengan Tanaka-san!

Hei, jangan menggodanya!

Kami berdua keluar meninggalkan area dapur dengan diantar pandangan hangat dari Chef dan putrinya.

 

Bagaimana kalau kita minum jus di Taman Shirogane?

“Tempatnya agak jauh sih, kamu yakin tidak apa-apa?

Taman Shirogane adalah taman kecil yang terletak di belakang perbukitan pertokoan. Dari sini, butuh sekitar 10 menit untuk berjalan ke sana.

Tidak apa-apa, aku ingin berjalan santai setelah sekian lama.

Memang benar juga ya.

Berbeda dengan saat di sekolah, melihat Tanaka dalam pakaian biasa terasa agak canggung. Meski aku sudah lama bekerja sambilan, ini terasa seperti suasana baru. ... Sepertinya sekarang aku tidak jauh berbeda dari diriku dulu.

Bekerja sambilan memang melelahkan ya~ Tapi karena menyenangkan, jadi tidak apa-apa. Omong-omong, apa tas Michiba-san sudah ketemu?

I-iya, aku sudah menemukannya, tapi aku kesulitan bagaimana menjelaskannya...

Hee?

Pada hari itu, setelah Michiba diam-diam menangis, kami berempat minum teh di kafe dekat sana. Meskipun hanya memesan satu gelas, itu merupakan waktu yang sangat berharga.

Aku heran dengan air mata Dojo. Saat merasa sedih, air mata akan keluar. Hanazono, Tanaka, Michiba, dan Sasami, semuanya menangis dengan sedih.

Namun, air mata Michiba terlihat berbeda. Entahlah, itu terlihat seperti air mata yang membersihkan hatinya, membuatku merasa nyaman melihatnya.

Setelah itu, Tanaka dijemput adik laki-lakinya, jadi aku dan Hanazono memutuskan untuk mengantar Michiba pulang. Dan Shimafuji sedang menunggu di gerbang tiket dengan tas di tangannya......

I-itu, kenalanku... menemukan tas dan ponsel Michiba...

... Hee? Kenalanmu? Cewek ya? Yah, syukurlah kalau tas Michiba-san bisa ketemu!

Aku tidak tahu harus menjelaskan apa. Shimafuji adalah teman sekelasku sewaktu SD dulu dan ia laki-laki. Tapi itu tidak penting.

Shimafuji memeluk tas Michiba yang imut itu, lalu menyerahkan ponselnya. Entah kenapa wajahnya memerah dan menghindari tatapan Michiba dan Hanazono.

Ternyata, ia melihat kalau ada seseorang yang menjambret tas Michiba, jadi ia berniat mengejar dan merebutnya kembali. Tapi setelah Michiba berlari, ia menakut-nakuti teman sekelasnya itu, mengambil tas, lalu berusaha mengejar Michiba.

Saat Michiba sudah selesai berlari, ia ingin menyerahkan tas itu, tapi rupanya ia merasa malu bicara dengan gadis asing, jadi ia tidak tahu harus bagaimana.

Lalu di tengah jalan, ia bertemu kami dan bersembunyi karena kaget.

... Aku sama sekali tidak paham. Apa ia bisa melindungi Eli sebagai pengawalnya? Dia agak aneh. Aku pernah membacanya di novel kalau tipe orang semacam itu biasa disebut 'otak otot doang'.

Ternyata bukan cewek, toh. Hehe, ya sudahlah!

Sebaiknya kita kesampingkan dulu masalah Shimafuji. Michiba bilang kalau dia ingin mentraktir kita makan di tokonya nanti. Ayo kita buat rencana dan pergi bersama-sama.

Oke, sih!

Sepertinya Michiba sudah baik-baik saja. Dia pasti sudah menemukan sesuatu.

Kemarin, aku pergi ke kelas lamaku. Selain ingin menemui Sasaki-san dan Igarashi-kun, aku juga ingin memeriksa keadaan Michiba.

Michiba sedang belajar sendiri. Aku tak merasakan ada beban aneh padanya. Saat dia beristirahat sebentar dari belajar dan menutup bukunya, beberapa murid perempuan di kelas mengajaknya bicara. Obrolan biasa, tapi suasananya sangat rileks. Senyumnya terlihat indah.

Kesendirian, kecemasan, kesepian, dan perasaan sedih yang dulu kurasakan darinya sudah tidak ada lagi. Dan aku merasa ada sesuatu di dalam diriku yang telah tenang.

Tanaka mencolek dadaku saat berjalan.

Ini semua berkat Toudo, tau!

Aku?

“Michiba-san bisa menenangkan hatinya. Mungkin karena bertemu denganmu, berbagai emosinya mulai menjadi tenang.

“Apa iya?”

Iya, sudah pasti begitu.

Perkataan kuat Tanaka menyentuh hatiku. Begitu ya, rupanya Michiba bisa berjalan ke arah yang lebih baik berkat diriku. Itu membuatku sangat senang.

... Tanaka terus-menerus menatapku. Kenapa?

Ta-Tanaka? Ada apa? Rasanya agak memalukan kalau kamu terus menatapku.

Ah, maaf. Hehe, habisnya Toudo bisa membuat Michiba-san membaik, sih. Aku cuma merasa ikutan senang saja.”

 

Memang benar. Tanaka yang tahu diriku dulu pasti mengerti betapa sulitnya hal itu. Aku hanya bisa menyakiti orang lain. Tapi, aku bisa menjadi pertolongan untuk Michiba.

Toudo, kamu tahu enggak? Kamu itu selalu saja gampang minder. Kamu adalah cowok yang pintar dan jago olahraga, tapi yang paling istimewa darimu itu... sifatmu yang polos dan baik. Makanya semua orang tertarik padamu—

Rasa sakit di dadaku yang berusaha kulupakan, kembali muncul. Aku bukan orang seperti itu. Aku adalah orang yang sudah membuat Tanaka sedih.

Ta-Tapi, dulu aku selalu diejek oleh yang lain. Sejujurnya, kadang-kadang aku khawatir kalau Tanaka dan Hanazono juga akan diejek kalau bersama denganku. ... Meski kurasa aku sudah sedikit berkembang, tapi aku masih kaku dalam berbbicara. Aku juga gampang gugup kalau harus bicara dengan murid lain yang belum kukenal. Rasanya aku tidak bisa akrab dengan rekan kerja sambilan. ... Aku memang orang yang canggung.

Justru itu yang bagus darimu, Toudo. ... Lagipula, masa lalu itu tidak usah dipikirkan. Aku kami ingin bersama Toudo yang seperti ini.

Aura Tanaka berubah. Suaranya yang serius membuat detak jantungku berpacu. Dia menatapku dengan serius.

Tapi tiba-tiba, aku bisa mendengar suara mesin besar dari belakang kami. Kami menoleh dan melihat sebuah truk besar melaju di jalan pertokoan.

Kecepatannya memang sedikit tinggi, tapi sopir truk itu tampak waspada dan memegang kemudi dengan baik. Aku berhenti dan memperhatikan truk itu. ... Truk itu pun melewati kami tanpa masalah.

Kali ini tidak apa-apa.

Tiba-tiba aku merasakan sensasi hangat di lenganku. Begitu aku menyadarinya, ternyata aku sedang memeluk Tanaka untuk melindunginya.

Kenapa aku melakukan ini? Aku sama sekali tidak mengerti. Kenapa aku bertindak seperti ini?

A-ah, Toudo, haha... Tempat ini memang jarang terjadi kecelakaan, jadi tidak apa-apa, kok. Kamu terlalu khawatiran banget. Sampai memelukku rasanya agak memalukan, tahu. ... Eh, Toudo?

Badanku terus bergetar. Tubuhku tidak mau menuruti perintahku. Baru pertama kalinya hal semacam ini terjadi. Ah, begitu ya, aku takut Tanaka terluka. Jadi ini yang disebut perasaan takut?

... Sepertinya aku salah.

Hm? Mumpung kita sudah lumayan dekat ke taman, bagaimana kalau kita istirahat dulu di bangku sana?

Aku mengangguk setuju dan Tanaka menuntunku menuju ke taman.



 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama