[LN] Hanayome Shuugyou Volume 1 Bab 3 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 3 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri, Menikmati Kehidupannya Di Jepang (Bagian 1)

 

Jadi begitulah, kehidupanku di Jepang berjalan lancar."

Sudah tiga minggu sejak aku datang ke Jepang untuk belajar.

Aku mengabari keadaanku kepada teman baikku, Mary, melalui tekepon.

Dia yang mendorongku untuk pergi ke Jepang jika aku ingin bertemu Souta.

Begitu, rasanya tidak disangka banget.

Maksudnya 'tidak disangka' itu bagaimana?

Memangnya dia pikir aku akan membuat masalah di Jepang?

Aku khawatir kamu akan merindukan Inggris dan menangis-nangis ingin pulang.

“Aku tidak menangis-nangis kok. Sebenarnya, aku merasa sangat nyaman dan menikmatinya.

Ternyata, kehidupan di Jepang tidak seburuk yang kubayangkan.

Meskipun bahasa Inggrisku tidak terlalu dipahami, kemampuan bahasa Jepangku sudah cukup untuk berkomunikasi.

Bahkan jika perkataanku tidak bisa dipahami, Souta akan membantuku.

Sanitasi di sini sangat baik, dan makanannya juga enak.

Mengenai cuacanya juga... mungkin karena sekarang musim semi, jadi suhunya lumayan hangat dan nyaman.

Jadi, apa kamu akan tinggal di Jepang selamanya?

...Belum sampai sejauh itu.

Memang tinggal di sini rasanya tidak terlalu buruk, tapi tidak senyaman di negara asalku sendiri.

Bahasanya masih merepotkan.

Ada juga makanan yang tidak cocok dengan seleraku.

...Seperti produk susu dan teh.

Ituulah sebabnya, tujuanku adalah membawa Souta kembali ke Inggris.

“Aku yakin kalau ia juga berpikir begitu. ...Siapa pun, pasti merasa negara asalnya adalah yang terbaik, bukan?

“Aku akan menutupinya dengan pesonaku.

Jepang (tempat asalnya) tanpa diriku dan Inggris (tempat asing) di mana aku berada.

Aku berharap dia akan memilih yang terakhir setelah membandingkannya.

Sekarang aku sedang belajar masakan Jepang dari ibu Souta.

Hee... Kamu belajar masakan Jepang?

Ya. Bahkan jika Souta merindukan kampung halamannya, aku bisa membuatkan masakan khas negara asalnya.

——Entah kenapa, tiba-tiba aku jadi ingin meminum sup miso... Aku jadi ingin pulang ke Jepang.

——Aku sudah menduga kamu akan mengatakan itu jadi aku sudah membuatkannya. Silakan dinikmati.

——Wah, enak! Terima kasih, Lily! Selama bersamamu, aku bisa hidup di mana pun! Aku mencintaimu!

Itu adalah rencana yang sempurna.

“Menurutku itu masih tidak sempurna, tapi aku tahu kamu berusaha keras. Ngomong-ngomong, boleh aku menanyakan sesuatu yang agak vulgar?

Tergantung isinya. Silakan saja.

Sudah sampai sejauh mana hubungan kalian?

Sudah sampai sejauh mana?

“Apa maksudmu?

“Maksudku hubungan kalian. ...Apa kalian sudah berhubungan badan atau belum?

Berhubungan badan?

...Berhubungan badan!?

T-Tidak! Kami tidak melakukannya! Mana mungkin kami melakukannya!

Yah, benar sekali. Mana mungkin kamu akan berani melakukannya.”

Nada suaranya terdengar sedikit kecewa dan meremehkan. Hal itu membuatku kesal.

“Bagaimana kalau ciuman?

Belum sih...

“Masih belum? Walaupun kalian tinggal bersama?

“Memangnya itu ada hubungannya?

Apa kami berciuman atau tidak, seharusnya tidak ada hubungannya dengan kami yang tinggal bersama.

Bukannya aku tidak memahami logika bahwa sepasang kekasih pasti akan berciuman, tapi...

“Kalau pelukan? Atau bahkan berpegangan tangan?

...Belum pernah juga kok.

Kenapa?

“Malah tanya kenapa....yah karena aku tidak pernah diminta untuk melakukannya sih...

Jika Souta memintaku untuk berpegangan tangan, aku pasti dengan senang hati akan memegang tangannya.

Tapi aku merasa malu untuk memintanya sendiri.

Bukannya aku tidak ingin melakukannya, hanya saja tidak ada alasan mengapa aku harus melakukannya.

“Kamu, apa kamu benar-benar disayang?

“Apa maksudmu sampai bilang begitu?

Aku tanpa sadar jadi sewot.

Aku tidak keberatan jika dia mengejek hubunganku dengan Souta, tapi sampai mencurigainya sih sudah keterlaluan.

“Mana mungkin ada laki-laki yang bahkan tidak mau berpegangan tangan dengan orang yang disukainya.

“Ada berbagai macam orang di dunia ini. Jaid kupikir itu tidak aneh kok.

Souta adalah laki-laki yang sopan dan pemalu.

Aku juga merasa malu untuk memintanya melakukan sesuatu, dan kurasa dia pun begitu.

...Alangkah baiknya jika ia sendiri yang memulai, tapi aku tak ingin memaksakan apa yang tak bisa kulakukan pada orang lain.

Entahlah. Perasaan laki-laki kan mudah berubah. Bisa saja ia lebih tertarik pada wanita yang lebih dekat dan akrab dengannya daripada pacarnya yang kaku. Apalagi sudah setengah tahun berpisah dan tidak bertemu.

Sekilas, wajah Misato melintas di benakku.

Memang benar Souta dan dia dulu dekat.

Tapi sekarang mereka bukan sepasang kekasih, tapi dulu mereka sangat akrab.

T-Tapi, Souta pernah bilang kalau aku 'pacarnya'.

Hm... Lalu kamu menjawab apa? Apa kamu menyetujuinya?

...Aku memintanya untuk jangan mengatakan itu lagi di depan umum.

Aku bermaksud memintanya untuk tidak mengatakannya di depan banyak orang.

Tapi bisa saja terdengar seperti aku menolaknya.

“Ya ampun, apa sih yang sudah kamu lakukan...

Suara gemas Mary menusuk hatiku.

Bagaimana jika Souta jadi membenciku...?

“Ap-Apa yang harus kulakukan...

“Bagaimana kalau tanyakan langsung padanya? Tanya apa dia masih mencintaimu, masih sayang padamu. Kalau dia bilang iya, masalah bisa langsung selesai, ‘kan?"

T-Tapi, kalau aku melakukan itu sekarang...

Pasangan yang saling mencintai akan memastikan perasaan mereka, jadi itu bukan hal yang aneh.

“Apa memang begitu?”

“Ya iyalah...

Memang benar kalau orang tuaku juga selalu saling mengucapkan 'aku mencintaimu' setiap hari.

——Sota. Aku ini apa bagimu?

——Bukannya itu sudah jelas? Kamu adalah kekasih terkasihku dan calon istriku!

Aku juga mencintaimu, Souta!

Aku itu bukan Souta, tahu.”

Ah, gawat, aku keceplosan.

 

※※※※

(Sudut Pandang Souta)

Sudah sekitar tiga minggu sejak Lily datang ke Jepang.

Di sekolah, nama mahasiswi asing yang cantik, Amelia Lily Stafford, sudah tersebar luas.

Meskipun Lily menjadi sorotan iri dari siswa laki-laki, anehnya dia tidak pernah menerima pernyataan cinta atau surat cinta.

Rupanya Lily sudah memiliki pacar.

Konon katanya, Lily datang ke Jepang untuk mengejar pacarnya.

Pacarnya itu adalah laki-laki yang posesif, yang pernah mengatakan Dia ini wanitaku di depan umum. Mereka saling menggoda dan bermesraan dalam bahasa Inggris setiap hari.

Sebenarnya, orang macam apa pacarnya itu?

Meskipun begitu, tampaknya Lily sudah cukup terbiasa dengan kehidupan di Jepang.

Kemampuan bahasa Jepangnya juga semakin lancar dari hari ke hari.

Tentu saja, ada banyak hal yang membuatnya bingung karena perbedaan budaya.

Contohnya, baru-baru ini dia kebingungan dengan anko (kue beras isi).

Dia mengira itu cokelat...

Memasukkan kacang yang diberi gula? Kamu seriusan?

Seperti itulah ekspresi yang dia tunjukkan.

Tapi dia akhirnya menyimpulkan “Rasanya enak juga dan sering memakannya.

Akhir-akhir ini, dia sering membeli kue Jepang dan roti manis di minimarket.

Lily sangat terbuka terhadap makanan, tapi tentu saja ada yang tidak bisa dia terima.

Misalnya saja seperti teh.

Rupanya teh Jepang rasanya tidak enak.

Kalau begitu, bukankah lebih baik memesan daun tehnya saja? Itulah yang kupikirkan, tapi tampaknya kualitas air dan susunya juga bermasalah.

Air di Jepang termasuk dalam kategori air lunak.

Sementara di Inggris, kualitas airnya merupakan air sadah (walaupun bervariasi tergantung lokasinya).

Hal tersebut memang berdampak pada rasanya.

Pada akhirnya, dia memutuskan untuk membeli air kemasan alami, lalu mencampurkannya dengan air lunak untuk mendapatkan kesadahan yang tepat.

...Bukannya itu terlalu berlebihan?

Susu Jepang juga sepertinya kurang enak.

Susu juga memiliki rasa yang sedikit berbeda di Jepang dan Inggris.

Aku tidak akan menjelaskannya secara detail karena akan terlalu panjang, tetapi ada banyak perbedaan tergantung pada jenis sapi dan bagaimana susu diproses setelah diperahsterilisasi suhu tinggi atau suhu rendah.

...Sejujurnya, aku tidak terlalu menyukai susu, jadi menurutku keduanya sama-sama enak.

Rupanya Lily tidak menyukainya kecuali susu yang biasa dia minum. Kurasa ini memang masalah selera saja.

Di supermarket, Lily suka membeli susu dalam jumlah besar, sambil mengeluh Ini sama sekali berbeda, “Rasanya tidak sama, tapi berbeda”, atau “Hampir mirip tapi berbeda.

Pada akhirnya, dia memutuskan untuk memesan susu favoritnya secara rutin melalui pembelian online.

Aku pernah mencobanya, dan rasanya memang enak.

Pada awalnya, Lily membelinya dengan uang sakunya, tapi sepertinya ibuku juga sampai ikut ketagihan.

Susu itu sekarang menjadi langganan rumah kami.

Jadi, meskipun masih ada beberapa keluhan lain, tapi Lily bisa menyelesaikannya sendiri.

Dia tidak terlihat sedang mengalami kerinduan dengan kampung halamannya.

Dia tampak menikmati kehidupannya di Jepang.

Masalahnya terletak pada diriku sendiri.

Hatiku tidak bisa tenang.

Sejauh ini, aku belum mengalami insiden melihat Lily dalam keadaan telanjang atau hanya mengenakan pakaian dalamnya.

Tapi aku sering melihat pakaian dalamnya yang digantung untuk dijemur, yang terlihat manis dan seksi.

Apakah dia memamerkannya untuk seseorang? Mau tak mau aku terus-menerus memikirkannya karena pakaian dalamnya terlihat sangat erotis.

Kupikir aku akan cepat terbiasa, tapi nyatanya tidak.

Aku terus-terusan berpikir Jadi dia memakai itu di balik pakaiannya...

Masalah tidak hanya ada pada pakaian dalamnya, tapi juga pada Lily sendiri.

Dia terlalu dekat dan tanpa penjagaan.

Saat aku sedang belajar.

Saat aku menonton TV atau bermain game.

Atau saat aku sedang membaca buku.

Tanpa kusadari, tiba-tiba Lily sudah berada di dekatku.

Setelah berolahraga, aku bisa mencium aroma keringatnya yang manis. Dan setelah mandi, aroma wangi sampo bisa tercium dari rambutnya.

Terkadang belahan dadanya bisa terlihat.

Tolong jangan lakukan itu.

Jika seseorang mendengar ini, mungkin mereka akan berpikir kalau aku senang-senang saja.

Tapi sayangnya, aku bukan pacar Lily.

Aku tidak bisa macam-macam dengannya.

Meskipun aroma masakannya tercium enak, perutku tidak akan kenyang hanya dengan itu.

Di tengah-tengah perasaan galau seperti itu, pada suatu hari...

Aku akan memperlihatkan hasil pelatihanku menjadi istri!

Tiba-tiba Lily berkata begitu.

 

※※※※

 

Seperti biasa, hari ini ibuku pulang terlambat lagi.

Biasanya di hari-hari seperti ini, akulah yang bertugas menyiapkan makan malam, tapi...

Hari ini, aku yang akan memasak.

Tapi hari ini, Lily yang menawarkan diri untuk memasak.

Kemampuan memasak Lily semakin hari semakin membaik.

Tapi selama ini, dia selalu dibantu oleh ibuku atau diriku.

Lily belum pernah memasak sendirian.

Tapi setiap orang pasti pernah mengalami hal baru untuk pertama kalinya.

Kalau begitu, kurasa aku akan meminta bantuanmu.

Aku akan memperlihatkan hasil pelatihanku menjadi istri!

Lily mengepalkan tangannya dengan semangat.

...Mungkin sebaiknya aku harus memberitahunya arti 'pelatihan menjadi istri' terlebih dahulu.

Kami segera mampir ke supermarket dalam perjalanan pulang sekolah.

Lily mengambil satu per satu bahan makanan dan memasukkannya ke dalam keranjang.

Aku hanya mengawasinya.

Hanya mengawasi, tanpa berkomentar apa-apa.

“Sudah beli semuanya?

Ya. ...Menunya, rahasia.

Entah kenapa Lily berkata begitu dengan wajah misterius.

Meskipun begitu, dari bahan-bahan yang dibelinya, aku bisa menebak kira-kira dia akan memasak apa.

Ah, oke. Aku menantikannya.

Aku tidak terlalu kekanak-kanakan sampai memberitahunya tentang itu.

Setelah kami sampai di rumah, Lily langsung memakai celemeknya.

Silakan duduk dan tunggu dengan tenang.

Lalu dia menyuruhku untuk menunggu.

Aku menuruti apa yang dia perintahkan dan duduk di ruang makan— area di mana aku bisa melihat Lily memasak di dapur.

Hmm, pertama-tama...

Lily pergi ke dapur, lalu mulai sibuk dengan ponselnya.

Sepertinya dia sedang memeriksa resep di ponselnya.

...Oke!

Setelah mengepalkan tangannya, dia mulai memotong bahan-bahan masakan.

Cara dia memegang pisau dapur masih terlihat kaku.

Terutama saat memotong bahan menjadi kecil-kecil, aku jadi merasa khawatir... Tapi dia berhasil menyelesaikan memotong semua bahan.

Dia mengeluarkan bumbu-bumbu di atas meja, lalu menuangkan minyak ke dalam wajan dan menyalakan api.

Dengan wajah tegang yang tidak biasa, dia mulai menumis bahan-bahan.

Lalu proses memasaknya memasuki tahap akhir...

Ah...

Aku bisa mendengar suara kecil.

Sepertinya ada yang salah.

Lily sekilas menoleh ke arahku, lalu menyembunyikan hasil masakannya di balik dirinya.

Kemudian, dengan menggunakan sumpit, dia mulai mengutak-atik makanan.

...Oke

Kemudian dia menghela napas lega.

Sepertinya dia berhasil memperbaikinya.

Sudah jadi?

“Bagian Souta masih belum.

Rupanya masakan yang gagal akan dimakan untuk dirinya sendiri.

Kali ini, belajar dari kegagalannya sebelumnya, dia mulai memasak dengan lebih hati-hati.

...Oke

Sepertinya kali ini masakannya berhasil.

Menatap piring berisi masakan yang dia buat, Lily diam-diam melakukan mengepalkan tangan kecilnya seolah melakukan selebrasi gaya kemenangan.

Terakhir, dia menggunakan saus tomat untuk menggambar hati di atas masakannya... Lalu Lily membawa dua piring, satu untuknya dan satu untukku.

Sudah jadi.

Lily berkata dengan ekspresi puas.

Saat memilih bahan di supermarket tadi, aku sudah menduga Lily akan membuat omurice.

Di atas kuning telur, dia menggambar bentuk hati dengan saus tomat.

Penyajiannya juga cukup rapi.

“Kamu jadi semakin mahir memasak, makanannya juga terlihat enak.

Saat aku memujinya, wajah Lily tampak senang.

Tentu saja.

Lalu Lily menyodorkan sendok ke arahku.

Nah, Souta. Silakan makan 'Oppai'ku.

Ah, iya... Eh?

...Oppai?

Tanpa sadar aku melihat ke arah dada Lily, bukan ke arah wajahnya.

Lily menunjukkan ekspresi bingung.

Ada apa?

...Maksudmu, silakan makan banyak-banyak?

Sepertinya Lily ingin mengatakan “Ippai (banyak-banyak)”, bukan “Oppai”.

Saat aku mengoreksi tentang hal tersebut, wajah Lily berubah menjadi malu-malu.

Aku salah.

Ekspresi percaya dirinya tadi langsung berubah menjadi cemberut.

Dia tampak tidak senang.

Semua orang pasti pernah salah. Jangan terlalu mempersalahkan hal-hal kecil.

Sepertinya dia merasa kalau aku sedang mencari-cari kesalahannya.

Salah menyebut i menjadi o bukan kesalahan besar, dan maknanya masih tersampaikan, jadi seharusnya aku tak perlu mengomentarinya.

Tapi kesalahan kali ini memang cukup buruk.

Ah, itu... Bukan berarti aku mempersalahkanmu, sih. Tapi ‘Ippai’ dan ‘Oppai’ itu maknanya jadi sangat berbeda, lho...

...Jadi ‘Oppai’ mempunyai makna tertentu?

Ah, iya.

Memangnya artinya apa?

Apa aku harus mengatakannya?

Aku merasa akan dimarahi secara tidak masuk akal.

Sejenak aku ragu-ragu, tapi sebaiknya aku menjelaskannya demi ke depannya.

Dia pasti tidak akan melakukan kesalahan sekeras ini lagi.

Arti ‘Oppai’ dalam bahasa Inggris itu apaan ya?

Chest itu dada, tapi artinya masih kurang tepat...

“Mungkin tits?”

Saat aku menjawab begitu, wajah Lily langsung kaku.

Perlahan-lahan, kulitnya yang putih berubah menjadi memerah.

Lalu Lily menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

Kalau itu sih jangan dimakan! Dasar Souta mesum!

“Padahal kamu sendiri yang bilang...

 

※※※※

 

Bagaimana rasanya?

“Rasanya enak sekali. Kamu memang hebat.

Rasanya sudah mirip seperti omurice biasa yang sudah familiar. Dengan kata lain, rasanya sangat enak.

Sudah pasti,

Lily mengembuskan dadanya dengan bangga setelah mendengar perkataanku.

Tanpa sadar pandanganku hampir tertarik ke arah dadanya, jadi aku segera mengalihkan ke arah omurice.

Ucapannya tadi Silakan makan Oppai-ku” masih terngiang-ngiang di dalam ingatanku.

Rasanya memang sempurna ya,

Lily juga berkata sambil menyantap omelet nasinya sendiri.

Dari kata rasanya, berarti ada aspek lain yang masih membuatnya kurang puas.

Memang benar, bentuk omelet nasi yang dimakan Lily terlihat sedikit berantakan.

Apa ada yang bisa kuperbaiki?

Hal yang bisa diperbaiki ya...

Tampaknya Lily merasa kalau masakannya masih belum sempurna. Daripada mengatakan Ini sudah sempurna kok, sebaiknya aku memberi sedikit saran.

Meskipun sebenarnya, soal rasa tidak ada masalah.

Dari segi tampilan, omelet nasinya yang kumakan juga terlihat rapi...

Kalau itu aku, mungkin aku akan menambahkan sup.

Sup ya?

Iya. Bukan yang ribet, cuma melarutkan consommé saja sudah cukup.

Dengan melarutkan consommé ke dalam panci, lalu menambahkan bawang bombay bekas membuat omelet, mana itu akan membuat sup yang lumayan.

Secara pribadi, aku merasa makanan apapun akan lebih enak jika disajikan dengan semacam kuah.

Baiklah, lain kali aku akan melakukan itu.

Tapi itu kalau ada waktu luang saja, ya.”

Memasak makanan rumahan seharusnya bisa dilakukan dengan sedikit mengambil jalan pintas.

Jika setiap hari harus membuat makanan yang rumit, rasanya pasti akan melelahkan.

Saat aku menyampaikan pemikiranku mengenai hal itu, Lily mengangguk seolah-olah memahaminya.

Ibunda ku mengajarkan, aku hanya perlu membuat makanan sederhana yang cepat dan lumayan enak untuk menjadi orang dewasa yang mandiri

Orang dewasa yang mandiri...?

Aku jadi bertanya-tanya, apa yang diajarkan pada seorang bangsawan yang datang untuk belajar bahasa ini.

“Aku akan terus berusaha mulai sekarang. Harap nantikan itu.

Ah... Iya.

Selain urusan rumah tangga, semoga kamu juga semakin rajin belajar bahasanya ya?

Selesai makan, kami membereskan peralatan makan dan bergantian mandi.

Aku mandi duluan, lalu Lily yang selanjutnya.

Saat aku sibuk memainkan ponselku di sofa ruang tamu, aku mendengar suara dari arah kamar mandi.

“Aku sudah selesai.

Lily keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia mengenakan lingerie seperti biasa. Terkadang terlihat suci, tapi juga erotis secara bersamaan.

Souta.”

“....Apa?”

Lily duduk tepat di sampingku.

Jaraknya tetap dekat seperti biasa.

Ada sesuatu yang ingin kutanyakan.

Dengan ekspresi serius, Lily semakin mendekatkan dirinya denganku.

Seperti biasa, wajahnya terlihat seperti sebuah karya seni. Saat aku melihat mata biru yang seperti permata itu membuatku jadi gugup.

A-Apa itu?

Souta, tentang aku...

Lily menghentikan kalimatnya di situ.

Jangan berhenti dong, aku jadi penasaran!

Ibunda Souta sering pulang sampai larut malam ya, ‘kan?

Lily beralih mengatakannya ke dalam bahasa Inggris.

Mungkin dia tidak tahu harus berkata apa dalam bahasa Jepang. Meskipun aku merasa kalau perkataannya itu tidak terhubung dengan kalimat sebelumnya.

Bolehkah aku menanyakan alasannya? ...Tapi sepertinya kamu tidak punya masalah kesulitan dalam keuangan

Jika dilihat dari masyarakat awam, keluargaku termasuk golongan yang cukup berada.

Ibuku mempunyai penghasilan yang cukup untuk bisa menyekolahkan putranya ke program pertukaran pelajar.

Meskipun penghasilannya cukup besar, bagi Lily hal itu tampak aneh karena ibuku selalu sibuk bekerja.

Itu bukan karena ibuku sibuk dengan pekerjaannya... tapi mungkin karena dia memang suka? Yah, meskipun terlihat begitu, dia adalah seorang direktur perusahaan.

Dia tampaknya adalah orang yang bisa menganggap pekerjaannya sebagai hobi.

Dia lebih suka berada di kantor daripada di rumah.

Begitu ya. ...Boleh aku tanya satu hal lagi? Mungkin ini akan membuatmu tidak nyaman, tapi—

Kamu ingin menanyakan dengan keadaan Ayahku?

Saat aku bmenyela perkataannya dengan senyum maklum, ekspresi Lily berubah serius.

Memang wajar jika dia merasa penasaran.

Mungkin seharusnya aku perlu menceritakan hal ini kepadanya lebih awal.

Mereka hanya bercerai. Tapi ia baik-baik saja kok.

...Be-Bercerai?

Lily bergumam dengan suara yang terdengar serius.

Melihat sikapnya yang terlalu serius membuatku hampir tertawa.

Mereka masih sering berkomunikasi dan terkadang juga bertemu. Hubungan mereka juga langgeng-langgeng saja. Dia dan ibuku hanya tidak cocok dengan cara hidup mereka masing-masing.

B-Begitu ya?

Lain kali jika ada kesempatan, aku akan memperkenalkannya padamu.

Aku memberitahu bahwa hubungan orang tuaku tidaklah canggung, dan Lily akhirnya menunjukkan ekspresi lega.

“Aku tidak sabar untuk bisa bertemu dengan Ayahanda.

Ah, ya...

...Maksdunya ayahku, kan?

Jangan bilang kalau dia bermaksud memanggilnya 'ayahanda' dengan sebutan formal begitu, ‘kan?

 


 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama