Chapter 3 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri, Menikmati Kehidupannya Di Jepang (Bagian 2)
Saat memasuki libur panjang di bulan Mei, aku dan Lily pergi berwisata
seharian di Tokyo.
Meski
disebut berwisata, ini bukan perjalanan
menginap, kami berdua hanya
jalan-jalan sehari saja.
Kami
berencana untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata dan kuliner terkenal di
Tokyo selama libur panjang ini.
Dan
kunjungan pertama kami
adalah...
“Jadi
ini yang namanya Kaminarimon, ya! Indah
sekali!!”
Lily
berseru kagum ketika menatap gerbang Kaminari.
Ya,
tempat yang kami kunjungi adalah Kuil Sensoji di Asakusa.
『Desainnya benar-benar
menakjubkan!! 』
Dia
memotret dengan penuh
bersemangat.
Kupikir
Lily akan merasa senang karena ini adalah tempat
wisata yang populer bagi orang Jepang, tetapi ternyata
dia lebih senang daripada yang kuperkirakan.
Sepertinya
dia merasakan nuansa asing yang kental di sini.
『Ayo kita berfoto!』
Lily
menarik lenganku.
“Tunggu
dulu, Lily. Sebelum itu, ayo kita
ganti baju dulu.”
“...Ganti
baju?”
“Aku
sudah memesan layanan di mana kamu bisa menyewa kimono. Bukannya lebih baik kalau kita memakai itu
supaya lebih bersuasana, kan?”
Ini
adalah sebuah kejutan kecil.
Ketika mendengar
usulku, mata Lily terbuka lebar, lalu mengangguk kecil.
“Baiklah, aku mengerti.”
Jadi kami
pun pergi ke toko penyewaan
kimono yang telah dipesan.
Dari
berbagai kimono yang ada, pilihan Lily jatuh kepada...
“Bagaimana
menurutmu?”
Dia
mengenakan hakama ala jaman Taisho.
Bagian
atasnya berwarna ungu dengan motif daun
maple, sementara bawahannya berwarna hijau dengan bordiran.
Rambutnya
dikuncir setengah dengan pita merah yang
besar.
Pada awalnya, aku khawatir kalau warnanya terlalu serius, tapi
ternyata perpaduan itu malah
membuatnya terlihat cemerlang.
....Yah,
meski rasanya sedikit mirip dengan acara
kelulusan sih, tapi secara pribadi aku menyukainya.
Oh ya,
aku juga mengenakan hakama untuk menyesuaikannya
dengan gaya berpakaian Lily.
『Kamu terlihat sangat cocok memakainya. Penampilanmu sangat cantik dan
juga anggun 』
Setelah aku memujinya dalam bahasa Inggris,
Lily memalingkan wajahnya karena
malu.
Lalu, dia
mendengus kecil.
『...Hmph, tentu saja. Karena kamu yang memintaku untuk memakainya, jadi aku
memakai ini. Kamu
harus lebih banyak berterima kasih. 』
Aku tidak
ingat memintanya, tapi...
Memang benar
kalau akulah
yang menyarankan ide ini.
『Terima kasih sudah memakainya untukku, Lily. Aku merasa sangat senang bisa
melihatmu mengenakan kimono dengan begitu cantik. Bertemu dengan wanita
secantik dirimu, dan bisa menghabiskan waktu bersamamu, adalah keberuntungan
dan kebahagiaan terbesar dalam hidupku. 』
Kebetulan
suasananya mendukung, jadi aku memujinya berlebihan.
Dengan
niatan usil, aku memuji Lily sampai
pada titik di mana aku sendiri bahkan berpikir
kalau pujianku mungkin sudah keterlaluan.
Wajah
Lily pun seketika merah padam.
Dia
menundukkan kepalanya.
『Pe-Perkataanmu terlalu
berlebihan di tempat seperti ini... 』
Setelah
beberapa saat salah tingkah, Lily akhirnya mendongak.
Sambil
mengalihkan pandangan dariku, dia pun
bergumam pelan.
“Souta juga sama, kamu terlihat
tampan.”
“Terima
kasih.”
Meski
mungkin itu hanya pujian basa-basi,
aku akan menerimanya dengan senang hati.
Setelah
selesai berganti pakaian, kami kembali menuju Kaminarimon.
Kami
berfoto selfie dengan ponsel.
“Tolong
lebih mendekat lagi.”
“Kurasa
posisi kita sudah cukup dekat tau...”
Kami
memang sudah berdiri sangat dekat, bahkan bahu kami sampai saling bersentuhan.
Tapi Lily
masih menarik lenganku semakin mendekat ke tubuhnya.
Aku bisa
mencium wangi lembut dari rambutnya.
“Tolong lebih
dekat lagi.”
Dada lembutnya
menyentuh lenganku.
Aku ingin
menegurnya, tapi aku tidak
ingin dianggap terlalu sadar akan hal itu.
Dengan
keadaan seperti itu, kami akhirnya selesai mengambil foto.
“Kalau
begitu, ayo pergi.”
Sambil
mengatakan itu, Lily meraih lengan bajuku dan menariknya dengan kuat. Setelah
melewati Kaminarimon dan kami pun melangkah masuk ke
Nakamise.
“Wah,
baunya enak sekali!”
Selain
Kaminarimon dan kuil utamanya, wisata kuliner juga menjadi daya tarik Asakusa.
Aku meyakini
kalau Lily pasti
akan menyukainya.
Lily
segera menarik lengan bajuku, menunjuk ke salah satu toko.
“Aku
ingin mencoba yang itu!”
Ternyata took yang dia tunjuk adalah toko khusus
menjual ningyoyaki.
Aku
berencana mengajaknya ke tempat terkenal, tapi mungkin menikmati tempat yang menarik perhatianmu juga
merupakan salah satu dari keseruan berjalan-jalan.
Kami
membeli ningyoyaki yang masih hangat, lalu
memakannya di tempat.
“Bagaimana?”
“Rasanya enak
sekali. Ini favoritku.”
Lily
memejamkan mata dengan ekspresi bahagia saat mengatakannya.
‘Favoritku’ dalam konteks Lily berarti ‘Ini enak’.
Sepertinya
dia menyukainya.
Setelah
itu, setiap kali Lily menemukan makanan baru, matanya akan berbinar-binar. Dan setiap kali dia memakannya,
ekspresinya akan terlihat begitu terhanyut.
Melihat
wajahnya yang begitu gembira juga membuatku ikutan senang.
“Selanjutnya
ke sana ya!”
“Baik,
baik.”
Lily
menarik lengan bajuku, mengajakku membeli dan mencoba makanan di sana-sini di berbagai toko yang menarik perhatiannya.
Dia
terlihat sangat menikmatinya, tapi sebaiknya jangan terlalu terburu-buru nanti
bisa terjatuh.
『Ah! 』
Saat aku hendak memperingatkannya, Lily malah kehilangan keseimbangan.
Aku
buru-buru menarik Lily dan memeluknya.
“Apa
kamu baik-baik saja?”
『……Ya. Maafkan aku』
Lily
mengangguk dengan wajah sedikit memerah.
Sepertinya
dia malu karena hampir terjatuh karena saking
semangatnya.
『Sandal ini membuatku
susah untuk berjalan... 』
Lily
memandang alas kakinya, seolah-olah ingin
mengelabuiku. Wajar saja dia merasa kesulitan karena ini baru
pertama kalinya dia memakai geta.
“Bagaimana
kalau kita bergandengan tangan?”
Aku
mengusulkan hal itu agar bisa
menolongnya jika dia hampir terjatuh lagi.
Lily pun
membelalakkan matanya.
『...Eh? Apa... kamu ingin bergandengan tangan? 』
Dia
bertanya padaku dengan
wajah ragu-ragu.
Apa dia
tidak menyukainya?
Memang,
meski kami berteman, bergandengan tangan dengan lawan jenis mungkin terlihat
aneh.
“Bukan
begitu maksudnya.... tapi aku berpikir itu akan berbahaya. Menurutku itu akan lebih aman jika kita bergandengan
tangan.”
Saat aku
memberinya alasan...
『Begitu ya. 』
Lily
mendengus tidak senang. Wajahnya
terlihat cemberut.
『Bukannya berarti aku juga ingin
bergandengan tangan denganmu.
...Tapi jika memang Souta
yang meminta, aku tidak akan menolak. Karena
bukan aku sendiri yang memintanya. 』
“A-Ahh, begitu...ya?”
Jadi dia benar-benar tidak mau bergandengan tangan denganku,
ya...
Entah
kenapa aku merasa sedikit
terluka.
『...Yah, setidaknya aku bisa memegang
lengan bajumu. 』
Saat aku
tampak sedih, Lily berkata sambil menggenggam lengan bajuku.
...Perasaanku
menjadi sedikit rumit.
『Baiklah,
ayo jalan. Aku mau makan itu! 』
“Baiklah.”
Sepanjang
hari itu, Lily terus menggenggam lengan bajuku.
※※※※
“Asakusa
menyenangkan sekali. Semua makanannya juga lezat banget.”
Saat
dalam perjalanan pulang dari Asakusa. Lily
berkata sambil menepuk-nepuk perutnya dengan
puas.
Wajahnya terlihat ceria dan bahagia.
...Mungkin sepertinya mengajaknya ke tempat wisata kuliner lebih baik
daripada tempat wisata biasa.
Bisa jadi
judul [Petualangan Makan Putri Bangsawan
Inggris].
Judul
semacam itu terlintas di pikiranku.
“Besok
ayo kita pergi ke pasar lluar Tsukiji.”
“Pasar luar Tsukiji?”
『Itu adalah pasar yang terletak di
daerah yang bernamaTsukiji.
Di sana terkebai sebagai tempat
wisata kuliner, lho. 』
Lily pasti akan menyukai tempat itu juga.
Aku bisa
membayangkan dia berjalan sambil membawa makanan di kedua tangannya.
“Makan-makan
keliling!”
Seperti yang diharapkan, Lily
tampak bersemangat.
Tapi
kemudian, dia sengaja terbatuk pelan.
『Tapi jangan salah paham, ya.
Bukan cuma makanan saja yang menarik perhatianku. Tentu saja makanannya enak,
tapi juga suasana kotanya yang eksotis. Jangan kira aku hanya tertarik pada
makanan saja. 』
Dengan
wajah yang merah padam, Lily menjelaskan
dengan cepat dalam bahasa Inggris.
Aku tidak
bilang dia hanya tertarik pada makanan, kok...
“Aku
tahu kok. Pasar
luar Tsukiji juga terkenal dengan suasana eksotisnya.”
Sebagai
orang Jepang, tentu saja aku tidak terlalu merasakan keeksotisan.
Tapi
suasana retronya cukup terasa.
Bagi Lily
yang orang Inggris, pasti pemandangan itu terasa segar.
『H-Hmmm,
begitu ya. ...Omong-omong, makanan apa saja yang ada di sana? 』
“Ada banyak sih. Tapi yang utama adalah makanan seafood.”
『Seafood!? ...Aku jadi tak sabar. 』
Lily
berkata dengan senyuman yang melebar.
Sepertinya
besok akan menjadi
acara makan-makan keliling lagi. Sebaiknya aku meriset dulu makanan apa saja yang
ada di sana.
Saat aku
sedang berpikir begitu...
“Maaf,
boleh minta waktu kalian
sebentar?”
Aku mendengar
suara yang memanggil dari belakang.
Saat aku
menoleh, ada kamera dan mikrofon di sana.
Sepertinya
itu wawancara dari stasiun TV.
※※※※
Dalam perjalanan pulang dari tempat wisata Asakusa.
Alu, Amelia
Lily Stafford, sedang
memikirkan tempat bernama ‘Pasar luar Tsukiji’...
“Maaf,
boleh minta waktu kalian sebentar?”
Aku
dipanggil dengan bahasa Jepang.
Kamera
dan mikrofon diarahkan kepadaku.
...Wawancara
stasiun TV?
Untukku? Kenapa?
“Kira-kira
ada apa ya?”
Souta tiba-tiba berdiri di depanku
seakan-akan ingin melindungiku.
...Itu
membuatku sedikit senang.
“Kami
sedang membuat program semacam ini...”
Orang
dari stasiun TV itu memberikan kartu namanya sambil menjelaskan banyak hal.
Sepertinya
itu adalah program program yang mewawancarai
orang asing yang datang ke Jepang untuk mengetahui tujuan kedatangan mereka.
“Ah,
itu...”
Ekspresi
Souta terlihat paham.
Aku sendiri
tidak
mengetahuinya,
tapi tampaknya Souta mengenal
program acara ini.
Apa ini
program yang terkenal?
“Apa masnya warga Jepang? Kamu kelihatannya masih
muda, pelajar?”
“Ya,
mm... Aku siswa kelas 2 SMA.”
“Lalu,
bagaimmana dengan Nona ini? Hubungan apa yang kalian berdua miliki?”
Deg.
Jantungku
seketika berdebar dengan cepat.
Bagaumana
Souta akan menjelaskan hubungan
kami?
Aku merasa
sedikit takut mendengar jawabannya.
Tentu
saja, di depan kamera, belum tentu itu benar-benar perasaan Souta yang sebenarnya.
“Dia
teman perempuanku. Dia datang ke Jepang untuk
mempelajari bahasa.”
Teman
perempuan...?
Gi-Girl friend!? (TN: Si MC
bilangnya 女友達
‘Onna tomodachi’ yang kalau diterjemahkan secara harfiah artinya teman
perempuan, dan kalau diterjemahkan ke dalam bahasa inggris artinya Girl friend,
nah kata girlfriend ini juga bisa diartikan sebagai pacar :v makanya si Lily
salah paham wkwkwk)
Aku
merasakan kalau wajahku tiba-tiba memanas.
Ih, dasar
Souta...
Mengatakannya
begitu terang-terangan di depan
kamera...
Tapi
seperti yang kuduga, Souta memang
menganggapku sebagai
kekasihnya.
Jika
dipikirkan baik-baik, itu
wajar saja.
Karena
kami sangat akrab dan begitu mesra.
Hehehe.
Kapan ya
kami bisa menikah?
Bulan
madunya akan ke mana?
Kira-kira
berapa banyak anak yang akan kita punya?
Sudah kuduga, aku ingin punya anak sampai bisa jadi tim rugby deh...
“Jadi,
bagaimana? Apa kalian bersedia
diwawancarai?”
“...Lily,
bagaimana? Mau mengikuti wawancara stasiun TV ini?”
Saat Souta bertanya padaku, aku pun tersadar.
Sejujurnya,
aku tidak terlalu menyukai media massa.
Mereka
suka mengendus-endus kehidupan pribadi kaum bangsawan seperti kami, dan itu cukup menyebalkan.
Tapi hari
ini aku sedang dalam suasana hati yang
baik.
Jadi aku
akan memberi pengecualian untuk hari ini.
“Baik,
aku bersedia.”
Aku
menjawab dalam bahasa Jepang.
“Terima
kasih banyak! Baiklah, tanpa basa-basi lagi, ayo kita
mulai... Apa tujuanmu datang
ke Jepang?”
Aku pun menjawab,
“Untuk
menjalani pelatihan istri.”
※※※※
(Sudut
Pandang Souta)
“Untuk
menjalani pelatihan istri.”
“……Hah?”
Jawaban
Lily yang tidak masuk akal membuat mata reporter TV itu membelalak kaget. Kalau ini siaran langsung, hal itu bisa menjadi insiden siaran.
“Dia
baru belajar bahasa Jepang, jadi dia
datang untuk program pertukaran pelajar Bahasa.”
Aku
buru-buru meralatnya.
Aku mohon
tolong potong bagian itu, ya.
“O-oh,
begitu. ...kalau berkenan, siapa namamu?”
“Namaku Amelia
Lily Stafford. Aku datang
dari Inggris.”
“Hee dari Inggris,
ya! Kemampuan bahasa Jepangmu sudah bagus ya!"
“Tidak
terlalu juga,”
Lily
tersenyum dengan bangga. Suasana yang tadinya sempat tegang, kembali mencair.
“Kalau
kamu mengikuti program pertukaran
pelajar, berarti kamu tinggal
di rumah penduduk lokal?”
“Ya.
Aku sedang tinggal di rumahnya.”
“Wah,
hubungan kalian pasti sangat dekat
sekali ya?”
“Ya.
Hubungan jami sangat mesra.”
“Hei,
Lily...”
Jangan mengatakan sesuatu yang aneh, itu nanri bisa disalahpahami tahu!
“Lalu,
bagaimana awal pertemuan kalian?”
“Tahun
lalu, Souta.....
ia datang ke Inggris untuk belajar. Dan di sanalah kami bertemu.”
“Di
Inggris? Apa itu berarti kamu datang ke Jepang
untuk mengejarnya?”
“Yah,
begitulah.”
...Lily, apa dia memahami maksud dari perkataannya? Aku yakin
kalau dia cuma berpura-pura mengerti dan menjawabnya sembarangan.
“Apa kalian
dalam perjalanan pulang dari kencan?”
“Begitulah.”
“Dari
mana?”
“Asakusa.”
“Asakusa!
Tempat itu memang menyenangkan. Kamu sudah coba makan-makan keliling
kan?”
“Ya.
Aku sudah makan ‘Oppai’.”
“...Oppai?”
Waktu
yang paling buruk untuk salah ucapan...
“Maksudnya ‘Ippai’ (banyak).”
Aku buru-buru langsung meralatnya.
Lily yang
menyadari kesalahan ucapannya, tersipu malu sambil berdeham.
“Ah,
maaf, aku salah mengucapkannya. Tolong potong bagian itu.”
“Ah,
baik.”
Si
reporter itu tersenyum masam, lalu
melanjutkan.
“Besok
kamu akan ke mana lagi? Apa rencana kalian?”
“Kami
berencana mengunjungi Pasar luar Tsukiji. Ia akan mengajakku ke sana.”
“Tsukiji
ya! Tempat itu juga terkenal untuk wisata kulinernya.”
“Katanya sih
begitu. Aku jadi tidak
sabar.”
...Entah
kenapa, aku merasa was-was.
“Bagaimana
kalau besok kami ikut meliput kencan kalian?”
“Boleh saja, kok.”
“Tunggu
dulu sebentar.”
Aku
buru-buru menyela pembicaraan.
Meliput
kencan? Jangan bercanda!
“Ada
apa?”
“Tolong
jangan lakukan itu.”
Dalam
wawancara singkat ini saja, Lily sudah mengatakan hal-hal yang bisa menimbulkan
salah paham. Kalau
mereka mengikuti kami seharian penuh, aku tidak tahu apa yang akan diungkapkan
Lily lagi.
Nanti
kalau video kami dipotong-potong dan disiarkan
secara nasional, itu bisa jadi
masalah.
“Bukannya
itu tidak masalah, akrena itu hanya
sehari saja.”
“Lily,
aku hanya ingin berduaan saja denganmu.”
Aku
menggenggam tangan Lily sambil menatap matanya.
Kumohon!
“Be-Begitu ya...?”
Lily
tersipu malu-malu, lalu kembali menghadap
reporter.
“Maaf,
tapi sepertinya dia ingin berdua sajaan
denganku. Jadi tidak ada liputan ya.”
“Begitu
ya... Maaf sudah mengganggu kencan kalian.”
“Tidak
apa-apa. Aku merasa senang kok.”
“Kalau
begitu, semoga bahagia!”
Begitulah
wawancara dari stasiun TV itu berakhir.
Isinya
pasti tidak layak disiarkan.
...Pasti
tak akan disiarkan, ‘kan?
Tolong
jangan sampai disiarkan!!
Keesokan
harinya.
Ternyata wawancari kami ditayangkan sebagai [Pasangan Anak SMA Internasional
yang Mesra] di
siaran nasional.
Jangan
bercanda, itu adalah berita palsu!
※※※※
Pagi
setelah hari penyiaran.
“Wah,
ada pasangan anak SMA internasional
yang mesra, tuh."
“Apa kamu
sudah bosan hidup, hah?”
Aku
langsung melotot pada Misato yang langsung mengejek. Misato malah tertawa
terbahak-bahak dengan riang.
“Bukannya
itu bagus? Mereka tidak memperkenalkan kalian jelek kok.
Katanya di internet juga menjadi viral loh? Lihat nih.”
Sambil
berkata begitu, Misato memperlihatkan layar ponselnya padaku. Di sana terlihat aku dan Lily
sedang diwawancara. Kemudian, ucapan
Lily “Sedang menjalani pelatihan istri” juga terekam jelas.
“Amelia-chan
jadi viral sebagai siswi SMA cantik asal Inggris, loh.”
“Tentu
saja.”
Entah
kenapa, Lily membanggakan diri sambil membusungkan
dadanya.
Apa dia
tidak masalah kalau wajahnya
tersebar di internet...?
Sebagai
putri bangsawan, apa dia mungkin
sudah terbiasa?
“Souta juga dipandang keren sebagai
pacar idamannya. ...Tapi ada juga yang merasa
sedikit iri, sih.”
Itu benar-benar
membuatku iri.
Ternyata
belajar ke Inggris bisa dapat pacar cantik begitu ya? !
Aku mau
ke Inggris juga ah.
Semoga
langgeng dan meledak saja sana.
Begitulah
komentar-komentar yang tertulis di sana.
“Katanya
ratingnya juga bagus. Mungkin video wawancaramu
bisa masuk Best Collection, nih.”
“Tolong
jangan.”
Kalau aku
protes sekarang, apa itu bisa
diatasi?
...Aku tidak berbuat apa-apa dengan video
yang sudah tersebar di internet.
“Tenang
saja, tenang saja~. Selama tidak menjadi
meme, pasti orang-orang akan segera melupakannya.”
“Itu
yang kukhawatirkan...”
Penampilan
Lily dan ucapannya “Sedang
menjalani pelatihan istri”
terlalu berdampak.
...Tapi
selama hanya itu saja, kurasa wajahku tidak tersebar luas,
jadi kurasa tidak apa-apa.
Semoga
kesan tentangku hilang karena dampak Lily yang begitu kuat.
“Oh
ya, ngomong-ngomong...”
“Apa?”
“Boleh
aku datang menginap hari ini?”
“Kalau
mau datang, datang saja. Tidak perlu minta izin
segala kali.”
“...Hah?”
Lily
langsung mendongak dengan ekspresi terkejut.
Matanya
membelalak karena terkejut.
Memangnya
dia perlu sampai terkejut begitu?
“Misato
mau menginap? ...Ap-Apa maksudnya dengan tidak
perlu minta izin segala?”
“Yah itu sih...”
“Karena
hubungan kami sangat akrab."
Misato
menjawab lebih dulu dariku. Lalu
dia merangkul lenganku sambil tersenyum menyeringai.
“Kamu paham
‘kan, nona pacar?”
“Apa?!”
Lily memelototi Misato dengan ekspresi menakutkan
di wajahnya. Lalu
dia berteriak marah dalam bahasa Inggris.
『Jangan bercanda!! 』
Hanya karena dianggap pacar, dia sampai semarah itu ya...