Bab 3 — Mempelajari Seni Cinta Bersama Orang Biasa
Bagian 1
Keesokan paginya. Aku belajar dalam diam seperti biasanya.
Hari
ketiga sejak kedatangan ke rumah ini. Sepertinya sudah
saatnya bagi kami
untuk mulai merasa tenang. Aku tidak bisa
memikirkan tempat lain untuk mengajak hianko berkeliling, setelah mengunjungi
pusat perbelanjaan dan sekolah. Selain itu, Hinako juga pasti merasa kelelahan kalau
keluar setiap hari, dia ingin bersantai di dalam ruangan hari ini.
(...
Mungkin aku harus meninjau ulang kursus musim panas juga)
Aku sudah
selesai mengulas semua tata
krama makan dan
pelajaran di akademi yang diajarkan oleh Shizune-san. Saat ini, aku memutuskan
untuk mengulas kembali materi yang dipelajari
selama kursus musim panas. Meskipun materi yang dipelajari selama kursus musim
panas bersifat spesifik, tapi aku yakin kalau itu pasti
akan berguna di masa depan.
Tiba-tiba,
aku melihat ada pesan
yang masuk ke ponselku.
“...
Tennouji-san?”
Setelah
melihat nama pengirimnya, aku segera memeriksa isinya.
Tennouji-san: Maaf kalau ini terlalu mendadak, tapu aku ingin
mengundangmu ke dalam sesi belajar bersama desuwa!!
Hanya
dengan membaca pesannya saja, aku merasa seolah-olah bisa
mendengar suara Tennouji-san. Pesan tersebut masih berlanjut.
Tennouji-san: Demi mempersiapkan kembali
pembelajaran di akademi, bagaimana jika kita semua memusatkan semangat belajar kita?
Hal ini persis seperti yang sedang aku sadari
belakangan ini.
Bagiku, ini adalah tawaran yang tidak
bisa ditolak. Saat pertama kali kami mengadakan sesi
belajar bersama di akademi, aku bisa berkonsentrasi dengan baik,
dan aku yakin para siswa dari Akademi
Kekaisaran yang bonafid bisa
belajar dengan serius sampai akhir.
Itsuki:
Tolong izinkan aku
untuk ikut berpartisipasi juga.
Segera setelah aku membalas pesan, tanda sudah
dibaca segera muncul di layar smartphone-ku.
Meski demikian, balasan dari Tennouji-san tidak langsung datang.
Setelah
menunggu sekitar satu menit, aku
menerima pesan baru dari Tennouji-san.
Tennouji-san: Apa aku boleh meneleponmu sekarang?
Mungkin
dia berpikir bahwa karena kami berdua langsung membaca
pesan tersebut dengan cepat, jadi lebih
baik menelepon daripada berkirim pesan.
Ketika aku menjawab, “Iya, tidak masalah,” smartphone-ku
langsung bergetar.
“Ha-Halo desuwa!”
Dia
bahkan menggunakan “desuwa” di
telepon...
“Sudah
lama tidak berjumpa.”
“Ya, sudah
lama sekali! Sejak
kursus musim panas tempo hari!”
Aku
bisa mendengar suara gembira Tennouji-san.
Dia terlihat
bersemangat dan ceria seperti biasanya. Ketika mendengar suara
Tennouji-san,
entah bagaimana aku juga
merasa semangat.
“Aku merasa
kalau kamu pasti akan tertarik dengan ajakan ini.”
“Yah,
aku berada dalam posisi di mana aku harus bekerja dua kali lebih
keras daripada orang lain untuk mengimbangi.”
“Kamu
sudah bekerja dua kali lebih keras dari orang lain. Kamu tetaplah pekerja keras
seperti biasanya.”
Aku
merasa Tennouji-san
tersenyum di ujung telepon.
“Ah-Ahem,
mari kita kembali
ke topik pembicaraan...
Kapan jadwal Itsuki-san punya jadwal kosong?”
Aku
merasa bahwa volume suaranya sedikit meninggi saat dia memanggil namaku.
Aku
mengerti maksudnya. Aku memang mengerti,
tapi ...... aku memilih untuk mengabaikannya karena suatu alasan.
“Aku
selalu siap kapan saja.”
“Jadi Itsuki-san
selalu siap kapan saja?”
“Iya.”
Percuma
saja, kurasa aku tidak bisa mengelaknya.
Dengan
memanggilku seperti itu, kurasa itu adalah pernyataan bahwa dia ingin aku berbicara dengan nada
yang natural dan bukan dengan bahasa yang sopan..
Aku
mengerti. Aku mengerti
tapi...
Saat ini,
Hinako dan Shizune-san juga
berada di belakangku...
“Maafkan. Aku
hanya bisa berbicara seperti ini karena
situasiku...”
“Kamu
sedang bersama seseorang, kan?”
“Seperti
yang kamu duga.”
Syukurlah
dia cepat tanggap.
Suara
percakapan kami mungkin
terdengar samar, dan seandainya aku akan bergabung dengan sesi belajar bersama, aku
harus membagikan informasi tersebut kepada Hinako dan yang lainnya. Jika begitu, aku
juga harus memberitahu mereka bahwa orang yang mengajak
adalah Tennouji-san.
Jadi jika aku tidak
menggunakan bahasa sopan sekarang, mereka akan
mengetahui kalau aku berbicara dengan Tennouji-san dalam bahasa yang lebih
santai.
Tennouji-san menghela nafas dengan penuh kekecewaan.
“Kupikir
kita bisa berbicara lebih santai jika lewat
telepon...”
“Maaf...”
“Padahal kupikir
kita bisa melakukannya
setelah sekian lama...”
Dia
terlihat lebih kecewa dari yang kuduga.
Karena
Tennouji-san biasanya penuh semangat, aku merasa bersalah karena sudah membuatnya merasa sedih.
“Ka-Kalau begitu,
mari kita lakukan itu nanti saat sesi belajar bersama.”
“Di sesi
belajar bersama...?”
“Ya.
Mari kita berbicara saat kita berduaan.”
Aku
tidak tahu bagaimana kita akan berduaan, tapi .......Aku akan mengusahakannya
entah bagaimana caranya.
“Janji
ya?”
“Iya.”
“...Baiklah,
aku akan memaafkanmu.”
Sepertinya
suasana hati Tennouji-san
telah membaik.
“Jadi,
mengenai sesi belajar bersama
nanti, apa kamu sudah
menentukan anggotanya, Tennouji-san?”
“Tidak,
aku belum memutuskannya. Aku berharap bisa melibatkan anggota
yang sama seperti sebelumnya...”
“Taishou
dan Asahi-san
sepertinya sedang menikmati
perjalanan mereka.”
“Iya.
Aku juga mendapat kabar dari mereka.”
Mereka
berdua menghabiskan paruh pertama liburan musim panas mereka dalam perjalanan
perusahaan, dan sekarang, mereka menikmati perjalanan bersama keluarga di paruh
kedua. Mereka bertanya kepadaku,
apa yang aku inginkan
sebagai cendera mata, dan aku memberitahu
mereka, bahwa sesuatu yang sederhana saja sudah cukup. Barang yang mahal tidak
baik untuk hati, jadi sesuatu yang murah pun tidak masalah.
“Kalau
begitu, aku akan memastikannya
dulu dengan Konohana-san.”
“Ya,
silahkan saja. Aku akan mencoba untuk berbicara dengan Miyakojima-san.”
“Aku
juga harus bertanya padanya saat itu tentang tanggal yang tersedia.”
“Ya,
itu benar.”
Aku tidak
tahu tentang Narika, tapi aku yakin kalau Hinako
akan baik-baik saja.
Belakangan
ini, Hinako sering ikut dalam pertemuan semacam ini.
“Selain itu,
jika kamu tidak keberatan,
aku akan dengan senang hati mengundang Hirano-san juga.”
“Itu benar.
Yuri juga merupakan salah satu orang yang rajin belajar, jadi aku akan menghubunginya.”
Rasanya
sungguh melegakan ketika kenalan berteman dan saling akrab dengan kenalan.
Setelah
kursus musim panas, sepertinya Tennouji-san
mulai menganggap Yuri sebagai temannya.
“Dan
hal lain yang harus dipikirkan adalah...”
“Lokasinya, bukan?”
Persis
seperti yang dikatakan Tennouji-san.
“Aku tidak
keberatan jika menyelenggarakannya di rumahku, tapi
ini adalah acara terakhir musim panas, jadi aku
ingin mengadakannya di lingkungan yang berbeda dari biasanya.”
Rumah
anak-anak dari kalangan kelas atas
umumnya memiliki atmosfer yang elegan dan mewah seperti di Akademi Kekaisaran. Karena dia ingin suasana yang unik dan berbeda dari biasanya...
bagaimana dengan rumah Narika?
Meskipun rumah Narika juga
elegan dan mewah, tetapi nuansa gaya Jepangnya mungkin tidak bisa dirasakan di
tempat lain.
Namun,
tiba-tiba ada sesuatu yang
terlintas di pikiranku.
Lingkungan
paling unik yang bisa aku usulkan
saat ini adalah...
“Maaf,
apa kamu bisa menunggu
sebentar?”
Setelah
mendapat persetujuan dari Tennouji-san,
aku meletakkan ponselku di atas meja sejenak.
Kemudian,
aku berbicara kepada-san
Shizune yang sedang mengerjakan
dokumen di ruang tamu.
“Shizune-san, aku sedang berbicara dengan Tennouji-san sekarang...”
“Tidak
masalah, kok.”
Shizune-san langsung menjawab sebelum aku menuntaskan perkataanku.
“Aku sedikit
mengerti situasinya. Kamu ingin
mengadakan sesi belajar bersama di rumah ini, bukan?"
“Ehm,
ya. Niatnya aku akan mengusulkannya sekarang...”
“Tidak
masalah sama sekali.”
Shizune-san langsung menanggapinya.
Meskipun
dia sangat responsif, tapi ada satu hal yang membuatku
khawatir.
“Ehmm, jadi... mengingat situasi grup
Konohana sekarang, mungkin lebih baik jika
keberadaan Hinako tidak terlalu diketahui oleh orang-orang di sekitarnya. .....”
Hinako
diizinkan meninggalkan mansion untuk menghindari kekacauan. Namun, jika tempat persembunyiannya
diketahui publik, oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab bisa saja mendekatinya.
Mata
Shizune-san melebar sesaat setelah mendengar
kekhawatiranku.
Tapi
kemudian dia tersenyum lembut
dan menjawab.
“Jangan
khawatir. Sebagian besar masalah itu sudah kami selesaikan.”
“Benarkah?”
“Kami
memutuskan untuk membiarkan Ojou-sama
keluar dari mansion karena kami takut keadaan akan menjadi tidak terkendali, tapi sekarang kami
memiliki rencana untuk menyelesaikan masalah ini secara damai, jadi itu
tidak lagi menjadi masalah.”
Aku
yakin ada banyak orang yang bergerak tanpa sepengetahuanku.
Namun, aku bisa menawarkan tempat ini
kepada mereka tanpa ada satu pun tanda ada rasa
kekahawatiran.
Aku
mengambil kembali
smartphone yang ada di atas meja.
“Halo,
Tennouji-san? Aku mempunyai saran lokasi untuk sesi
belajar kita nanti...”
Aku
sempat khawatir, apakah semua orang bisa berkonsentrasi di rumah seperti itu,
tetapi ketika aku
mengusulkannya, Tennouji-san tampak sangat antusias. Meskipun ini
adalah sesi belajar, namun ini adalah acara terakhir liburan musim panas. Aku ingin menjadikan sesi belajar bersama ini tidak
hanya bermanfaat, tetapi juga yang menyenangkan.
“...Mungkin
persis seperti yang dikatakan Takuma-sama.”
Shizune-san
menatapku yang sedang berbicara dengan Tennouji-san
dan bergumam.
“Seharusnya
aku memberitahumu tentang situasinya dari awal.”
Setelah
mengatakan itu, Shizune-san kembali
mengerjakan dokumennya.
◆◆◆◆
Keesokan
harinya sekitar tengah hari.
Ada tiga
gadis datang yang datang ke rumah.
“Ja-Jadi
ini rumah Itsuki...?”
Narika memandangi bagian luar rumah
dengan ekspresi gugup di wajahnya.
“Lebih tepatnya, dulu, sih.”
Aku hanya
menyewanya selama sepuluh hari, ini bukan rumahku lagi. Semua perabotannya
disewa melalui kontak Shizune-san.
“Ohohohoho!
Ini mirip seperti rumah anjing!”
Ucap
Tennouji-san
sambil melihat ke arah rumah.
“…Kurasa memang begitu.”
“Ak-Aku
hanya bercanda saja desuwa!
Baru-baru ini aku melihat percakapan seperti ini di manga shoujo yang berjudul
Versailles Plum, jadi
aku hanya ingin mengatakannya saja!”
Aku
tahu itu hanya candaan,
tetapi aku tidak tahu harus berkata apa
sebagai balasannya, jadi aku hanya menanggapi
sebisanya saja.
“Tennoji-san,
apa kamu membaca manga shoujo?”
“Eh,
iya, aku membacanya. Aku meminjamnya dari
teman sekelas beberapa hari yang lalu...”
Saat Yuri
bertanya kepadanya, Tennoji-san menjawab dengan ekspresi yang tampak sedikit
malu-malu.
“Hirano-san, apa kamu pernah datang
ke rumah Itsuki beberapa
kali?”
“Hmm.
Kalau dipikir-pikir, baru pertama
kalinya aku ke sini juga...”
Yuri
melihat ke bagian luar
rumah dan menjawab pertanyaan Narika.
Aku bisa
menebak alasan di balik perkataannya.....
Sejujurnya, keluargaku bukanlah tipe orang yang dapat dengan bangga
kuperkenalkan kepada teman-temanku.
“Baiklah, kalau
begitu, silakan masuk..... Meskipun
tempatnya agak sempit.”
Aku
membuka pintu depan dan mempersilakan mereka bertiga untuk masuk.
Kemudian,
Hinako yang duduk di depan meja, muncul sambil memberi
sapaan kecil.
“Halo
semuanya.”
“Hah?
Konohana-san?”
Narika terlihat terkejut.
“Karena aku tiba lebih dulu, jadi aku harus menunggu di dalam.”
Itulah
yang aku putuskan.
Gadis-gadis
ini tahu bahwa aku
tinggal di rumah keluarga Konohana, tetapi aku
takut dengan reaksi mereka jika aku
mengatakan bahwa aku tinggal
bersama mereka di rumah kecil ini. Jadi aku
menyembunyikan sepatu, tempat tidur dan pakaian ganti Hinako dan Shizune-san di bagian belakang lemari
pakaian.
Ngomong-ngomong,
Shizune-san juga beranjak dari tempat duduknya. Rupanya,
dia khawatir jika dia, si pelayan, berada di sini, suasananya mungkin akan
mirip dengan kafe akademi...
“Kupikir ukurannya sekitar empat setengah tikar tatami,
tapi ternyata tidak terlalu sempit, ya.”
“Yah,
aku tinggal di sana bersama keluargaku yang beranggotakan tiga orang.”
Aku membalas
perkataan Yuri yang sedang
mengamati rumah.
“Jadi ini
adalah rumah yang pernah
ditinggali Tomonari-san...”
“Jadi ini
adalah
rumah tempat Itsuki dibesarkan...”
Tennouji-san dan Narika dengan gugup mengamati keadaan
rumah. Aku merasa sedikit malu
jika mereka terus memperhatikannya seperti itu.
“Kamu tidak mempunyai tempat tidur, ya?”
“Aku
tidur di lantai dengan futon terbentang.”
“Itsuki! Tali apa yang menggantung di langit-langit ini!? Boleh aku menariknya!?”
“Itu untuk meyalakan dan mematikan lampu. Iya,
tidak masalah.”
Ruangan
menjadi gelap sesaat, lalu segera
menjadi terang kembali.
Karena
rumah Narika adalah
rumah besar bergaya Jepang, jadi aku mengira suasana interiornya hampir serupa, namun jika diingat-ingat
baik-baik, aku belum
pernah melihat jenis lampu dengan tali gantung di rumah Naruka.
Lain ceritanya dengan lampu tidur dan sejenisnya...Rumah Narika sepertinya sudah direnovasi
dengan baik menjadi modern dengan tetap mempertahankan suasana Jepang.
Tiba-tiba
aku menoleh ke arah Hinako dan
melihatnya sedang menatap kedua gadis yang sedang bersemangat itu dengan mata
yang tenang. Sepertinya hanya Hinako satu-satunya yang tetap tenang... tapi
hari pertama dia juga bertingkah sama seperti mereka.
Meja itu
terlalu kecil untuk digunakan banyak orang, jadi aku menghubungkan dua meja dan
meletakkannya di tengah. Di sekelilingnya disiapkan bantal untuk lima orang.
Masing-masing
dari setiap orang duduk di sana.
“Yah, baiklah, hari ini adalah sesi belajar dengan gaya yang merakyat. Aku tidak bisa menjamin bahwa kalian akan merasa nyaman, tapi
aku berharap kalau kalian bisa merasa seperti sedang di rumah
sendiri.”
Tennouji-san dan Naruka masih gelisah,
tapi bukannya karena merasa
tidak nyaman, tapi reaksi
mereka malah lebih mirip seperti anak-anak di taman
hiburan.
“Aku
membawa sesuatu seperti ini untuk berjaga-jaga...”
Yuri
mengeluarkan beberapa cemilan manis
dari dalam tasnya.
Kue-kuenya
agak berkelas, mungkin karena dia
memperhatikan dan memepertimbangkan
para anggota sesi belaajr bersama.
“Aku juga
membawanya.”
“Ak-Aku
juga membawa sesuatu.”
Tennoji-san
dan Narika juga tampak membawakan teh dan
makanan ringan mereka sendiri. Tennouji-san membawa scone, sedangkan Narika membawa kue castella. Keduanya
dibungkus dengan kertas kado yang tampak mewah.
(Gawat. Jika aliran percakapan terus berlanjut,
Hinako akan terpaksa ikut.)
Hinako
tidak membawa apa-apa. Tidak
heran. Dia sudah berada di rumah ini sejak
awal.
……Apa boleh buat.
Aku
berdiri dan mengambil
barang-barang yang kusembunyikan
di pintu dan rak dapur.
“Sebenarnya,
aku juga menerima sesuatu seperti ini dari Konohana-san.”
Setelah
berkata demikian, aku menaruhnya di atas meja.
“Keripik
kentang?”
Yuri
mengangkat suaranya dengan nada ragu.
“Iya.
Karena kita mengadakan sesi belajar di
lingkungan yang berbeda dari biasanya, jadi sepertinya dia menyesuaikannya dengan itu.”
“Hee~,
kalau begitu aku seharusnya mengikuti contohnya.”
Kali ini
konsepnya adalah sesi belajar ala orang awam, sehingga ide menyantap keripik
kentang dengan teh sepertinya mendapat sambutan baik. Tennouji-san
dengan menyesal berkata, “Gunnu.”
Sebenarnya,
ini adalah sesuatu yang disembunyikan aku dan Shizune-san
sebagai tindakan darurat untuk membuat suasana
hati Hinako menjadi lebih baik.
“Aku sendiri biasanya tidak memakannya,
jadi aku menantikannya.”
Tatapan mata Hinako terpaku pada keripik
kentang itu sejak beberapa saat yang lalu.
Sorot
matanya mirip seperti anjing pemburu.
(...Aku penasaran apa dia bisa berkonsentrasi pada pelajarannya?)
Awal dimulai
sesi belajar sangat menegangkan.
Namun,
saat buku pelajaran diletakkan di atas meja, semua orang tetap diam dan
berkonsentrasi. Itulah cara mengubah pola pikir yang merupakan ciri khas murid Akademi Kekaisaran yang
berjiwa serius. Saat aku mendongak, aku melihat Yuri sedikit terkejut, tapi aku
segera berkonsentrasi pada diriku sendiri. Aku
sangat memahami kenapa dia bisa terkeju
dengan tingkat kesadaran ini.
Namun,
jika kamu menganggapnya keras dan kaku, ternyata tidak demikian.
“Rasanya
lezat sekali.”
Kadang-kadang
kami mengobrol satu sama lain sambil menyantap makanan manis.
Tennouji-san sedang memakan keripik
kentang seolah-olah itu
adalah makanan yang langka.
“Ini adalah irisan kentang yang digoreng, ‘kan? Meskipun aku
khawatir dengan rasanya yang
sedikit asin dan pedas, sih.”
Aku yakin
bahwa reaksi Tennouji-san
adalah contoh khas seorang Ojou-sama.
...Hinako, tolong berhenti memasang
wajah muram itu setiap kali ada orang
lain yang mengambil keripik kentang.
“Narika
mungkin sudah memakannya sebelumnya, kan?”
“Iya.
Mereka menjualnya di toko-toko permen.
Aku terkadang membeli tiga atau lebih
dalam jumlah besar.,,..Hiiihh!? Ko-Konohana-san!?
Ke-kenapa kamu memelotoiku!?”
“Kupikir itu hanya imajinasimu saja.”
Hinako benar-benar menatapnya dengan tajam.
Rupanya
dia merasa iri.
“...Suasananya
tidak terlalu buruk, ya.”
Tennouji-san tiba-tiba melihat
sekeliling dan berkata demikian.
“Jarang-jarang aku bisa menghabiskan
waktu bersama seseorang di tempat yang begitu santai. Aku berharap ada tempat
seperti ini di Akademi Kekaisaran,
hanya sebuah lantai dan sebuah meja.”
“Apa kamu juga berpikir begitu, Tennouji-san?”
“Aku mempunyai kepekaan untuk merasa nyaman
dalam suasana ramai, tau?”
Bagi orang
seperti Tennouji-san, aku mengira bahwa lingkungan semacam
ini tidak akan memiliki tuntutan apa pun selain memuaskan rasa penasaran,
tetapi tampaknya tidak demikian.
“Aku tidak
yakin kenapa, tapi hari ini Itsuki-san
nampaknya lebih santai dari biasanya. Itu mungkin karena rumah ini adalah
tempat paling akrab bagi Itsuki-san.”
“……Ya.”
Selain di
rumah, aku juga berharap ada tempat semacam
ini di akademi.
Setiap
kali aku pergi ke kafe atau restoran yang
elegan, aku selalu merasa gugup. Sebagai seorang
pengasuh, aku
tidak bisa mengatakan hal-hal naif seperti itu, tapi sejujurnya, aku ingin tempat yang lebih ramai dan suasananya santai. Jika ada
tempat seperti itu di akademi,
aku ingin selalu mengunjunginya secara rutin.
Saat aku
memikirkan hal ini, tiba-tiba aku menyadari kalau Hinako sedang menatapku.
“Konohana-san,
apa ada yang salah?”
“Tidak, umm...”
Tidak
biasanya bagi Hinako, yang berada dalam mode Ojou-sama
sempurna, kebingungan untuk menjawab.
Tapi itu hanya
sesaat. Aku adalah orang yang biasanya
menjaga Hinako dan mengawasinya secara cermat, jadi, kurasa tidak ada orang lain yang
menyadarinya.
“...Aku
sedikit penasaran dengan apa yang dipelajari Tomonari-kun.”
Hinako
segera memberitahuku begitu.
Sayangnya,
aku tidak tahu apakah itu niat
sebenarnya atau hanya alasan yang dibuat-buat.
“Aku
sedang meninjau kembali apa
yang sudah aku pelajari di kursus musim panas kemarin.”
“Meskipun
kamu sudah terpilih sebagai siswa
berprestasi, Itsuki masih seseorang yang berusaha sangat keras.”
“Kamu
harus bekerja lebih keras lagi, Narika.”
“Sial, malah menjadi senjata makan tuan......!”
Narika
mengalihkan pandangannya..
Aku juga
penasaran akan sesuatu, jadi aku melihat buku referensi di tangan Yuri.
Kupikir
dia sedang mempelajari mata pelajaran biasa seperti bahasa Jepang atau
matematika, tetapi buku referensi itu memiliki diagram dan grafik yang tidak
biasa.
“Kamu sedang
mempelajari apa, Yuri?"
“Aku sedang
belajar untuk mendapatkan lisensi koki. Aku tidak ingin pergi ke sekolah
memasak setelah lulus SMA karena aku berencana
untuk mendapatkan lisensiku
sambil bekerja di restoran.”
Aku
merasa kalau aku pernah mendengar hal seperti itu
beberapa kali sebelumnya.
Yuri juga
mempunyai masalahnya sendiri. Namun,
tampaknya hal itu mulai
membuahkan hasil. Motivasi Yuri terlihat dari buku catatannya yang berisi tulisan dan coretan.
“Meski ini adalah topik yang berbeda,
tapi beberapa hari yang lalu, sebuah
perusahaan di Grup Konohana memecat seorang karyawan yang menyalahgunakan kekuasaan, ya.”
Ucap
Tennouji-san
sambil menggerakkan penanya.
Aku
tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap topik tersebut dan tetap diam. Walaupun aku mengetahui cerita tersebut,
tapi apa boleh mengatakannya secara alami?
Saat Yuri
dan aku berada dalam masalah, Tennouji-san
menghentikan penanya.
“Kalian
tidak perlu terlalu tegang begitu. Kalau menyangkut rumah sebesar
milik kita, kejadian skandal semacam
ini pasti akan terjadi...Tapi bukan berarti itu tidak
menyakitkan.”
“Ya, memang benar. Aku juga merasa kalau kejadian itu sangat disayangkan.”
Hinako
menganggukkan kepalanya.
“Apa informasi itu sudah muncul di
berita?”
“Hal
semacam ini tidak diungkapkan secara
publik, namun ada banyak cara untuk mengetahuinya
bagi orang-orang yang berkecimpung dalam industri ini.
Aku mempunyai setiap informasi tentang teman....maksudku tentang pesaingku.”
Tennouji-san menjawab pertanyaan Yuri.
Dia
jelas-jelas ingin mengatakan teman, tetapi aku tidak akan repot-repot untuk mengungkitnya.
Pipi
Tennouji-san terlihat sedikit merah.
“Meski
begitu, jarang-jarang ada pemecatan.”
Narika ikut
menimpali.
“Apa
maksudmu?”
“Pemecatan
adalah tindakan disipliner yang serius. Apalagi jika menyangkut pemecatan
disiplin, dalam setahun pasti ada kurang dari 50 kasus. Kalau pemecatan itu
karena penyalahgunaan kekuasaan, ia
pasti sangat keji dan berulang kali melakukan pelanggaran.”
Sering
kali yang diberitakan adalah pemecatan karena penggelapan atau penipuan. Ini
adalah kejahatan sebelum mereka melanggar peraturan dan regulasi perusahaan.
Dalam hal ini, penyalahgunaan
kekuasaan mungkin melibatkan beberapa tahap sebelum berujung pada pemecatan.
“Ngomong-ngomong,
perusahaan Tennouji-san tampaknya hanya menerapkan
sedikit tindakan disipliner atas penyalahgunaan
kekuasaan, yang jarang terjadi di dunia mengingat besarnya grup bisnis tersebut.”
“Hee~...”
Aku merasa
kalau hal itu mungkin saja terjadi.
Saat
berada di akademi, Tennouji-san
menghargai hubungan yang dia miliki dengan orang lain dan perhatian serta pertimbangannya
terhadap orang lain. Aku yakin kalau Grup
Tennoji adalah organisasi yang menghargai orang
lain.
“Sepertinya kamu tahu banyak ya, Miyakojima-san. Kamu bahkan tahu tentang rumahku.”
“Yah,
begitulah!”
Narika membusungkan dadanya dengan bangga seolah-olah dia
berhasil melakukan tugasnya dengan baik.
“Semester
kedua Akademi Kekaisaran akan
segera dimulai. Mengingat program itu
akan segera dimulai, jadi kupikir aku
harus mulai mempelajari manajemen bisnis sekarang.”
“Oh,
kalau begitu kita mungkin akan menjadi saingan.”
“Bu-Bu-Bu-Bu-Bu-Bukan
begitu maksudku...”
“Kamu terlalu gelisah, Miyakojima-san.”
Tennoji-san
memandang Narika yang wajahnya pucat pasi, dan mencoba tertawa getir.
Program itu ......?
Apa yang mereka bicarakan?
Dengan keraguan
dalam pikiranku, aku mengambil secangkir teh. Ternyata aku menengguknya sampai habis, mungkin
karena isinya sudah banyak berkurang.
“Aku
kehabisan minuman, jadi aku akan membelinya beberapa
di minimarket.”
Karena kami menerima lebih banyak permen daripada
yang diharapkan, jadi akhirnya aku mengonsumsi teh lebih cepat. Aku bisa saja menyajikan air putih sebanyak yang aku mau, tapi aku merasa kasihan jika harus memberikannya kepada para
Ojou-sama.
Aku
berdiri dan menatap ke arah
Tennouji-san.
“Ngomong-ngomong,
Tennouji-san, kamu bilang kamu tertarik
dengan minimarket, jadi
jika kamu tidak keberatan, apa
kamu mau pergi bersamaku?”
“Eh?... Ahhh, ya! Aku akan dengan senang hati menemanimu!”
Tennouji-san berdiri dengan ekspresi yang masih sedikit bingung.
Saat kami
meninggalkan rumah bersama, aku menghela nafas lega.
“Yosh, baiklah,
sekarang kita bisa berbicara dengan normal.”
Ketika
kami mendiskusikan rencana kami untuk kelompok belajar, kami telah bertukar
janji untuk berbicara berdua saja, dan aku merasa lega karena bisa memenuhi
janji itu dengan sukses.
Tapi entah
kenapa, Tennouji-san terus menerus menatapku.
“...Entah kenapa, sepertinya kamu sudah terbiasa dengan melakukan ini, ya.”
“Eh?”
“Jadi beginilah caramu merayu banyak orang, ‘kan?”
“Sembarangan
saja kalau menuduh orang...”
Meskipun aku
sendiri merasa aneh, tapi...
“Siapapun
pasti ingin melakukan sesuatu setelah
mendengar suara kecewamu di
telepon.”
“Ku-Kupikir suaraku tidak terdengar begitu kecewa...”
Suaranya
terdengar terbata-bata, seolah-olah dia merasa kurang percaya diri.
“Aku bukan
tipe orang yang merasakan jarak dalam nada bicaraku, jadi aku tidak membuat
saran ini sendiri, tapi jika kamu membutuhkanku, Tennouji-san, tolong katakan
saja padaku segera.'”
“...Aku
juga tidak merasakan jarak apa pun.”
Tennouji-san mengatakan demikian seolah-olah itu hal yang wajar.
Aku
sudah terbiasa dengan hubungan hierarki dari pekerjaan paruh waktuku, jadi aku tidak keberatan menggunakan
bahasa formal. Tapi kalau dipikir-pikir, Tennouji-san
mungkin adalah orang yang sudah
terbiasa dengan hal tersebut.
Bagaimanapun juga, Tennouji-san
adalah putri dari Grup Tennoji, yang setara dengan Grup Konohana. Aku telah menghadiri banyak sekali
acara formal di mana bahasa formal merupakan hal yang
penting.
“Tapi Itsuki-san, kamu berada dalam posisi untuk
menyembunyikan identitasmu dari
publik setiap hari.”
“Ugh.”
“Itsuki-san
kalau pakai bahasa kehormatan pasti Itsuki-san, tapi kalau kamu berbicara dengan menggunakan bahasa santai, aku
merasa kamu memperlihatkan sifat aslimu.”
“Sifat asli…”
Bukannya
aku menggunakan kepribadian yang berbeda, tapi...
“Apa
jangan-jangan aku yang sekarang dan aku yang biasanya sangat
berbeda...?”
“... Ketika
kamu berada dalam nada normalmu, Itsuki-san terkadang mengolok-olokku.”
“Eh,
apa iya?”
“Iyalah!
Selama kita kursus musim
panas, Itsuki-san tertawa terbahak-bahak
saat aku kesulitan membuka kaleng jus! Bahkan saat kita bermain di game center, kamu menertawakanku karena hanya aku
yang tidak mengetahui peraturannya!”
“Tidak, itu sih karena Tennouji-san sangat lucu, jadi aku…”
“Tuh!
Bahkan sekarang! Tuh, ‘kan!”
Tennouji-san menunjuk ke arahku sambil marah-marah, tapi dia juga kelihatan manis.
Begitu ya.
Mungkin persis seperti yang dia katakan,
aku merasa kata-kataku keluar dengan lebih jujur dibandingkan
saat aku berbicara dengan bicara formal.
...Meskipun aku biasanya tidak mengatakannya dengan lantang, aku memikirkan hal
yang sama di dalam hatiku.
“Ah,
letaknya tidak jauh dari tikungan
jalan itu.... Ngomong-ngomong, Tennouji-san, kamu mengetahui apa itu minimarket?”
“Tentu saja
aku tahu! Tolong jangan mengejekku!”
Kurasa
setidaknya dia tahu tentang apa
itu minimarket.
Namun, setelah
memasuki minimarket, Tennouji-san
menatap camilan panas di depan kasir dan bergumam dengan tatapan penasaran.
“……Contoh
makanan ini kelihatannya sangat lezat.”
“Hehe.”
Saat aku membelikannya di kasir, Tennouji-san tampak sangat terkejut.