Bab 3 — Mempelajari Seni Cinta Bersama Orang Biasa
Bagian 2
Pada pukul
5 sore. Sesi belajar bersama pun selesai dan
kami memutuskan untuk bubar.
Dua mobil
hitam terparkir di depan rumah. Mobil pertama menjemput Tennouji-san
dan mobil kedua menjemput Narika.
“Lain
kali kita akan bertemu di akademi,
bukan?”
“Ya,
benar sekali.”
Hanya satu
minggu tersisa sebelum
semester kedua Akademi Kekaisaran dimulai.
Selain aku, Tennouji-san
dan Naruka sama-sama sibuk, dan waktu
berikutnya kami akan bertemu
mungkin pada hari upacara pembukaan sekolah. Aku
masih bisa bertemu Yuri ketika dia datang untuk bekerja
paruh waktu di rumah keluarga
Konohana.
“Hirano-san, kemarilah.”
“Ya.
Terima kasih banyak, Tennouji-san.”
Yuri datang ke sini dengan berjalan kaki,
tapi sepertinya Tennouji-san
akan memberinya tumpangan sampai di tengah
perjalanannya.
Begitu
masuk ke dalam mobil, Yuri diam-diam mengusap-usap sandaran kursi yang dia duduki, mungkin karena kursi
itu lebih empuk dari yang dia
bayangkan.
“Hmm?
Konohana-san belum mau pulang juga?”
Narika
bertanya pada Hinako ketika dia
menyadari ada satu mobil yang hilang.
“Tidak,
sepertinya mobil yang menjemputku agak terlambat.”
“Ka-Kalau
begitu, kamu bisa ikut ke dalam mobilku...”
“Terima
kasih, tapi sepertinya dia akan tiba di sini dalam beberapa menit, jadi kamu
tidak perlu khawatir.”
“Be-Begitu
ya. Kalau begitu, aku permisi dulu...”
Meski tak
mendapat sambutan hangat seperti yang
diharapkan, Narika
pasti berani mengajukan ususlan
itu dengan caranya sendiri. Mengingat betapa kurangnya
kemampuan komunikasinya hingga saat ini, aku bisa melihat bahwa dia sudah berkembang. Aku mulai merasa terharu sedikit.
Dan
sejujurnya, pemandangan beberapa
mobil mewah berwarna hitam yang diparkir di depan rumah sekecil itu sangat mencolok. Mungkin lebih baik untuk mempercepat
perpisahan sebelum rumor aneh mulai menyebar.
“Ah!?
Aku hampir lupa, Konohana-san!”
Yuri yang
sedang berada di dalam mobil Tennouji-san, tiba-tiba mengeluarkan suara
panik. Dia kemudian mengeluarkan kantong
kertas dari dalam tasnya
dan menyerahkannya pada Hinako.
“Aku
benar-benar melupakannya...Aku
akan meminjamkan ini padamu. Jadi bacalah baik-baik,
ya.”
“Apa ini……?”
“Kamu
pernah meminta nasihatku
sebelumnya, kan? Mungkin kalau kamu membacanya, kamu akan menemukan jawabannya.”
“……Terima
kasih banyak.”
Hinako
menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Aku penasaran apa itu semacam hadiah penting.
“Yuri,
apa yang kamu pinjamkan padanya?”
“Rahasia!”
Aku merasa penasaran dan menanyakan
pertanyaan itu, tapi Yuri tidak mau menjawabnya.
Yuri
mungkin tidak menyadarinya, tapi para pengawal
keluarga Konohana selalu
mengawasi area ini. ...Beberapa tatapan mata
yang tak terhitung jumlahnya dari jendela rumah-rumah tetangga, dari
lorong-lorong yang remang-remang, dan dari orang-orang yang lewat terfokus pada kantong kertas tersebut.
Akhirnya,
gadis-gadis itu masuk ke dalam mobil dan pergi.
Ketika
mobil itu berbelok di tikungan dan menghilang dari pandangan, aku menghela napas lega.
“...Akhirnya mereka pergi juga.”
“Iya, mereka
sudah pergi.”
“Uwaahhh!?”
Tiba-tiba
aku mendengar suara dari belakang, dan aku melompat
kaget.
“Sh-Shizune-san, sejak kapan kamu berada di sana...”
“Rahasia.”
Seolah-olah
ingin mencontoh Yuri, Shizune-san
juga merahasiakannya...
Aku benar-benar
tidak tahu dari mana asalnya, tapi kalau begini, mereka mungkin diam-diam
memantau area ini tanpa sepengetahuan kami.
Aku jadi
penasaran apa ada lorong bawah tanah atau sesuatu yang
diam-diam sedang dibangun. ......
“Fuhee~...”
Hinako
mengendurkan bahunya dengan santai.
Tentu
saja, tidak ada mobil yang akan menjemputnya.
Karnea Hinako akan kembali ke rumah ini
bersamaku.
“Ojou-sama, hanya
untuk jaga-jaga, saya ingin memeriksa isi tas yang diterima Anda tadi.”
“Hmm...
silakan saja.”
Hinako
memberikan kantong kertas yang diberikan oleh
Yuri kepada Shizune-san.
Saat
Shizune-san melihat ke dalam, matanya
sedikit melebar, tapi dia dengan cepat mengangguk.
“Saya rasa tidak
masalah.”
Shizune-san
mengembalikan kantong kertas itu kepada
Hinako.
“Shizune-san,
apa isi di dalam kantong kertas itu?”
“Karena
Hirano-sama ingin merahasiakannya, jadi aku tidak bisa menjawabnya. Sudah
menjadi tugas pelayan untuk melindungi privasi tamunya.”
Dia
adalah seorang pelayan yang murni, jujur, dan adil yang tidak mentolerir pencampuran antara kehidupan publik dan
pribadi.
Ketika dia sudah mengatakan hal itu, aku tidak punya pilihan selain
mundur, tapi...
“...Kamu tidak memakai pakaian
pelayanmu yang biasa ya, Shizune-san.”
“Terkadang
bersikap mencolok dapat dianggap sebagai kurangnya pertimbangan terhadap lingkungan sekitar.”
Intinya, dia ingin menghindari menarik perhatian.
Sebelum sesi belajar bersama dimulai, kupikir
Shizune-san mengenakan seragam pelayan
ketika dia meninggalkan rumah, tapi sekarang dia mengenakan pakaian santai.
Dia
mengenakan kemeja putih dan rok lipit hitam yang mencapai
sekitar pergelangan kakinya...Sebagai seseorang yang mengenal Shizune-san dalam
kehidupan normalnya, warna monoton mengingatkanku pada pakaian pelayannya. Penampilannya
begitu indan dan memberikan kesan menenangkan.
Pada saat
itu, aku jadi mengingat
sebuah kejadian saat kursus musim panas.
Ketika
Hinako, Yuri dan yang lainnya memamerkan kostum renang mereka sekaligus, Yuri
berkata padaku, “Apa kamu tidak ingin mengatakan
sesuatu?”.
Kata-kata itu kembali terngiang di dalam
benakku.
“Yah, baju itu sangat cocok untukmu, Shizune-san.”
“Pujian yang
tampak seperti tanggung jawab itu terlihat terang-terangan. Poin
dikurangi.”
Poin apa
yang dikurangi...
Shizune-san
terkekeh dan tersenyum padaku. Sepertinya suasana hatinya sedang tidak buruk.
Aku kemudian
masuk ke dalam rumah. Meja telah dibersihkan dengan
rapi, dan sekantong keripik kentang kosong telah dibuang ke tempat sampah
terdekat. Di tengah jalan, Hinako diam-diam mengambil dua keripik sekaligus,
jadi keripik tersebut habis dengan kecepatan yang luar biasa cepat, tapi ucapan
santai Yuri, “Keripik
kentang tuh isinya tidak terlalu
banyak, ya”, membuatnya selamat.
Bagaimanapun
juga, aku senang sesi belajar
bersama berakhir tanpa masalah.
Semua
orang sepertinya bisa berkonsentrasi, dan kurasa
kami mampu membuat beberapa kenangan
indah di akhir liburan musim panas.
“Itsuki-san.”
Ketika aku sedang mengembalikan meja dan
barang-barang lainnya ke posisi semula, Shizune-san datang menghampiriku.
“Apa
kamu ada waktu setelah ini?”
“Iya, tidak
masalah. Aku sudah menyelesaikan rutinitas
harianku."
“Kalau
begitu, maukah kamu menemaniku berbelanja untuk makan malam?”
Aku
terlambat untuk menanggapi perkataannya.
Jarang
sekali Shizune-san
bergantung padaku. Olhe karrena itu,
aku jadi termotivasi untuk melakukannya.
“Baiklah,
aku mengerti. Jika Shizune-san
tidak keberatan, aku akan
membantumu sebisa mungkin.”
Saat aku menjawab begitu, Shizune-san menatap Hinako.
“Bagaimana dengan Anda, Ojou-sama?”
“Mustahil~.....aku
ingin tidur~...”
Hinako
berguling-guling di lantai.
Dia pasti
merassa kelelahan karena terlalu lama berkonsentrasi pada
studinya.
“Kalau
begitu, haruskah kita pergi sendiri?... Silakan tinggal di rumah, Ojou-sama. Kita
memiliki penjaga yang berjaga di sekitar sini, jadi jika Anda membutuhkan
sesuatu, silakan gunakan sesuai keinginan Anda.”
“Uii.”
◇◇◇◇
(Sudut
Pandang Hinako)
Setelah Itsuki dan yang lainnya meninggalkan
rumah.
Hinako ingin segera tidur dengan menggunakan bantal sebagai ganjalannya, tapi saat dia membaringkan
tubuhnya, dia melihat kantong
kertas yang diberikan Yuri di sudut pandangannya.
(Mungkin bisa sebentar saja
sebelum tidur)
Dirinya
sudah mendekati batas rasa kantukku, jadi dia berencana untuk segera tidur,
tapi dia ingin memastikan barang apa yang
diberikan Yuri kepadanya.
Hinako lalu
mengeluarkan barang-barang di dalam kantong kertas. Barang tersebut adalah—
“…Buku?”
Itu
adalah sejumlah besar buku. Melihat
sampul dan obisnya, Hinako memiringkan kepalanya lebih jauh lagi.
“Manga,
shoujo...?”
Promosi
penjualan pada obi manga berbunyi: 'Manga shoujo terlaris sepanjang masa!’ tertulis pada literatur
penjualan. Tampaknya, buku ini adalah sebuah manga shoujo.
“Hana
Manjuu … Aku akan mengirimkannya padamu… NYANYA…”
Dia membaca
judul manga shoujo dengan. Masih
ada banyak buku lainnya
juga.
Tak satu pun
dari mereka yangterdengar familiar,
tapi dia terus membolak-balik halamannya
untuk mencobanya.
“Ini…”
Hinako langsung dibuat ketagihan.
Latar
belakang ceritanya sebagian besar beradda di
sekolah. Ada beragam
sekolah yang bermunculan, mulai dari sekolah biasa seperti yang
dihadiri Itsuki
hingga sekolah yang dihadiri oleh anak-anak dari keluarga kaya seperti Akademi Kekaisaran.
Tokoh
utamanya pada dasarnya adalah seorang gadis SMA yang
polos dan biasa-biasa saja.
Awal dari
cerita-cerita tersebut kurang lebih sama. Sang protagonis, seorang gadis SMA,
bertemu dengan lawan jenis secara kebetulan, menjadi akrab dengannya, dan
secara bertahap semakin dekat dengannya.
Pada
titik tertentu, si protagonis
menjadi sadar diri dengan lawan jenis, dan.......
“In-Ini…!”
Hinako
terkejut.
(Ini sama persis
denganku...!)
Perasaan
tokoh utama yang digambarkan di manga tersebut sama
persis dengan apa yang dirasakan Hinako.
Hanya
dengan berada di dekatnya saja membuat jantungnya
berdetak lebih cepat. Debaran di dadanya
semakin hari semakin bertambah, sampai-sampai dia
pun kebingungan. Kadang-kadang dia
bahkan merasa sesak, tetapi bukan berarti dia
ingin menjaga jarak darinya.
Karakter
utama manga juga dipermainkan oleh perasaan ini.
(Jika aku membaca kelanjutannya, aku mungkin bisa memahami sifat sebenarnya
dari perasaan ini...)
Mungkin
itu sebabnya Yuri meminjamkan manga ini kepada
dirinya. Hinako
benar-benar terjaga dan asyik membaca manga tersebut.
——Kenapa ya.
Terkadang kepalaku selalu memikirkannya.
Tokoh
utama dalam manga ini tiba-tiba mendapati dirinya memikirkan seorang anak
laki-laki yang dia
sadari. Dia akan memikirkannya di kelas, ketika dia sedang makan, ketika dia
pergi ke tempat tidur dan bahkan saat dia mencoba
untuk tidur.
(Aku paham sekali...)
Hinako
juga sama. Saat mereka
berangkat ke akademi dengan mobil yang sama, saat mereka mengikuti kelas, saat mereka mandi bersama, saat mereka bermalas-malasan di kamar Itsuki... Tiba-tiba dia selalu mendapati dirinya
memikirkan Itsuki.
Aku berpikir
kalau ia sudah bekerja keras akhir-akhir ini.
Ia
memiliki perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.
Ia
sepertinya mengalami kesulitan dengan pelajarannya.
Ia
sudah merawatku dengan baik.
Hinako
sudah memikirkan hal tersebut
sejak lama. Lalu, dia membalik halaman selanjutnya.
——Kenapa ya. Melihat ia berbicara dengan gadis lain membuatku merasa
tidak nyaman.
Tokoh
utama dalam manga ini merasa tercekik
hanya karena seorang anak laki-laki yang dia
ada rasa, berbicara dengan gadis lain. Dia memiliki
ekspresi tegas di wajahnya, tapi dia dengan lembut memegangi dadanya agar anak
laki-laki itu tidak menyadarinya.
(Aku benar-benar sangat memahaminya...)
Hinako
juga merasakan hal yang sama.
Sejujurnya,
dia merasa tidak nyaman saat Itsuki berbicara dengan gadis lain
di akademi. Tiba-tiba dia merasa
cemas karena Itsuki mungkin akan
pergi ke tempat lain.
Walau
demikian, pada akhirnya, hal
tersebut seringkali merupakan
ketakutan yang tidak berdasar.
Ketika Hinako menatapnya dengan cemas, Itsuki
berbalik seakan-akan ia bisa merasakan kekhawatirannya. Ia kemudian tersenyum
tipis, seakan-akan ingin
meyakinkannya.
Setiap
kali hal itu terjadi, dia menyadari bahwa Itsuki sedang mengawasinya.
Ada
perasaan hangat dan frustasi yang tak berdaya bersemayam
berdampingan di dalam hatinya.
Apa
sebenarnya perasaan ini?
Hinako yang
penasaran terus membalik halaman.
——Ah, jadi ini yang namanya cinta, ya.
Tokoh
utama dalam manga tersebut akhirnya menyadari perasaannya.
“——!?”
Hinako memalingkan
mukanya dari manga karena terkejut.
Hinako
mau tidak mau melihat perkembangan mengejutkan itu. Namun, kini tidak ada lagi
pembantu atau pengasuh yang bisa diandalkan.
Hinako
mengambil keputusan dan melanjutkan membaca
manganya lagi.
(Cinta?
...Cinta!? Apa itu cinta...? Bagaimana
caraku untuk bisa mengetahuinya...!?)
Tokoh
utama dalam manga tersebut tersipu malu saat menyadari bahwa dia sedang jatuh
cinta.
Hinako
juga tersipu malu dan membaca sisa ceritanya.
(Ke-Kenapa kamu tiba-tiba bertingkah begitu
lengket... Ta-Tapi,
dia terlihat sangat bahagia...)
Karakter
utama dalam manga ini secara aktif menarik perhatian anak laki-laki yang dicintainya.
Saat
berjalan-jalan di kota, mereka berpegangan tangan. Mereka berpegangan tangan
sedemikian rupa sehingga jari-jari mereka saling bertautan.
Dia tidak
malu akan hal itu, dan bersikeras bahwa dia ingin memiliki waktu berdua
dengannya.
Tapi hal
yang sama juga berlaku bagi anak
laki-laki.
Di tengah ombang-ambing perasaan
kegembiraan dan kecemasan itu,
keduanya perlahan-lahan menjadi semakin dekat...
(Eh...
eh, eh, eh...?! Ke-Kenapa mulut mereka berdua
bersentuhan...?)
Setelah memikirkannya beberapa saat, dia mulai menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang disebut ciuman.
Konohana
Hinako, 16 tahun. Karena desakan ayahnya, dia sudah dibekali banyak
pengetahuan khusus sejak usia dini, tapi dia tidak pernah belajar apa pun
tentang cinta.
Meski
begitu, sebagai seorang putri dari Grup Konohana, atau sebagai seorang siswa di
Akademi Kekaisaran, dia telah memperoleh tingkat pengetahuan minimum melalui
kontak dengan berbagai orang, tapi karena kurangnya pengalaman, dia tidak bisa
menghubungkan pengetahuan dengan kenyataan.
Oleh
karena itu, bagi Hinako, ini adalah yang pertama kalinya.
Untuk
pertama kalinya dalam hidupnya, Hinako dihadapkan pada cinta, bukan sebagai
masalah orang lain, tetapi sebagai pihak
yang bersangkutan.
——Aku menginginkanmu.
——Aku juga menginginkanmu.
Tak
berselang lama kemudian, si
gadis dan laki-laki itu telah menjalin hubungan yang
jauh lebih intim dari sebelumnya.
Mereka
berdua berciuman di balkon.
Setelah
membaca adegan itu, Hinako... mengganti karakter di
dalam manga itu dengan dirinya sendiri.
——Hinako.
Itsuki yang berdiri di depannya, menatap lurus ke arah matanya.
——Aku menginginkanmu.
Setelah mengatakan
itu, Itsuki mendekatkan bibirnya ke bibirnya, dan――――.
“.....!!”
Hinako
menggelengkan kepalanya dengan keras.
(Apa sih yang kupikirkan...!?)
Dia
mati-matian berusaha menghilangkan khayalan
yang melayang-layang di dalam kepalanya.
Namun,
tidak peduli seberapa keras dia mencoba
menghilangkannya, Hinako
tidak bisa melupakan fakta bahwa dia pernah
me khayalan seperti itu.
Tokoh
utama di dalam manga
juga melakukan hal yang sama.
(Apa ini yang dimaksud dengan menyukai...?)
Hinako
sudah memendam perasaan ini sejak lama. Hal ini
ditunjukkan padanya saat
latihan musim panas, tapi dia
sudah merasakan perasaan ini lebih lama dari itu.
Sebulan telah berlalu sejak Itsuki menjadi pengasuhnya. Meskipun Itsuki dipaksa berhenti dari
pekerjaannya sebagai pengasuh, dia tetap kembali ke rumah keluarga Konohana untuk
dirinya.
Lalu,
saat dia melompat keluar jendela, Itsuki mati-matian menahannya.
Sekarang
kalau dipikir-pikir, semuanya berawal pada saat itu.
Sejak
saat itu, dia sudah memendam perasaan ini di dalam
hatinya untuk waktu yang lama.
(Jadi, apa aku ingin
melakukan hal seperti ini dengan Itsuki...!?)
Sejak
saat itu, apa dia
ingin melakukan hal seperti ini dengan Itsuki?
Apa dia
sudah lama menginginkan hal seperti ini?
“Hawa...”
Entah
bagaimana itu tampak sangat memalukan .......
Setidaknya,
sepertinya Yuri telah mengetahui hal itu. .........
“Hawawawawawawa...”
Untuk
pertama kalinya dalam hidupnya, otak Hinako, yang mempunyai otak paling cerdas dalam garis keturunan
keluarga Konohana, mengalami kerusakan.