[LN] Saijou no Osewa Jilid 5 Bab 3 Bagian 3 Bahasa Indonesia

Bab 3 Mempelajari Seni Cinta Bersama Orang Biasa

Bagian 3

 

Aku dan Shizune-san yang selesai berbelanja di supermarket, sedang memasukkan bahan makanan ke dalam kantong belanja.

Terima kasih atas bantuanmu, Itsuki-san.

Tidak perlu berterima kasih segala, lagipula ini hanya tugas yang ringan.

Kali ini kami membeli makanan untuk beberapa hari ke depan. Minuman dan bumbu sudah ada di rumah, jadi kami tidak membeli barang berat, tapi tetap saja itu cukup berat untuk dibawa sendirian.

Tapi aku tidak pernah menyangkanya. Rupanya Shizune-san juga bisa bingung saat berbelanja ya?

Kamu pikir aku ini siapa, sih? Aku sudah lama tidak pergi ke supermarket, jadi aku tidak tahu bahan makanan apa yang cocok dengan selera Ojou-sama.

Memang, Shizune-san menghabiskan banyak waktu untuk memilih bahan makanan. Bahkan hanya demi memilih sebatang wortel saja, dia mempertimbangkan mana yang paling cocok untuk lidah Hinako.

“Apa yang biasanya kamu lakukan dengan bahan-bahan masakannya?”

Semuanya sudah dipesan. Saat tinggal di rumah Itsuki-san, aku mempertimbangkan untuk mengirimkan bahan-bahan ke rumah, tetapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya karena sepertinya biayanya lebih mahal dari yang kuperkirakan.

“Jika kamu berhemat di mana kamu bsia berhemat, ya.”

“Tugas pembantu juga harus memikirkan bagaimana bisa mengurangi biaya hingga mencapai kisaran yang memungkinkan Ojou-sama mempertahankan kondisi sosialnya. Itulah salah satu alasan mengapa kita berjalan pulang sekarang.

Jika Hinako ikut bersama kami, aku yakin dia akan menaiki mobilnya.

Aku yakin Shizune-san seharusnya memiliki kewenangan untuk menggunakan fasilitas mobil jika dia mau, tapi Shizune-san tidak melakukannya.

Permisi. Aku mau ke kamar kecil dulu sebentar.

Baiklah. Aku akan menunggu di luar.

Aku menitipkan tas pada Shizune-san dan pergi ke toilet di pintu masuk supermarket.

Aku merasa sedikit bersalah karena harus menyerahkan barang bawaanku di tangan seorang wanita, jadi aku bergegas secepat mungkin. Shizune-san sepertinya tidak keberatan, tapi akulah yang keberatan.

(Hah? Di mana Shizune-san...)

Saat aku keluar dari supermarket, aku tidak bisa menemukan keberadaan Shizune-san.

Aku mencoba berjalan ke arah jalan rumahku. Lalu, aku melihat Shizune-san di pintu masuk kawasan perbelanjaan.

Shizune-san diam-diam menatap etalase toko pakaian. Manekin-manekin yang dipajang mengenakan pakaian lucu dan berkibar yang mungkin disukai -gadis-gadis remaja... Gaya bajunya terlihat muda dan kekanak-kanakan, yang merupakan ciri khas nuansa toko di kawasan perbelanjaan. Tampaknya jalan yang harus ditempuh sebagai toko yang digandrungi anak muda masih panjang.

Entah kenapa, Shizune-san melihat pakaian itu dengan tatapan serius. Pakaian itu mungkin akan kelihatan bagus untuk Hinako, tapi sejujurnya aku tidak bisa membayangkan Shizune-san memakainya.

Namun, karena dia terlihat sangat tertarik dengan itu...

“....Umm, apa kamu ingin mencobanya?

Hah!?

Saat aku memanggilnya, Shizune-san berbalik dengan ekspresi panik yang tidak biasa.

“Ti-Tidak, kamu salah. Bukannya aku ingin memakainya atau semacamnya.

Tidak apa-apa, kok. Aku akan merahasiakannya jika diperlukan...

“Sudah kubilang kamu itu salah paham.”

Ah, iya. Maaf.

Aku dipelototi dengan tatapan yang penuh dengan intimidasi.

Kupikir dia berusaha mati-matian untuk menyamarkannya, tetapi ternyata bukan itu masalahnya.

Yah...aku hanya tertarik karena keluargaku pernah mempunyai bisnis pakaian.”

Shizune-san berkata sambil berjalan menuju rumah.

Dari cara dia mengatakannya, kemungkinan besar keluarganya sendiri yang menjalankan perusahaan pakaian, dan bukannya keluarga yang bekerja di industri pakaian. Setiap gerak-gerik Shizune-san selalu menunjukkan gambaran sekilas tentang pola asuhnya yang baik, dan itu masuk akal.

...Lantas, mengapa Shizune-san bisa menjadi pelayan keluarga Konohana?

Mungkin karen akhir-akhir ini aku menghabiskan waktu bersama Shizune-san di lingkungan yang berbeda dari biasanya, jadi aku sering bertanya-tanya tentang masa lalu dan nilai-nilainya.

Mumpung saat ini meruapakan kesempatan yang bagus, jadi mari kita bicarakan secara singkat tentang latar belakangku.”

Mungkin karena bisa menebak perasaanku, Shizune-san pun mulai berbicara.

Kamu tahu kalau Akademi Kekaisaran adalah salah satu dari tiga sekolah paling bergengsi di seluruh Jepang, kan?”

Um, ya.

“Dengan kata lain, ada dua sekolah lain yang setingkat dengan Akademi Kekaisaran.”

Shizune-san berkata sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya.

“Aku bersekolah di salah satu akademi itu.

“Eh?”

Aku tidak pernah mengetahuinya. Sepertinya Shizune-san memiliki latar belakang akademis yang cukup bagus.

...Kurasa Shizune-san juga seorang Ojou-sama dari keluarga baik.

“Secara lahiriah, sih.

Shizune-san berkata dengan nada yang tenang.

“Keluargaku adalah sebuah perusahaan pakaian yang telah berbisnis sejak era Meiji. Perusahaan ini terdaftar di Bagian Pertama Bursa Efek Tokyo dan untuk sementara waktu berkembang pesat dan makmur, tetapi karena peristiwa bubble burst ...... dan kegagalan untuk mengikuti tren masa kini menyebabkan bisnis ini menderita, dan akhirnya bangkrut.

Jadi artinya perusahaannya gulung tikar, ya.

Di Akademi Kekaisaran, kami juga mempelajari sejarah dan manajemen, jadi aku bisa membayangkan situasi saat itu secara samar-samar. Salah satu tren terkini dalam industri pakaian jadi setelah peristiwa bubble burst adalah kebangkitan fast fashion. Pada saat dompet masyarakat terbebani oleh ekonomi bubble burst dan jumlah department store yang menjual barang-barang bermerek mengalami penurunan, fast fashion tampaknya menjadi angin segar dan membentuk kembali cara industri ini dijalankan.

Tampaknya bisnis keluarga Shizune-san tidak bisa mengikuti arus tersebut.

Ada dua alasan mengapa aku bisa bersekolah di akademi itu. Yang pertama adalah karena aku dipaksa untuk mengingat kembali kejayaan keluarga di masa lalu. Yang kedua adalah karena orang tuaku mencoba memanfaatkanku untuk membuat diri mereka terlihat baik. ...Namun, kenyataannya keluargaku sudah jatuh. Seperti yang pernah aku bilang sebelumnya, standar hidup keluargaku tidak jauh berbeda dengan keluarga biasa.

Setelah mengatakan itu, Shizune-san menatap wajahku seolah-olah dia baru menyadari sesuatu.

Dalam artian tertentu, Itsuki-san dan aku mungkin berada dalam posisi yang sama. Aku juga sebisa mungkin merahasiakan urusan rumahku dan menghabiskan waktu bersama teman-teman sekelasku.

...Setelah dibilang begitu, kurasa itu ada benarnya.

Kalau diingat-ingat lagi, Shizune-san juga bersimpati dengan situasiku dan banyak memberiku berbagai pertimbangan sampai sekarang.

Mungkin karena pengalamannya ketika dia terlibat dalam situasi tersebut yang membuatnya melakukan hal itu.

Meskipun aku merasa tercekik oleh perbedaan antara apa yang didengar dan kenyataan, aku mengikuti jam pelajaran dengan serius. Hasilnya, aku mendapati diriku menduduki peringkat satu atau dua tertinggi di sekolah.

Ternyata kamu sama sekali tidak berada dalam posisi yang sama. Shizune-san dan aku berbeda. Terutama di bagian kepala.

“Pada saat itulah aku bertemu dengan putra tertua keluarga Konohana... Takuma-sama.

Hubungannya dengan keluarga Konohana akhirnya terkuak, tapi hal pertama yang disebutkan Shizune-san bukanlah nama Hinako, melainkan nama Takuma-san.

Takuma-sama bersekolah di akademi yang sama denganku, tapi ia sangat sibuk pada saat itu sehingga ia jarang muncul di akademi. Namun suatu hari, aku tidak tahu dari mana ia mendengar tentang nilai dan keadaanku, tapi Takuma-sama datang jauh-jauh ke rumahku dan menyarankan,Jika kamu belum memutuskan apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus, kenapa kamu tidak ikut denganku?' Aku sedang mempertimbangkan melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi, jadi saat itu aku menolak tawaran tersebut, tapi.... setelah melalui banyak kesulitan dan lika-liku, aku menerima usulan tersebut setahun kemudian.”

Banyak kesulitan dan lika-liku, ya?”

“Sederhananya, kuliah di universitas itu sangat membosankan.”

Itu sih terlalu sederhana banget.

Itsuki-san, jika kamu juga mempertimbangkan untuk masuk universitas, kamu harus memilih universitas dengan serius. Jika kamu masuk ke universitas biasa-biasa saja ketika kamu sudah terbiasa dengan Akademi Kekaisaran, kamu akan kebingungan dalam banyak hal.”

Aku akan berhati-hati, balasku sambil mengangguk.

“Dan sebenarnya, karena pada saat itu aku memiliki rasa hormat pada Takuma-sama....mungkin karena aku masih muda dan belum berpengalaman, tapi saat aku bersekolah di akademi, aku meremehkan orang-orang di sekitarku. Meski keadaan keluargaku sempat terpuruk, tapi aku merasa kalau kemampuanku takkan kalah dengan orang lain. Aku merasa bangga dengan kemampuanku. Oleh karena itu, aku melihat anak-anak orang kaya dan berkuasa di sekitarku sebagai orang periang yang dibesarkan di dalam rumah kaca.

Shizune-san berbicara dengan wajah menunduk, seolah-olah merasa malu atas kesalahannya di masa lalu.

Orang yang mematahkan kesombonganku adalah Takuma-sama. Bahkan dengan kemampuan akademis dan pengalamanku, aku tidak bisa mengalahkannya... Aku bergidik ngeri pada saat itu karena berjumpa dengan yang namanya bakat asli.”

Shizune-san pernah mengatakannya sebelumnya.

Takuma-san memiliki kemampuan yang sesuai dengan garis keturunan keluarga Konohana.

Apa Takuma-san sedang mencari bakat yang menjanjikan saat itu? Jika iya, Shizune-san adalah tawaran yang bagus. Nilai-bilainya di sekolah sangat bagus. Namun, dia tidak akan mengambil alih bisnis keluarga setelah lulus.Kupikir itu adalah keputusan yang tepat untuk merekrut Shizune-san.

Jadi Shizune-san berterima kasih pada Takuma-san, ya.

Tidak, sama sekali tidak.

Hah?

Bukannya memang begitu alur percakapannya?

Saat aku mulai bekerja untuk Takuma-sama, semua rasa hormat yang kumiliki pada saat itu langsung menghilang.... Orang itu benar-benar egois, dan aku merasakan perutku terasa mual setiap hari.

Jika kamu berbicara tentang menjadi egois, kupikir Hinako juga sama dalam aspek itu...

Heh.”

Shizune-san membalas dengan tersenyum kering.

Dibandingkan dengan Takuma-sama, keegoisan Ojou-sama masih terlihat lucu. Jika kamu mengalihkan pandanganmu darinya, ia akan berada di Antartika.

Shizune-san berkata dengan tatapan jauh di matanya.

Tingkat keegoisan orang berbeda-beda. Hinako adalah tipe orang yang tidak ingin menggunakan kekuatan fisiknya, jadi dia agak pendiam, tapi Takuma-san sepertinya adalah tipe orang yang dipenuhi dengan tenaga dan suka keluyuran kemana-mana.

“Ketika aku merasa muak dengan perilaku sembrono Takuma-sama dan mempertimbangkan untuk kembali ke universitas, namun karena pengaturan Kagen-sama, aku mulai melayani Ojou-sama...Dan di situlah aku sampai sekarang.”

Dengan kalimat tersebut, Shizune-san mengakhiri pembicaraannya.

Sepertinya Shizune-san juga mengalami banyak kesulitan hingga bisa mencapai posisinya saat ini.

Mengapa Shizune-san menjadi seorang pelayan? Setiap pertanyaanku tentang mengapa Shizune-san datang untuk melayani Hinako mulai terjawab semua.

Namun di saat yang sama, aku mulai sedikit penasaran tentang Takuma-san.

Umm, Shizune-san.

“Iya, ada apa?

Sebenarnya, ketika aku bertemu Takuma-san beberapa hari yang lalu, ia diam-diam memberitahuku di akhir, Dengan keadaanmu yang sekarang, kamu takkan bisa menjadi tempat berlabuh Hinako’...Menurutmu, apa itu maksudnya?”

...Hmm benar juga. Menurut Itsuki-san sendiri bagaimana?

Alasan mengapa pertanyaan tersebut dijawab sebagai pertanyaan mungkin karena memang penting untuk memikirkan masalah ini untuk diriku sendiri.

Namun, aku juga ingin berkonsultasi dengannya setelah memikirkan berbagai hal sejak saat itu.

Aku merasa kalau aku perlu lebih meningkatkan kemampuan akademis dan tata kramaku.

Begitu ya. Jika kamu memikirkannya secara rasional, itu mungkin benar...tapi kupikir maksudnya itu berbeda.”

Sepertinya tebakanku meleset.

“Mungkin Takuma-sama menunjuk pada sesuatu yang lebih mendasar. Ini bukan tentang nilai atau perilakumu...

...Shizune-san, apa kamu memahami apa yang dimaksud Takuma-san?

“Hanya prediksi saja, sih...Tapi sejujurnya aku merasa itu adalah hal yang kejam untuk ditanyakan kepada Itsuki-sama sekarang.

Shizune-san mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi sulit. Dia mungkin merasa bimbang apakah dia harus memberikan nasihat yang jelas atau tetap diam. Niat Takuma-san yang sebenarnya mungkin lebih sensitif daripada yang kukira.

Kami berdua akhirnya tiba di rumah.

Saat aku membuka pintu depan, Hinako terlihat kaget dan menyentakkan bahunya.

Hinako buru-buru memasukkan sesuatu yang ada di tangannya ke dalam kantong kertas.

“Kamu kenapa, Hinako?

“Byu-Byukan apha-apa...!

Apa dia habis melakukan sesuatu?

Wajahnya terlihat merah padam.

“Ah iya, benar juga.”

Sebelum aku melupakannya, aku mengeluarkan sesuatu dari tas belanjaanku yang ingin kutunjukkan pada Hinako.

Shizune-san mencarikannya untukku, dan aku membeli sikat untuk digunakan saat mandi. Sepertinya lebih mudah menghilangkan kotoran dan debu jika kamu menyikatnya sebelum keramas, jadi aku akan mencobanya mulai hari ini.

Aku diberitahu bahwa sebenarnya tidak masalah untuk meluangkan waktu untuk mencucinya dengan hati-hati, tetapi kamar mandi yang kami gunakan saat ini berukuran kecil dan tidak berventilasi baik, meskipun itu adalah kamar mandi yang luas, tapi Hinako selalu ingin pergi mandi lebih awal. Aku membeli sikat untuk mempersingkat waktu mandi.

Kupikir dia mungkin akan sedikit tertarik, tapi...

“Ha...

“Ha?

“Ha-Hari ini...aku mau.... mandi.....aku mau mandi sendiri...!

Hinako berkata sambil terbata-bata.

Aku tertegun sejenak karena reaksinya yang tidak terduga.

...Apa aku sudah melakukan sesuatu yang salah?

“Kurasa kamu tidak salah apa-apa.

Selagi aku merasa cemas, Shizune-san melihat ke arah kantong kertas yang tergeletak di atas lantai.

Shizune-san mengangguk seolah-olah dia bisa memahami apa yang sedang terjadi.

Kurasa Ojou-sama juga sudah tumbuh dewasa.”

...?

Aku tidak tahu apa yang dia maksud.

Aku ingin tahu apakah semuanya akan kembali normal setelah beberapa saat...Karena aku berpikir demikian, jadi aku memutuskan untuk tidak mengkhawatirkannya untuk saat ini.

Namun, ternyata dugaanku salah.

Setelah hari itu, tingkah Hinako menjadi semakin aneh.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama