Houkago, Famires de Volume 2 Bab 6 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 6 — “Suatu hari nanti” yang Diharapkan Kazemiya Kohaku

Bagian 1

 

Karena kami sudah menyelesaikan semua jadwal yang awalnya direncanakan, jadi pekerjaan paruh waktu kami pun berakhir. Kami menerima upah sedikit lebih tinggi dari pemilik rumah pantai beserta ucapan terima kasih, lalu meninggalkan rumah pantai.

Natsuki, kamu memberi perhatian yang lebih kepada kami, ya?

Bukan begitu. Dari yang kudengar, penjualan meningkat lebih dari biasanya berkat efek liputan. Dan menurutku, pengaruh Kazemiya-san juga lumayan besar.”

Aku?

“Ada banyak pelanggan yang datang karena katanya ada gadis cantik yang jadi pelayan warung pantai.

Kalau dipikir-pikir, jelas ada beberapa pelanggan yang datang hanya karena ingin melihat Kazemiya. Meski pada akhirnya kebanyakan pelanggan pergi karena sikap Kazemiya yang sedingin es.

...Aku tahu Kazemiya itu memang menarik, makanya begitu banyak lelaki yang mendekatinya...

Narumi? Wajahmu kelihatan seram, tau.

Kazemiya-san, ini adalah contoh tampang dari pacar yang tidak menyukai informasi semacam itu.”

...Apa iya?

Iya, itu sama sekali info yang tidak enak didengar.

Saat aku segera menjawab pertanyaan itu, wajah pacarku yang cantik seketika langsung memerah dan membuang muka, mungkin karena merasa malu.

────Pada malam hari saat aku dan Kazemiya resmi menjadi sepasang kekasih, aku langsung memberitahu Natsuki.

Aku memang merasa senang, tapi aku bisa menyadari perasaanku juga berkat Natsuki. Dia adalah sahabat dekatku yang paling penting, jadi aku ingin segera memberitahunya.

“Entah kenapa, rasanya Inumaki lebih paham Narumi daripada aku...

“Bagaimanapun juga, kami adalah teman masa kecil. Aku masih belum mau kalah.

Suatu hari nanti, aku akan menyusulmu.

“Memangnya bisa?

Lihat saja.

Dua orang itu saling adu semangat. Sedangkan aku berada di tengah-tengah mereka. Bagaimana aku harus bereaksi dalam situasi semacam ini? Menyuruh mereka berhenti bertengkar? Tapi sepertinya bukan itu.

Natsuki. Terima kasih, untuk segalanya.

Hanya dengan mendengarmu mengucapkan itu saja sudah membuat kebahagiaanku hari ini terasa lengkap.

Setelah berkata begitu, Natsuki pun menghilang di balik pintu masuk stasiun.

Kalau begitu, sampai jumpa nanti Kazemiya-san. Dan... Kouta, lain kali ayo kita main bersama lagi kapan-kapan, oke?”

...Terima kasih banyak. Kamu benar-benar membantuku dalam banyak hal. Selain itu, Onee-chan juga berterima kasih padamu.

Ayo kita bermain di suatu tempat. Nanti biar aku yang traktir.

Haha. AAku akan menantikannya dengan senang hati. Kalau begitu, aku duluan ya. Dah!

Kami saling melambai hingga keberadaan Natsuki sudah tidak terlihat lagi. Lalu aku dan Kazemiya masuk ke dalam mobil van yang terparkir tak jauh dari stasiun.

“Apa kamu sudah selesai mengantar temanmu?

Kuon-san, yang menunggu di dalam kursi penumpang, menyapa kami.

Ya. Sudah selesai.

Aku sudah menyampaikan ucapan terima kasih Onee-chan seperti yang diminta.

Terima kasih ya. Sepertinya ia sudah banyak membantu Kohaku-chan, jadi sebenarnya aku ingin langsung berterima kasih padanya. Tapi di sini.... kalau aku berjalan sembarangan, malahan nanti bisa jadi ribut.

Padahal tempo hari dia berjalan dengan santai di dalam restoran keluarga.... meskipun aku tidak berani mengatakannya dengan lantang sih.

“Memangnya aku perlu mengkhawatirkan keadaan di sekelilingku setelah aku berhasil menemukan Kohaku-chan yang kabur dari rumah dan pergi menemuinya? Itu keadaan darurat, oke? Keadaan darurat.”

Dia menyisipkan kalimat yang terdengar seperti dia bisa membaca pikiranku.

Rasanya sama sekali tidak lucu karena aku berpikir kalau dia benar-benar bisa membaca pikiranku.

“Um.... Walaupun aku yang meminta tolong, Onee-chan, apa kamu baik-baik saja dengan pekerjaanmu?

“Aku baik-baik saja kok! Karena semua waktuku akan diprioritaskan untuk Kohaku-chan!

Bukan itu maksudnya.

“Cuma masalah mengatur jadwal saja kok, jadi gampang. Aku sudah menyiapkan banyak cadangan dan mengumpulkan materi untuk situasi seperti ini. Lagipula, hari ini aku masih punya fleksibilitas."

...Sebaiknya aku tidak perlu menanyakan apa materinya.

Sekilas ada kata ancaman yang muncul di benakku, tapi itu pasti hanya perasaanku.

Kalau begitu, ayo berangkat. Tolong ya!

Dengan seruan Kuon-san, mobil pun melaju. Sepertinya pengemudinya adalah orang dari kantor Kuon-san.

Di dalam mobil, selain pengemudi, hanya ada aku, Kazemiya, dan Kuon-san.

Dan tujuan kami adalah...

Kamu benar-benar akan pulang, Kohaku-chan?

...Iya. Aku akan pulang. Maafkan aku, Onee-chan. Aku sudah membuatmu khawatir dan merepotkanmu.

Justru aku senang kamu membuatku begitu. Tapi kamu akan menghadapi Orang itu, kamu tahu itu 'kan?

Aku tahu. Itu sebabnya aku memutuskan untuk pulang.

Pandangan mata Kazemiya menyiratkan tekad kuat yang ada dalam dirinya.

Tampaknya Kuon-san merasa puas dengan itu, lalu mengangguk mengerti.

Tapi, apa kamu yakin? Sampai menghubungiku segala, bukannya kamu bisa meminta untuk pulang Bersama Narumi-kun?

Setelah memutuskan untuk kembali pulang, Kazemiya menghubungi Kuon-san dan memintanya untuk menjemputnya.

Tentu saja, kami bisa pulang dengan menaiki kereta yang sama seperti saat kami melarikan diri. Dengan begitu, kami mungkin bisa sedikit memperpanjang waktu kabur kami. Tapi kami sengaja tidak melakukannya.

“Kazemiya sudah membicarakannya denganku. Kami sepakat untuk berhenti memperpanjang pelarian ini.

Pelarian kami sudah berakhir sejak tiba di pantai malam itu.

Saat itulah batas akhir dari aliansi restoran keluarga kami. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah tetap di sana atau kembali. Dan kami memilih untuk kembali. Pulang ke rumah, menghadapi Ibunya. Saat Kazemiya memiliki tekad untuk itu, akhirnya sudah pasti.

“Selain itu, aku juga ingin mendengar cerita Onee-chan tentang Mamah...

...Begitu. Jadi kamu sudah siap menghadapinya. Kalau anak cowok bertemu sekali dalam tiga hari saja sudah sangat berbeda, tapi kalau Kohaku-chan hanya butuh dua detik saja untuk membuatmu bisa berubah drastis...

Itu sama sekali tidak benar.

Benar-benar mengejutkan ya...

“Onee-chan. Tolong berbicaralah dengan serius.

Jika dibalas dengan wajah yang terlihat sedih begitu, Kazemiya pasti juga ingin mengatakan hal yang sama. Lebih baik aku memuji atas responnya yang bagus.

Tenang saja, aku pasti akan menceritakannya. Aku akan membicarakannya, tapi... memang benar kalau aku tidak terlalu bersemangat.

Kenapa begitu?

...Karena hal itu hanya akan menyakitimu, Kohaku-chan.

Aku tidak bisa melihat raut wajah Kuon-san dari tempat duduk kami. Ekspresinya seperti apa yang dia tunjukkan, apa yang sedang dirasakannya, itu semua tidak terlihat oleh kami.

“Aku baik-baik saja. Tolong tetap ceritakan.

“Kamu beneran yakin? Mungkin saja kamu tiba-tiba jadi tidak mau pulang lagi.

Aku pasti tidak akan berkata begitu.

Alasannya?

Karena aku bersama pacarku.

Kazemiya menjawab dengan sangat yakin tanpa ragu-ragu.

“Aku mungkin tidak akan sanggup kalau menangani semuanya sendirian. Aku mungkin akan merasa terluka lagi. Tapi sekarang, tak peduli seberapa terlukanya aku, aku memiliki seseorang yang akan mendukungku...karena aku punya Narumi yang akan selalu menemaniku. Jadi, aku tidak apa-apa.

Kami berdua saling menggenggam tangan dan mengaitkan jari-jemari kami. Aku takkan melepaskannya. Apapun yang terjadi, aku akan selalu mendukungnya. Kami saling menyampaikan perasaan itu melalui jari-jari yang saling bertautan.

Ahaha! Begitu ya. Karena ada pacarmu ya, jadi tidak apa-apa. Iya, benar juga. Sekarang Kohaku-chan sudah dewasa. Kalau Kohaku-chan memiliki seseorang untuk bersandar, kamu pasti akan baik-baik saja.

“Oleh karena itu, tolong ceritakan tentang Mamah.

...Baiklah.

Kuon-san yang menerima keteguhan Kasemiya, mulai bercerita.

Yang bisa kuceritakan hanyalah kisah tentang rasa bersalah.

Rasa bersalah?

Ya. Orang itu selalu merasa bersalah kepadamu, Kohaku-chan.

Ibu Kazemiya. Bekas luka yang dia tanggung...

 

────Rupanya, orang tua Kazemiya bercerai tepat setelah Kazemiya lahir.

Alasannya masih tidak diketahui. Karena Ibu Kazemiya tidak pernah menceritakannya.

Karena faktanya, ibu Kazemiya harus membesarkan dua anaknya seorang diri sebagai single parent.

Pilihan untuk kembali ke rumah orang tuanya tidak pernah terlintas bagi ibu Kazemiya.

Orang yang tiba-tiba pergi dari rumahnya sendiri dan tidak pernah kembali itu justru ibu Kazemiya.

“Bukannya itu...

Ya. Praktis seperti kabur dari rumah.

Ibu Kazemiya yang bisa dibilang kabur dari rumah orang tuanya, membesarkan dua anaknya seorang diri. Kami bahkan tidak bisa membayangkan betapa sulitnya membesarkan anak sambil bekerja dalam situasi di mana tidak ada orang yang bisa dia andalkan.

Dan pada suatu waktu, sepertinya ibu Kazemiya juga mencapai batasnya.

“Kalau tidak salah, kejadian itu terjadi sekitar Kohaku-chan masih berumur 2 tahun. Kamu mungkin tidak mengingatnya, Kohaku-chan, tapi orang itu... dia mencapai batasnya mirip seperti seutas tali yang putus.

Pada waktu itu, Kazemiya masih sekitar 2 tahun. Saat Kazemiya mengamuk dan menangis keras...

“Dia menamparmu. Bukan dengan kepalan, tapi telapak tangannya. Waktu itu, kepala Kohaku-chan sampai terbentur dan mengeluarkan banyak darah.

...Begitu ya. Tapi aku tidak ingat sama sekali.

“Pada saat itu sangat heboh sekali... Bahkan ibu yang biasanya tenang, wajahnya langsung pucat pasi dan buru-buru memanggil ambulans. Yah, kalau kamu tidak mengingatnya, maka itu tidak apa-apa.

Untungnya, meskipun tamparannya cukup keras, tapi lukanya sendiri cukup dangkal dan tidak meninggalkan bekas.

Itulah sebabnya dia memendam rasa bersalah kepada Kazemiya?

Begitulah. Meskipun Kohaku-chan tidak mengingatnya, tapi orang itu terus mengingatnya. Dia tidak akan pernah melupakannya sampai seumur hidupnya.

...Begitu ya.

Aku bisa memahami keraguan Kuon-san untuk menceritakannya.

Kazemiya berusaha terus bergerak maju dengan caranya sendiri. Tapi bagi ibunya, itu tidak ada hubungannya. Tak peduli seberapa jauh Kazemiya melangkah maju, hanya dengan keberadaannya saja sudah menjadi beban bagi ibunya, itu benar-benar tidak tertolong.

...Onee-chan memang dewasa ya.

Kenapa kamu berpikiran begitu?

“Meski Onee-chan selalu berkata buruk kepada Mamah, tapi Onee-chan tetap tidak bisa meninggalkan Mamah, 'kan? Mamah yang membesarkan dua anak seorang diri pasti mengalami banyak kesulitan.

Yah, bagaimanapun juga dia tetap ibu kandung kita. Walaupun dia sudah banyak melukaimu, Kohaku-chan.

...Aku baik-baik saja. Selain itu... Terima kasih sudah mau menceritakannya denganku, Onee-chan.

Tidak, justru aku yang harusnya minta maaf karena sudah merahasiakannya.

Suasana di dalam mobil terasa semakin berat, seperti kain yang basah.

Di tengah kesunyian itu, Kuon-san akhirnya membuka suara.

...Cerita tentang ibu sudah selesai. Sekarang tinggal satu hal lagi yang harus kita bicarakan.

Setelah mengatakan itu, Kuon-san memutar kepalanya dan menoleh ke arahku.

“────Soal hubungan berpacaranmu dengan Kohaku-chan.

...Yah, sudah pasti bakal membahas itu.

Kalau dipikir-pikir, rasanya aku pernah melihat komentar di media sosial yang mengatakan kalau senyuman Kuon itu memikat.

Pada waktu itu aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi sekarang... Kurasa aku bisa memberi komentar tambahan.

Itu bukan sesuatu yang menarik, malahan lebih seperti pengalaman mengerikan. Apa leher manusia bisa berputar sampai sedemikian rupa?

“Onee-chan, berhenti berbicara begitu. Lagian, biarin sih. Itu semua terserah aku mau bagaimana hubungan pacaranku dengan Narumi.

“Itu sama sekali tidak baik!

“Padahal saat kamu muncul di tempat pekerjaan paruh waktuku, kamu bahkan mendukungku 'kan?

Itu sih sebelum kalian pacaran! Tapi sekarang ceritanya beda lagi! Sebagai kakak Kohaku-chan, aku akan campur tangan dengan benar!

“Sudah kubilang, tolong jangan begitu. Nanti Narumi jadi terganggu, lho.

Apa kamu tidak peduli dengan perasaan sedihku!?

"Aku sama sekali tidak peduli.

Tidak peduli...? Bahkan mengatakan 'sama sekali'...!?

Kuon-san terkejut dengan ucapan adik perempuannya yang tidak peduli sama sekali.

Aku tidak ingin dia menatapku dengan pandangan penuh kebencian seperti itu. Dia pasti benar-benar berniat mengutukku.

Uuh... Ba-Baiklah, aku mengeri... Ah, bagaimana mungkin... Kurasa kalian sudah membuat banyak kemajuan, ‘kan...

““...””

“Kemajuan. Ketika aku mendengarnya, hal tersebut membuatku teringat pada kejadian setelah kami berpacaran.

Di pantai malam itu, kami berdua saling berpelukan dan berciuman.

Sepertinya Kazemiya juga mengingat saat itu. Kami saling menggenggam tangan dengan lembut.

“Sekarang kalian pasti sudah berpegangan tangan... Suatu hari nanti, kalian pasti akan berciuman juga... Ah, hanya membayangkannya saja rasanya otakku mau pecah──

Eh?

Ehh?

Kuon-san bereaksi terhadap suara Kazemiya yang tak sengaja keceplosan.

Ah................ Ya, begitulah...

Sepertinya Kazemiya berusaha menyembunyikannya, tapi karena teringat kejadian malam hari di pantai itu, wajahnya sedikit memerah. Melihatreaksinya yang begitu, ekspresi Kuon-san langsung berubah.

...Sebenarnya sampai sejauh mana hubungan kalian?

...Tidak masalah, ‘kan? Kamu tidak perlu sampai berbicara begitu.

Kalian sudah berciuman banyak, ya! Mungkin sampai seratus kali! Wajah Kohaku-chan yang sekarang mengatakan itu!

“Kami melakukannya tidak sampai seratus kali kok! Baru tiga kali sejak kami berpacaran...

Aaah... Aaaggghh...!

"Aku memang tidak ingat pastinya... Tapi mungkin sudah banyak, aku yang selalu memintanya... Tapi tidak sampai seratus kali, kok!

“Guga… Giiiiiii…!”

“Paling banyak palingan sampai dua digit…!”

Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”

Ah, dia benar-benar rusak.

Penjelasan Kasemiya yang seperti sedang menggali kuburannya sendiri itu membuat Kuon-san menjerit seperti serangga sekarat.

Ah, begini rupanya jika otak seseorang rusak. Manusia memang begitu.

Ah... kami minta maaf sampai membuat keributan seperti ini.

Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan kelakuan aneh Kuon-san saat adiknya terlibat.”

Sepertinya supir ini juga mengalami berbagai kesulitan saat menghadapinya. Aku jadi merasa bersimpati dengannya.

Tidaktidaktidaktidaktidaktidak! Aku belum siap untuk hal-hal seperti itu! Sebagai kakakmu, aku tidak akan mengakuinya! Tidak! Tidak sama sekali! Pokoknya tidak mau!

“Onee-chan.

Aku tidak mau mendengarnya! Aku tidak mau mendengarnya! Aku benar-benar tidak mau mendengarnya! Aku tidak akan pulang sekarang juga!

Sudah cukup, rasanya jadi mulai menyebalkan.

Dengan sedikit helaan nafas, serangan mematikan dari Kazemiya berhasil menghentikan kakak perempuannya.



 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama