[LN] Reset Seishun Jilid 2 Bab 10 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 10 — Kehidupan Sehari-hari Toudo Tsuyoshi

Bagian 1

 

Pada saat jam istirahat siang, aku makan roti sendirian di dalam kelas. Tanaka sedang dipanggil ke ruang guru, dan Hanazono tampaknya memiliki pekerjaan sebagai panitia festival olahraga.

Dulu, saat makan sendirian, aku merasa kesepian. Tapi sekarang aku tidak merasa kesepian lagi. Meskipun sendirian, aku merasa terhubung dengan orang-orang yang berharga bagiku.

Selain itu, aku juga mulai akrab sedikit demi sedikit dengan teman-teman sekelasku.

Eh? Toudo-kun, hari ini Tanaka-san tidak ada ya? Kalau begitu, Toudo-kun juga ayo makan bersama! Hehehe, bagaimana, Onii-chan?

Orang yang menyapaku adalah Togo Reika, adik perempuan berisik dari teman sekelasku, Togo Takeshi.

Ah, aku sih tidak masalah. Eh, Tendou!? Kamu menghabiskan ayam gorengku, ya!?

Togo Takeshi, si kakak laki-laki, masih tetap berisik seperti biasanya.

Berisik! Apa yang milikmu itu milikku juga!

“Tapi kamu sudah memakannya!

Bu-bukan apa-apa, ak-aku sama sekali tidak malu! Ak-Aku, sebagai orang dewasa ini, tidak akan panik dengan hal seperti itu!

Gadis yang menggoda Togo adalah Tendou Fuyumi, seorang gadis yang memiliki pekerjaan khusus sebagai idol, dan kadang-kadang kepribadiannya berubah. Dia tampaknya sangat menyukai Togo.

Haha, memang sedikit berisik, tapi menyenangkan kan? Sudah, sudah, ayo Toudo-kun, ke sini juga!

U-um, iya.

Mereka bertiga memiliki hubungan yang mirip seperti dalam sebuah novel. Sepertinya mereka berdua menyukai Togo. ...Semoga Togo tidak terluka karena ditusuk dari belakang. Tapi, memangnya adik tiri bisa menikah?

Hoi, aku juga beli roti yakisoba nih. Hari ini tidak ada latihan, jadi aku makan di sini juga. Hinata dan Hazama, ayo ke sini juga kalian!

Ryuugasaki, yang baru kembali ke kelas, datang menghampiri kami.

Hinata, yang sedari tadi sibuk dengan PC, menoleh ke arah kami. Dia memandangku seolah mengamati, lalu mengangguk. Hazama Yuuya, yang tertidur di atas meja, tiba-tiba terbangun.

Dan akhirnya, semua anggota kelas khusus E berkumpul, kecuali Tanaka.

Entah kenapa, Togo-kun sedang berpose seperti mengepalkan tangan.

Yosha! Aku kan pemalu, jadi aku tidak tahu bagaimana harus bicara dengan Toudou. Aku takut pada Tanaka.

Kamu ‘kan tidak pemalu sama sekali, tahu?! Nanti kapan-kapan ayo kita ajak Tanaka-san juga makan bersama, yuk!

Lho, Toudou itu bukan dari daerah kumuh, ya? Aku merasa ada aura aneh darinya. Makanya aku sulit menyapanya.

Daerah kumuh...? Ini kan Jepang. Mana mungkin ada tempat seperti itu, tapi...

Aku berasal dari sekitar sini. Bukan dari daerah kumuh. Hmm, jadi Togo sedikit mewaspadaiku.

Yah, kurasa tidak apa-apa. Ayo, makan saja."

Eh, Reika! Itu kan hamburger miniku!

Saat Reika-san merebut hamburger Tendou-san, Hinata duduk di sampingku.

...Toudou, aku ingin mencoba eksperimen. Boleh?

Ek-Eksperimen? Umm, aku kurang nyaman dengan itu...

Jarak kami sangat dekat. Tatapan mata Hinata-san di balik kacamatanya tampak bersinar.

Hinata-san, Toudou-kun terlihat tidak nyaman, lho. Kami semua punya bakat, tidak seperti aku~

Hah? Kamu sendiri yang paling menakutkan, tahu, Hazama.

Waktu makan siang kami menjadi ramai. Aku mengangguk-angguk sambil makan roti yakisoba. Tiba-tiba aku jadi teringat sesuatu.

“Ngomong-ngomong, apa kelas khusus tidak ikut festival olahraga?

Togo-kun yang sedang mengelus kepala Reika-san menjawab.

Hah? Benar juga. Aku belum pernah ikut acara festival olahraga. Bukannya itu acara khusus kelas biasa?

“Onii-chan, kan di sana tertulis di kertas pembagian tugas, kalau kelas khusus juga boleh ikut jika peminatnya banyak. Tapi biasanya murid kelas khusus sibuk, jadi banyak yang tidak ikut.

Hmm, begitu ya. Jadi masih bisa ikut, meskipun jarang...

Festival olahraga, ya. Aku sedikit tertarik. Aku tidak punya banyak kenangan yang indah semasa SMP. Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang baru.

Hanazono pernah mengatakan kalau dirinya juga anggota panitia. Kira-kira, apa rapat panitia sudah selesai? Selagi aku akan mengembalikan buku yang kupinjam dari Sasaki-san, aku mungkin akan mengintip ke dalam kelasnya.

Setelah menghabiskan roti, aku berpamitan kepada Togo dan yang lainnya, lalu berjalan menuju kelas umum.

Di koridor kelas umum, aku melihat Sasami bersama teman perempuan klub atletiknya, yang pernah diperkenalkan padaku sebelumnya. Kalau tidak salah namanya Nakajima-san.

Saat pandangan mataku bertemu dengannya, Sasami tersenyum dan membungkuk padaku. Wajahnya yang malu-malu terlihat lebih polos dari sebelumnya.

Dia berjalan bersama Nakajima-san menuju ke toilet. Sasami terlihat sangat natural. Walaupun wajahnya tampak sedikit lelah, tapi mungkin itu hanya imajinasiku saja.

Topeng yang dipaksakan sepertinya sudah hilang. Pasti masih banyak hal sulit yang harus dia hadapi, tapi selama dia terus berjuang, dia pasti bisa maju.

...Dan kemudian aku menemukan sosok aneh.

Kenapa kamu bisa ada di sini...

Entah kenapa, Shimafuji terlihat mondar-mandir di depan toilet perempuan. Rambutnya terlihat lebih rapi.

Aku menjadi sangat waspada. Tapi tingkah Shimafuji terlihat sedikit aneh.

“To-Toudo. Yah, aku sekarang sudah menjadi siswa di sekolah ini. Itu sama sekali tidak penting. Apa kamu melihat Sasami-san?

Sasami? Jangan-jangan kamu mencoba melakukan kontak dengan temanku...

Aku tidak peduli dengan hal sepele seperti itu. Hei, Sasami-san, Nakajima-san!

Ia mengabaikanku dan langsung menghampiri Sasami dan Nakajima-san yang baru saja keluar dari toilet.

....Apa-apaan ini?

Hei, Shimafuji, kenapa kamu malah mengikutiku sampai ke toilet?!

“Wawawa, ia pasti kesepian karena Sasami-chan tidak ada...

"Bu-Bukan, aku khawatir kamu akan diserang orang berbahaya, jadi aku mengikutimu untuk mengawalmu!

Kamu ini mirip seperti penguntit, bodoh!

...Ma-Maaf.

Shimafuji terlihat merajuk saat dimarahi Sasami.

Yah, tidak apa-apa. Tapi lain kali katakan dengan jelas kalau kamu kesepian.

Baik.

Ehehe, kelihatannya kalian kembali bersenang-senang hari ini ya!

Nakajima-san memperhatikan interaksi Sasami dan Shimafuji dengan tatapan seperti seorang ibu.

Hmph, hari ini aku membawa bekal yang terinspirasi dari manga kuliner. Ap-Apa kamu tidak butuh?

Ah, kau ini selalu aneh... Ayo, Shimafuji, ikut dengan kami. Masakan Shimafuji enak lho.

Oke!

Mereka bertiga pun pergi meninggalkanku.

Apa-apaan ini.

...Yah, entah apa tujuan Shimafuji, tapi sepertinya tidak ada masalah. Jadi untuk saat ini, aku harus segera menyelesaikan urusanku.

 

Aku pergi ke kelas umum tempat yang pernah aku masuki dulu untuk mengembalikan buku yang kupinjam dari Sasaki-san, dan di sana aku melihat Michiba sedang mengobrol dengan teman-teman perempuannya.

Ekspresinya yang telah terbebas dari duri terlihat sangat cantik.

Sepertinya dia menyadari aku masuk ke kelas, lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum lembut, memberi salam padaku. Aku juga membalas dengan anggukan.

Aku berjalan menuju tempat duduk Sasaki-san. Dia melambai-lambaikan tangannya untuk menyambutku.

Hei, hei, Toudo-kun. Aku dengar kalau katanya ada murid kelas 1 yang sangat imut, katanya itu Sasami-chan, ya. Apa ada sesuatu yang terjadi? Aku lihat dia berjalan bergandengan tangan dengan anggota klub atletik...Fufu, pasangan yuri yang sangat serasi....”

Itu bagus mereka bsia berteman akrab. ...Omong-omong, buku ini isinya tentang percintaan sesama perempuan ya? Aku masih belum bisa memahaminya...

Igarashi-kun juga datang ke kelas untuk menemui Sasaki-san.

Aku mengobrol sebentar dengan mereka berdua, lalu memutuskan untuk keluar agar tidak mengganggu.

Syukurlah. Aku tak menyangka Sasami bisa berubah sedemikian rupa... Dia jadi semakin imut. Melihatnya mengingatkanku pada kucing yang dulu menjadi temanku. Kalau Michiba, dia lebih mirip seperti anjing.

...Masih ada waktu sebelum pelajaran dimulai. Sebaiknya aku pergi ke kelas Hanazono untuk menanyakan tentang festival olahraga. Kalau dia tidak ada, aku bisa konsultasi dengan Tokita-sensei. Tapi, di kelas itu ada Shimizu-kun, jadi rasanya agak canggung... Menurut Sasami, katanya ia dulu juga hanya laki-laki yang biasa saja, lalu apa yang mengubahnya?... Manusia memang makhluk yang sulit dipahami.

Aku mengintip ke dalam kelas, dan mengawasi Shimizu-kun dengan sedikit waspada.

Shimizu-kun sedang mengobrol dengan teman-teman laki-lakinya. Auranya sudah tidak lagi mengancam. Syukurlah ia tidak menyerangku. Sepertinya ia cukup populer di kalangan laki-laki. Mereka semua terlihat terlalu dekat dengan Shimizu... Pemandangan itu mirip seperti buku yang dimiliki Sasaki-san. Hmm, anggap saja aku tidak melihatnya.

Saat aku melihat sosok Hanazono bersama seseorang di dekat meja guru, aku merasa jantungku berdebar.

Hanazono sedang mengobrol dengan seorang siswa laki-laki.

Aku tidak bisa melihat ekspresinya karena aku hanya melihat dari belakang.

Tapi sepertinya mereka terlihat sangat akrab.

Wajar saja jika Hanazono punya teman laki-laki. Dulu, aku mungkin tidak akan tertarik dengan siapa yang dia ajak bicara.

Tapi sekarang berbeda. Tentu saja aku merasa senang jika Hanazono punya teman laki-laki.

Tapi aura di sekitar mereka terasa berbeda dari hanya sekedar teman.

Itu... Terasa seperti ada ketertarikan pada Hanazono.

Saat aku melihat-lihat lagi lebih jelas, ternyata laki-laki yang sedang berbicara dengannya merupakan Midousuji-senpai.

Aku hanya pernah berbicara dengannya sekali... saat memberikan surat cinta dari Hanazono.

Rasa bersalah di masa lalu kembali menusuk hatiku.

Teman perempuan di sebelah Hanazono menyadari keberadaanku, lalu dia berbicara sesuatu pada Hanazono. Hanazono menoleh.

Ekspresinya sedikit panik. Aku tidak suka melihat ekspresi Hanazono seperti itu. Tidak, aku tidak ingin dia terlihat seperti itu.

Dia sepertinya mengucapkan selamat tinggal kepada Midosuji-senpai dan datang menghampiriku.

Tsu-Tsuyoshi, selamat pagi. Tumben sekali kamu mampir ke kelas ini...

Hanazono... Tenang saja, aku tidak salah paham apa-apa. Kammu bisa bersikap seperti biasa.

Ah... Begitu ya. Terima kasih, Tsuyoshi. Midousuji-senpai sedang membantuku di panitia festival olahraga.

Begitu, ia memang orang yang sangat baik.”

Midosuji-senpai berjalan mendekatiku.

Halo, Toudo-kun. Aku sebenarnya tidak sebaik itu, kok. Soalnya, aku sedang mencoba merebut Hanazono-san darimu.

“Se-Senpai, tolong jangan begitu! Ak-Aku ‘kan sudah menolaknya...

Ya, aku tahu. Tapi, aku tidak bisa menyerah. Semakin aku mengenalmu, semakin kamu terlihat luar biasa. Jadi, Toudo-kun——aku tidak akan kalah darimu.”

Aku tidak merasakan kebencian atau niat buruk apa pun. Midosuji-senpai memang orang yang sangat baik. Hal itu terlihat dari suasana di kelas, di mana semua orang menyambutnya dengan hangat.

Hmm, pertama-tama, aku ingin meminta maaf. Aku salah memberikan surat cinta Hanazono kepadamu. Saat itu, aku benar-benar menyesal.

Aku membungkukkan badan dalam-dalam. Perasaan yang membara muncul dari dalam hatiku. Memang benar kalau hubunganku dengan Hanazono telah direset ulang. Tapi, kami telah membangun hubungan yang lebih dari itu. Itu bukan karena usahaku sendiri, melainkan berkat upaya Hanazono.

Aku mengangkat wajahku dan menatap Midosuji-senpai.

“—Tapi, hal ini dan itu berbeda. Merebut Hanazono? Hanazono bukanlah barang. Dia adalah manusia yang memiliki perasaan, dan dia adalah 'teman masa kecil' yang berharga bagiku. Pilihannya ada di tangan Hanazono, bukan di tanganmu atau aku. Aku percaya pada Hanazono.

Sejujurnya, perasaan yang bergejolak di dalam hatiku ini mungkin adalah rasa cemburu. Aku mengenal perasaan ini. Aku pernah mengalaminya. Dulu, aku tidak bisa mengatasinya. Tapi sekarang, berbeda. Aku harus menghadapi diriku sendiri.

Tsuyoshi... Hehe, aku juga percaya padamu, Tsuyoshi....Midosuji-senpai, maaf, aku tidak bisa pergi ke festival bersamamu. Aku sudah berjanji untuk pergi dengan Tsuyoshi sejak lama!

Festival, janji? Apa itu janji kita dari zaman SMP dulu?

Ya, benar! Kita dulu tidak bisa pergi, bukan? Ada festival kecil di distrik pertokoan, jadi ayo kita pergi bersama!

Ah, ayo kita pergi bersama.

Midosuji-senpai mendekatiku.

“Aku benar-benar bukan tandinganmu... Tapi aku juga tidak gampang menyerah. Bagaimana kalau kita bertarung di festival olahraga nanti? Jika aku menang, aku akan mengajak Hanazono-san kencan.

Tidak, itu tetap mengabaikan keinginan Hanazono. Itu bukanlah hal yang baik.

Ah, memang benar, tapi aku sebenarnya tidak terlalu serius. Aku hanya ingin bertanding denganmu.

Hmm, festival olahraga ya... Kebetulan aku sedang mencari informasi tentang itu. Apa aku benar-benar bisa ikut serta?

“Umm, Toudo-kun, kamu masuk di kelas khusus, ‘kan? Kamu pasti bisa ikutan jika meminta formulir dari wali kelasmu dan mengisinya.”

Begitu, sudah kuduga aku harus berbicara dengan Tokita-sensei ya. Midosuji-senpai, terima kasih.

Midosuji-senpai menatapku dengan ekspresi keheranan di wajahnya.

Kamu... Apa kamu benar-benar Toudo-kun yang dulu? Sepertinya kamu sudah banyak berubah.

Hanazono menggenggam tanganku dan mulai berjalan. Sambil menoleh ke belakang, dia berkata pada Midosuji-senpai.

Ya, Tsuyoshi sudah banyak berubah! Tapi, ia tetap teman masa kecil yang berharga. Permisi, Midosuji-senpai!

Midosuji-senpai memperhatikan kami dengan tatapan lembut.

Ah, tunggu Hanazono. U-Umm, bukannya ini sedikit memalukan...

Berisik! Aku juga malu tahu! Kamu tidak ada pekerjaan paruh waktu, kan? Kalau kamu tidak bisa datang ke festival, aku akan marah lho!

Kami berdua berjalan di koridor. Wajah Hanazono sedikit memerah, dan mungkin wajahku juga sama. Entah kenapa, aku merasa sangat malu.

 

◇◇◇◇

 

Kelas Khusus E. Di dalam kelas tersebut hanya ada tujuh murid di sana. Mereka adalah orang-orang yang ahli di bidang tertentu. Berbeda dengan kelas khusus lainnya, kelas ini berisi murid-murid yang memiliki masalah tertentu.

Misalnya Ryuugasaki yang mahir dalam olahraga. Ia tidak bisa menunjukkan hasil terbaiknya saat pertandingan karena terlalu tegang. Aku belum tahu apa keahlian Tanaka. Tapi pasti ada alasan tertentu mengapa dia berada di kelas ini.

Setiap orang pasti memiliki kelemahan. Hal tersebut merupakan hal yang wajar.

Hari ini pun berakhir tanpa masalah, dan semua mulai bersiap untuk pulang.

“Toudo, kamu tidak ada kerja paruh waktu hari ini, kan? Kalau aku sih ada jadwal kerja, jadi aku duluan ya!

Ah, begitu. Aku ingin menyelidiki tentang festival olahraga.

Hubunganku dengan Tanaka menjadi sangat baik. Setelah aku mengingat semua, kami bisa berbagi kenangan. Itu sangat penting.

Dan perasaan yang telah diatur ulang akan tumbuh dengan baik. Mengembalikan perasaan yang telah diatur ulang itu sangat sulit, hampir seperti merusak diriku sendiri.

Ooh, festival olahraga ya. Kelas khusus biasanya tidak terlalu terlibat, jadi aku tidak terlalu memperhatikannya. Memang sih, katanya keikutsertaannya sukarela, karena banyak yang punya kerja paruh waktu juga.

Hmm, sebagai siswa, bekerja paruh waktu pasti berat ya.

“Anak-anak kelas A Bidang Seni hampir tidak pernah datang ke sekolah sih. Ah, aku harus pergi... Toudo, sampai jumpa besok!

Tanaka menepuk bahuku dan berlari keluar kelas. Gerakannya sangat imut. ...Hmm, hatiku jadi hangat.

Perasaan memang hal yang menarik. Saat kenangan terbagi, kekuatannya akan semakin kuat. Aku pasti tidak akan pernah melupakan kencanku dengan Tanaka.

Aku melihat punggung Tanaka pergi.

“Duhh... Toudo-kun, kamu menghalangi jalan, tau.

Ah, maaf soal itu.

Tendou Fuyumi-san, dia adalah seorang gadis yang bekerja sebagai idol dan merupakan gadis yang tegas dan tertarik pada Togo. Gaya rambutnya mirip Hanazono, yaitu bergaya twintail. Tubuhnya yang berisi namun memiliki wajah yang sangat ramah dan penuh kasih sayang membuat orang merasa nyaman.

Tendou-san menundukkan kepalanya padaku sebelum keluar kelas. Aku juga menundukkan kepala sebagai balasan. Hari ini, Tendou-san terlihat lebih dewasa.  Terkadang, dia bisa bersikap kekanak-kanakan dan tsundere seperti Hanazono. Tapi di saat lain, dia bisa terlihat sangat cerdas dan dewasa.

Keduanya adalah sisi aslinya.

Ngomong-ngomong, mengucapkan salam memang menyenangkan. Baiklah, aku akan pergi menemui wali kelasku untuk menanyakan tentang festival olahraga.

 

◇◇◇◇

 

“Kalau kamu sedang mencari Tokita-sensei, dia pergi ke Kelas A. Dia seharusnya segera kembali, jadi apa kamu ingin menunggu di sini?

Aku merasa sedikit tidak nyaman di ruang staf di gedung khusus. Tidak ada yang terlalu aneh di sini. Namun, aku tidak ingin terlalu lama berada di sini. Entah kenapa, suasana ini mengingatkanku pada masa kecil di sekolah SD dulu

Aku mengucapkan terima kasih kepada guru yang tidak kukenal dan menuju ke ruang Kelas A. Berjalan di koridor yang tidak kukenal membuatku sedikit tegang. 

“Itu...?

Aku melihat ada Tendou-san yang berdiri di depan pintu ruang Kelas A. Tendou-san sedang berbicara dengan seseorang di Kelas A. Siswa yang tidak kukenal. 

Hah? Kenapa aku harus mendengarkan apa yang kamu katakan? Siswa Kelas E harus diam dan mendengarkan apa yang aku katakan!

Nozomi-san... Keluyuran di malam hari itu berbahaya, tau. Aku mendengar ada kabar tidak baik tentang itu.

Hmm, ketika Tendou-san berubah kepribadian, dia benar-benar tampak seperti orang yang berbeda. Atau mungkin dia memang orang yang berbeda. Di sekolah SD itu pasti ada orang dengan kepribadian ganda.

Itu bukan keluyuran di malam hari. Aku hanya mencari seseorang. Lagipula, memangnya kamu bisa memahami stresku sebagai seorang idola? Berhentilah khawatir yang tidak perlu! Sebaiknya kamu cepat-cepat berhenti jadi idola.

Tidak ada niat jahat yang terasa. Justru, ada suasana baik yang kuat. Meskipun isi percakapan itu tampak merendahkan Tendou-san, itu bukanlah keburukan. Seolah-olah dia memperingatkan bahwa lebih baik tidak melanjutkan pekerjaan sebagai idola.

Nozomi-san... Jika ada sesuatu, kamu bias menghubungiku.

Tidak mau. Kamu lebih baik tetap jadi orang biasa. Lagipula, hanya karena kita teman masa kecil, kamu masuk ke dunia hiburan yang sama denganku... Tunggu, kamu siapa? Aku tidak memberikanmu izin untuk melihatku.

Akhirnya dia menyadari keberadaanku. Aku hanya ingin memastikan apakah Tokita-sensei ada di dalam kelas atau tidak

Aku tidak terlalu menyukai suasana di sini. Aku pernah mendengar sedikit dari Hanazono. Ternyata, ada kalanya gadis-gadis diam-diam saling bertengkar. Suasana yang cukup agresif.

Tendou-san, meskipun aku tidak mengerti, apa kamu butuh bantuan?

Tidak, tidak perlu. Memahami hati manusia itu sulit. Toudo-kun, sampai jumpa besok.

Tendou-san membungkuk dan pergi. Aku juga membungkuk. 

Kemudian aku mengintip ke dalam Kelas A. Sepertinya Tokita-sensei tidak ada di sini. Mungkin kami saling bertemu. Mungkin aku bisa menanyakannya besok pagi.

... Tolong jangan mengintip kelas jurusan hiburan sembarangan. ... Apa kamu orang mesum? Aku akan memanggil polisi, loh.

Gadis yang tadi menunjukkan kemarahannya

“Kamu sedang berbicara padaku? Aku hanya datang mencari Tokita-sensei. Aku bukan orang mencurigakan. Namaku Toudou Tsuyoshi dari Kelas Khusus 2-E.

... Kamu tidak bereaksi apa-apa saat melihatku?

Entah kenapa, meskipun gaya bicaranya berbeda dari Hanazono, dia memiliki suasana yang sangat agresif. Rambutnya yang keriting terlihat seperti croissant dan tampak lezat. Warna matanya berbeda dari biasanya, apa itu tanda suatu penyakit? 

Tidak, maaf. Seharusnya ini adalah pertemuan pertama kita.

Ara? Itu sih melukai harga diriku. Tidak ada orang di dunia ini yang tidak tahu tentang diriku.

Hmm, aku baru mulai menonton televisi belakangan ini. Aku sering menonton acara yang menampilkan anjing dan kucing.

... Jadi kamu benar-benar tidak tahu tentang aku?

“Sudah kubilang, ini adalah pertemuan pertama kita.

Tatapan bermusuhan dari gadis itu perlahan memudar. Kenapa? Lalu berubah menjadi tatapan yang lebih ramah. 

"Kalau begitu, aku akan memberitahumu. Aku adalah Saionji Nozomi. Aku adalah idola papan atas di sini. Aku adalah orang yang kedua paling terkenal di kelas hiburan ini.

Hmm, jadi namamu Saionji-san, ya. Sebagai sesama siswa di kelas khusus, aku harap kita bisa saling bekerja sama.

... Ka-Kamu sama sekali tidak terkejut, ya ... Yah, tidak apa-apa. Aku tidak tertarik pada orang-orang dari Kelas E. Cepat buru-buru pergi dari sini.

Itu aneh. Hanya pembagian huruf alfabet yang dapat mengarah pada diskriminasi. Kita adalah anak-anak dan siswa biasa. Tidak ada perbedaan di antara kita.

Apa iya? Anak-anak memiliki dunia mereka sendiri, kan? Sejak lahir sudah ada perbedaan.

Itu... adalah pemikiran yang menyedihkan.

Tapi, ada suasana aneh di sini. Aku merasakan kesedihan dari Saionji-san saat dia berbicara. 

“Aku tidak berniat berdebat denganmu. Kamu lebih rendah dariku, itu saja.

Hmm, mungkin aku akan kembali ke ruang staf. Mungkin Tokita-sensei sudah ada di sana.

“Apa kamu tidak mendengarkan apa yang kukatakan? Aku—ah, senpai...

 

Dari ujung koridor terdengar dua suara langkah kaki. Suara langkah yang aku kenal. Namun, bukan Hanazono, bukan Tanaka, bukan Michiba, dan bukan Sasami. Salah satunya adalah Hiratsuka Sumire. Dia mengenakan seragam yang berbeda di sini dan melambaikan tangannya padaku. Sedangkan yang satunya lagi... aku tidak mengenalnya. Namun, suara langkah itu terasa akrab. 

Langkah kaki itu semakin cepat dan perlahan-lahan mendekat ke arahku. 

Gadis yang tidak kukenal... bukan, dia salah satu gadis dalam bingkai foto itu. 

Ah! 'Dojima'-senpai! Kamu datang ke sekolah, ya!

Kata-kata Saionji terngiang-ngiang di pikiranku. Dojima... aku mengenal nama itu... jiwaku bereaksi.

Dojima... Ayame...

Laci ingatan terbuka dengan sendirinya—'Dojima', di sekolah dasar itu nama Dojima sangat istimewa. Nama yang diberikan kepada siswa yang paling unggul. 

Kesadaranku mengabaikan suara Saionji. Aku menatap gadis yang dipanggil Dojima, tidak, wanita itu.

Dia sedikit lebih pendek dariku, dengan tangan dan kaki yang ramping, seorang wanita yang cocok dengan kata 'anggun'.

Hiratsuka hanya melambaikan tangannya padaku tanpa berbicara. Dia menarik tubuh Saionji-san dan masuk ke dalam kelas. Seolah-olah dia menciptakan waktu hanya untuk aku dan Dojima. 

Doujima menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. 

Salah satu orang dalam foto apartemen... Sebuah foto yang menunjukkan diriku yang tidak aku kenal.

Tou...do?”

“Aku tidak mengenalmu, tetapi... aku merasa sangat nostalgia.”

“Kita tidak bisa lulus Bersama-sama...”

“Maaf, aku tidak mengerti.”

“Aku ingin berbicara lebih banyak denganmu.”

Aku juga maaf soal itu. ... Kadang-kadang aku bisa mengingatnya, meski hanya sepotong-sepotong. Namamu 'Dojima Ayame'.”

Itu saja sudah luar biasa. Aku sudah mencarimu selama ini, dasar bodoh.

Maaf, aku sudah lama berada di sekolah ini.”

“Itu pasti karena salah Eri. Dia menghilangkan kemampuan pengenalanku, tapi kenapa sekarang—apa ini tahap eksperimen berikutnya?”

“Aku tidak tahu. Tapi suatu saat aku akan mengingat tentang Ayame.”

“Begitu ya, itu saja sudah cukup.”

Wanita yang dipanggil Dojima itu memelukku dengan lembut. Aromanya sangat menyenangkan. Aroma yang nostalgia, hangat, nyaman, dan membuatku merasa mengantuk...

Tu-Tu-Ru-Tu-Tunggu!? Apa kamu kenalannya Dojima-san? Dia, dia memelukmu!? Awawawa, awawawa, apa-apaan ini!? Ap-Apa yang harus kulakukan!?” 

Saionji menutupi wajahnya yang memerah dengan tangannya. ...Kenapa dia masih mengintip dari celah tangannya? 

“Kita harus membiarkan mereka punya waktu berdua!” 

Hiratsuka sekali lagi menarik Saionji dan membawanya masuk ke dalam kelas. 

Toudo juga datang ke 'kelas khusus' ini, ya... Hmm, aku yakin kalau kamu pasti baik-baik saja. Suasanamu berbeda dari sebelumnya. Jika begitu, pasti kali ini—” 

Saat itu, ponsel Dojima bergetar. Dojima memeriksa ponselnya.

“Aku harus pergi. Kita akan bertemu lagi segera. Pada saat itu kita bisa berbicara lebih banyak lagi.”

“Begitu ya, jika kita bisa bertemu lagi... Apa yang begini bisa disebut reuni?”

“Fufu, kamu sudah bisa bercanda seperti itu. Sampai jumpa, aku serahkan sisanya pada Hiratsuka-san.”

Doujima Ayame pun berjalan pergi. 

Aku hanya datang untuk menanyakan tentang festival olahraga, tetapi situasinya menjadi tidak bisa dipahami.

Di saat-saat seperti ini, aku ingin minum kopi untuk menenangkan diri.

Hiratsuka dan Saionji keluar dari ruang kelas.

"Hei, hei, apa kamu dan Dojima-senpai adalah sepasang kekasih? Ka-Kalian sampai ssaling berpelukan segala itu terlalu nakal! Bisa-bisa nanti kamu akan punya bayi, loh!”

Ap-Apa yang kamu bicarakan? Itu secara biologis tidak mungkin... Dan dia bukanlah pacarku. Dia mungkin teman sekelasku dari sekolah dasar.”

Hiratsuka memberi Saionji sedikit pukulan di kepalanya

“Apa kamu sedikit bodoh dibandingkan penampilanmu? Tenangkan dirimu!”

“...Ak-Aku sudah tenang, kok. Karena aku adalah idol dewasa!” 

...Aku merasa sedikit lelah. Aku ingin istirahat. Aku ingin pergi minum kopi. Rasanya aku sangat ingin minum kopi pahit.

Toudo, wajahmu sekarang terlihat seperti ingin minum kopi. Aku akan membawamu ke tempat yang enak.”

“Hmm, sudah kuduga dari Hiratsuka. Aku tidak tahu, tapi aku minta tolong padamu.”

“Ya, aku adalah idol dewasa. ...Aku takkan terganggu hanya karena ciuman. ...kira-kira, bagaimana rasanya ciuman, ya...”

Sambil membiarkan Saionji yang tampak gelisah, aku dan Hiratsuka keluar dari gedung sekolah.



Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama