Chapter 10 — Kehidupan Sehari-hari Toudo Tsuyoshi
Bagian 1
Pada saat
jam istirahat siang, aku makan roti
sendirian di dalam kelas.
Tanaka sedang dipanggil ke ruang guru, dan
Hanazono tampaknya memiliki pekerjaan sebagai panitia festival olahraga.
Dulu,
saat makan sendirian, aku merasa kesepian. Tapi sekarang aku tidak merasa kesepian lagi.
Meskipun sendirian, aku merasa terhubung dengan orang-orang yang berharga
bagiku.
Selain
itu, aku juga mulai akrab sedikit demi sedikit dengan teman-teman sekelasku.
“Eh?
Toudo-kun, hari ini Tanaka-san tidak ada ya? Kalau begitu, Toudo-kun juga ayo
makan bersama! Hehehe,
bagaimana, Onii-chan?”
Orang yang
menyapaku adalah Togo Reika, adik perempuan berisik dari teman sekelasku, Togo
Takeshi.
“Ah,
aku sih tidak masalah. Eh, Tendou!? Kamu menghabiskan ayam gorengku,
ya!?”
Togo
Takeshi, si kakak
laki-laki, masih tetap berisik seperti
biasanya.
“Berisik!
Apa yang milikmu itu milikku juga!”
“Tapi kamu
sudah memakannya!”
“Bu-bukan
apa-apa, ak-aku sama sekali tidak malu! Ak-Aku,
sebagai orang dewasa ini, tidak akan panik dengan hal seperti itu!”
Gadis yang
menggoda Togo adalah Tendou Fuyumi, seorang gadis yang memiliki pekerjaan
khusus sebagai idol, dan kadang-kadang kepribadiannya berubah. Dia tampaknya sangat menyukai Togo.
“Haha,
memang sedikit berisik, tapi menyenangkan kan? Sudah,
sudah, ayo
Toudo-kun, ke sini juga!”
“U-um, iya.”
Mereka
bertiga memiliki hubungan yang mirip seperti dalam sebuah
novel. Sepertinya mereka berdua menyukai Togo. ...Semoga Togo tidak terluka karena ditusuk dari belakang. Tapi, memangnya adik tiri bisa menikah?
“Hoi,
aku juga beli roti yakisoba nih. Hari ini tidak ada latihan, jadi aku makan di
sini juga. Hinata dan Hazama, ayo ke
sini juga kalian!”
Ryuugasaki, yang baru kembali ke kelas, datang menghampiri kami.
Hinata,
yang sedari tadi sibuk dengan PC, menoleh ke arah kami. Dia memandangku seolah
mengamati, lalu mengangguk. Hazama Yuuya, yang tertidur di atas meja, tiba-tiba terbangun.
Dan
akhirnya, semua anggota kelas khusus E berkumpul, kecuali Tanaka.
Entah
kenapa, Togo-kun sedang
berpose seperti mengepalkan tangan.
“Yosha! Aku kan pemalu, jadi aku tidak
tahu bagaimana harus bicara dengan Toudou. Aku takut pada Tanaka.”
“Kamu ‘kan tidak pemalu sama sekali, tahu?! Nanti kapan-kapan ayo kita ajak Tanaka-san juga
makan bersama, yuk!”
“Lho,
Toudou itu bukan dari daerah kumuh, ya?
Aku merasa ada aura aneh darinya. Makanya aku sulit menyapanya.”
Daerah
kumuh...? Ini kan Jepang. Mana
mungkin ada tempat seperti itu, tapi...
“Aku
berasal dari sekitar sini. Bukan dari daerah kumuh. Hmm, jadi Togo sedikit mewaspadaiku.”
“Yah,
kurasa tidak apa-apa. Ayo, makan saja."
“Eh,
Reika! Itu kan hamburger miniku!”
Saat
Reika-san merebut hamburger Tendou-san, Hinata duduk di sampingku.
“...Toudou,
aku ingin mencoba eksperimen. Boleh?”
“Ek-Eksperimen? Umm, aku kurang nyaman dengan itu...”
Jarak
kami sangat dekat. Tatapan
mata Hinata-san
di balik kacamatanya tampak bersinar.
“Hinata-san,
Toudou-kun terlihat tidak nyaman, lho. Kami semua punya bakat, tidak seperti
aku~”
“Hah?
Kamu sendiri yang paling menakutkan, tahu,
Hazama.”
Waktu makan
siang kami menjadi
ramai. Aku mengangguk-angguk sambil makan roti yakisoba. Tiba-tiba aku jadi teringat sesuatu.
“Ngomong-ngomong, apa kelas khusus tidak
ikut festival olahraga?”
Togo-kun yang sedang mengelus kepala
Reika-san menjawab.
“Hah?
Benar juga. Aku belum pernah ikut acara festival olahraga. Bukannya itu acara khusus kelas biasa?”
“Onii-chan,
kan di sana tertulis di kertas pembagian
tugas, kalau kelas khusus juga boleh ikut jika peminatnya banyak. Tapi biasanya
murid kelas khusus sibuk, jadi banyak yang tidak ikut.”
“Hmm,
begitu ya. Jadi masih bisa ikut, meskipun jarang...”
Festival
olahraga, ya. Aku sedikit tertarik. Aku
tidak punya banyak kenangan
yang indah semasa SMP. Mungkin aku bisa
menemukan sesuatu yang baru.
Hanazono pernah mengatakan kalau dirinya juga
anggota panitia. Kira-kira, apa
rapat panitia sudah selesai? Selagi aku akan mengembalikan buku yang kupinjam
dari Sasaki-san, aku mungkin akan mengintip ke dalam kelasnya.
Setelah
menghabiskan roti, aku berpamitan kepada
Togo dan yang lainnya, lalu berjalan menuju kelas
umum.
Di
koridor kelas umum, aku melihat Sasami bersama teman perempuan klub atletiknya,
yang pernah diperkenalkan padaku sebelumnya. Kalau tidak salah namanya
Nakajima-san.
Saat pandangan mataku bertemu dengannya, Sasami
tersenyum dan membungkuk padaku. Wajahnya yang malu-malu terlihat lebih polos
dari sebelumnya.
Dia
berjalan bersama Nakajima-san menuju ke toilet. Sasami terlihat sangat natural.
Walaupun wajahnya tampak sedikit lelah, tapi mungkin
itu hanya imajinasiku saja.
Topeng
yang dipaksakan sepertinya sudah hilang. Pasti masih banyak hal sulit yang
harus dia hadapi, tapi selama dia terus
berjuang, dia pasti bisa maju.
...Dan kemudian aku menemukan sosok aneh.
“Kenapa
kamu bisa
ada di sini...”
Entah
kenapa, Shimafuji terlihat mondar-mandir di depan toilet perempuan. Rambutnya
terlihat lebih rapi.
Aku
menjadi sangat waspada. Tapi tingkah Shimafuji terlihat sedikit aneh.
“To-Toudo.
Yah, aku sekarang sudah menjadi siswa di sekolah ini. Itu sama sekali tidak penting. Apa kamu melihat Sasami-san?”
“Sasami?
Jangan-jangan kamu mencoba
melakukan kontak dengan
temanku...”
“Aku tidak peduli dengan hal sepele seperti itu.
Hei, Sasami-san, Nakajima-san!”
Ia
mengabaikanku dan langsung menghampiri Sasami dan Nakajima-san yang baru saja keluar dari toilet.
....Apa-apaan
ini?
“Hei,
Shimafuji, kenapa kamu malah
mengikutiku sampai ke toilet?!”
“Wawawa,
ia pasti kesepian karena Sasami-chan tidak ada...”
"Bu-Bukan, aku khawatir kamu akan diserang orang berbahaya, jadi aku
mengikutimu untuk mengawalmu!”
“Kamu ini mirip seperti penguntit, bodoh!”
“...Ma-Maaf.”
Shimafuji
terlihat merajuk saat
dimarahi Sasami.
“Yah,
tidak apa-apa. Tapi lain kali katakan dengan jelas kalau kamu kesepian.”
“Baik.”
“Ehehe,
kelihatannya kalian kembali bersenang-senang
hari ini ya!”
Nakajima-san memperhatikan interaksi Sasami
dan Shimafuji dengan tatapan seperti seorang ibu.
“Hmph,
hari ini aku membawa bekal yang terinspirasi dari manga kuliner. Ap-Apa kamu tidak butuh?”
“Ah,
kau ini selalu aneh... Ayo, Shimafuji, ikut dengan kami. Masakan Shimafuji enak
lho.”
“Oke!”
Mereka
bertiga pun pergi meninggalkanku.
Apa-apaan
ini.
...Yah,
entah apa tujuan Shimafuji, tapi sepertinya tidak ada masalah. Jadi untuk saat ini, aku harus
segera menyelesaikan urusanku.
Aku pergi
ke kelas umum tempat yang pernah aku masuki dulu
untuk mengembalikan buku yang kupinjam dari Sasaki-san, dan di sana aku melihat
Michiba sedang mengobrol dengan
teman-teman perempuannya.
Ekspresinya
yang telah terbebas dari duri terlihat sangat cantik.
Sepertinya
dia menyadari aku masuk ke kelas, lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum
lembut, memberi salam padaku. Aku juga membalas dengan anggukan.
Aku
berjalan menuju tempat duduk Sasaki-san. Dia melambai-lambaikan tangannya untuk
menyambutku.
“Hei, hei, Toudo-kun. Aku dengar kalau katanya ada murid kelas 1 yang sangat imut, katanya itu
Sasami-chan, ya. Apa ada sesuatu yang terjadi? Aku lihat dia berjalan
bergandengan tangan dengan anggota klub atletik...Fufu, pasangan yuri yang sangat serasi....”
“Itu
bagus mereka bsia berteman akrab.
...Omong-omong, buku ini isinya tentang percintaan sesama perempuan ya? Aku
masih belum bisa memahaminya...”
Igarashi-kun
juga datang ke kelas untuk menemui Sasaki-san.
Aku
mengobrol sebentar dengan mereka berdua, lalu memutuskan untuk keluar agar
tidak mengganggu.
Syukurlah.
Aku tak menyangka Sasami bisa berubah sedemikian rupa... Dia jadi semakin imut.
Melihatnya mengingatkanku pada kucing yang dulu menjadi temanku. Kalau Michiba, dia lebih mirip seperti anjing.
...Masih
ada waktu sebelum pelajaran dimulai. Sebaiknya aku pergi ke kelas Hanazono
untuk menanyakan tentang festival olahraga. Kalau dia tidak ada, aku bisa konsultasi
dengan Tokita-sensei. Tapi, di kelas itu ada Shimizu-kun, jadi rasanya agak canggung... Menurut Sasami, katanya ia dulu
juga hanya laki-laki yang biasa
saja, lalu apa yang mengubahnya?... Manusia
memang makhluk yang sulit dipahami.
Aku
mengintip ke dalam kelas, dan mengawasi
Shimizu-kun dengan sedikit waspada.
Shimizu-kun sedang mengobrol dengan
teman-teman laki-lakinya. Auranya sudah tidak lagi mengancam. Syukurlah ia
tidak menyerangku. Sepertinya ia cukup populer di kalangan laki-laki. Mereka semua terlihat terlalu dekat dengan
Shimizu... Pemandangan
itu mirip seperti buku yang dimiliki Sasaki-san. Hmm, anggap
saja aku tidak melihatnya.
Saat aku
melihat sosok Hanazono bersama seseorang
di dekat meja guru, aku merasa jantungku berdebar.
Hanazono
sedang mengobrol dengan seorang siswa laki-laki.
Aku tidak
bisa melihat ekspresinya karena aku hanya melihat dari belakang.
Tapi
sepertinya mereka terlihat sangat akrab.
Wajar
saja jika Hanazono punya teman laki-laki. Dulu, aku mungkin tidak akan tertarik
dengan siapa yang dia ajak bicara.
Tapi
sekarang berbeda. Tentu saja aku merasa senang
jika Hanazono punya teman laki-laki.
Tapi aura
di sekitar mereka terasa berbeda dari hanya
sekedar teman.
Itu...
Terasa seperti ada ketertarikan pada Hanazono.
Saat aku melihat-lihat lagi lebih
jelas, ternyata laki-laki yang sedang
berbicara dengannya merupakan Midousuji-senpai.
Aku hanya
pernah berbicara dengannya sekali...
saat memberikan surat cinta dari
Hanazono.
Rasa
bersalah di masa lalu kembali menusuk
hatiku.
Teman
perempuan di sebelah Hanazono
menyadari keberadaanku, lalu dia
berbicara sesuatu pada Hanazono. Hanazono menoleh.
Ekspresinya
sedikit panik. Aku tidak
suka melihat ekspresi Hanazono seperti itu. Tidak, aku tidak ingin dia terlihat
seperti itu.
Dia
sepertinya mengucapkan selamat tinggal kepada Midosuji-senpai dan
datang menghampiriku.
“Tsu-Tsuyoshi, selamat pagi. Tumben
sekali kamu mampir ke kelas
ini...”
“Hanazono...
Tenang saja, aku tidak salah paham apa-apa. Kammu
bisa bersikap seperti biasa.”
“Ah...
Begitu ya. Terima kasih, Tsuyoshi. Midousuji-senpai
sedang membantuku di panitia festival olahraga.”
“Begitu,
ia memang orang yang sangat baik.”
Midosuji-senpai berjalan mendekatiku.
“Halo,
Toudo-kun. Aku sebenarnya tidak sebaik itu, kok. Soalnya, aku sedang mencoba merebut Hanazono-san
darimu.”
“Se-Senpai,
tolong jangan begitu! Ak-Aku ‘kan sudah menolaknya...”
“Ya,
aku tahu. Tapi, aku tidak bisa menyerah. Semakin aku mengenalmu, semakin kamu terlihat luar biasa. Jadi, Toudo-kun——aku tidak akan kalah darimu.”
Aku
tidak merasakan kebencian atau niat buruk apa pun. Midosuji-senpai memang orang yang sangat baik.
Hal itu terlihat dari suasana di kelas, di mana semua orang menyambutnya dengan
hangat.
“Hmm,
pertama-tama, aku ingin meminta maaf. Aku salah memberikan surat cinta Hanazono
kepadamu. Saat itu, aku benar-benar menyesal.”
Aku
membungkukkan badan dalam-dalam. Perasaan yang membara muncul dari dalam hatiku. Memang benar kalau hubunganku dengan Hanazono telah direset ulang. Tapi, kami telah membangun hubungan
yang lebih dari itu. Itu bukan karena usahaku sendiri, melainkan berkat upaya Hanazono.
Aku
mengangkat wajahku dan
menatap Midosuji-senpai.
“—Tapi,
hal ini dan itu berbeda. Merebut
Hanazono? Hanazono bukanlah barang.
Dia adalah manusia yang memiliki perasaan,
dan dia adalah 'teman masa kecil' yang berharga bagiku. Pilihannya ada di
tangan Hanazono, bukan di tanganmu atau aku. Aku percaya pada Hanazono.”
Sejujurnya,
perasaan yang bergejolak di dalam hatiku ini mungkin adalah rasa cemburu. Aku mengenal perasaan ini. Aku pernah mengalaminya. Dulu, aku tidak bisa mengatasinya. Tapi
sekarang, berbeda. Aku harus
menghadapi diriku sendiri.
“Tsuyoshi... Hehe, aku juga percaya
padamu, Tsuyoshi....Midosuji-senpai, maaf, aku tidak bisa pergi ke
festival bersamamu. Aku sudah berjanji untuk pergi dengan Tsuyoshi sejak lama!”
“Festival,
janji? Apa itu janji kita dari
zaman SMP dulu?”
“Ya,
benar! Kita dulu tidak bisa pergi, bukan? Ada festival kecil di distrik
pertokoan, jadi ayo kita pergi bersama!”
“Ah,
ayo kita pergi bersama.”
Midosuji-senpai mendekatiku.
“Aku benar-benar
bukan tandinganmu... Tapi
aku juga tidak gampang
menyerah. Bagaimana kalau kita bertarung di festival olahraga nanti? Jika aku
menang, aku akan mengajak Hanazono-san kencan.”
“Tidak,
itu tetap mengabaikan keinginan Hanazono. Itu bukanlah
hal yang baik.”
“Ah,
memang benar, tapi aku sebenarnya tidak terlalu serius. Aku hanya ingin
bertanding denganmu.”
“Hmm,
festival olahraga ya... Kebetulan aku sedang mencari informasi tentang itu. Apa
aku benar-benar bisa ikut serta?”
“Umm,
Toudo-kun, kamu masuk di kelas khusus, ‘kan? Kamu pasti bisa ikutan jika meminta formulir dari wali
kelasmu dan mengisinya.”
“Begitu,
sudah kuduga aku harus berbicara dengan
Tokita-sensei ya. Midosuji-senpai, terima kasih.”
Midosuji-senpai menatapku dengan ekspresi keheranan di wajahnya.
“Kamu... Apa kamu benar-benar Toudo-kun yang dulu? Sepertinya kamu sudah banyak berubah.”
Hanazono
menggenggam tanganku dan
mulai berjalan. Sambil menoleh ke belakang, dia berkata pada Midosuji-senpai.
“Ya,
Tsuyoshi sudah banyak berubah! Tapi, ia tetap teman masa kecil
yang berharga. Permisi, Midosuji-senpai!”
Midosuji-senpai memperhatikan kami dengan
tatapan lembut.
“Ah,
tunggu Hanazono. U-Umm, bukannya ini sedikit memalukan...”
“Berisik!
Aku juga malu tahu! Kamu tidak ada pekerjaan paruh waktu, ‘kan? Kalau kamu tidak bisa datang ke festival,
aku akan marah lho!”
Kami berdua berjalan di koridor. Wajah
Hanazono sedikit memerah, dan mungkin wajahku juga sama. Entah kenapa, aku merasa sangat malu.
◇◇◇◇
Kelas
Khusus E. Di dalam kelas tersebut hanya
ada tujuh murid di sana. Mereka adalah orang-orang yang ahli di bidang
tertentu. Berbeda dengan kelas khusus lainnya, kelas ini berisi murid-murid
yang memiliki masalah tertentu.
Misalnya
Ryuugasaki yang mahir dalam olahraga. Ia
tidak bisa menunjukkan hasil terbaiknya saat pertandingan karena terlalu
tegang. Aku belum tahu apa keahlian Tanaka. Tapi pasti ada alasan tertentu
mengapa dia berada di kelas ini.
Setiap
orang pasti memiliki kelemahan. Hal tersebut
merupakan hal yang wajar.
Hari ini
pun berakhir tanpa masalah, dan semua mulai bersiap untuk pulang.
“Toudo,
kamu tidak ada kerja paruh waktu
hari ini, ‘kan? Kalau aku sih ada jadwal kerja,
jadi aku duluan ya!”
“Ah,
begitu. Aku ingin menyelidiki tentang festival olahraga.”
Hubunganku
dengan Tanaka menjadi sangat baik. Setelah aku mengingat semua, kami bisa
berbagi kenangan. Itu sangat penting.
Dan
perasaan yang telah diatur ulang akan tumbuh dengan baik. Mengembalikan
perasaan yang telah diatur ulang itu sangat sulit, hampir seperti merusak
diriku sendiri.
“Ooh,
festival olahraga ya. Kelas khusus biasanya tidak terlalu terlibat, jadi aku
tidak terlalu memperhatikannya. Memang sih, katanya keikutsertaannya sukarela,
karena banyak yang punya kerja paruh waktu juga.”
“Hmm,
sebagai siswa, bekerja paruh waktu pasti berat ya.”
“Anak-anak kelas
A Bidang Seni hampir tidak pernah datang
ke sekolah sih. Ah, aku
harus pergi... Toudo, sampai jumpa besok!”
Tanaka
menepuk bahuku dan berlari keluar kelas. Gerakannya sangat imut. ...Hmm, hatiku
jadi hangat.
Perasaan
memang hal yang menarik. Saat kenangan terbagi, kekuatannya akan semakin kuat.
Aku pasti tidak akan pernah melupakan kencanku
dengan Tanaka.
Aku
melihat punggung Tanaka pergi.
“Duhh...
Toudo-kun, kamu menghalangi jalan, tau.”
“Ah,
maaf soal itu.”
Tendou Fuyumi-san, dia
adalah seorang gadis
yang bekerja sebagai idol dan merupakan
gadis yang tegas dan tertarik pada
Togo. Gaya rambutnya mirip Hanazono, yaitu bergaya twintail.
Tubuhnya yang berisi namun memiliki wajah yang
sangat ramah dan penuh kasih sayang membuat orang merasa nyaman.
Tendou-san
menundukkan kepalanya padaku sebelum keluar kelas. Aku juga menundukkan kepala
sebagai balasan. Hari ini, Tendou-san terlihat lebih dewasa. Terkadang, dia bisa bersikap kekanak-kanakan
dan tsundere seperti Hanazono. Tapi di saat lain, dia bisa terlihat sangat
cerdas dan dewasa.
Keduanya
adalah sisi aslinya.
Ngomong-ngomong,
mengucapkan salam memang menyenangkan. Baiklah, aku akan pergi menemui wali
kelasku untuk menanyakan tentang festival olahraga.
◇◇◇◇
“Kalau kamu
sedang mencari Tokita-sensei,
dia pergi ke Kelas A. Dia seharusnya segera kembali, jadi apa kamu ingin
menunggu di sini?”
Aku
merasa sedikit tidak nyaman di ruang staf di gedung khusus. Tidak ada yang
terlalu aneh di sini. Namun, aku tidak ingin terlalu lama berada di sini. Entah
kenapa, suasana ini mengingatkanku pada masa kecil di sekolah SD dulu.
Aku
mengucapkan terima kasih kepada guru yang tidak kukenal dan menuju ke ruang Kelas A. Berjalan di koridor
yang tidak kukenal membuatku sedikit tegang.
“Itu...?”
Aku melihat
ada Tendou-san yang berdiri di depan pintu ruang Kelas A. Tendou-san sedang
berbicara dengan seseorang di Kelas A. Siswa yang tidak kukenal.
“Hah?
Kenapa aku harus mendengarkan apa yang kamu katakan? Siswa Kelas E harus diam
dan mendengarkan apa yang aku katakan!”
“Nozomi-san...
Keluyuran di malam hari itu berbahaya, tau. Aku mendengar ada kabar tidak baik tentang itu.”
Hmm,
ketika Tendou-san berubah kepribadian, dia benar-benar tampak seperti orang
yang berbeda. Atau mungkin dia memang orang yang berbeda. Di sekolah SD itu pasti ada orang dengan
kepribadian ganda.
“Itu
bukan keluyuran di malam hari. Aku hanya mencari
seseorang. Lagipula, memangnya
kamu bisa memahami stresku sebagai seorang idola? Berhentilah khawatir yang
tidak perlu! Sebaiknya kamu cepat-cepat berhenti jadi idola.”
Tidak ada
niat jahat yang terasa. Justru, ada suasana baik yang kuat. Meskipun isi
percakapan itu tampak merendahkan Tendou-san, itu bukanlah keburukan.
Seolah-olah dia memperingatkan bahwa lebih baik tidak melanjutkan pekerjaan
sebagai idola.
“Nozomi-san...
Jika ada sesuatu, kamu bias menghubungiku.”
“Tidak
mau. Kamu lebih baik tetap jadi orang biasa. Lagipula, hanya karena kita teman masa kecil,
kamu masuk ke dunia hiburan yang sama denganku... Tunggu, kamu siapa? Aku tidak
memberikanmu izin
untuk melihatku.”
Akhirnya
dia menyadari keberadaanku. Aku hanya ingin memastikan apakah Tokita-sensei ada di dalam kelas atau tidak.
Aku tidak
terlalu menyukai suasana di sini. Aku pernah mendengar sedikit
dari Hanazono. Ternyata, ada kalanya gadis-gadis
diam-diam saling bertengkar. Suasana yang cukup agresif.
“Tendou-san,
meskipun aku tidak mengerti, apa kamu butuh bantuan?”
“Tidak,
tidak perlu. Memahami hati manusia itu sulit. Toudo-kun, sampai jumpa besok.”
Tendou-san
membungkuk dan pergi. Aku juga membungkuk.
Kemudian
aku mengintip ke dalam Kelas A. Sepertinya Tokita-sensei
tidak ada di sini. Mungkin kami saling bertemu. Mungkin aku bisa menanyakannya
besok pagi.
“...
Tolong jangan mengintip kelas jurusan hiburan
sembarangan. ... Apa kamu orang mesum?
Aku akan memanggil polisi, loh.”
Gadis
yang tadi menunjukkan kemarahannya.
“Kamu
sedang berbicara padaku? Aku hanya datang mencari Tokita-sensei. Aku bukan orang mencurigakan. Namaku Toudou Tsuyoshi dari Kelas Khusus 2-E.”
“...
Kamu tidak bereaksi apa-apa saat melihatku?”
Entah kenapa, meskipun gaya bicaranya berbeda
dari Hanazono, dia memiliki suasana yang sangat agresif. Rambutnya yang
keriting terlihat seperti croissant dan tampak lezat. Warna matanya berbeda
dari biasanya, apa itu tanda suatu penyakit?
“Tidak,
maaf. Seharusnya ini adalah pertemuan pertama kita.”
“Ara?
Itu sih melukai harga diriku. Tidak ada orang di dunia ini
yang tidak tahu tentang diriku.”
“Hmm,
aku baru mulai menonton televisi
belakangan ini. Aku sering
menonton acara yang
menampilkan anjing dan kucing.”
“...
Jadi kamu benar-benar tidak tahu
tentang aku?”
“Sudah
kubilang, ini adalah pertemuan pertama kita.”
Tatapan
bermusuhan dari gadis itu perlahan memudar. Kenapa? Lalu berubah menjadi
tatapan yang lebih ramah.
"Kalau
begitu, aku akan memberitahumu. Aku adalah Saionji Nozomi. Aku adalah idola papan atas di sini. Aku adalah orang yang kedua paling
terkenal di kelas hiburan ini.”
“Hmm,
jadi namamu Saionji-san, ya. Sebagai sesama siswa di kelas
khusus, aku harap kita bisa saling bekerja
sama.”
“...
Ka-Kamu sama
sekali tidak terkejut, ya
... Yah, tidak apa-apa. Aku tidak
tertarik pada orang-orang dari Kelas E. Cepat
buru-buru pergi dari sini.”
“Itu
aneh. Hanya pembagian huruf alfabet yang dapat mengarah pada diskriminasi. Kita
adalah anak-anak dan siswa biasa. Tidak ada perbedaan di antara kita.”
“Apa iya? Anak-anak memiliki dunia mereka
sendiri, kan? Sejak lahir sudah ada perbedaan.”
“Itu...
adalah pemikiran yang menyedihkan.”
Tapi, ada
suasana aneh di sini. Aku merasakan kesedihan dari Saionji-san saat dia berbicara.
“Aku
tidak berniat berdebat denganmu. Kamu lebih rendah dariku, itu saja.”
“Hmm,
mungkin aku akan kembali ke ruang staf. Mungkin Tokita-sensei sudah ada di sana.”
“Apa kamu
tidak mendengarkan apa yang kukatakan? Aku—ah, senpai...”
Dari
ujung koridor terdengar dua suara langkah kaki. Suara langkah yang aku kenal.
Namun, bukan Hanazono, bukan Tanaka, bukan Michiba,
dan bukan Sasami. Salah satunya adalah Hiratsuka Sumire. Dia mengenakan seragam
yang berbeda di sini dan melambaikan tangannya
padaku. Sedangkan yang satunya lagi... aku tidak mengenalnya.
Namun, suara langkah itu terasa akrab.
Langkah
kaki itu semakin cepat dan perlahan-lahan mendekat ke arahku.
Gadis
yang tidak kukenal... bukan, dia salah satu gadis dalam bingkai foto itu.
“Ah! 'Dojima'-senpai! Kamu datang ke sekolah, ya!”
Kata-kata
Saionji terngiang-ngiang di pikiranku. Dojima... aku
mengenal nama itu... jiwaku bereaksi.
“Dojima...
Ayame...”
Laci
ingatan terbuka dengan sendirinya—'Dojima', di sekolah dasar itu nama Dojima
sangat istimewa. Nama yang diberikan kepada siswa yang paling unggul.
Kesadaranku
mengabaikan suara Saionji.
Aku menatap gadis yang dipanggil Dojima, tidak, wanita itu.
Dia
sedikit lebih pendek dariku, dengan tangan dan kaki yang ramping, seorang
wanita yang cocok dengan kata 'anggun'.
Hiratsuka
hanya melambaikan tangannya padaku
tanpa berbicara. Dia menarik tubuh Saionji-san
dan masuk ke dalam kelas. Seolah-olah dia menciptakan waktu hanya untuk aku dan
Dojima.
Doujima
menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.
Salah
satu orang dalam foto apartemen... Sebuah foto yang menunjukkan diriku yang
tidak aku kenal.
“Tou...do?”
“Aku
tidak mengenalmu, tetapi... aku merasa
sangat nostalgia.”
“Kita
tidak bisa lulus Bersama-sama...”
“Maaf,
aku tidak mengerti.”
“Aku
ingin berbicara lebih banyak denganmu.”
“Aku juga maaf soal itu. ... Kadang-kadang
aku bisa mengingatnya, meski hanya sepotong-sepotong. Namamu 'Dojima Ayame'.”
“Itu
saja sudah luar biasa. Aku sudah
mencarimu selama ini, dasar bodoh.”
“Maaf,
aku sudah lama berada di sekolah ini.”
“Itu pasti karena salah Eri. Dia menghilangkan kemampuan
pengenalanku, tapi kenapa sekarang—apa ini tahap eksperimen berikutnya?”
“Aku
tidak tahu. Tapi suatu saat aku akan mengingat tentang Ayame.”
“Begitu ya, itu saja sudah cukup.”
Wanita
yang dipanggil Dojima itu memelukku dengan lembut. Aromanya sangat
menyenangkan. Aroma yang nostalgia,
hangat, nyaman, dan membuatku merasa mengantuk...
“Tu-Tu-Ru-Tu-Tunggu!? Apa
kamu kenalannya
Dojima-san? Dia, dia memelukmu!? Awawawa,
awawawa, apa-apaan ini!? Ap-Apa
yang harus kulakukan!?”
Saionji
menutupi wajahnya yang memerah
dengan tangannya.
...Kenapa dia masih
mengintip dari celah tangannya?
“Kita
harus membiarkan mereka punya waktu
berdua!”
Hiratsuka
sekali lagi menarik Saionji dan membawanya masuk ke dalam kelas.
“Toudo juga datang ke 'kelas
khusus' ini, ya... Hmm, aku yakin kalau kamu pasti
baik-baik saja. Suasanamu berbeda
dari sebelumnya. Jika begitu, pasti kali ini—”
Saat itu,
ponsel Dojima bergetar. Dojima memeriksa ponselnya.
“Aku
harus pergi. Kita akan bertemu lagi segera. Pada saat
itu kita bisa berbicara lebih banyak lagi.”
“Begitu ya, jika kita bisa bertemu lagi...
Apa yang begini bisa disebut reuni?”
“Fufu,
kamu sudah bisa bercanda seperti itu. Sampai jumpa, aku serahkan sisanya pada
Hiratsuka-san.”
Doujima
Ayame pun berjalan pergi.
Aku hanya
datang untuk menanyakan tentang festival olahraga, tetapi situasinya menjadi
tidak bisa dipahami.
Di
saat-saat seperti ini, aku ingin minum kopi untuk menenangkan diri.
Hiratsuka
dan Saionji keluar dari ruang kelas.
"Hei,
hei, apa kamu dan Dojima-senpai adalah
sepasang kekasih? Ka-Kalian
sampai ssaling berpelukan segala
itu terlalu nakal! Bisa-bisa
nanti kamu akan punya bayi,
loh!”
“Ap-Apa yang kamu bicarakan? Itu secara
biologis tidak mungkin... Dan dia bukanlah
pacarku. Dia mungkin teman sekelasku dari sekolah dasar.”
Hiratsuka
memberi Saionji sedikit pukulan di kepalanya.
“Apa kamu
sedikit bodoh dibandingkan penampilanmu? Tenangkan dirimu!”
“...Ak-Aku sudah tenang, kok. Karena aku adalah idol dewasa!”
...Aku
merasa sedikit lelah. Aku ingin istirahat. Aku ingin pergi minum kopi. Rasanya
aku sangat ingin minum kopi pahit.
“Toudo, wajahmu sekarang terlihat
seperti ingin minum kopi. Aku akan membawamu ke tempat yang enak.”
“Hmm, sudah kuduga dari Hiratsuka. Aku tidak
tahu, tapi aku minta tolong padamu.”
“Ya, aku
adalah idol dewasa. ...Aku takkan terganggu hanya karena ciuman. ...kira-kira, bagaimana rasanya ciuman, ya...”
Sambil membiarkan Saionji yang tampak gelisah, aku dan Hiratsuka keluar dari gedung sekolah.