[LN] Reset Seishun Jilid 2 Bab 10 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Chapter 10 — Kehidupan Sehari-hari Toudo Tsuyoshi

Bagian 2

 

Di masa SMP, kedai tapioka di Shinjuku yang pernah aku kunjungi dengan Hanazono sudah bangkrut. Itu adalah hari panas di musim panas. Aku ingin minum lagi tapioka kopi yang pahit dan enak yang aku pesan di sana.

Aku dibawa oleh Hiratsuka kembali ke jalan Shinjuku. Kami masuk ke sebuah kafe bernama Starbucks di depan stasiun. 

Aku memesan produk Extra Coffee Caramel Frappuccino dan duduk di tempat. 

“Saionji Nozomi, dia adalah gadis top idol yang sebenarnya. Banyak rumor yang beredar kalau dia adalah gadis yang egois dan berperilaku buruk, tapi mungkin itu hanya rumor. Sebenarnya, itu tidak penting.”

“Ah, aku tidak terlalu tertarik. Ngomong-ngomong, Putri.”

“...Itu bukan sebutan yang tepat, ‘kan?

“U-umu, Hiratsuka. Kenapa kamu bersama wanita itu, 'Dojima', di sekolah? Dan kenapa kamu bisa ada di sekolahku? Aku pikir kamu bersekolah di tempat lain.”

Hiratsuka memiliki ekspresi sedikit usil.

“Hehe, Dojima-san adalah guruku. Aku belajar banyak darinya. Datang ke sekolah Toudo juga mirip seperti survei? Mungkin aku akan pindah ke sini.”

“Hmm, apa memang semudah itu untuk pindah? Bagaimanapun, aku akan menyambut kedatanganmu di sekolah.”

“Ya, terima kasih. Ngomong-ngomong, ini terasa seperti kencan, kan? Pergi ke kafe berdua setelah pulang sekolah.”

“Hmm? Apa ini disebut kencan? Kencan itu seharusnya melibatkan dua orang yang saling tertarik, mengatur pertemuan, dan pergi bersama, bukan?”

“Hmph, ada berbagai jenis kencan, tau. Lagipula, aku memang tertarik padamu, Toudo.”

“...Itu...aku tidak menduganya...

Aku memang merasakan ketertarikan dari Hiratsuka. Namun, aku tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Tiba-tiba, aku teringat Hanazono dan Tanaka.

Ahaha, tumben banget aku bisa melihat Toudo yang sedang dalam kesulitan. Hmm, jangan khawatir. Ngomong-ngomong, itu yang Toudo minum sangat manis, bukan?

Minuman Extra Coffee Caramel Frappuccino yang aku minum sangat manis, tetapi rasanya enak. Hiratsuka sedang minum Soy Latte.... Hmm, susu kedelai, aku pernah mendengar tentangnya, tapi belum pernah mencobanya.

“Apa kamu mau mencobanya? Aku juga ingin mencoba minuman itu.

Eh? Ya, mari kita barteran!

Ngomong-ngomong, dulu aku pernah memberikan jus yang sudah aku minum kepada Tanaka, dan aku ingat wajah Tanaka berubah merah. Apa artinya itu?

....Hmm, aku tidak peduli dengan artinya. Aku hanya puas bisa berbagi kenangan itu.

Tapi, ngomong-ngomong—

Saat aku berbicara dengan siswa yang bernama Saionji tadi, aku merasakan aura yang kuat dari belakang kelas. Itu sebenarnya apaan?

Yah, itu sih karena Saionji bukanlah siswa biasa. Itu mungkin pengawalnya Saionji atau semacamnya.

Pengawal, ya. Maka itu bisa dimengerti. Tapi, memangnya sampai perlu ada pengawal segala di sekolah?

“Kalau siswa biasa sih tidak memerlukannya. Mungkin hal itu diperlukan kalau sudah terkenal seperti Saionji.

Hmm, jadi begitu ya.

Hehe, bagaimana kalau setelah ini kita pergi ke game center?

Ah, aku tahu game center. Di sana ada mesin untuk mengambil foto, kan?

Heh~, apa kamu sudah pernah mencobanya?

Aku menutup mataku sejenak. Hari itu adalah hari yang istimewa.

...Aku bisa mengingatnya.

Semua ingatan yang berkaitan dengan Tanaka telah hilang. Aku mengumpulkan potongan-potongan informasi untuk memahami dan membangun hubungan antara Tanaka dan aku. Satu-satunya yang kuingat adalah interaksi di bangku itu.

Hanya perasaan suka yang tersisa. Bahkan perasaan itu pun hampir lenyap.

Namun, ingatan itu kembali muncul dalam diriku.

Toudo?

Aku mengambil ponselku. Di sana ada foto yang terpasang bersama Tanaka.

Aku tidak bisa mengenali foto ini. Aku kehilangan ingatan tentang Tanaka. Aku tidak bisa mengenali ingatan yang berkaitan dengan Tanaka. Tapi—

Gairah emosi pada hari itu mengubahku. Itu hampir seperti sebuah keajaiban. Itu adalah usaha terbaikku. Aku bisa saja melupakan segalanya dan menjadi orang yang tidak berdaya.

Ketika aku menyadari, tangan Hiratsuka bergetar. Dari ekspresinya, aku tidak bisa membaca emosinya.

Begitu, ya... Syukurlah. Aku benar-benar senang... Toudo, kamu hebat.

U-umm, Hiratsuka, kenapa kamu menangis?

Tetesan air mata mengalir dari mata Hiratsuka.

Ini, ini karena aku merasa senang... Ya, bisa mengembalikan ingatan itu luar biasa. Karenaa aku... Hmm, ah, itu sama sekali tidak penting. Kamu harus bergaul baik dengan Tanaka-san dan Hanazono.

 

—Aku merasakan perubahan suasana. Suasana yang sebelumnya tidak bisa aku deteksi. Hiratsuka telah menekan emosinya sendiri. Dia tidak ingin aku menyadarinya.

 

Aku dan Hiratsuka adalah teman sekelas.

Toudo?

Aku bisa mendengar suara bingung Hiratsuka. Aku terus berbicara tanpa memperhatikannya. Karena aku menyadari bahwa ini adalah titik balik. Titik balik dari apa? Hanya hasil di masa depan yang bisa menjawabnya. Namun, aku merasa jika tidak memberikan yang terbaik di sini, aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan Hiratsuka Sumire lagi.

Aku tidak mengenalimu sebagai teman sekelas.

Hiratsuka duduk di sebelahku, tetapi aku tidak memiliki ingatan tentangnya. Jika aku tidak bertemu dengannya malam itu, aku tidak akan bisa mengenal keberadaannya.

Ketika semasa SMP, aku menganggap,i sebagai gadis nakal yang bukan teman. Jadi, aku menghapus 'kenangan' dan 'keberadaan' Hiratsuka.

Memang, ada suatu hari di mana aku tidak lagi mengenali Hiratsuka.

To-Toudo!? Jangan memaksakan dirimu. Kamu akan hancur...

Memang benar bahwa rasa sakit itu menyebar ke seluruh tubuhku. Namun, rasa sakit ini adalah rasa sakit yang diperlukan. Ini adalah balasan dari semua yang telah aku lakukan untuk melukai orang lain.

Jika demikian, aku akan menerima rasa sakit ini.

Kita hanya teman sekelas, kan? Bertemu di jalan dan merasa nostalgia, lalu menyapa... Ya, itu saja. Jadi, kamu tidak perlu memikirkan diriku.

Tidak, itu sama sekali tidak benar. Menjadi dilupakan itu... menyedihkan dan kesepian. Jadi—

Aku merasakan kalau dadaku berdebar dengan kencang. Ini adalah perasaan yang berbeda dari saat Tanaka—

Aku berusaha keras untuk menemukan sesuatu yang tidak terukir dalam jiwaku.

Selain itu, Toudou, aku ingin kamu merasa bahagia dengan orang lain.”

Mengapa dia tidak menginginkan kebahagiaannya sendiri di situ?

Teman sekelas dari SMP. Gadis yang tidak aku kenali hingga baru-baru ini.

Akhir-akhir ini, kami sering bertemu. Dia memberikan nasihat dan mendukungku.

Aku menatap wajah Hiratsuka. …Tipe orang yang berbeda dari Tanaka, lebih dekat dengan tipe yang disebut yankee.

Ketika aku berusaha memahami lebih dalam, rasa sakit itu semakin kuat.

Jadi, ketika aku berusaha mengenali, aku dihalangi. …Hiratsuka, pegang tanganku.

Eh, ehhhhhhhhhh!? Apa?

“Cepatlah. Ini... hal yang penting.

Aku bisa merasakannya. Jika aku memaksakan untuk mengembalikan ingatan tentang Hiratsuka, aku akan menjadi orang yang tidak berdaya.

Ini berbeda dari saat Tanaka. Ada sesuatu yang kurang terukir dalam jiwaku. Namun, aku tidak suka melihat Hiratsuka menangis.

Hiratsuka dengan hati-hati menggenggam tanganku. …Perasaan ini pasti bukan yang pertama kali. Aku pernah menggenggam tangan Hiratsuka—

Saat itu, gairah yang terpendam di dalam dadaku menyala. Itu begitu terang hingga membuat mataku silau.

'Reset' menjadi 'Switch', mereproduksi ingatan secara paralel, dan kemudian, lebih lanjut mengembangkannya—aku mengembalikan kesadaranku ke masa lalu.

Kesadaranku terbagi menjadi dua. Agar jiwaku tidak sepenuhnya dibawa ke masa lalu, aku terus berbicara.

Apa ini simulasi ingatan, menjelajahi dalam ingatan? Hari musim panas itu, hari ketika aku minum tapioka. Lebih dalam lagi. …Berjalan berdua saat senja, dan kemudian—

Sekejap, wajah Eri memenuhi pikiranku, dan kesadaranku seketika menjadi gelap.

Instinkku menghentikan pengembalian. Aku merasakan kekuatanku menghilang.

Mengapa wajah Eri tiba-tiba muncul... Ugh, sekali lagi—

Toudo, aku benar-benar sudah tidak apa-apa. Aku sudah berjanji dengan Eri-san.

“Berjanji dengan Eri?

Ya, aku sudah berjanji untuk mengawasimu, Toudo. Jadi, masa lalu tidak masalah. Bagi Toudu, keberadaanku sama sekali tidaklah penting. Jadi, bersenang-senanglah dengan Hanazono dan Tanaka-san.

Aku berbicara seolah-olah untuk merapikan perasaanku sendiri.

Tidak ada namanya orang yang tidak penting. Aku telah membangun hubungan baru dengan Hiratsuka. Namun, aku bahkan tidak berusaha untuk mengenal Hiratsuka lebih baik. Aku belum menghapus perasaanku kepada Hiratsuka. Justru karena aku menghapus ingatan, perasaan terhadap Hiratsuka menghilang. Tapi, meskipun aku menghapus ingatanku tentang Tanaka, kenapa perasaan suka itu masih tetap ada?

Hiratsuka tersenyum padaku.

Aku tidak begitu mengerti, tapi mungkin, bukannya itu karena kamu sangat menyukai Tanaka-san? Mungkin kamu tidak ingin menghapus ingatan tentang cinta itu. Ya, sudah kuduga tidak usah, aku sama sekali tidak istimewa.

Aku menyukai Tanaka. Aku juga menyukai Hanazono. Apa aku menganggap kalau Hiratsuka tidak penting?

Tidak, itu tidak benar—Hiratsuka juga orang yang penting bagiku.

Ketika aku mengucapkan kata-kata itu, mereka berubah menjadi semacam roh. Itu adalah sesuatu yang aku pelajari dari seseorang. Jadi, aku membisikkan kata-kata itu.

Pikiranku mencapai satu titik tujuan. Aku tidak mempercayai yang namanya intuisi. Aku berpikir bahwa teori adalah segalanya. Namun, hanya dengan teori, hubungan manusia tidak bisa dibangun.

Aku tidak tahu seberapa banyak yang telah aku reset.

Demi bisa bersama semua orang di masa depan... Demi bisa tumbuh lebih baik—

Demi menghadapi semua orang yang telah aku reset—

 

“Aku harus menghancurkan reset ini suatu saat nanti.

 

Kekuatan tekad yang kuat mengalir dalam suaraku. Di saat berikutnya—sisa-sisa pengembalian membawaku kembali ke masa lalu—

Itu adalah pandangan dari atas tentang masa laluku. Itu adalah ingatan yang tidak aku ketahui, sisa-sisa malam panjang yang kuhabiskan bersama Hiratsuka pada hari itu—

 

◇◇◇◇

 

Sebelum liburan musim panas SMP kelas tiga, aku bertemu Hiratsuka di Shinjuku. Hiratsuka melihatku di jalan dan menggodaku. Aku berpikir kami akan berpisah tanpa kejadian apa pun. Namun, aku merasakan aura tidak nyaman yang mengikuti Hiratsuka. Karena pada masa itu aku lumayan pemalu, aku mengumpulkan keberanianku.

Hiratsuka, aku tidak terlalu mengenal Shinjuku. Apa kamu mau mengajakku berkeliling?

Hah? Apa kamu tertarik padaku? Lah, bukannya kamu menyukai Hanazono?

Ya, Hanazono adalah temanku yang penting. Aku tidak terlalu tertarik pada Hiratsuka.

“Nye-Nyebelin banget, sih!? ...Tapi tidak apa-apa, aku akan menemanimu untuk menghabiskan waktu.

Saat itu, aku terlalu waspada terhadap area di belakangku sehingga aku tidak memperhatikan orang-orang yang datang dari depan.

Tubuhku bertabrakan dengan seorang pria. Tidak, jaraknya massih sedikit jauh untuk dibilang tabrakan. Ia sendiri yang sengaja menabrakku.

Hei, lihat-lihat ke depan saat berjalan napa! Sakit... Kamu harus membayar biaya pengobatanku. Ayo ke sini.

 

—Sisa-sisa pengembalian mengubah pemandangan di hadapanku.

 

Di dalam gedung pencakar langit di Shinjuku, aku berlari menaiki tangga sambil menggenggam tangan Hiratsuka. Dari belakang kami, pengejar semakin mendekat.

Haah haah, sebenarnya apa-apaan sih yang sedang terjadi!? Kenapa aku hampir diculik? Apa mereka itu preman? Apa karena kamu memukul orang itu tadi?"

“Mereka semua berbeda dari berandalan yang sebelumnya. Mereka adalah anggota dari sindikat kelompok radikal.

Hah? Kenapa orang-orang seperti itu ada...? Dan, bagaimana kamu tahu tentang hal itu, Toudo?

“Hal itu tidak ada hubungannya dengan Hiratsuka. Namun, ini serius, lawan kita adalah 'Mikoshiba.' Ia bisa dianggap setara denganku. ...Ia adalah pria terkenal di kalangan lembaga penelitian. Pemikirannya sangat cepat dan akurat dalam memprediksi masa depan.

“Lah, mana mungkin aku tidak ada hubungannya! Apa yang terjadi jika aku diculik!

Hm, kemungkinan besar otakmu akan diubah dan kamu akan jadi gila. Sama seperti aku.

Aku tidak begitu mengerti, tapi kamu harus menyelamatkanku! Kita berdua teman sekelas, ‘kan?

Jika terus begini, kami tidak akan bisa melarikan diri. Kami diarahkan ke atap.

Hmm, ayo kita turun dari sini.

Eh? Bu-Bukannya ini atap gedung!? Bagaimana caranya?

Pegang erat-erat tanganku.

 

—Sisa-sisa pengembalian mengubah kembali pemandangan di hadapanku.

 

Langit senja yang indah perlahan-lahan menghilang dan berubah menjadi malam yang gelap. Kami menjauh dari Shinjuku, tidak menggunakan kereta yang tidak bisa melarikan diri, dan berjalan menuju Ichigaya.

Kakiku sakit karena terlalu banyak berjalan... Oh oya, matahari terbenamnya tadi sangat indah, ya! Rasanya sangat romantis, kan! Ngomong-ngomong, kamu ternyata cukup baik saat diajak bicara. ...Maaf jika aku selalu meldekmu.

Hmm, aku senang mendengarnya.

Hiratsuka menggenggam tanganku. Sepertinya dia takut karena sedang dikejar. Keterasingan ini mulai menyusup ke dalam kehidupan sehari-hari.

Yah, aku senang bisa berteman dengan Toudo hari ini! Hari-hari yang membosankan ini sedikit berubah. Ngomong-ngomong, kamu dan Hanazono tidak pacaran, kan?

Hmm? Aku dan Hanazono tidak dalam hubungan seperti itu, tetapi...

Kalau begitu, aku dan... eh—?

Apa—

Lawanku lebih unggul dalam hal ini. Padahal aku tidak mengabaikan kewaspadaanku. Namun, waktu yang tenang sangat menenangkan hatiku. Ini adalah kesalahanku.

Suara ban yang menggerung dan suara tembakan—Hiratsuka diculik.

Tangan kami yang saling berpegangan terlepas—

 

—Sisa-sisa pengembalian mengubah adegan.

 

Aku sedikit marah. Dia adalah orang biasa, tai. Ini adalah permintaan resmi untukmu. Lindungi Hiratsuka Sumire. Kamu bebas melakukannya dengan cara apapun. Lokasi mereka—

Aku menerima pesan dari Eri. Aku menggenggam ponselku dengan erat.

Aku kembali lagi ke Shinjuku. Sisa-sisa pengembalian terus-menerus mengubah adegan dengan cepat.

Kakuki-chou, gang belakang, restoran Cina, pusat permainan, kawasan hotel.

 

Dan sekali lagi, aku dan Hiratsuka hanya berduaan di dalam gedung pencakar langit.

Toudo... kamu tidak perlu memikirkan aku, larilah. Tidak, kamu tidak perlu terluka lebih jauh... Jika aku ditangkap lagi, itu tidak masalah.

Tidak bisa, Hiratsuka akan sedih jika aku melakukan itu. Meskipun kita baru saling mengenal sebentar, aku sudah tahu bahwa kamu adalah orang yang sangat baik. Jadi, aku tidak perlu alasan untuk menolongmu.

Tapi, ini sudah tidak mungkin... Toudo, kamu sudah berlumuran darah...

Tidak ada yang namanya mustahil. Apa yang akan terjadi selanjutnya tidak boleh dibicarakan. Aku dan Hiratsuka tidak bertemu malam ini. Jika aku berpura-pura melupakanmu di kelas... tolong jangan pedulikan itu. Aku akan memastikan kamu bisa memiliki kehidupan normal.

Eh, apa yang kamu bicarakan! Aku tidak mau!! Jangan lupakan aku... Karena, kita sudah bergandeng tangan dan berjalan bersama, apa kamu akan melupakan itu?

...Kupikir kita bisa melarikan diri dari sana, tapi ternyata aku terlalu naif. ...Itu adalah waktu yang sangat indah dan menakjubkan. Aku juga merasa ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.

Kalau begitu!!

Meskipun aku harus berhati-hati, malam ini sangat menyenangkan.

Toudo!? A-Aku, tentang dirimu...

Selamat tinggal, Hiratsuka... Aku akan melakukan 'reset.'

Jika itu demi melindungi orang yang penting bagiku, aku bisa menghapus ingatan... meskipun itu mungkin salah—

 

—Sisa-sisa pengembalian membangunkan kesadaranku.

 

◇◇◇◇

 

Dan kemudian aku kembali ke kenyataan. Hiratsuka yang berada di depanku memasang waut wajah curiga.

Toudo? Sepertinya kamu menderita, tapi apa kamu baik-baik saja?

Reset yang melampaui batas. Setiap kali itu terjadi, aku kehilangan ingatan. Entah itu ingatan tentang orang-orang yang penting, atau ingatan dalam periode tertentu. Untuk mengatasi situasi yang tidak bisa dihindari, aku telah berulang kali melampaui batas. Otakku mungkin telah aus dan rusak pada suatu saat.

Aku tidak mengerti tentang perasaan. Meskipun begitu, aku mempunyai oramg-orang yang penting di sisiku. Jadi, aku harus menghadapi Hiratsuka. Ini adalah awal antara aku dan Hiratsuka.

Sesuatu di dalam diriku mengklik, dan semuanya mulai terhubung.

Apa yang kurasakan dari Hiratsuka bukan lagi udara tak berjiwa seperti sebelumnya. Ada warna di dalamnya. Ingatanku belum sepenuhnya kembali. Namun, ada sesuatu di dalam kepalaku yang telah berubah. Sekarang, aku bisa mengenali Hiratsuka untuk pertama kalinya.

Ah, tidak masalah. Aku hanya sedikit mengingat hari-hari di musim panas itu.

...Oh, begitu. Tapi, aku sama sekali tidak penting bagimu. Kamu sudah punya Hanazono dan yang lainnya.

Itu salah.

Kali ini, aku menyangkal pendapat Hiratsuka.

Hiratsuka Sumire, kita adalah teman. Meskipun hanya semalam, itu adalah sesuatu yang tidak boleh dilupakan.

Tangan yang dulu terlepas... aku tidak ingin melepaskannya lagi. Karena Hiratsuka adalah teman yang berharga bagiku. Hiratsuka terus menggenggam tanganku selama aku kembali. Tangan itu masih tidak terlepas.

Jika begitu, aku harus menyampaikan perasaanku. Semua perasaanku!!

—Eh...? A-Apa ini...? Toudo...

Jadi, maukah kamu menjadi teman lagi? ...Ayo jalan-jalan lagi bersama di jalanan luar kota saat matahari terbenam dengan indah.

—――!?

Hiratsuka menempelkan tanganku ke dadanya. Aku bisa merasakan perasaanku mengalir. Pasti Hiratsuka mengerti perasaanku. Hiratsuka adalah temanku yang sangat berharga.

Hiratsuka perlahan mengangkat wajahnya.

Aku seharusnya tidak boleh mengharapkan kebahagiaan... Tapi... sekarang, untuk saat ini, bolehkah aku bersandar padamu, Toudou...? Aku juga ingin menjadi temanmu...

Hiratsuka menguatkan genggaman tangannya. Dia tidak menangis lagi. Namun, sepertinya dia masih merasakan kesedihan.

 

◇◇◇◇

 

Terima kasih untuk hari ini! Kyrasa aku harus pulang lebih awal! Sampai jumpa!

Hiratsuka mengatakan bahwa dia memiliki janji dengan orang lain setelah ini dan akan pulang lebih dulu. Aku mengantarnya pergi dan kembali ke tempat duduk di kafe.

Aku memesan tambahan kopi caramel frappuccino dan menyelami lautan pikiranku.

Saat aku masih duduk di sekolah dasar, aku merasa sendirian. Apa itu benar? Sepertinya jarakku dengan orang-orang di dalam bingkai foto itu dekat. Meskipun aku kehilangan ingatan, mungkin aku mengenal mereka satu per satu.

Mengembalikan ingatan seperti saat Tanaka adalah hal yang sulit. Namun, ada kalanya ingatan itu kembali dalam bentuk potongan-potongan.

Begitu juga dengan kejadian bersama Hiratsuka tadi. Aku bisa sedikit mengingat kembali. Itu sudah cukup untuk mengurangi kesedihanku.

Jika demikian, aku harus mereset ulang reset ini dan mengingat semuanya suatu saat nanti. Aku meyakini kalau mereka pasti... teman-temanku yang berharga

 

Saat aku di masa SMP, aku hanya memiliki Hanazono sebagai teman. Selain itu, aku tidak mempunyai ingatan lain selain yang menyedihkan dan kesepian. Mungkin itu tidak benar. Mungkin saja aku memiliki hubungan dengan orang lain yang tidak aku ingat.

Sedangkan di SMA, aku mereset perasaanku terhadap Michiba dan Sasami. Namun, aku belajar bahwa meskipun aku meresetnya, hubungan itu masih bisa tetap berlanjut. Itu bukanlah ketiadaan. Ada perasaan baru yang hangat yang lahir.

Dan ada Tanaka dan Hanazono. Gadis yang ingatannya dihapus dan gadis yang ada di sampingku meskipun aku sudah meresetnya. Aku yakin kalau mereka adalah gadis-gadis yang menjadi kunci bagiku.

Apa aku benar-benar hidup dengan sungguh-sungguh sampai sekarang? Aku berusaha keras untuk menjadi normal. Namun, itu berarti aku tidak melihat sekeliling. Tidak, aku tidak berusaha mengenalinya.

Aku merasakan bahwa lingkunganku sedikit demi sedikit mulai berkembang. Pada saat yang sama, aku bisa merasakan hatiku tumbuh.

—Jika demikian—aku harus menghadapinya dengan serius.

Ini bukanlah pertarungan melawan orang dewasa saat di sekolah SD. Ini adalah pertarungan melawan diriku sendiri. Itu adalah untuk menjadi normal bagiku.

Pekerjaan paruh waktu, kunjungan sosial, festival, festival olahraga—semua itu mungkin adalah acara biasa bagi siswa. Namun, bagiku, itu adalah waktu yang luar biasa yang takkan pernah bisa aku rasakan lagi.

 

Kehidupan masa muda yang dimulai dari reset, aku kini menyadarinya dengan jelas.

 

◇◇◇◇

 

Sebelum pulang ke apartemenku di Ichigaya, aku memutuskan untuk melihat gedung pencakar langit yang ada dalam ingatanku bersama Hiratsuka. Gedung itu terletak di pinggir kawasan bisnis, sedikit keluar dari pintu selatan. Ketika aku mencocokkan dengan peta Shinjuku di kepalaku, aku segera tahu lokasinya.

…Hmm, sepertinya aku tidak bisa mengingat lebih dari ini....suatu saat nanti, waktunya akan tiba ketika aku mengingat semuanya.

Saat aku kembali ke jalan raya dan hendak menuju stasiun kereta bawah tanah, tiba-tiba—

Sekelompok pejalan kaki datang dari depan. Kombinasi mereka terlihat aneh. Seorang gadis dibawa oleh orang dewasa seolah-olah ingin disembunyikan.

Siluet gadis yang samar-samar terlihat itu… ternyata adalah gadis kelas A yang bernama Saionji.

Aku meyakini kalau ini juga semacam takdir. Mungkin saja aku bisa berteman dengannya seperti dengan Hiratsuka dan yang lainnya. Meskipun dia memiliki sifat yang kasar seperti Hanazono di masa lalu, Hanazono pernah mengatakan itu adalah caranya untuk menyembunyikan rasa malunya.

Mungkin perasaannya yang sebenarnya berbeda.

Berbicara dengan gadis yang tidak banyak aku kenal membuatku tegang, tetapi aku akan berusaha untuk berani. Aku lalu berdiri di depan mereka.

Saionji yang awalnya menunduk mengangkat wajahnya.

Saionji, ya? Kebetulan sekali aku bisa bertemu denganmu lagi. Apa yang sedang kamu lakukan di sini?

Ah... eh...

Saionji tidak memberikan jawaban apapun. Wajahnya tampak bingung—tidak, ada suasana aneh yang mengelilinginya.

Meskipun wajahnya kelihatan bingung, tapi tubuhnya kelihatan bergetar. Dia terjebak dalam perasaan takut.

Maaf, aku tidak bermaksud menakutimu.

...Tidak perlu memaksakan percakapan. Aku bisa bertanya tentang hal yang menggangguku.

Sepertinya tidak ada tanda-tanda pengawalmu yang terlihat di kelas. Apa mereka sudah pulang? Kondisimu tidak terlalu baik. Mungkin lebih baik pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisimu.

Ah, tidak perlu khawatir tentang aku. Ak-Aku baik-baik saja. Silakan pulang lebih dulu...

Orang-orang dewasa di sekitarnya juga berbicara padaku dengan suara lembut.

“Bocah kecil mendingan pulang saja sana. Kami akan mengantar Saionji dengan baik.

Hm, begitu. Jika demikian, aku tidak akan mengatakan lebih banyak.

Orang-orang dewasa itu membungkuk dan mulai berjalan. Saionji didorong oleh orang dewasa untuk melangkah. Ada perasaan aneh yang mengganjal hatiku. Ini berbeda, dan aku harus mencari tahu apa itu.

Saat aku menatap punggung Saionji, dia perlahan-lahan menoleh.

Aku bisa mendengar suara gigi yang bergemeretak.

Kemudian—dengan suara kecil yang lemah, hampir tidak terdengar oleh siapa pun—suara itu sampai ke telingaku—

Tolong aku...

Dia berbisik.

Saat itulah, aku sudah bergerak—

 

◇◇◇◇

 

Kenapa aku bisa berada dalam situasi seperti ini?

Aku, Saionji Nozomi, adalah seorang idola top papan atas. Aku sudah terjun ke dalam dunia hiburan sejak kecil.

Ini bukan untuk memenuhi hasratku untuk diakui. Karena, ayahku sudah meninggal... sedangkan adik laki-lakiku menghilang tanpa jejak, dan ibuku mengalami kehilangan ingatan... itulah sebabnya, cuma aku satu-satunya yang harus menghasilkan uang.

Nozomi-chan, sepertinya aku sudah tidur lama sekali. Begitu aku terbangun, tiba-tiba sudah dua puluh tahun berlalu. Ahaha, saat aku ingin mendengar jawaban dari pengakuan cintaku... ternyata orang itu sudah menikah dan punya anak... Dia pergi lebih dulu sebelum aku. ...Aku tidak ingat apa-apa.

Ibuku terus berobat ke rumah sakit. Keadaannya semakin memburuk. Oleh karena itu, aku harus menjadi penopangnya.

Sejak kecil, aku sudah tahu bahwa penampilanku sangat baik. Aku telah berusaha keras dengan usaha yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saat anak-anak lain bermain, aku selalu berlatih.

Warisan dari ayahku terus-menerus berkurang. Kami bukanlah keluarga yang kaya, jadi kami tidak punya banyak tabungan.

Sambil berlatih, aku memikirkan masalah uang, tetapi aku tetap berpikir bahwa aku tidak akan kalah dengan ketidakadilan ini.

Nozomi-chan, jangan terlalu memaksakan dirimu. Maafkan ibu yang tidak bisa melakukan apa-apa.

Tubuh ibuku semakin melemah. Biaya rumah sakit menjadi semakin diperlukan. Aku mengikuti audisi dari berbagai tempat. Dulu aku yang ceroboh berusaha dengan keras.

Dan tanpa sadar, aku berhasil berkembang menjadi idola top papan atas. Jika aku menjadi idola top, aku bisa menghasilkan uang, dan mungkin adik laki-alkiku yang hilang sedang melihatku. Setelah tidak perlu khawatir tentang uang, pencarian adikku menjadi prioritas berikutnya. Aku merasa akhirnya sedikit ketenangan datang kepada kami.

Banyak rekan seprofesiku yang membenciku. Banyak pria yang mendekatiku dengan niat untuk berpacaran denganku.

Aku telah melihat dunia orang dewasa. Oleh karena itu, aku sangat membenci pria. Jika aku berbicara dengan nada kasar, pria-pria itu tidak akan mendekatiku.

Satu-satunya yang bisa kuandalkan adalah manajer agensiku dan siswa yang menajdi pengawalku, tetapi... hari ini, mereka mengkhianatiku.

Aku dijual.

Aku ingin melawannya. Aku ingin melarikan diri dari tempat ini. Aku takut akan diculik. Aku tidak bisa membayangkan ke mana aku akan dibawa. Aku tidak menyukai tatapan pria-pria menyeramkan itu.

Aku tidak tahu bagaimana cara melarikan diri dari sini dan hampir menangis.

Pada saat itu, ada seorang pria aneh mendekati kami. Ia adalah pria yang memeluk Dojima-san di sekolah... Namanya kalau tidak salah adalah Toudo. Sepertinya itu sudah menjadi masa lalu yang jauh. Para orang dewasa mengabaikan Toudou dan berusaha pergi.

Aku juga merasa sedikit lega. Karena mereka sama sekali tidak normal. Manajer yang memperkenalkanku adalah orang dari perusahaan keamanan khusus yang dikirim dari suatu tempat. Mereka adalah golongan pria yang tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Jika Toudo bertindak aneh, ia akan terlibat masalah juga.

Aku bisa merasakan tatapan di punggungku.

Dengan hati-hati, aku menoleh dan melihat Toudo menatapku. Dalam kegelapan, aku tidak bisa melihat dengan jelas, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan apa yang dia pikirkan.

――Tolong aku.

Suara yang tidak terdengar itu terlepas dari bibirku.

Seharusnya itu hanya penghiburan, tetapi—aku justru mendengar jawabannya.

 

――Baiklah. Pertemuan kita di sini adalah suatu takdir. Jadi aku tidak memerlukan alasan lain untuk membantu teman sekolahku.

 

Aku tidak mengerti apa yang terjadi.

Sebelum aku sempat berkedip, Toudo sudah menggenggam tanganku. Seolah-olah dirinya berpindah tempat dalam sekejap...

Ayo kita pulang. Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu.

Eh, ah...

Suasana di sekitar pria-pria itu seketika berubah. Mereka berusaha menghilangkan ancaman tanpa banyak bicara.

“Ja-Jangan! Cepat lari!

Hm, pekerja profesional, ya. Saionji, tutup mata dan telingamu.

Suaranya terdengar sangat tenang. Aku merasa ingin menuruti perintah itu, tetapi aku tidak ingin membuatnya kesulitan karena aku.

Ak-Aku tidak akan melarikan diri... tolong jangan gunakan kekerasan...

Aku mendengar suaranya yang sangat lembut itu. Rasanya seperti sesuatu yang jatuh ke dalam diriku.

 

“Mana mungkin aku akan meninggalkan seorang gadis yang menangis sendirian.

 

Pria yang berusaha menyerang Toudou melompat tinggi.

Saat pria besar itu menyentuh Toudou, pria tersebut langsung runtuh dan pingsan.

Tangan pria yang mengeluarkan stun gun tergetar dan ia terjatuh.

Setiap kali Toudo bergerak, pria-pria itu jatuh satu per satu. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Meskipun akal sehatku memperingatkan bahwa dia melakukan sesuatu yang gila, aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari Toudo. Dari dalam tubuhku, panas mulai mengalir. Rupanya manusia bisa bergerak seindah ini...

Hanya ada satu pria yang masih berdiri. Ia mengawasi Toudo dengan serius.

…Hmm, sepertinya hanya satu orang yang levelnya jauh berbeda. Namun, itu tidak akan cukup.

“Dasar keparat, kamu siapa? Aku dibayar untuk melakukan pekerjaan sepele ini, tetapi kamu berani melawan orang dari perusahaan tentara bayaran profesional...

Itu sama sekali tidak penting. …Orang dewasa tidak ada untuk mengintimidasi anak-anak. Bukankah orang dewasa seharusnya melindungi anak-anak?

Pria itu tidak menjawab pertanyaan Toudo dan mengeluarkan sesuatu dari saku. Itu berkilau di bawah lampu jalan—sebuah pisau!?

T-Toudo, cepat lari!?

Toudo tersenyum padaku. Senyum itu terasa tidak pada tempatnya, tapi aku terpikat dengan senyumannya.

Tidak masalah.

Saat pria itu mengayunkan pisaunya, pisau itu meluncur dan menancap ke dinding. Pria itu tertegun, tidak bisa memahami apa yang terjadi.

Dalam sekejap, pria itu terjatuh ke tanah.

Tidak ada yang bisa melihat gerakan Toudo. Baik aku maupun pria-pria itu.

Toudo menghela napas dan melihat sekeliling. Lalu, matanya bertemu dengan mataku.

 

◇◇◇◇

 

Aku sudah bertindak terlalu berlebihan. Aku selalu seperti ini.

Kekerasan membuat orang merasa terintimidasi. Setelah melihat diriku seperti ini, Saionji pasti akan merasa takut padaku.

Aku tidak menggunakan semua kekuatanku. Seharusnya aku hanya menghindar dengan ringan, tetapi lawanku membawa senjata. Jika aku tidak memberikan reaksi yang cukup kuat, akibatnya akan sangat menakutkan.

Aku jadi teringat masa SMP dulu. Saat teman sekelasku diminta uang oleh preman di jalan yang ramai. Ketika aku mencoba membantu... mereka malah takut padaku. Aku tidak bisa melupakan tatapan mereka saat itu.

Kekerasan membuat orang merasa takut. Oleh karena itu, aku benci kekerasan.

Namun, kali ini berbeda. Aku sudah belajar tentang menahan diri. Tidak ada yang mati dan tidak ada yang terluka parah. Setelah beberapa saat, mereka pasti akan sadar.

Aku takut untuk bertatap mata dengan Saionji.

...Tidak, ini adalah pilihanku. Aku bukan lagi diriku yang dulu. Aku telah tumbuh setelah bertemu dengan berbagai orang.

Aku menatap Saionji yang duduk. Ekspresinya mengejutkan.

…Apa kamu tidak takut?

Ti-Tidak, aku tidak merasa takut padamu. K-Kamu sangat kuat. Menjadi kuat itu hal yang baik.

Saionji mengambil tanganku yang kuulurkan dan berusaha berdiri. Meskipun seharusnya aku sudah memegangnya dengan kuat, dia terhuyung dan meletakkan tangannya di dadaku.

“Lu-Luar biasa sekali, jadi ini otot laki-laki, ya...?

S-Saionji, m-mundur sedikit. Ra-Rasanya sangat memalukan.

“Bu-Bukannya aku punya niat tersembunyi, kok. Aku hanya penasaran secara akademis. O-Otot lenganmu...

“He-Hentikan. Se-Sekarang bukan saatnya untuk hal-hal seperti itu.

Ah!

Saionji sepertinya tersadar dan memahami situasinya. Dia sedikit menjauh dariku... tidak, entah kenapa anehnya, jaraknya terlalu dekat... Dia mengeluarkan ponselnya dari celah di dadanya dan mulai melakukan sesuatu. Hmm, jadi ada tempat penyimpanan di sana. Manusia memang makhluk yang aneh.

Ara~, kamu benar-benar terpaku pada dadaku. Sudah kuduga, ternyata kamu orang yang mesum.

Maaf, aku tidak mengerti apa yang kamu maksud dengan mesum.

“Kamu tidak perlu menyembunyikannya, aku bisa mengerti. Ya, karena—ah, telepon dari Dojima-senpai...

Hm, Dojima? Sudah kuduga, pasti ada hubungannya dengannya, ya...

Untuk sementara waktu, kami memutuskan untuk pergi dari tempat ini dan menuju stasiun.

Di tengah perjalanan, Saionji menyelesaikan teleponnya dan menghela napas panjang. Sepertinya Eri sudah menyadari situasi dan bersiap untuk menanganinya.

Hah~~~~~~~! Syukurlah, berkat bantuan Dojima-senpai, entah bagaimana semuanya bisa beres...

Hm, apa itu ada hubungannya dengan hampir diculik?"

…Yah, sepertinya aku tidak akan mengalami situasi berbahaya seperti itu dalam waktu dekat. Berkat Dojima-senpai yang bergerak di belakang layar, aku bisa tetap di dunia hiburan seperti biasa.

Baiklah, jika begitu aku akan per

Aku berusaha pergi dari tempat itu dan menuju kereta bawah tanah, tetapi—Saionji menggenggam ujung seragamku.

Tu-Tunggu, Toudou. Kamu harus mengantarku pulang. …Bu-Bukannya berarti aku takut. S-silakan ikut jika kamu mau.

Tubuh Saionji sedikit bergetar. Ketakutan yang dinetralkan oleh adrenalin sepertinya belum sepenuhnya hilang.

Hm, baiklah, aku akan mengantarmu.

Wajah Saionji bersinar cerah seperti anak kecil. Sepertinya dia memiliki emosi yang mudah terbaca. Aku tidak membencinya.

Kami berangkat dengan kereta menuju stasiun tempat Saionji tinggal.

Setibanya di stasiun, tubuh Saionji masih bergetar.

Aku meletakkan tanganku di bahu Saionji. Kontak fisik bisa meredakan kecemasan, kata Hanazono. Saionji menatap lenganku dengan kepala sedikit miring.

Hm? Apa kamu tidak menyukainya?

Tidak, biasanya jika ada seorang pria menyentuhku, aku pasti akan sangat marah, tetapi anehnya aku tidak merasa tidak nyaman.

…Hmm? Tadi kamu sudah menyentuh ototku, kan?

“I-Itu karena aku hanya merasa penasaran. So-Soalnya, secara akademis… secara hiburan…

Apa iya begitu? Mungkin memang begitu.

“Meskipun begitu, rupanya kamu sangat kuat, ya. Mirip seperti karakter dalam manga 'Ninja'. Sebenarnya, kamu adalah agen bayangan atau seseorang yang bekerja di belakang layar, kan? Kamu pasti bukan orang sembarangan, ya? …walaupun sedikit mesum juga, sih.

Hmm, sepertinya kamu terlalu banyak membaca manga. Aku hanyalah seorang pelajar biasa.

“Hmm~ begitu, jadi kamu harus menyembunyikannya, ya. …Hmph, baiklah, aku akan bersikap dewasa dan membaca situasi. Apa ada orang lain yang tahu seberapa kuatnya kamu?

Tidak, aku tidak ingin menunjukkan kekerasan kepada orang lain.

Hehe~, jadi cuma aku yang mengetahuinya, ya?

Kenapa kamu terlihat senang?

“Si-Siapa juga yang merasa senang. Ah, ini rumahku.

Dari stasiun terdekat, kami berjalan selama sepuluh menit dan berhenti di depan sebuah rumah kayu kecil.

Baiklah, aku akan pergi dari sini.

Ah… tunggu. Se-Sebentar, aku akan menjamu kamu dengan kopi.

 

Saat itu, pintu gerbang terbuka. Seorang wanita dengan penampilan lembut dan imut muncul dengan pakaian tidurnya.

Entah kenapa, wajah Saionji berubah menjadi masam. Sepertinya dia sedang menahan sesuatu, tetapi dia tidak ingin menyakiti orang yang penting baginya…

Ah! Nozomi-chan, kamu membawa pacarmu! Aku terkejut tau! Oh, aku adalah… umm, siapa ya?

Suara Saionji berubah.

“Kamu adalah Ibuku… Mari kita masuk. Toudo, maaf jika itu mengejutkanmu. Ibuku, dia kehilangan ingatannya… jadi dia sedikit berbeda.

“Kehilangan ingatan? Itu…

Sudahlah, apa boleh buat! Aku sudah menyiapkan makanan, jadi silakan masuk!

Ya… Toudo?

Tubuhku bergerak lagi tanpa izin. Aku mendekati ibu Saionji. Ibu Saionji menatapku dengan wajah kebingungan.

Ketika aku kehilangan ingatan, rasanya waktu berlalu begitu saja.

Mata ibu Saionji sedikit membesar. Aku tidak bisa menghentikan kata-kataku.

Orang lain tahu tentang diriku, tetapi aku tidak tahu tentang orang tersebut. Itu sangat menyedihkan, tetapi aku tidak merasakan apa-apa. Semua yang telah kumiliki menghilang. Kepribadianku berubah dan aku menjadi orang yang berbeda.

Si Ibu mengangguk.

Ya, aku yang dulunya seorang pelajar SMA tiba-tiba menjadi seorang wanita tua, itu sangat mengejutkan... Aku bahkan tidak ingat seberapa banyak kasih sayang yang telah kutuangkan.

Rasa sedih itu pun tidak muncul. Meskipun begitu—

Ya,  tubuhku masih mengingatnya. Hei, apa kamu juga mengalami hal yang sama, atau bahkan sedang mengalaminya?

Aku menarik napas dalam-dalam.

—Ya, aku telah kehilangan ingatanku berkali-kali. Setiap kali itu terjadi, aku tidak tahu siapa orang-orang yang penting bagiku.

…Haha, aku hanya sekali sudah merasa cukup, tetapi kamu kehilangan ingatan berkali-kali.

Saionji tertegun mendengarkan percakapan kami. Wanita yang disebut ibunya ini sama sepertiku.

Ibu Saionji mengelus rambutku. Begitu ya, jadi wanita dengan aura seperti ini adalah sosok ibu yang sebenarnya…

Kamu sungguh anak yang hebat. Aku sendiri sudah merasa lelah dan hanya menjalani hidup yang terpuruk dengan mengandalkan putriku.

Berkat teman-temanku. Aku memutuskan untuk bergerak ke depan.

Begitu… Nee, kira-kira, apa ingatan bisa kembali?

Tidak mustahil. Karena aku telah mendapatkan kembali ingatan tentang orang-orang yang penting bagiku.

Aku meraih tangan ibunya. Tangan itu aku tumpangkan di atas tangan Saionji.

 

Kenangan yang berharga akan selalu terukir di dalam jiwa. Yang perlu Ada lakukan hanyalah merasakannya.

 

Ibu Saionji menutup matanya dan wajahnya menjadi tenang. Lalu—

…Maaf, tapi aku tetap tidak mengerti. …Karena Nozomi-chan… Eh? Apa ini? Aku berjalan bersama Nozomi-chan dan Seiji-kun? Haha, apa ini… Aku sedang berbelanja di Jusco… Aku tidak mengenal, ingatan ini…

Saionji kemudian memeluk ibu.

Ibu, tidak apa-apa, kamu bisa melakukannya dengan perlahan. Aku akan selalu menunggumu, hiks, Ibu, Ibu…

Ibunya tampak sedikit bingung. Entah kenapa, hatiku merasa puas.

Aku tidak begitu mengerti. Namun, aku bisa belajar dari hal-hal yang tidak aku pahami.

Permisi, aku akan pergi sekarang. Selamat malam.

Ibu Saionji balas mengangguk.

Saionji yang matanya berkaca-kaca menoleh ke arahku.

…Ti-Tidak, aku tidak menangis. …Terima kasih untuk hari ini. …Sungguh terima kasih. Se-Selanjutnya, aku akan membalas budi padamu

Ya.

Aku membelakangi mereka dan mulai berjalan.

Aku merasakan firasat bahwa sesuatu yang baik akan terjadi besok.

Benar, aku harus melaporkan kepada Hanazono kalau mungkin kita akan mendapatkan teman baru. Aku yakin kalau Hanazono juga pasti akan merasa senang.

 

◇◇◇◇

 

Waktu makan siang di halaman sekolah. Hari ini aku memutuskan untuk tidak membeli roti dan membuat yakisoba di rumah. Makanan tersebut sangat mudah dibuat hanya dengan menggoreng sayuran kemasan bersama mie.

Haru-chan bilang kalau dia tidak bisa datang hari ini karena sibuk.

“Iya, sepertinya dia ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan guru. Meski rasanya agak kesepian, tapi itu tidak masalah karena Hanazono ada di sampingku.

Kamu ini… jangan bilang begitu dengan santainya.

Tapi itulah kenyataannya.

Yah, aku senang jadi tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, apa kamu juga akan ikut festival olahraga? Kelas khusus tidak diwajibkan ikut, kan?

Ngomong-ngomong, aku belum sempat berkonsultasi dengan Tokita-sensei. Setelah mengumpulkan informasi, festival olahraga ternyata bersifat sukarela. Supaya siswa dari kelas khusus bisa berpartisipasi sebagai satu kelompok, diperlukan jumlah peserta yang cukup. Oleh karena itu, perlu dibuat daftar peserta.

Aku belum bertanya kepada siswa lain. Kurasa aku perlu bertanya mulai sekarang.

Kalau tidak ada peserta lain, bukannya lebih baik kalau kamu masuk ke kelas biasa mana saja?

Itu juga mungkin. Tapi, karena mumpung ada kesempatan seperti ini, aku ingin mencoba berpartisipasi sebagai kelas khusus.

Aku ingin sedikit lebih membuka jalanku sendiri.

Hmph, itu merepotkan. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah punya teman selain Haru-chan di kelas khusus?

Teman, ya… Aku sudah sedikit akrab dengan teman sekelas. Sepertinya aku juga bisa berteman dengan beberapa siswa dari kelas khusus lainnya.

Hee, hmm, seperti apa orangnya?

…Seorang gadis yang menyukai otot.

Hoe?

“Gadis yang berdiri di belakang gedung sekolah itu.

Gadis yang terlihat mengintip dari belakang gedung sekolah itu adalah Saionji Nozomi.

Saionji sedang mengunyah roti sambil mengamati kami.

Ketika tatapan mataku bertemu dengannya, dia langsung menghilang, tetapi dia perlahan-lahan muncul dan mendekat. Tiba-tiba, siswa di sekitar mulai berbisik dan membuat keributan.

“O-Oi, bukannya dia itu Saionji dari kelas khusus? Kenapa dia ada di gedung ini!!

“Dasar bodoh, jangan sembarangan mengambil fotonya! Kita bisa dikeluarkan dari sekolah jika ketahuan mengambil foto di sekolah. Kita juga bisa dikeluarkan bersama-sama!

“Dia super imut…

Jadi itu yang namanya idola papan atas… Auranya berbeda.

Kelas seni dari kelas khusus itu penuh dengan orang-orang hebat. Dojima-san akan tampil di Hollywood, kan?

Aku tidak begitu mengerti tentang idola papan atas, tetapi aku tahu kalau dia sangat populer.

Nama gadis itu adalah Saionji Nozomi. Kemarin, setelah beberapa kejadian, aku mengantarnya pulang ke rumahnya.

“Ka-Kalau kamu sih pasti bisa melakukan apa saja, tapi… kamu sedang melakukan apaan sih!? Dia itu kan superstar!

Tidak, bagiku ini adalah pertemuan pertama.

Saionji sudah sampai di depan kami.

Ap-Apa aku boleh duduk di sini? Ha-Hari ini aku ingin mengubah suasana dan datang ke halaman kelas biasa. …Aku panik karena kamu tidak ada di dalam kelas.

Saionji mencoba duduk di bangku sempit. Aku dan Hanazono sedikit merapat. …sempit sekali.

Ara, kamu sangat imut. Apa kamu temannya Toudo?

Eh, ya, namaku Hanazono, teman masa kecilnya Tsuyoshi...

Begitu! Maka, aku harap kita bisa berteman mulai sekarang. Aku tidak ada kerjaan dan sedang bosan! Oh, bolehkah aku bertukar nomor dengan Hanazono-san?

Saionji melirik ke arahku. Apa yang ingin dia katakan?

Eh, tiba-tiba begitu!? Bo-Boleh sih… tunggu, dari mana kamu mengeluarkan smartphone itu!? Tsuyoshi, jangan melihatnya!

Saionji mengeluarkan smartphone dari penyimpanan dadanya. …Sepertinya agak hangat. Lalu mereka bertukar kontak. Setelah sejenak terdiam, Saionji mengeluarkan sekantong kecil kue dari tempat penyimpanan di dadanya.

Memangnya itu sesuatu yang harus disimpan?

“Ha-Hari ini, aku datang untuk mengucapkan terima kasih atas kemarin. …Ini kue buatanku sendiri, silakan dimakan.

“Tsuyoshi? Apa maksudnya ini? Kenapa kamu bisa akrab dengan Saionji-san!?

Tu-Tunggu, aku akan menjelaskannya kepadamu, Hanazono, jadi jangan pukul-pukul bahuku. Saionji, tunggu, jangan paksa aku untuk memakannya. Tanaka, tolong bantu aku.

Haru-chan sedang tidak ada di sini! Tsuyoshi! Kamu harus menjelaskannya!

Makan kue ini!

Aku membungkuk dan mengecil. Wanita memang makhluk yang sangat kuat. Sejak SD, aku sudah tidak nyaman di depan wanita dewasa. Terutama di depan Eri, aku jadi tegang dan tidak bisa bergerak. …Tidak, itu hanya tekanan.

Bagaimanapun juga, aku mencoba menenangkan Hanazono dan menerima bungkus kue dari Saionji. …Memang, rasanya terasa hangat.

Hmm, meskipun penampilannya sedikit buruk, sepertinya sangat enak.

Diam!

Aku menggigit kue itu. …Eh, ini… tidak manis?

Bagaimana? Enak? Aku tidak yakin karena tidak mencicipinya.

…Ini hanya dugaanku, tetapi mungkin kamu lupa memasukkan gula.

Sepertinya suhu Hanazono menurun.

Saionji-san, kamu tidak sedang mengejek Tsuyoshi, kan? Jika itu hanya bercanda, aku akan marah.

Tidak, Hanazono, tunggu dulu.

Eh, oh, maaf… aku tidak bisa memasak, jadi aku belajar dari ibuku, tapi aku salah. Si-Sisa kuenya akan aku makan, jadi Toudo minum air saja.

Aku memakan sisa kue itu dalam satu gigitan.

Nyam, nyam… hmm, ini bisa dimakan, meskipun rasanya aneh. Terima kasih untuk kue ini, Saionji.

Hanazono menghela napas lega.

Selama Tsuyoshi baik-baik saja, itu bagus…

Saionji menjawab dengan sedikit menunduk.

It-Itu..kamu tahu sendiri, kalau aku orang terkenal… Dan, Toudo adalah orang pertama yang tidak tahu apa-apa tentangku dan tidak tertarik. Ka-Karena aku tidak punya teman sama sekali, jadi tidak tahu bagaimana cara mulai berbicara…

Suasana di sekitar Hanazono berubah menjadi lebih hangat.

Hah... begitu rupanya, jadi kamu juga sama seperti Tsuyoshi, anak yang canggung, ya? Hei, Tsuyoshi, apa yang ingin kamu lakukan dengannya?

Aku? Aku hanya kebetulan mengenal Saionji, dan hubungan kami adalah...

Aku berpikir sejenak. Ini bukan pemikiran cepat. Aku meluangkan waktu untuk berpikir perlahan. Karena itulah yang dilakukan orang biasa.

Apa yang ingin dilakukan Saionji dengan datang ke sini? Dia bilang untuk mengucapkan terima kasih, tetapi itu hanya alasan. Tidak baik jika aku berpikir seperti sebelumnya yang tidak memikirkan apa-apa.

Jangan bertindak hanya berdasarkan teori. Ikuti instingmu—

Hmm, jadi begini cara pertemanan berkembang. Saionji, maukah kamu berteman denganku?

Hanazono berdiri dan menepuk punggungku. Itu tidak sakit. Entah kenapa, aku merasa sedang dipuji.

Saionji berusaha merangkai kata-kata meskipun agak kikuk.

E-eh, umm, aku... itu... aku juga ingin, berteman.

Saionji-san, jika kamu berteman dengan Tsuyoshi, maka aku juga ingin berteman denganmu. Hehe, senang bertemu denganmu!

Ah... u-uh... senang bertemu denganmu...

Ada suasana yang baik. Hatiku jadi merasa puas.

Pada saat itu, aku melihat sosok dari arah gedung sekolah. Aku sudah mendengar suara langkah kaki yang berjalan di koridor sebelumnya, dan semakin mendekat, semakin senang rasanya. Langkah kaki itu semakin cepat, dan ketika dia mengenali kami, Tanaka melambai dan berlari menghampiri.

Yo! Pertemuan dengan guru sudah selesai! Eh? Kenapa Nozomi ada di sini?

Ah—! Tanaka Haru!? Ap-Apa kamu juga temannya Toudo!?

Ya, kita sekelas. Ngomong-ngomong, sudah lama sekali aku tidak berbicara dengan Nozomi-chan. Apa kamu masih bersikap dingin?

Aku tidak bersikap dingin! …Hari ini cukup sampai di sini! Toudo, datanglah bermain ke rumahku lagi! Ibuku juga menantikan kedatanganmu!

Baiklah, saat itu aku akan minta bantuan.

Saionji pulang dengan wajah merah dan mulutnya bergerak-gerak.

Tanaka dan Hanazono saling bertukar pandang.

“Aku memang sedikit tertarik dengan apa yang dia maksud dengan berkunjung ke rumahnya, tapi itu hal yang baik, kan?

Ya, ada bagusnya Toudo punya lebih banyak teman. Hehe, Toudou, ceritakan apa yang terjadi dengan Nozomi-chan.

U-um, itu terjadi kemarin—

Syukurlah, sepertinya aku tidak membuat pilihan yang salah. Aku akan meminta Saionji untuk ikut berpartisipasi dalam festival olahraga.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama