[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 1 Bagian 5 Bahasa Indonesia

 Bab 1 Bagian 5

 

Setelah berpisah dengan Tennouji-san, aku kembali ke mansion keluarga Konohana dan menuju ke kamar Hinako.

Selanjutnya, aku ingin menyelidiki tentang cara manajemen Hinako. Saat tiba di depan pintu kamarnya, aku mengetuk pintu.

Hinako, boleh aku bicara sebentar?

Itsuki-san ya? Tolong tunggu sebentar.

Dari balik pintu, aku bisa mendengar suara Shizune-san.

Pintu kamar akhirnya terbuka, dan aku masuk ke dalam kamar.

Oh, Shizune-san juga ada di sini rupanya."

Ya. Aku ada di sini untuk membantu Ojou-sama.

Membantu?

Shizune menggoyang-goyangkan tablet di tangannya sambil berkata,

Selama bermain game manajemen, aku bertugas sebagai sekretaris Ojou-sama.

Layar tablet itu dipenuhi tulisan dan grafik. Sepertinya semua itu rangkuman laporan dan dokumen perusahaan. Jumlah informasinya juga sangat banyak.

Itsuki... ada apa?

Hinako yang sedang menghadap laptopnya, menoleh ke arahku.

Sepertinya dia sedang asyik bermain game manajemen.

Saat ini aku sedang mempelajari game manajemen dan ingin mencari tahu bagaimana cara manajemen perusahaan dari berbagai orang. Boleh aku mengamati game-mu, Hinako?

Sebaiknya aku tidak menyebut soal tugas dari Takuma-san. Hinako pasti akan langsung merengut jika mendengar nama Takuma-san.

Boleh-boleh saja. Tapi sebentar lagi aku juga selesai kok.

“Rencananya Ojou-sama akan berkonsentrasi penuh pada game selama sekitar satu jam lagi.

Uuh...

Hinako kembali menghadap laptopnya dengan wajah sedih.

Aku jadi berpikir, mungkin aku seharusnya menyediakan minuman untuknya. Tapi ternyata di seberang meja ada troli yang berisi teko teh, pasti Shizune-san yang membawanya.

Tiba-tiba, laptop Hinako berbunyi Piiip.

Rupanya ada pesan dari siswa lain muncul di layar.

'Umm, Konohana-san. Boleh aku meminta saranmu sebentar?'

Hinako langsung membalas.

'Tentu saja. Apa ada yang salah?'

'Aku sedang mempertimbangkan untuk menjual bisnisku, tapi di rapat pemegang saham ditentang oleh AI. Sebaiknya apa yang harus aku lakukan?'

Ternyata itu masalah yang cukup rumit.

Setelah membaca pesannya, Hinako cepat-cepat mengulurkan tangannya ke arah Shizune-san.

Shizune.

Baik, Ojou-sama. Ini perusahaannya.

Shizune-san langsung menyerahkan tablet kepada Hinako.

“Untuk jaga-jaga, sebaiknya aku akan membagikannya juga kepadamu, Itsuki-san.

Terima kasih.

Shizune-san menyodorkan smartphone-nya kepadaku. Di layarnya tampak informasi perusahaan dari siswa yang mengirim pesan tadi, sama dengan yang dilihat Hinako.

'Bagaimana kalau kamu menutup perusahaan dari bursa saham? Dengan begitu, kamu bisa mengendalikan manajemen lebih mudah, dan kemungkinan kerugiannya juga tidak terlalu besar bagimu dan perusahaanmu.'

'Terima kasih banyak! Kamu bahkan sudah meneliti perusahaanku!'

Siswa yang mengirim pesan itu terlihat sangat tersentuh dengan balasan Hinako.

'Oh ya, kalau kamu tidak keberatan, apa aku boleh membeli bisnis itu?'

'Eh?'

Eh?

Bukan hanya siswa yang mengirim pesan, tapi aku sendiri juga dibuat terkejut.

Aku membaca data yang diberikan Shizune-san. Setelah aku memeriksa informasi keuangannya, tampaknya bisnis yang sedang dibicarakan ini tidak terlalu menarik.

Apa kamu yakin itu tidak apa-apa, Hinako? Menurut pendapatku, bisnis ini terus merugi...

Tidak apa-apa... Aku pasti bisa kembali memulihkannya.

Hinako menjawab dengan tenang.

Siswa yang mengirim pesan juga tampak terkejut dan mengirim pesan lagi.

'Eh, apa kamu yakin, Konohana-san?'

'Ya. Kalau bisa, tolong kirimkan datanya mengenai detail bisnis itu.'

Segera, siswa tersebut mengirimkan data bisnisnya. Angka-angka yang sangat rinci dan banyak, jauh lebih detil dibandingkan dokumen yang kami punya.

Hinako menatap lekat-lekat data yang muncul di layar.

...Apa dia benar-benar tidak apa-apa?

Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Hinako, dan merasa cemas. Melihatku yang bereaksi begitu, Shizune-san menghela napas.

“....Ah, begitu ya. Sepertinya Itsuki-san kurang mengenal bakat Ojou-sama karena kamu terlalu dekat dengannya.

Bakat...?

Aku menoleh dengan kebingungan, dan Shizune mengangguk.

"Jangan khawatir. Ojou-sama adalah orang 'berbakat yang luar biasa dalam praktik bisnis', sampai Kagen-sama sendiri mengatakan begitu.

Ah, benar juga.

Berbeda dengan oran-orang lain di akademi, aku memiliki gambaran yang lebih kuat tentang Hinako dalam kepribadian aslinya.

Tapi Hinako adalah putri konglomerat dari Grup Konohana, dan dia sangat berbakat sampai-sampai dikenal sebagai Ojou-sama sempurna di Akademi Kekaisaran.

Produk... dipahami.

Hinako bergumam pelan.

"Fasilitas... dipahami.

Hinako terus menatap lekat layar, membaca data dengan kecepatan luar biasa.

Karyawan... dipahami.

Dia mengklik mouse dengan cepat.

Mitra bisnis... dipahami.

Hinako tenggelam dalam konsentrasinya yang tenang. Lalu dia menghela napas pelan.

...Hmm, aku sudah memahami semuanya.

Hinako sedikit menegakkan punggungnya sambil berkata,

Perhitungannya masih kasar... Ada banyak kelebihan biaya. Tapi kalau aku telaah ulang kontraknya dan memperbaiki beberapa area, dalam dua tahun bisa jadi untung.

Aku tidak mengerti apa yang dikatakan Hinako.

Aku tidak tahu apa yang dia lihat.

Tapi aku mengerti apa yang baru saja terjadi.

Dalam waktu singkat itu, Hinako telah sepenuhnya memahami data bisnis tersebut. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa menyimpulkan seperti itu tanpa pemahaman yang mendalam.

——Bulu kudukku berdiri.

Biasanya, hanya dengan diberikan data begitu saja, siapapun pasti mustahil bisa langsung memahami keseluruhannya dalam sekejap. Karena aku mulai belajar manajemen, aku baru memahami seberapa luar biasanya kemampuan Hinako.

Tanpa peduli pada rasa takjubku, Hinako mengirim balasan pesan.

'Aku akan membelinya.'

'Terima kasih banyak!'

Aku hanya bisa terpaku menyaksikan percakapan mereka berdua.

“Ojou-sama mampu memahami dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan sempurna,” ujar Shizune-san.

Tentunya, itu bukanlah hal yang mudah. Semakin besar perusahaan berkembang, semakin sulit juga untuk dikendalikan, bahkan direktur utamapun tidak bisa memahami keseluruhannya. Tapi Ojou-sama berbeda. Dengan kecerdasannya, beliau bisa memahami semua angka-angka, dan mengarahkannya ke jalur yang tepat.

Shizune-san memandang Hinako. Pandangan matanya dipenuhi rasa hormat yang tulus.

Mengurangi pengeluaran yang berlebihan, memanfaatkan fasilitas dan sumber daya manusia secara maksimal... bisa dibilang, inilah manajemen yang paling solid dan tradisional.

Tradisional... Aku merasa kalau itu memang ungkapan yang sangat tepat.

Aku jadi bisa memahami kenapa Kagen-san memandang Hinako dari sudut pandang seorang pemilik bisnis, bukan dari sudut pandang ayah.

Tidak diragukan lagi, Hinako memiliki kemampuan yang layak untuk memimpin.

Dengan kemampuannya yang sempurna ini, wajar saja jika reputasinya di lingkungan akademi juga baik.

“Fyuuh... Capeknya.

Sepertinya diskusinya dengan siswa tadi telah selesai, jadi Hinako bisa merasa rileks.

Kerja bagus, Hinako.

Hmm... apa itu berguna untuk belajar?

Ya. Itu sangat bermanfaat bagiku.

Hehe...

Hinako tertawa senang.

...Aku juga harus bisa dekat dengan Hinako yang ini.

Hinako si Ojou-sama yang sempurna, dan Hinako yang apa adanya. Aku yakin kalau kedua hal itu pasti berharga baginya.

Pemandangan yang baru saja kulihat begitu mengejutkan sampai-sampai membuatku sedikit merasa hormat sekaligus takut. Tingkah laku Hinako yang begitu sempurna hampir membuat bayangan Hinako yang apa adanya lenyap dari ingatanku.

Kalau dipikir-pikir, mungkin semua orang di akademi pasti sudah merasakan hal ini sejak lama.

Perilaku Hinako di akademi memang hanya sekedar akting belaka, tapi kemampuannya itu asli. Meski terkadang ada sedikit kecacatan, dia bisa menyembunyikannya dengan kemampuannya.

Oleh karena itu, aku tidak boleh tertipu.

Aku ingin bisa dekat dengan kedua sisi Hinako, baik yang luar maupun yang di dalam.

Itulah sebabnya, aku bertekad untuk menjadi salah satu direktur eksekutif Grup Konohanasetidaknya memiliki posisi yang setara dengan Hinako.

...Aku tidak akan kalah dari seseorang yang mengaku dirinya rekan.

Hinako bergumam pelan.

Hinako pasti menyimpan tekadnya tersendiri.

Itsuki-san

Shizune-san memanggilku dengan suara pelan.

Isyarat tangannya menunjukkan bahwa dia ingin membicarakan sesuatu secara diam-diam dari Hinako yang sedang berkonsentrasi dengan gamenya. Jadi aku mendekat ke arah Shizune-san dengan pelan.

“Iya, ada apa?

“Apa selanjutnya kamu ingin berbicara dengan Miyakojima-sama?

Memang begitu rencananya, tapi kenapa kamu tanya begitu?

Karena dengan jaringan koneksi Itsuki-san, setelah Tennouji-sama dan Ojou-sama, aku bisa memprediksi kalau orang yang berikutnya adalah Miyakijima-sama.

Memang benar, hanya Narika satu-satunya teman dekatku yang berasal dari latar belakang keluarga terpandang dan sebanding dengan Tennouji-san dan Hinako.

“Aku mempunyai satu permintaan. Jika kamu menemukan sesuatu tentang manajemen perusahaan Miyakojima-sama, apa kamu bisa membagikannya denganku?

Baiklah, kurasa itu tidak masalah. Tapi kira-kira apa ada alasan tertentu kamu memintanya, Shizune-san?

Karena penjualan perusahaan Shimax milik Miyakojima-sama sedang meningkat dengan baik. Jika ada rahasia di baliknya, aku ingin menyampaikannya kepada Ojou-sama.

Ternyata perusahaan Narika diam-diam berkembang pesat.

Kupikir game manajemennya baru saja dimulai..... tapi durasi waktu sudah lewat satu bulan dalam waktu game. Jadi wajar saja jika mulai ada perbedaan hasil.

“Aku tidak memintamu jadi mata-mata, kok. Asal sudah mendapat izin Miyakojima-sama, itu saja sudah cukup.

Oke, aku mengerti. Kurasa Narika akan mengizinkannya.

Narika bukanlah tipe orang yang suka berspekulasi.

Tapi tak disangka.... Narika bisa menjalankan bisnisnya dengan sukses.

Aku tidak pernah menduganya jika melihat dari perilakunya sehari-hari. Tapi sebenarnya, manajamen seperti apa yang dia lakukan?

 

◆◆◆◆

 

Keesokan harinya.

Tomonari, bolanya ke sana!

Baik!

Pelajaran olahraga semester kedua dimulai dengan permainan bola basket.

Aku berlari cepat ke dalam ring lawan sambil menggiring bola yang memantul dari rebound.

“Masukkan bolanya, Tomonari!

Aku melakukan lay-up dan bola masuk dengan suara "Plak!".

Bagus!

Terima kasih.

Aku melakukan tos dengan Taishou.

Kebetulan saat aku memegang bola, area di bawah ring lawan sedang kosong. Meski hanya beruntung, tapi berkat itu, tim kami unggul.

Peluit ditiup dengan nyaring, menandakan pertandingan selesai.

Tim kami lalu diberi waktu untuk istirahat sejenak.

Aku pindah ke tepi gimnasium dan menyeka keringat yang menetes dari pipiku dengan kerah seragam olahragaku

Saat aku sedang mengatur napasku, aku tak sengaja mendengar percakapan beberapa siswa di dekatku.

Ide yang kemarin aku bicarakan, dapat penilaian tinggi lho.

Oh ya? Kalau tidak salah ide yang mengembangkan produk baru supermarket, kan?

“Ah, ya. Jika dilakukan uji coba konsumen pada tahap pengembangan, tingkat keberhasilannya juga bisa meningkat. Aku berharap hal itu juga bisa diterapkan di dunia nyata.”

“Kalau berhasil dalam game manajemen, mungkin ide itu juga bisa meyakinkan orang tua.”

Aku berusaha memahami percakapan dua siswa laki-laki itu di dalam pikiranku.

Di masa lalu, saat mengembangkan produk baru, penilaian apakah akan laku atau tidak hanya dilakukan oleh karyawan saja. Tapi sekarang, mereka meminta konsumen biasa - pelanggan yang biasa datang ke supermarket - untuk mengevaluasi produk sebelum diluncurkan, bak karyawan paruh waktu, supaya dinilai dari sudut pandang pelanggan.

(... Menarik sekali)

Tanpa sadar, bibirku membentuk lengkungan senyum.

Semakin lama waktu berlalu, Akademi Kekaisaran semakin tenggelam dalam suasana game manajemen, tapi sepertinya hanya aku saja yang gelisah, sementara siswa lain terlihat tenang... tidak, mereka malah bersemangat.

Kalau dipikir-pikir kembali, para siswa akademi ini mungkin telah lama memikirkan perusahaan mereka sendiri. Game manajemen hanya menjadi kesempatan bagi mereka untuk menerapkan ide yang sudah ada di kepala mereka, tanpa benar-benar mengubah kehidupan asli mereka.

Buktinya, akhir-akhir ini mereka terlihat menikmatinya.

Bahkan siswa yang biasanya pendiam sekarang berbicara panjang lebar, seolah-olah bendungan yang runtuh, menceritakan ide-ide yang selama ini hanya ada di kepala mereka.

Mungkin karena suasana itu, aku juga mulai ikutan merasa senang.

(... Kapan aku harus berbicara dengan Narika, ya?)

Aku memikirkan tugas yang diberikan Takuma-san.

Sejujutnya, aku sulit memperkirakan bisnis Narika.

Meskipun metode manajemen Tennouji-san dan Hinako berbeda satu sama lain, mereka berdua sangat terampil dan berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman mereka. Namun, menurutku Narika tidak bisa melakukan hal seperti itu, karena dia tidak bisa dikatakan secerdas mereka berdua. ...Yah, pertama-tama, Tennoji-san dan Hinako memang murid istimewa di Akademi Kekaisaran.

Bahkan setelah mendengar cerita Shizune-san, aku masih tidak bisa memperkirakan apa yang dilakukan Narika.

Saat aku mengarahkan pandanganku ke lapangan lain, aku melihat Narika yang baru selesai istirahat. Saat Narika berolahraga, penampilannya sangat memikat, benar-benar menunjukkan reputasinya sebagai cool beauty. Sepertinya suasana pertandingan masih membekas, dia mengelap keringat dengan ekspresi serius, membuat banyak siswa memandangnya dengan kagum.

“Miyakojima-san! Lemparanmu tadi keren sekali!”

“Ah, ya. Terima kasih.”

Selain itu, berbeda dengan sebelumnya, Narika yang sekarang tidak selalu sendirian.

Meskipun masih ada kekakuan, tapi dia sudah bisa berkomunikasi dengan baik.

... Dia sudah berkembang, ya.

Aku merasa terharu karena aku mengetahui bagaimana perjuangannya selama ini.

Narika.”

Kebetulan dia sedang beristirahat di dekat sini, jadi kurasa ini waktu yang tepat untuk berbicara dengannya.

Narika menoleh dan tersenyum lebar, lalu mendekat ke arahku.

Itsuki! Ada apa?

Jika dia bisa menunjukkan sifat ramah seperti ini ke orang lain juga, mungkin dia akan lebih disukai banyak orang.

Boleh aku menanyakan sesuatu tentang game manajemen padamu?

Umm... yah, meski aku tidak tahu apakah aku bisa membantu, tapi aku tak masalah.

Ekspresi Narika tampak sedikit ragu-ragu.

Reaksinya seperti dia tidak terlalu percaya diri.

Bagaimana cara kamu menjalankan perusahaan?

Bagaimana caranya... Aku sebenarnya tidak melakukan hal-hal rumit. Karena aku tidak punya pengetahuan atau keterampilan khusus, sih.

Tapi, kinerja bisnismu sedang meningkat, bukan?

“Kelihatannya begitu sih... Tapi aku sendiri kurang merasakan hal itu.

Misalnya saja baru-baru ini, apa yang kamu lakukan?

Setelah ditanya begitu, Narika berpikir sejenak menjawab.

Kami mengembangkan sepatu lari yang dibuat khusus pesanan.

Narika kemudian menjelaskan lebih lanjut.

Bentuk kaki kanan dan kiri setiap orang itu berbeda-beda. Misalnya seperti ketinggian tapak kaki, panjang jari kaki, dan sebagainya. Jadi aku ingin membuat sepatu yang disesuaikan dengan bentuk kaki masing-masing orang. Ternyata idenya dinilai cukup baik. Metodenya adalah dengan memindai bentuk kaki menggunakan mesin, lalu memproduksi setiap komponennya dengan 3D printer.

Ah, begitu ya... Rupanya kamu bisa sampai kepikiran hal seperti itu.

Pembuatan sepatu khusus pesanan memang sudah lama ada di industri sepatu olahraga. Jadi aku hanya mengadaptasi konsep itu.

Aku memang tidak punya sepatu khusus pesanan, tapi memang kesan yang ada di benak orang ialah produk sepatu mahal itu dibuat secara manual oleh tangan-tangan terampil. Sepertinya alasan ide Narika dihargai tinggi adalah karena dia berhasil mengubah proses pembuatan sepatu itu dengan teknologi digital.

Apa ada lagi selain itu?

Selain itu... Sebelumnya aku mengembangkan pakaian kompresi untuk wanita.

Pakaian kompresi?

Semacam pakaian olahraga yang bisa sedikit menekan tubuh. Itu katanya bisa membantu pemulihan kelelahan dan meningkatkan performa. Tapi karena lekuk tubuh jadi terlihat jelas, ada yang merasa tidak nyaman dengan mengenakannya. Jadi aku coba memikirkan desain yang bisa menutupi kekurangan itu. Misalnya, aku beri garis putih di sini supaya terlihat ramping...

Narika menjelaskan sambil menyentuh perutnya.

...Apa yang katanya tidak punya pengetahuan khusus atau keterampilan?

Jelas-jelas dia punya. Malah pengetahuan yang luar biasa dan tidak tertandingi.

Dalam bidang olahraga, Narika memang tidak terkalahkan sejak dulu. Bahkan Tennouji-san dan Hinako pun tidak bisa menandinginya. Dia begitu produktif mengeluarkan ide, dan semua idenya bisa segera direalisasikan, jadi wajar saja jika Shizune-san terkesan dengan hasil yang dicapainya.

Ba-Bagaimana? Apa itu bermanfaat?

Ah, ya... Jujur saja, aku cukup terkejut. Ternyata Narika juga serius menjalankannya.

Apa maksudmu dengan itu?! Yah, memang mungkin sulit dibayangkan dari sikapku biasanya, tapi...

Dia memang orang yang mudah tersulut emosi dan cepat merasa kesal.

...Sebenarnya, aku ingin buka toko permen.

Kamu masih membicarakan itu?

Ah... Sudah lama sekali mereka tidak semarah itu.

Karena Narika serius, jadi mungkin orang tuanya juga pasti marah sungguh-sungguh.

Apa sebenarnya yang Narika pikirkan tentang masa depannya...?

Omong-omong, kamu tidak pernah berpikiran untuk menjadi atlet olahraga, Narika?

Hmm... Pertanyaan itu sering ditanyakan padaku, tapi sejujurnya tidak pernah. Aku memang suka olahraga dan menyadari bakatku di sana, tapi aku lebih suka menyarankannya ke orang lain.

Mungkin orang tua Narika juga sudah paham dengan sifat Narika yang seperti ini.

Jika dia benar-benar ingin memulai toko permen dan tidak berniat meneruskan perusahaan, mungkin orang tuanya akan mengubah sikap. Tapi pada akhirnya, Narika pasti akan meneruskan perusahaan keluarganya.

Apa kamu masih tidak memainkan tenis sejak itu, Itsuki?

Ya... Aku cukup sibuk belakangan ini.

“Apa boleh buat, mengingat posisimu. ...Kalau kamu ingin main lagi, katakan saja. Karena cuma aku satu-satunya yang bisa mengajarimu!

Narika berkata dengan bangga.

...Tapi tidak juga.

Meski sering merasa frustasi menghadapi usaha Narika yang gigih, ada banyak hal yang pantas dihargai darinya. Dia hanya tidak menyadari kelebihannya karena sikapnya yang cenderung negatif.

Miyakojima-san, apa kalian berdua sedang membahas game manajemen?

Saat itu, seorang siswi yang sedang istirahat memanggil Narika.

Narika langsung menjadi tegang, dan wajahnya seketika jadi kaku. Aku memberi isyarat dengan menepuk-nepuk pipiku agar Narika bisa merilekskan ekspresinya.

Narumi sedikit melunakkan ekspresinya, lalu menoleh.

Ah, ya.

Anu, kami berencana mengadakan diskusi tentang game itu sepulang sekolah nanti. Jika Miyakojima-san bersedia, kami ingin kamu juga ikut bergabung dengan kami.

Eh, ak-aku...?!

Ya!

Melihat antusiasme tulus siswi tersebut, Narika jadi panik.

“Ba-Ba-Ba-Ba-Ba-Bagaimana ini I-Itsuki...!? Apa yang harus kulakukan...?!

Padahal aku baru saja merasa dia sudah berkembang...

Tapi demi kebaikan Narika, aku harus bersikap tegas.

Aku menjawab mewakili Narika.

Dia akan ikut.

Itsuki?!

“Itu pasti akan sangat bermanfaat. Aku harap kalian tidak kecewa.

Itsuki?!

Sambil menyemangati Narika yang tampak berkaca-kaca di dalam hatiku, aku berjalan menuju lapangan putra.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama