[LN] Anti-NTR Jilid 4 Bab 2 Bahasa Indonesia

Chapter 2

 

Towa-kun.”

Apa?

Semalam, setelah aku pulang, tidak terjadi apa-apa, ‘kan?

...Apa maksudmu?

“Aku khawatir kalau Kanzaki-san menyerangmu secara seksual.”

Tidak ada yang seperti itu.

Tiba-tiba saja pacarku ini bicara apa, sih? Memang benar kalau semalam Kanzaki-san menginap di rumah kami, tapi tidak ada kejadian yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Malah, yang terjadi adalah sesuatu yang justru bertolak belakang dengan hal-hal berbau seksual.

...

Selain mimpi itu, aku juga masih mengingat dengan jelas percakapannya dengan Kanzaki-san.

Aku tidak memastikan apakah itu benar atau tidak, tapi mungkin saja Kanzaki-san, yang terhubung dengan dunia bawah tanah, pernah membantu Ayana dalam upaya balas dendamnya.

Hei, Ayana...

Aku memanggil namanya, tapi langsung menghentikan diriku.

Pertanyaan yang ingin kutanyakan adalah, jika Kanzaki-san membantunya, apa yang akan kamu lakukan? Tapi tentu saja, Ayana tidak akan melakukan hal seperti itu lagi.

Towa-kun, hanya dengan memanggilku seperti itu, berarti ada sesuatu yang terjadi, kan?

...Memang benar.

Pacarku ini sangat memperhatikanku, jadi mana mungkin dia tidak menangkap gumaman kecilku tadi...aku memutuskan untuk memberitahunya dengan nada santai.

Sebenarnya...

Aku menceritakan tentang siapa Kanzaki-san, posisinya, dan bagaimana dia mencoba membantu ibu dan diriku.

Begitu, jadi kalian membicarakan hal itu. Aku memang pernah mendengar kalau Kanzaki-san adalah bawahan didikan Akemi-san...

Haha...

Meskipun hubungan antara ibu dan Kanzaki-san sangatlah dekat, tapi Ibu memang tidak suka membicarakan masa lalunya sebagai berandal, jadi pasti dia juga tidak akan memberitahu tentang sisi gelap Kanzaki-san.

Yah, meski begitu, aku sendiri sudah mendengar sedikit langsung dari Kanzaki-san.

...Lalu

Aku melanjutkan apa yang ingin kukatakan tadi.

Kanzaki-san jelas-jelas memiliki kekuatan. Itu terlihat dari pembicaraan dan auranya. Nah, Ayana, jika dia menawarkan bantuannya untuk mendukung upaya balas dendammu yang sudah hilang itu, apa yang akan kamu lakukan?

Sepertinya Ayana langsung mengerti arah pembicaraanku. Dia menjawab dengan ragu-ragu.

Dengan asumsi bahwa aku masih tetap seperti dulu, kurasa aku pasti akan menerima bantuannya. Aku yakin aku tidak bisa melakukannya sendiri. Meski aku yakin bisa melakukannya, tapi aku ingin benar-benar menghancurkannya.

Begitu ya... Ayana pasti akan meminta bantuan Kanzaki-san.

Meskipun masa itu sudah takkan pernah terjadi lagi, tapi aku bisa hampir yakin bahwa Kanzaki-san adalah orang yang membantu Ayana.

Tapi sekarang, masa itu sudah tidak akan pernah datang lagi.

Tentu saja. Aku sudah meninggalkan masa lalu dan mengucapkan selamat tinggal pada balas dendam itu!

Ayana memeluk lenganku erat-erat sembari mengatakan itu. Ekspresinya yang tersenyum lebar itu... Jika diingat-ingat lagi, dia tidak sering menampilkan ekspresi selepas ini sebelumnya.

Meskipun dia tersenyum, itu selalu senyum yang anggun... Sulit menjelaskannya dengan kata-kata mengenai apanya yang berbeda, tapi memang benar bahwa senyum seperti ini belum pernah kulihat sebelumnya.

Aku senang kamu memelukku, tapi...

Eh?

Kamu tahu, ini musim panas, jadi bisakah kamu menjauh sedikit...

Panas sekali memang.

Walaupun suhu panasnya tidak di tingkat yang sulit ditahan, tapi di luar ruangan yang terkena sinar matahari langsung, rasanya cukup menyiksa.

Ayana sepertinya juga merasakan hal yang sama, jadi kami sepakat untuk tetap di dalam ruangan yang sejuk untuk bermesraan.

Cuaca panas ini... Benar-benar menyebalkan. Setiap tahun aku selalu berpikir begitu, padahal tidak ada orang lain di sekitar, tapi aku malah tidak bisa bermesraan dengan Towa-kun.

“Bukannya tidak mungkin bisa, tapi apa boleh buat, ‘kan.

Hmm... Tapi saat pelajaran olahraga mungkin bisa? Seragam olahraga yang basah oleh keringat... Cukup menggoda, bukan?

Ide yang bagus! Aku hanya ingin mengatakan satu hal pada Ayana yang sepertinya sudah mulai liar ini.

Ayana... Akhir-akhir ini kamu jadi agak... liar ya.

Itu semua berkatmu♪

Hah... Dia tersenyum manis sekali.

Pagi ini Ayana membicarakan topik yang cukup provokatif, tapi sekarang dengan semakin banyaknya murid lain di sekitar, sepertinya pembicaraan itu harus berakhir.

Panasnya~

Bagaimana kalau kita ke kolam renang minggu depan?

“Setuju! Kita harus beli baju renang dulu!

Beberapa siswi di depan kami membicarakan topik itu.

Memang, di musim panas seperti ini, pergi ke pantai atau kolam renang adalah kegiatan yang umum. Tentu saja, aku dan Ayana juga sudah berencana untuk pergi, bahkan aku sudah berjanji akan membantunya memilih baju renang.

Towa-kun

Soal baju renang ya? Aku tidak melupakannya kok... Lagipula, aku juga ingin melihatnya.

Ah... Hehe♪

Sepertinya Ayana juga ingat dengan janji itu.

Entah kapan waktunya, tapi aku akan menantikan saat itu. Sambil menghela napas, aku kembali merasakan tatapan-tatapan lain yang ditujukan pada Ayana.

(Aku mengerti perasaan mereka sih...)

Ini bukan pertama kalinya aku mengatakannya, tapi Ayana mempunyai paras cantik luar biasa, dan sangat populer.

Bahkan sebelum kami berpacaran, dia sering sekali mendapat pernyataan cinta. Dan sekarang, saat kebahagiaannya mulai terpancar, pesonanya semakin bertambah, membuatnya menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar kami meskipun ada aku di sampingnya.... Apalagi dengan pakaian musim panas yang lebih terbuka ini, itu pasti jadi salah satu alasannya.

“Seriusan, kenapa sih Ayana bisa seimut dan secantik itu... kamu benar-benar menarik sesuai dengan seleraku.

Wah, tiba-tiba memuji seperti itu... Tapi boleh, nih? Kalau dilanjutkan, aku bisa membalasnya dua kali lipat, lho.

...Di rumah saja, ya.

Siap deh♪

Dia mengangguk dengan senyuman manis dan menabrakkan bahunya sedikit ke arahku, seperti yang biasa dilakukan oleh teman sebaya. Perilakunya yang begitu mengingatkanku pada Ayana yang dulu.

Ya—— Aku bisa menangkap maksud Ayane dari interaksi ini.

Aku tidak membalas dengan menabrakkan bahuku dan hanya mengusap kepalanya pelan sebagai balasannya.

Memang penting untuk sering memamerkannya, ya.

Tentu saja! Harus begitu, 'kan?

Soalnya, maksud Ayana tadi memang untuk memamerkan dirinya padaku.

Bersikap mesra di depan orang lain dengan Ayana yang secantik ini memang tidak mudah... Bagaimana tidak, gadis semanis ini ada di dekatku dan berusaha mendekat, tentu saja aku ingin membalasnya.

“Ampun deh... Rasanya pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya.

Aku juga merasa déjà vu...

Eh?

Ara?

Aku mendengar suara dari belakang... Meski tanpa melihat pun aku tahu itu siapa, dan aku juga merasa pernah mengalami hal serupa sebelumnya.

Iori-senpai dan Mari-chan.

Ketika Ayana memanggil nama mereka, aku ikut menoleh dan memang benar mereka berdua ada di sana.

Senpai kami, Honjou Iori dan kouhai kami, Uchida Mari... Kami sudah lama berteman dengan mereka, tapi sama seperti Ayana, aura heroine mereka masih tetap kuat.

Kalian ini... Yah, sebaiknya jangan terlalu berisik, deh.

Ahaha! Tapi bagi kami, pemandangan seperti ini memang menyenangkan untuk dilihat, kok!

Itu benar sih, tapi... Melihat pasangan seperti Yukishiro-kun dan Ayana-san di usia SMA, mungkin bisa membuat orang jantungan, 'kan?

“Bukannya itu terlalu berlebihan...?

Itu memang terlalu berlebihan.

Setelah berhenti sejenak dan berbincang sebentar, Iori dan Mari pun pergi meninggalkan kami karena merasa tidak enakan sudah mengganggu kami.

“Padahal mereka tidak perlu merasa tidak enakan begitu.

Ya, memang.

Ketika aku melihat punggung mereka yang semakin menjauh, aku berpikir bahwa hal ini juga merupakan sebuah perubahan.

Akhir-akhir ini, aku jarang melihat Shu berada di dekat mereka berdua... Tentu saja, mereka masih mempedulikan Shu, tapi dibandingkan dulu, Shu lebih sering menghabiskan waktunya sendiri.

Mengenai Iori, aku melihat dia benar-benar memperhatikan Shu, dan Mari juga melakukan hal yang sama. Tapi belakangan, aku sering melihat kalau Mari terlihat senang saat bersama Aisaka.

Fufufu, akhir-akhir ini saat aku mengobrol dengan Mari-chan, dia sering membicarakan Aisaka-kun. Dia terlihat senang saat membicarakannya, tapi wajahnya juga memerah dan tidak mau menatapku, lucu sekali.

Ah... Dari dulu dia memang begitu, ya. Sepertinya dia masih belum terbiasa.

Manis sekali, 'kan? Dari sudut pandang kita, hubungan mereka sudah sangat jelas, tapi Aisaka-kun masih malu-malu agar tidak ketahuan, sementara Mari-chan takut kalau-kalau Aisaka-kun tidak menyukainya.

Dari sudut pandang orang luar, hubungan Arisaka dan Marin memang sangat menarik. Aku selalu penasaran bagaimana kelanjutan hubungan mereka.

Walaupun aku tidak boleh berkata begini, tapi aku senang Iori-senpai dan Mari-chan juga terlihat semakin baik.

Ya... Benar sekali.

Iori masih tetap jujur dengan perasaannya, sementara Mari, meskipun belum menyadarinya, terlihat bahagia bersama orang yang dia sukai... Jika dibandingkan dengan masa depan yang seharusnya mereka jalani, keadaan mereka saat ini jauh lebih baik.

.....

Ya... Semuanya berjalan terlalu lancar.

Tanpa disadari, mereka menuju masa depan yang terbaik... Tapi terkadang, aku merasa takut jika semua ini akan hilang dari genggamanku.

Ayana berada di sampingku... Kekasihku yang berharga ada di sini.

Aku ingin selalu bersamanya selamanya... Tapi jika kebahagiaan ini hilang, itu benar-benar akan menakutkan.

Towa-kun? Ada apa?

Eh? Ah, tidak, bukan apa-apa.

Biasanya Ayana peka dengan perubahan kecil padaku, tapi kali ini dia tidak menyadarinya. Syukurlah... Ini memang keluhan yang terlalu mewah.

Nah, ayo kita pergi.

Baik.

Setelah itu, kami berjalan menuju ke ryang kelas sambil mengobrol riang, berusaha menghilangkan rasa khawatir yang sempat muncul di dalam hatiku.

Selamat pagi, Ayana.

Selamat pagi, Setsuna.

Ayana langsung pergi menemui temannya, Toudo-san, sementara di sampingku ada Aisaka, yang bisa dibilang sempat menjadi topik pembicaraan kami.

Yo, Yukishiro.

Yo, Aisaka.

Aku tetap mengusap kepala Aisaka yang botak dan berambut pendek. Sensasi tekstur yang menyenangkan itu membuatku tak ingin berhenti.

Hei, kenapa aku harus diusap oleh laki-laki?

Ini teksturnya enak banget, lho. Teruslah pertahankan.

Kamu bilang 'teruslah pertahankan' seolah-olah menyuruhku untuk tetap botak.

Bukan begitu, kok. Tapi rambutmu memang pendek, 'kan?

...Ah, iya juga.

Tapi... Memang terdengar mirip, ya, teruslah pertahankan dan botak.

Setelah sejenak menikmati tekstur kepala botak Aisaka, aku berdiri dan berjalan ke arah toilet. Dan Aisaka juga sepertinya ingin ikutan.

Karena kebetulan hanya ada kami berdua, jadi topik yang biasa dibicarakan pun muncul.

“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Mari akhir-akhir ini?

A-Apa maksudmu dengan 'bagaimana'?!

...Benar-benar reaksi yang mudah dibaca, ya.

Aku tersenyum melihat wajah Arisaka yang memerah sampai ke ubun-ubun.

Meskipun aku dan Ayana mengetahui kalau Aisaka menyukai Mari, kami jarang menanyakan langsung padanya.

Yah, semangat, ya.

...Terima kasih.

Entah apa jawaban Aisaka nanti, itu sudah bukan urusanku dan Ayana lagi... Tapi sebagai teman, aku berharap mereka bisa memiliki hubungan yang baik.

Saat kami kembali ke ruang kelas setelah selesai dari toilet...

Ah, Yukishiro-kun!

...Eh?

Hm?

Suara itu berasal dari seorang pemuda... sepertinya seorang senior yang lebih tua satu tahun dariku?

... Hmm, kira-kira ia ada keperluan apa denganku”

Maaf kalau aku mengagetkanmu. Namaku Bundo, anggota dari klub koran...

Klub koran... Gawat, itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak kuingat saat ini.

Saat aku menggali kembali ingatan Towa, aku sama sekali tidak mengenalnya, entah karena memang tidak menonjol atau hanya tidak terlalu terlihat... Namun, Aisaka tiba-tiba bersuara dan melanjutkan perkataannya.

Ah iya, aku pernah melihat koran yang diterbitkan sebelum liburan musim panas atau musim dingin. Mereka membuat semacam peringkat pasangan terbaik di sekolah ini, kan?

Benar, itu dia!

Setelah mendengar perkataan Aisaka, Bundo-senpai langsung menyipitkan matanya yang tertutup kacamata.

Suasana yang tadi tenang, berubah menjadi bersemangat, seolah-olah ia memaksa kami untuk masuk ke dalam arenannya.

Kegiatan kami sudah dimulai sejak tahun lalu, dan seperti yang tadi dia katakan, kami membuat berbagai artikel, termasuk pasangan terbaik. Sepertinya ini jarang ditemukan di tempat lain, makanya itu cukup populer! Tentu saja kami tidak akan menulis hal-hal yang tidak pantas, dan kami juga sudah mendapat izin untuk memuat informasi tersebut di koran!

“Ka-Kamu terlalu dekat, Senpai!

Semangat dari senpai yang satu ini terlalu berlebihan...!

Senior itu berdeham untuk menenangkan dirinya.

Jadi, itulah sebabnya kami ingin menulis artikel tentang Yukishiro-kun dan Otonashi-san sebagai pasangan terbaik sekolah!?”

Hei, tenangkan dirimu, Senpai!

Kupikir ia sudah sedikit tenang, tapi ternyata masih belum tenang juga!

Sambil menenangkan senpai yang terlalu bersemangat ini, aku berpikir dengan tenang tentang usulan senior tersebut.

Pasangan terbaik... Yah, aku dan Ayane merasa terhormat jika dipandang demikian, tapi mungkin itu karena kami baru saja mulai berpacaran.

Kami akan melakukan wawancara dengan siswa lain, dan menggabungkannya dengan analisis kami, lalu mengumumkan peringkatnya secara adil! Meskipun begitu, kalian berdua adalah pasangan yang sangat aku dukung! Aku merasa ikatan kalian bahkan lebih kuat daripada pasangan-pasangan yang sudah masuk peringkat sebelumnya!

Sudah kubilang, kamu terlalu dekat, senpai....Ah sudahlah, biarkan saja.

Selama kalian benar-benar melakukan wawancara dan analisis, kurasa tidak masalah. Sepertinya menarik juga."

Kamu ini...

Jadi, bagaimana menurutmu, Yukishiro-kun?

Aisaka yang mengatakan kalau ini terlihat, dan Bundo-senpai yang sepertinya sangat ingin kami ikut serta.

Aku memikirkan tentang apa yang harus kulakukan sambil melihat ekspresi mereka berdua secara bergantian... Jujur saja, aku merasa agak malu jika namaku dimuat dalam artikel semacam ini. Tapi ini juga kesempatan yang baik untuk membuat hubunganku dengan Ayane diketahui oleh semua siswa.

Tapi aku tidak bisa memutuskannya sendiri, aku harus mendengar pendapat Ayane juga... Saat aku berpikir begitu, tiba-tiba terdengar suara dari belakangku.

Kurasa itu ide yang bagus. Aku juga setuju.

Bersamaan dengan suara itu, ada tangan yang menyentuh bahuku. Saat aku menoleh, ternyata Ayana berdiri di sana dengan senyum lebar sembari ditemani Toudo-san.

Ayana... Kamu yakin?

Tentu saja. Di saat-saat seperti ini, kita harus memamerkannya secara terbuka. Ah, dengan begini mereka akan tahu kalau mereka takkan bisa menghalangi hubungan kita!

Wah... Otonashi-san, kamu terlihat sangat bersemangat!

Tolong sebarkan berita kemesraan kami sebanyak mungkin!

Serahkan saja padaku!

... Hei, pendapatku tidak didengarkan sama sekali.

Yah, jika Ayana menyetujuinya, maka aku juga tidak masalah. Jadi aku menyampaikan kepada Bundo-senpai kalau kami tidak keberatan melakukannya.

Aku ingin menerbitkan artikel itu sebelum liburan musim panas, jadi bagaimana kalau kita melakukan wawancara singkat sepulang sekolah besok? Kalian bisa datang sendiri-sendiri juga tidak apa-apa, tapi kurasa lebih baik kalau bersama-sama. Dan aku juga ingin mengambil foto kalian berdua!

Kacamata Bundo-senpai sejak tadi berkilauan.

Seharusnya itu tidak mungkin terjadi, dan tidak masuk akal juga, tapi kenapa terlihat seperti itu... Mungkin aku memang sedang lelah.

Baiklah, aku mengerti. Tapi, di mana kita akan melakukannya?

“Aku tidak mau terlalu merepotkan waktu kalian. Jadi aku akan datang ke kelas kalian saja, karena setelah pulang sekolah pasti tidak ada orang lain di sana.

Itu memang benar... Jadi kami sudah menentukan jadwal untuk besok sepulang sekolah.

Bundo-senpai pun pergi dengan wajah bersemangat dan perasaan riang, dan kami juga harus segera kembali ke kelas karena jam pelajaran pagi akan segera dimulai.

...?

Setelah masuk ke dalam ruang kelas, aku langsung merasakan tatapan padaku begitu Ayana dan Aisaka pergi ke kursi mereka masing-masing.

Rupanya itu dari Shu, yang langsung mengalihkan pandangannya seperti biasa begitu bertatapan denganku. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa tatapan negatif darinya sudah berkurang.

 

(Sudut Pandang Ayana)

(Towa-kun, ia tuh terlalu perhatian atau mungkin terlalu khawatir)

Saat jam pelajaran pagi dimulai, aku memikirkan tentang Towa-kun sambil mendengarkan penjelasan guru.

Ia tidak segera duduk ketika berpisah denganku dan melihat ke arah Shu-kun, jadi aku pun langsung memperhatikannya. Sedangkan diriku sendiri, aku juga sudah tidak terlalu membenci Shu-kun dan keluarganya. Tapi jika Towa-kun lebih memperhatikan Shu-kun daripada aku, itu jadi masalah lain...

(Bukan berarti aku sedang khawatir atau apa, tapi... Kami sudah bersama sejak kecil, jadi wajar saja)

Meskipun ia memutuskan hubungan dengan kami dengan cara itu, tapi ada banyak waktu yang menyenangkan saat kita bertiga bersama. Bukan karena terpaksa akrab, tapi... aku memang benar-benar menikmati saat-saat itu.

(Yah, bagaimanapun juga, menurutku biar waktu yang akan menyelesaikannya. Dari cerita yang kudengar, sepertinya Shu-kun sudah mulai lebih banyak tersenyum dibandingkan sebelumnya)

Setelah memikirkan hal itu, tiba-tiba aku tersadar.

Ternyata aku juga masih khawatir dengan Shu-kun.

(Mungkin ini juga merupakan tanda bahwa aku sudah lebih tenang. Dan yang terpenting, aku bisa menghabiskan setiap hari bersama Towa-kun... Karena ia mencintaiku, jadi mana mungkin aku tidak bahagia)

Seriusan, sebenarnya, seberapa besar sih aku tergila-gila pada Towa-kun... Padahal tadi aku masih memikirkan Shu-kun, tapi begitu sedikit saja memikirkan Towa-kun, pikiranku langsung dipenuhi olehnya.

...Ehehe.

Ups, senyum bahagiaku itu tanpa sadar keluar.

Untung saja guru dan teman-teman sekelas lainnya tidak menyadari sikapku, tapi aku merasa ada tatapan sekilas... Yah, kurasa itu hanya perasaanku saja yang merasa ada tatapan heran!

(Tapi... apa itu tatapan Setsuna?)

Pada dasarnya isi pikiranku sudah dipenuhi dengan Towa-kun, dan juga orang-orang penting yang baik pada kami. Tentu saja, di dalamnya juga termasuk teman-temanku.

Aku belum pernah bercerita pada mereka tentang sisi gelapku atau masalah yang kualami... Tapi meskipun begitu, mereka selalu memperlakukanku dengan tulus sebagai teman.

Di antara mereka, Setsuna adalah teman sekelas yang paling dekat denganku. Aku yakin, jika aku bercerita tentang masalah batinku yang kelam padanya, dia tidak akan menjauhi atau menceramahiku.

(Selain aku dan Towa-kun, ada juga Aisaka, Mari-chan, Setsuna, dan Someya-kun... Aku dan Towa-kun memang masih menjadi perhatian utama, tapi masa depan mereka juga membuatku khawatir)

Tentu saja, aku juga memikirkan Shu-kun dan Iori-senpai, yang mempedulikannya.

“Baiklah, sepertinya liburan musim panas sudah mulai dekat... Tapi mulai sekarang, aku akan selalu mengingatkan kalian, oke? Jangan sampai bertingkah terlalu liar, tetaplah dalam batas-batas kewajaran sebagai siswa!

Kami akan bersenang-senang sepenuhnya!

“Orang-orang macam kamu yang paling sering membuat masalah, tah! Tolong jaga perasaan gurumu, dong!

Suara gelak tawa memenuhi kelas saat guru dan teman-temanku bercanda.

Aku juga sedikit tersenyum, lalu melirik Towa-kun yang juga tertawa.

Senyum yang sangat kusukai, senyum yang ingin selalu kulihat... Hei, Towa-kun?

Kamu bilang ingin agar aku selalu tersenyum, dan ingin agar kita berdua bahagia... Bukan hanya salah satu dari kita, tapi kita berdua.

(... Ufufufu, aku harus berhati-hati. Jika memikirkan itu, pipiku pasti akan melempem seperti mochi)

Pasti senyumku saat ini jauh lebih lebar daripada sebelumnya.

Senyum manis dan imut yang tadi bisa saja berubah menjadi senyum aneh yang mengerikan.

Ah, mungkin karena itulah aku merasakan tatapan keheranan dari Setsuna?

(... Fiuh, aku harus bisa tersenyum dengan baik sebagai pacar Towa-kun!)

Dengan mengingat itu sambil bersemangat, aku kembali fokus mendengarkan penjelasan guru.

Setelah jam wali kelas pagi, aku tidak mendapat komentar apa-apa dari Setsuna saat istirahat makan siang. Tapi saat kami hendak memakan bekal bersama, dia langsung menegurku.

Hei, Ayana? Meskipun aku tidak bisa melihatnya dari tempat dudukku, tapi saat guru lagi berbicara, wajahmu kelihatan aneh sekali, lho?

... Apa maksudmu?

Saat kamu sedang memikirkan Yukishiro-kun, wajahmu selalu saja menjadi seperti itu.

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya!?

Astaga, ini mengejutkan sekali!

Tentu saja aku bisa memahami apa yang sedang dipikirkan Towa-kun... Tapi bagaimana Setsuna bisa tahu sampai sejauh itu? Hmm, kenapa ya?

“Memangnya kamu pikir aku sudah berapa lama menjadi temanmu? Memang aku juga heran kenapa bisa tahu, tapi mungkin itu karena kita selalu bersama-sama.

... Apa iya begitu?

Iya, begitulah.

Hmm... Tapi aku sendiri tidak bisa membaca ekspresi Setsuna dari belakang.

Sudah jelas, kalau aku mengatakan hal itu, mungkin Setsuna akan kesal, jadi lebih baik tidak usah kukatakan.

Tapi sudah diduga, kurasa Yukishiro-kun sendiri tidak akan bisa tahu.

... Tapi Towa-kun pasti akan mengerti.

Aku menjawab dengan nada sedikit ketus.

Setsuna hanya terkekeh-kekeh... Tapi sebenarnya, sejak tadi aku juga merasa ada yang mengganjal dari Setsuna, seperti ada sesuatu yang ingin dia tanyakan padaku.

Setsuna, apa ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan padaku?

Ti-Tidak ada kok...

Wah, sepertinya ada yang mau membalikkan keadaan... Ayo, ceritakan saja.

... Hei, Ayana? Sudah kuduga, kamu jadi sedikit berbeda sejak kamu mulai berpacaran dengan Yukishiro-kun.

Aku sama sekali tidak peduli tentang itu sekarang, jadi biar aku yang bertanya.

“Kamu tidak perlu menyembunyikannya. Lalu, ada apa?

... Ternyata Ayana bisa peka terhadap hal-hal yang menyangkut diriku juga ya.

Yah, kalau melihat ekspresimu yang gelisah itu, bahkan orang yang tidak terlalu dekat denganmu pun pasti akan menyadarinya.

Setsuna yang sepertinya sudah pasrah, menghela napas dan berdiri dari kursinya, dia lalu mengajakku keluar kelas.

Aku pun ikut berdiri, dan saat aku hendak mengikutinya, tiba-tiba Towa-kun muncul di depanku.

Ah...

Oops.

Dengan suara debuman pelan, aku tertarik ke dalam dada Towa-kun yang kokoh. Berbeda denganku yang lembut, dada Towa-kun terasa begitu kuat dan tegap... Tapi Towa-kun juga sangat menyukai dadaku yang lembut dan kenyal ini, jadi kami berdua memang cocok!

Towa-kun...

Maaf. Aku tidak akan melakukan ini jika itu orang lain, tapi aku langsung tahu kalau itu Ayana, makanya aku melakukan ini.

Tidak apa-apa kok~

Ah... Towa-kun memang pangeranku.

Di tempat umum seperti sekolah dan kelas yang dipenuhi orang, aku bisa merasakan seluruh diri Towa-kun yang begitu kucintai... Ah, iya, aku masih ada urusan penting dengan Setsuna!

Maaf Towa-kun, aku harus pergi sebentar untuk bicara dengan Setsuna.

Dengan Toudo-san? Baiklah, pergilah.

Aku pergi dulu ♪

Aku dengan berat hati meninggalkan Towa-kun dan menuju ke tempat Setana yang memandangku dengan tatapan heran.

Kamu ini... Yah, sudahlah.

Maaf Setsuna. Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?

Meskipun ada banyak siswa yang berlalu-lalang di lorong depan kelas, tapi hanya sedikit yang benar-benar memperhatikan kami. Dan tidak ada yang benar-benar peduli dengan isi pembicaraan kami.

Setsuna bertanya dengan sedikit gelisah, sambil sesekali melihat-lihat ke area sekitar.

“Yah... Sebenarnya ini masih terlalu dini bagiku, tapi...

Ya?

“Aku penasaran, bagaimana caranya... supaya bisa memiliki hubungan yang saling percaya seperti kamu dan Yukishiro?

“Jadi maksudmu...Ah, begitu rupanya...

“Aku akan sangat terbantu jika kamu tidak bertanya lebih dalam... Ah, dan kalau misalnya aku mulai berpacaran, apa ada saran yang harus kuingat?

Wah, wah, hmm, jadi begitu rupanya... Aku paham maksudnya.

Aku memang bukan orang yang terlalu lamban untuk mengerti apa yang sedang dia pikirkan, dan aku juga tahu siapa yang sedang ada di pikirannya saat wajahnya memerah.

Aku melirik sekilas ke arah Someya-kun yang sedang mengobrol dengan teman-teman, lalu mulai berbicara dengan nada menasihati.

Hubungan saling percaya antara aku dan Towa-kun itu... Kalau membahasnya, bisa-bisa waktu istirahat makan siang tidak akan cukup. Jadi lebih baik kita simpan dulu pembicaraan itu.

Ah, oke, disimpan dulu.

Aku mengangguk, lalu melanjutkan sambil membayangkan Towa-kun.

“Kamu mengatakan kalau bagaimana bisa seperti aku dan Towa-kun, jadi aku akan mengatakan jawabannya, oke? Intinya, aku sangat mempercayai Towa-kun, dan Towa-kun juga mempercayaiku.

Saling percaya...

Menurutku, hal itu memang penting bagi setiap pasangan... Bahkan bagi suami-istri sekalipun, untuk bisa mempertahankan hubungan dalam jangka panjang, yang dibutuhkan adalah saling memahami dan mencintai satu sama lain.

Berusahalah agar tidak hanya kamu saja yang mempercayai pasanganmu, tapi pasanganmu juga harus bisa mempercayaimu. Caranya, yang paling penting adalah, jangan pernah melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Kesalahpahaman?

Ya, bahkan kesalahpahaman kecil pun bisa merusak hubungan dengan parah. Jadi aku tidak akan pernah melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman... Misalnya, terlalu dekat dengan laki-laki lain, atau... pergi berdua saja dengan orang lain.

Begitu ya...

Yah, seberapa dekat kita dengan orang lain itu memang masalah kadarnya. Tapi aku tidak mau hubunganku dengan Towa-kun menjadi dingin hanya karena kesalahpahaman kecil.

“...Aku memang belum punya pacar, jadi aku masih tidak mengerti. Tapi aku juga tidak mau melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Itu benar... Untuk bisa menjadi sepasang kekasih, hubungan pertemanan harus berkembang menjadi lebih dalam. Meskipun lebih dalam daripada pertemanan, tapi hubungan itu juga bisa rapuh dan mudah hancur karena hal-hal kecil... karena aku pernah berusaha menghancurkannya.

Pasti akan terpikirkan 'Dia tidak mungkin melakukan itu' atau 'Kalau terjadi yang terburuk bagaimana'. Tapi justru karena itu, aku tidak ingin Towa-kun sampai berpikir seperti itu tentangku... Cara berpikir seperti itu bisa mengubah banyak hal, lho.

... Begitu ya.

Meskipun ini hanya menyangkut hubunganku dan Towa-kun, aku tidak bisa menjamin bagaimana orang lain akan memikirkannya. Tapi secara pribadi, aku pikir itu cara berpikir yang sangat bagus.

Dan tentu saja! Towa-kun juga...

Pasti memikirkanmu sama seperti kamu memikirkannya, kan? Itu sudah jelas, kamu tidak perlu memberitahuku. Malahan, hanya dengan melihat Yukishiro sehari-hari, aku sudah tahu.

...Ugh, aku ingin mengatakannya sendiri.

Dasar Setsuna... Padahal aku sudah siap untuk mengatakan itu dengan bangga!

Pacar, ya... Yah, aku tidak sampai mengidolakannya sih, tapi ada orang yang menyenangkan untuk diajak bersama. Mungkin suatu saat nanti.

Semangat terus ya. Kalau ada apa-apa, aku siap membantumu.

Terima kasih.

Aku tersenyum ketika melihat wajah Setsuna yang memerah karena malu. Kurasa mungkin ada baiknya juga aku menambahkan nasihat sedikit lagi.

Setsuna.

Ap-Apa?

Merasakan nada seriusku, Setsuna pun sedikit menegakkan ekspresinya.

Memang ini bukan hal yang sering terjadi, tapi di dunia ini ada orang-orang yang ingin menghancurkan kebahagiaan orang lain. Ada yang mencoba menyela hanya karena tertarik dengan pacar orang lain. Jadi, meskipun kamu melihat pemandangan yang sulit dipercaya, cobalah dulu bicara dengan pasanganmu untuk memastikan. Baru setelah itu, kamu bisa menilainya dan bertindak.

Ayana... Kamu benar. Pada akhirnya, ini adalah hubungan kami berdua, jadi kami tidak boleh membiarkan orang lain mempengaruhinya. Kalau aku punya pacar suatu hari nanti, aku akan benar-benar mempercayainya.

Hehe, itu semangat yang bagus.

Lebih baik aku tidak usah menggodanya dengan bertanya siapa yang dia maksud.

(Yah, meski begitu...)

Orang-orang berbahaya yang kuceritakan pada Setsuna tadi memang banyak berkeliaran di dunia ini.

Bahkan aku sendiri pernah melakukan sesuatu yang mirip, berusaha menghancurkan hubungan Shu-kun dengan gadis-gadis yang dekat dengannya.

Aku tidak berniat menjadikannya sebagai bahan lelucon, tapi aku sudah melangkah maju bersama Towa-kun, dengan membawa masa lalu itu.

Istirahat makan siang... Tinggal 15 menit lagi ya. Rasanya kita sudah cukup banyak bicara.

Memang... Tapi masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan...

“Mau tanya apa lagi?

Ah...umm... Itu... Begini...

???

Oh?

Tingkah malu-malunya ini... Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.

Sebenarnya apa yang ingin Setsuna tanyakan padaku?

Dia adalah teman berharga bagiku, dan aku senang dia mau berkonsultasi denganku. Jadi, sebisa mungkin aku akan menjawabnya agar bisa membantunya.

... Kamu bilang kalau aku boleh tanya apa saja, kan?

Tentu saja.

Sambil terus celingukan ke sana-kemari, Setsuna akhirnya membuka suara.

Isi dari pertanyaannya memang cukup memalukan untuk didengar.

... Bagaimana rasanya... berhubungan intim?

Saat mendengar pertanyaan Setsuna, aku hampir saja tertawa, tapi aku berusaha menjaga ekspresi wajahku dan menjawab dengan penuh tanggung jawab.

Maksudmu s*ks?

Kenapa kamu malah menjawabnya dengan sangat blak-blakan!?

Yah, memang itu istilahnya, bukan kata yang memalukan... Setidaknya secara teknis.

Aku tahu... Tapi tetap saja! Dasar Ayana, sejak berpacaran dengan Yukishiro, kamu jadi terlalu mesum!"

Sebenarnya anak ini bicara apa sih... Bukannya hal itu merupakan hal baru bagiku, kok.

Tapi memang pemandangan yang cukup aneh.

Penampilanku memang tidak terlalu mencolok dibanding Setsuna, tapi justru Setsuna yang terlihat lebih malu-malu, padahal topiknya adalah hal-hal erotis.

Maaf sudah menjawab dengan blak-blakan. Tapi soal ini, aku tidak bisa banyak berkomentar. Ini masalah yang cukup sensitif, dan juga ada kaitannya dengan Towa-kun!

... Kamu benar. Akulah yang seharusnya meminta maaf.

Tapi!

Sedikit saja tidak apa-apa, pikirku, lalu aku berbisik pelan untuk menggambarkan suasana dan perasaan yang kurasakan. Karena tidak bisa didengar orang lain, Setsuna langsung memerah seperti kepiting rebus dan menjauh dariku.

... Ternyata Ayana yang anggun ini juga bisa begitu ya.

Aku memang tidak tahu apakah aku ini 'anggun', tapi senang rasanya diinginkan oleh seseorang yang kamu cintai. Tentu saja aku juga menginginkannya~♪.

“O-Ohh....”

Aku berkedip nakal saat mengatakannya, lalu Setsuna bertepuk tangan dengan kagum.

Karena waktu istirahat makan siang sudah hampir habis, jadi kami berdua pun bergegas kembali ke kelas. Tapi sebelum masuk, Setsuna bertanya lagi padaku.

Omong-omong, kalau ada perempuan yang berusaha merebut Yukishiro darimu, apa yang akan kamu lakukan, Ayana?

Akan kubunuh.

... Ups, perkataan itu secara refleks keluar dari mulutku. Aku harus belajar untuk tidak mengatakan hal-hal seperti itu.

Kamu cuma bercanda, kan?

“Duhh, tentu saja aku hanya bercanda. Mana mungkin aku melakukan hal semacam itu.

Ah, syukurlah... beneran hanya bercanda, kan?

Hei Setsuna, kenapa kamu terlihat begitu lega?

Meskipun dulu aku pernah membenci seseorang, tapi aku tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu.

... Tapi tatapanmu tadi terlihat serius lho.

Eh?

Bukan apa-apa, lupakan saja!

Jangan menatapku seolah-olah aku ini semacam monster.

Karena waktunya sudah hampir habis, jadi kami buru-buru masuk ke dalam kelas.

... Terima kasih, Ayane.

“Aku senang bisa membantu.

Pada awalnya kami membicarakan hal yang serius, lalu di pertengahan sedikit menyinggung topik yang agak erotis, dan di akhir kembali ke topik yang serius. Tapi aku akan merasa senang jika itu bisa bermanfaat bagi Setsuna.

Dengan ini, sesi konsultasi kecil dari Setsuna pun berakhir.

Dan esok harinya, saat sepulang sekolah, giliran aku dan Towa-kun yang akan diwawancarai oleh anggota klub koran, Bundou-senpai.

 

(Sudut Pandang Towa)

“Baiklah, akhirnya waktunya pun tiba!

......

... Hei Towa-kun, bukannya ia terlalu berisik, ya?

Ayolah Ayane, tidak perlu mengatakannya dengan begitu blak-blakan.

(Tapi ya benar juga... Dia memang berisik sekali. Mungkin karena terlalu berisik, dia sengaja memilih tempat yang sepi?)

Kurasa pikiranku tidaklah salah.

Tapi... Saat berhadapan dengan Bundou-senpai ini, aku merasakan aura jurnalis yang sangat kuat darinya.

Maafkan aku soal keberisikanku, sifat itu memang susah untuk diperbaiki. Nah, kalau begitu langsung saja kita mulai wawancaranya!

Dan dimulailah wawancara oleh Bundou-senpai.

Berbeda denganku yang merasa gugup, Ayana justru terlihat sangat bersemangat sejak pagi, dan sekarang antusiasmenya tampak meluap-luap.

“Baiklah, pertama-tama, Otonashi-san, bagaimana pendapatmu tentang Yukishiro-kun?

Dia orang yang paling kucintai. Dia bagaikan pangeran. Aku tidak ingin berpisah dengannya. Kalau bisa, aku ingin segera menikah dengannya sekarang juga. Towa-kun sangat tampan, jadi aku ingin mengurungnya agar tidak terlihat oleh perempuan lain.

Me-Mengurung...?

Itu hanya bercanda, kok."

Bundou-senpai mencatat dengan penuh semangat semua jawaban mengalir dari Ayana.

Meskipun kata mengurung itu sempat membuatnya terkejut, tapi selain itu, Bundou-senpai terus tersenyum lebar dan mencatat dengan kecepatan yang hampir tak terlihat. Hei, apa-apaan dengan mereka berdua ini... Bukannya mereka sedikit menakutkan?

Jadi intinya, kamu benar-benar sangat mencintai Yukishiro-kun, ya. Selama ini aku sudah mewawancarai beberapa pasangan, dan memang sering mendengar mereka saling mengungkapkan perasaan. Tapi ungkapan perasaanmu terasa lebih dalam dari yang pernah kudengar.

Tentu saja! Karena ini tentang Towa-kun dan aku!

Haha! Memang benar dugaanku! Meskipun mungkin terkesan terlalu berlebihan, tapi sebagai pewawancara, aku memang ingin melihat hal seperti ini!

Sejak tadi mereka berdua terus mengobrol tanpa henti.

Tapi meskipun begitu, melihat Ayana yang begitu bersemangat dan bahagia, aku juga ikutan merasa senang.

Yukishiro-kun yang dengan lembut memperhatikan Otonashi-san yang berbicara dengan riang... Aku ingin sekali memotret pemandangan ini, boleh?

Tentu saja, tidak masalah.

Aku juga tidak keberatan.

Tapi, saat aku melihat semua ini, entah kenapa aku seperti teringat dengan kenangan kehidupanku di masa lalu.

Setidaknya di kehidupanku sebelumnya, aku sama sekali tidak punya pacar. Dan seandainya pun ada, interaksi seperti ini pasti tidak akan terjadi... Lagipula, bertemu orang seperti Bundou-senpai juga bukan hal yang biasa.

(... Kenapa?)

Tiba-tiba aku sedikit mengerutkan keningku.

Ketika memikirkan kehidupan sebelumnya, entah kenapa hal itu terus mengganggu pikiranku... Padahal Ayana ada di sampingku, dan kami sedang diwawancarai Bundou-senpai, tapi pikiranku justru tertuju ke sana.

(... Aku sudah memutuskan untuk hidup sebagai Towa. Aku sudah menemukan jawabanku sendiri, dan dengan kemauanku sendiri aku jatuh cinta pada Ayana... Lalu kenapa sekarang kenangan masa lalu itu tiba-tiba muncul?)

Bukan dalam bentuk kilasan-kilasan adegan, tapi lebih seperti... Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

Yukishiro-kun, ayo lebih tersenyum lagi!

Ah, maaf!

Sepertinya aku terlalu larut dalam pikiranku sendiri.

Ini kesempatan untuk difoto bersama Ayana untuk dimuat di koran, jadi aku tidak boleh pasang wajah murung.

Bagus... Bagus sekali kalian berdua!

Bundou-senpai terus memotret kami dengan semangat. Berkat kemampuan menyemangatinya yang hebat, aku dan Ayana tak henti-hentinya tersenyum.

“Towa-kun, bisa kita foto dengan pose berpelukan?

Baiklah.

Sembari mengikuti permintaan Ayana, aku lalu merangkul bahunya.

Sepertinya ini adalah momen yang dinanti-nanti Bundou-senpai, karena setelah ini dia mengambil foto terakhir.

“Towa-kun...

Ya?

Maaf... Sebenarnya dari tadi aku menahan diri.

... Ah, begitu rupanya. Pergilah.

Ayana segera keluar dari ruang kelas seraya mengatakan kalau dirinya akan segera kembali.

“Dia kenapa?

Seharusnya kamu bisa menebaknya, Senpai."

Meski begitu, sepertinya ia masih tidak mengerti, tapi setelah kubilang kalau dia ke toilet, Bundou-senpai langsung membungkuk minta maaf dan memintaku untuk tidak bertanya padanya.

... Ternyata aku masih kurang peka dalam hal-hal seperti ini.

Yah, tidak usah terlalu dipikirkan juga.

Apakah nanti, saat aku juga punya pacar, aku akan jadi lebih peka?

Mungkin tergantung orangnya. Kalau kasusku, mungkin karena aku sudah lama bersama Ayana.

Kadang memang perlu dijelaskan langsung kalau ingin menyampaikan maksud tertentu.

Ah, tapi hari ini benar-benar berharga. Aku terlalu fokus mendengarkan penjelasan Otonashi-san sampai lupa bertanya padamu juga."

Tapi aku senang melihat Ayana terlihat begitu senang.

Begitu, ya! Kalau begitu, biar kuperiksa sekali lagi pendapatmu, Yukishiro-kun. Bagaimana perasaanmu terhadap Otonashi-san?

Dia orang yang berharga bagiku, aku ingin selalu bersamanya.

Bagus! Aku akan menggunakan kata-kata itu.

... Yah, meskipun itu rasanya sedikit memalukan juga.

Kemudian, setelah Ayana kembali, kami pamit kepada Bundou-senpai dan bersiap untuk pulang. Tapi di tengah perjalanan, Ayana bilang ingin pergi ke suatu tempat, lalu menarik tanganku.

Ternyata tempat yang dia tuju adalah taman... Tempat yang akrab dan penuh kenangan bagi kami berdua.

Kenapa ke sini?

Entahlah... Aku hanya tiba-tiba ingin bermesraan dengan Towa-kun di sini."

Ayana kemudian mengajakku ke tempat yang teduh di bawah pohon.

Pasangan yang berduaan di bawah naungan pohon... Pasti akan terjadi sesuatu, kan? Aku sedikit lelah memikirkan hal-hal yang tidak-tidak.

Atau lebih tepatnya, setelah menghadapi Bundou-senpai dan sesi pemotretan yang tidak biasa aku lakukan, wajar saja kalau aku merasa sedikit lelah.

“Ei!

Whoa.

Ayana memelukku dengan suara yang manis.

Tidak hanya menenggelamkan wajahnya di dadaku, tapi juga menempelkan badannya padaku dan melingkarkan kakinya di kakiku.

Pose yang biasa ditemui di komik-komik erotis, dan memang membuatku berdebar. Tapi lebih dari itu, keberadaan Ayana yang begitu dekat justru memberiku ketenangan, seolah menghapus segala kelelahan hari ini.

“Sekarang masih belum terlalu sore, jadi masih terdengar suara anak-anak bermain, ya.

Benar... Kita ini anak SMA yang nakal, ya.

Ya, aku dan Towa-kun memang anak SMA yang nakal♪

Memang masih belum jam 5 sore, jadi di taman masih ada anak-anak yang sedang bermain, serta orang tua yang menemani mereka, bahkan ada juga pasangan lansia yang sedang berjalan-jalan. Di tengah semua itu, kami berdua malah bersembunyi di balik pohon.

Wawancara tadi benar-benar menyenangkan. Aku baru pertama kali mengungkapkan rasa cintaku kepada Towa-kun pada orang yang baru kukenal.

Itu menunjukkan seberapa besar kamu mempercayai Bundou-senpai, ‘kan?”

“Ia memang tulus saat mewawancarai kita. Dan orang berisik seperti dia itu bukan orang jahat, kok... Lihat, ia pasti akan langsung ketahuan kalau berbohong.

Ah, benar juga.

Aku bisa membayangkan dengan jelas bagaimana ekspresi Bundou-senpai jika ketahuan berbohong.

Ayana terkekeh geli, lalu mengangkat wajahnya mendekati wajahku.... Aku pun membalas dengan menciumnya lembut.

Kami saling mencium, lalu menjauh, lalu kembali mencium... Sementara Ayana semakin merapatkan dirinya, menuntut kehangatan dan kelembutan dariku.

Bermesraan di tempat teduh memang selalu bikin berdebar-debar, ya♪

...

Ayana kemudian tersenyum, tapi.... itu bukan sekedar senyuman biasa. Itu adalah senyum seorang wanita yang menginginkanku.

Suara-suara di sekitar kami seakan menjauh... Semakin aku ingin mencintai gadis ini dengan sepenuh hati, semakin aku hanya bisa melihat Ayana—— seolah-olah saya telah jatuh di bawah pesona succubus dari manga.

Ah, tapi aku memang belum pernah terkena pesona semacam itu.

(Tunggu, adegan ini... Ah, begitu rupanya.)

Setelah dipikir-pikir, tempat di taman ini adalah tempat di mana Shu memergoki Towa dan Ayane melakukan sesuatu.

Jadi bisa dibilang, tempat ini penuh dengan kenangan dan takdir yang bercampur aduk.

Meskipun kami terus berciuman sampai Ayane puas... tapi aku merasa sedikit kasihan pada diriku sendiri meski tidak ada yang bisa melihat kami, aku akhirnya menikmati sensasinya sedikit saja.

Hehe♪ Aku deg-degan karena takut ketahuan. Awalnya hanya kecupan ringan, tapi akhirnya jadi ciuman yang dalam~

Ayane menjilat sisa air liur yang menetes di sudut bibirnya.

Jujur saja, aku heran kami bisa menahan diri sampai sejauh ini... Yah, mungkin itu karena kesabaran kami.

“Kalau gitu, Ayana, ayo kuantar pulang...

Aku merasa kalau kami lebih baik jangan terlalu berlama-lama di sini... Tidak, bukan itu alasannya. Tapi kalau terus bersama Ayana, aku mungkin tidak bisa menahan diri lagi.

Ayana...?

Namun, Ayana tetap memelukku tanpa menjawab.

Apa dia merindukan perpisahan ini, atau berusaha mengatakan bahwa dia ingin melanjutkan ini... Melihat sikap Ayana, sepertinya ada perasaan itu, tetapi juga tidak sepenuhnya.

Towa-kun... entah kenapa, aku sama sekali tidak paham.

Apanya yang tidak paham?

... Aku merasa cemas.

Cemas?

Ayana mengangguk dan menjelaskan mengapa dia merasa seperti itu. 

“AAku tidak tahu... tetapi tiba-tiba aku selalu merasakan perasaan itu. Seolah-olah Towa-kun akan pergi jauh dari sini... rasa cemas itu menyelimuti hatiku.”

.........

Ini bukan pertama kalinya Ayana mengajukan pertanyaan seperti ini. 

Karena dia sendiri telah menyimpan kegelapan dalam hatinya, mungkin karena kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari saat ini, dia jadi berpikir seperti itu. 

Dengan tekad untuk menenangkan Ayana yang tidak mau melepaskanku, aku memeluknya lebih erat dan mendekatkan wajahku ke telinganya untuk berbisik.

“Aku tidak akan pergi ke mana pun, tidak peduli apa yang terjadi—aku mengerti perasaan cemas itu karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang. Terkadang, aku juga merasa takut seperti ada malaikat maut yang mengintai di belakang tanpa suara saat aku sedang mencuci rambutku di kamar mandi.

... Haha, apa-apaan itu?

Sebenarnya, jika aku melihat hal-hal yang berhubungan dengan hantu, aku bisa jadi seperti ini, kan?

Namun, karena Ayana tertawa kecil, sepertinya lelucon ini tidak buruk... tetapi memang, setelah melihat sesuatu yang menakutkan, mandi atau melihat cermin di wastafel itu benar-benar menakutkan.

“Aku pasti tidak akan pergi. Sebenarnya, aku tidak ingin pergi... jadi, jika Ayana merasa cemas, panggil saja namaku. Aku pasti akan menjawabnya.”

... Ya!

Senyuman manis Ayana menghilangkan kecemasanku... dan memberiku keberanian seolah-olah aku bisa melakukan apapun untuknya. 

Artinya, apapun yang terjadi, aku bisa berlari ke sisinya... itulah yang kuyakini

Tapi...

Ya?

“Aku juga merasakan hal yang sama, tapi menurutku Ayana juga harus belajar sedikit lebih menahan diri di luar.”

Itu... tetapi aku masih dalam masa yang sulit untuk menahan diri!

Aku hanya bisa tersenyum pahit mendengar itu.

Ayana, dan juga Towa-kun. Harap jaga kesopanan di luar, ya?

... Ya.

........

Ini adalah kata-kata dari Seina-san yang keluar menjemput Ayana saat aku mengantarnya pulang ke rumah.

Baik aku maupun Ayana merasa wajah kami memerah dan bertanya-tanya bagaimana dia tahu, dan kami benar-benar bertekad untuk lebih berhati-hati di luar.

Sampai akhir... atau lebih tepatnya, ketika aku sedikit menjauh dari tempat itu, aku menyadari bahwa Ayana mulai berdebat dengan Seina-san.

"Di saat-saat seperti ini, seharusnya ibu tidak perlu memberi komentar segala!

“Ara, sebagai orang dewasa, kita harus memberi peringatan, kan?

"Di situ, tolong pikirkan situasinya, oke...!

Itu sih tidak mungkin. Karena itu lebih menark... oh, maaf, aku tidak sengaja mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya.

Kiiiiii!!

Karena aku tahu bagaimana wajah mereka sebelumnya, aku sangat penasaran dengan ekspresi mereka saat berdebat, tetapi aku tidak bisa berlama-lama, jadi aku tidak menoleh... meskipun aku sangat ingin melihatnya!

Setelah itu, tanpa mampir ke mana pun, aku langsung pulang dan melihat ibuku sudah pulang lebih dulu.

Selamat datang kembali, Towa.

Aku pulang, bu.

Ternyata, ibuku sudah pulang sekitar sepuluh menit yang lalu dan menunggu di depan pintu sambil bersih-bersih di depan pintu masuk, berpikir bahwa aku mungkin akan segera pulang. 

Karena aku bersama Ayana, mungkin aku akan pulang lebih lambat, kan?

Hmph! Jangan meremehkan instingku. Aku sudah tahu semuanya, termasuk itu!

... Oh, begitu.

Iya, insting ibuku memang cukup tajam... meskipun aku ingin bilang itu agak berlebihan, tapi aku mengurungkan niatku untuk mengatakannya.

Towa.

Ya?

Terima kasih telah pulang dengan senyuman hari ini. Melihatmu yang seperti itu saja sudah membuat semua kelelahanku jadi hilang.

... Ibu.

Dan ditambah lagi aku bisa minum sake lebih banyak!

Bagaimana pun, itu pasti adalah perasaanmu yang sebenarnya, kan...? 

Setelah tiba-tiba berbicara emosional, dia malah mengalihkan topik ini... tapi, karena ini tentang ibuku, aku tidak bisa mengatakan hal buruk, jadi aku hanya diam.

Tunggu sebentar? 

Mungkin aku juga bisa sedikit mengacaukan situasi ini, sesekali?

... Baiklah.

Towa? Ada apa?

Aku memeluk ibuku dari belakang sambil mengaitkan lenganku dan berbisik. 

Ibu... terima kasih banyak untuk semuanya. Aku sangat menyayangimu.”

Meskipun aku bilang mengacaukan, cara ini juga lebih lembut.

Ucapan terima kasih kepada keluarga tidak akan pernah merugikan, dan meskipun ada sedikit niat nakal, kata-kata ini berasal dari rasa syukurku kepada ibuku.

T-Towa...!

“Ah.

Oh iya, benar juga

Ibu memang orang yang sangat tegas dan bisa diandalkan, tetapi ketika berhubungan denganku, dia bisa menjadi sangat emosional...

Tanpa menyadari niatku, ibuku tampak sangat terharu, bahkan sampai menangis dan memelukku dengan erat.

... Ibu, mungkin sudah saatnya berhenti menangis.

Tidak! Aku ingin lebih seperti ini dengan Towa!

“Memangnya kamu anak kecil...

Babuuu!

Itu sih sudah mitip seperti bayi.

Ini bukan sesuatu yang bisa dilihat orang-orang di sekitar... 

Akhirnya, ibuku terus menangis sampai dia berhenti, tetapi saat aku merasakan kehangatan seorang ibu seperti ini, aku mulai berpikir.

(Bukan hanya Ayana... tapi ada orang-orang penting di dalam dunia ini yang tidak boleh membuat mereka merasa cemas.)

Bukan hanya pacarku saja... tapi ibuku juga sama. 

Bukan hal yang buruk karena mempunyai banyak orang yang ingin aku lindungi, yang ingin aku dekatkan, dan yang tidak ingin membuat mereka merasa cemas,....bukan?

Itu berarti aku sangat menghargai tempat di mana aku hidup sekarang.

Towa, aku bahagia menjadi ibumu.

... Ya.

Hah... Ibu, kenapa kamu harus membuatku terharu lebih lagi? 

Karena percakapan ini, selama makan malam dan waktu lain yang kami habiskan bersama, ibuku terus tersenyum bahagia.

Sudah jelas... ini adalah sesuatu yang harus aku jaga terus, kan? 

Aku bersumpah pada diriku sendiri seperti itu.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama