Bab 4 — Game Manajemen
Bagian 1
Pagi
harinya.
Dalam
perjalanan menuju akademi, aku melamun sambil memandangi pemandangan di luar.
“Itsuki-san, apa kamu baik-baik saja?”
“...Ya.”
Shizune-san terlihat khawatir padaku, tapi
saat ini aku bahkan tidak bisa berpura-pura ceria.
Hinako
dan Shizune-san mengetahui
bahwa saham perusahaanku dibeli oleh Suminoe-san.
Hal ini sudah diumumkan secara besar-besaran di berita game, jadi Narika, Taishou, dan Asahi-san juga pasti sudah mengetahuinya. Mereka
semua menghubungiku dengan telepon atau pesan karena
mengkhawatirkanku.
“...Itsuki?”
Hinako yang berada di sampingku juga
menatapku dengan tatapan khawatir.
Aku
teringat saat aku terlalu tenggelam dalam game dan membuat semua orang
khawatir.... Aku
menepuk kedua pipiku, berusaha mengubah suasana hatiku.
“Aku
baik-baik saja. Setelah tidur semalam, aku sudah merasa
sedikit tenang.”
“...Hm.”
Situasinya
tetap tidak akan berubah meskipun aku merasa putus asa.
Aku
berusaha kembali mendapatkan suasana hati
yang positif, lalu turun dari mobil lebih dulu dari Hinako seperti biasa.
“Kalau
begitu, Hinako. Sampai
jumpa lagi di akademi.”
“Hm.
Tunggu aku ya.”
Aku terus
memikirkan strategi selanjutnya sambil berjalan menuju
ke akademi.
Tapi saat
aku memasuki gerbang sekolah dan mendekati
gedung sekolah—
“Ara,
Tomonari-san. Selamat pagi.”
Aku
bertemu dengan gadis yang paling tidak ingin kutemui.
“...Suminoe-san.”
“Sepertinya
kamu ingin mengatakan sesuatu.”
Tentu
saja.
Ketika aku melihat
sekelilingku, teman-teman sekelas diam-diam memperhatikan kami. Sepertinya sudah banyak yang menebak hubungan
antara aku dan Suminoe-san
berdasarkan berita di dalam game.
Agar
tidak mengatakan sesuatu yang memalukan karena emosi sesaat, aku berusaha tenang dan membuka
mulut.
“...Kamu melakukan tindakan yang cukup
ekstrem, ya?”
“Sudah
kubilang, ‘kan? Aku berharap kalau kamu tidak
menyesalinya.”
Suminoe-san terlihat tidak merasa bersalah
sama sekali saat mengatakan itu.
Secara
umum, pengambilalihan perusahaan berarti mendapatkan kendali atas sebuah
perusahaan dengan cara membeli sahamnya. Ada berbagai cara untuk mendapatkan
saham, bisa dengan negosiasi dengan pemegang saham lalu membeli, atau bisa juga
dengan tender offer (TOB) untuk membeli saham dari pemegang saham yang tidak terspesifikasi.
Tapi kali
ini, cara yang dilakukan Suminoe-san
bisa dibilang tidak terlalu umum.
Perusahaan
Tech Capital
yang diakuisisi Suminoe-san adalah
perusahaan modal ventura, yaitu perusahaan investasi yang fokus pada perusahaan
rintisan (startup). Mereka menyediakan pendanaan bagi perusahaan
rintisan yang kesulitan mengumpulkan modal, dan sebagai gantinya menerima saham
perusahaan rintisan tersebut. Jika perusahaan rintisan tumbuh sesuai
ekspektasi, mereka akan mendapatkan keuntungan dari saham tersebut.
Karena
Tomomari Gift
mendapat pendanaan dari Tech Capital, jadi perusahaan Tech Capital memegang saham Tomomari Gift sebagai imbalannya.
Oleh karena
itu, ketika Suminoe-san
mengakuisisi perusahaan
Tech Capital,
artinya dia menguasai saham Tomomari Gift
yang dipegang TechCapital. Dengan kata lain, perusahaan Suminoe-san sekarang berada dalam posisi
untuk mengendalikan Tomomari Gift
secara tidak langsung.
Ini
adalah———pengambilalihan tidak langsung.
Hal
inimerupakan cara berpikir di mana jika seseorang tidak mau
menuruti keinginanmu, kamu bisa
mengendalikannya dengan mempengaruhi atasannya.
Cara
tersebut memang tidak melanggar hukum. Tapi cara yang
memaksakan dengan uang seperti ini jelas tidak menyenangkan.
“Aku
sudah bilang kalau aku tidak mau diakuisisi, tapi...”
“Dunia
bisnis tidak sesederhana itu, tau?”
Setelah mendengar
itu, aku hanya bisa diam.
Saham
Tomomari Gift yang
dimiliki Tech Capital berjumlah sekitar 40% dari total saham.
Jika mereka menguasai mayoritas saham, Tomomari Gift akan dengan mudah dijadikan
anak perusahaan. ...Atau mungkin bahkan sekarang pun, kebebasan operasional
Tomomari Gift
sudah sangat berkurang meskipun belum dijadikan anak perusahaan, karena Suminoe-san menguasai sebagian besar hak
suaranya.
“Tolong
jangan salah paham dulu, aku tidak hanya mengincar perusahaanmu saja.”
Suminoe-san berkata demikian sambil
tersenyum santai.
“Pada
akhirnya, aku ingin
menguasai beberapa perusahaan yang didanai oleh Tech Capital. Hal itu demi menjadikan perusahaanku sebagai pemain terbesar di
industri IT.”
Perusahaan Tech Capital mempunyai aset yang jauh lebih besar
dibandingkan Tomomari Gift.
Membeli Tech Capital hanya untuk mengendalikan
Tomomari Gift
secara tidak langsung sangat tidaklah
efisien. Aku sudah menduga pasti dia mempunyai
tujuan lain yang ingin dicapai.
Tapi aku
tak menyangka kalau tujuan
utamanya adalah hal itu.
“Ufufu...
Apa itu terlalu mengejutkan? Bahwa aku memiliki ambisi semacam itu?”
“Ya,
begitulah... Apa itu semua
demi Tennouji-san?”
“Tentu
saja.”
Suminoe-san menjelaskan ambisinya.
“Aku
ingin menjadi tangan kanan Tennouji-sama
di masa depan. Suatu hari nanti, aku
ingin melayani orang yang akan mengguncang negara
ini... tidak, bahkan seluruh dunia. Di dalam game manajemen ini, aku sedang berlatih untuk mencapai
itu.”
Meskipun
obsesi Suminoe-san terhadap
Tennouji-san terlihat berlebihan, tapi kata-katanya terdengar seperti
upaya sungguh-sungguh dari seorang pekerja keras.
Kemampuan
mengelola perusahaan besar itu pasti akan berguna suatu hari nanti jika dia
melayani Tennouji-san.
Mungkin itulah sebabnya Suminoe-san
berusaha memperbesar SIS.
“Yah,
tentu saja aku juga
punya niatan untuk
menjatuhkanmu.”
—Ternyata
memang beneran ada.
Aku merasa seperti orang dungu karena sudah
mendengarkannya dengan serius.
“Menyingkirkan
rintangan juga termasuk latihanku. Aku
tidak akan memaafkanmu yang sudah merayu
Tennouji-sama.”
“...Merayu?”
Baru
pertama kalinya aku disebut
merayu seseorang.
Sebenarnya
aku memiliki gambaran seperti apa di dalam pikiran Suminoe-san?
“Selama
ini, Tennouji-sama adalah orang yang
sangat teguh. Di balik penampilannya yang anggun, tersembunyi usaha keras yang
tak terbendung demi mengalahkan musuh abadinya, Konohana-san.”
Suminoe-san
bercerita tentang Tennouji-san
selama ini.
“Tapi,
Tennouji-sama telah berubah. ——Ini semua karena salahmu.”
Suminoe-san menatapku dengan tajam.
“Sejak
dia bertemu denganmu, Tennouji-sama menjadi lebih longgar.
......Secara spesifiknya, di
sekitar waktu ujian kemampuan pada bulan Juni!
Dari sekitar saat itu, ada tanda-tanda perubahan pada Tennouji-sama...!”
Suminoe-san
berkata sambil mengepalkan tinjunya karena marah.
Karena terlalu
spesifik sampai-sampai terasa menakutkan.
Memang,
itu adalah saat masalah perjodohan Tennouji -santerselesaikan.
Memang benar kalau Tennouji-san perlahan-lahan
berubah pada saat itu, tapi memangnya
itu bisa terlihat dengan
begitu jelas?
“Bahkan,
sejak saat itu, jarak antara kamu
dan Tennouji-sama menjadi
lebih dekat...!! Frekuensi kontak mata di sesi minum teh sepulang sekolah
meningkat 2,7 kali, dan jarak saat berjalan bersama pun menjadi lebih dekat 4
cm! Kamu takkan bisa menipu penglihatanku!!”
Menakutkan,
menakutkan, menakutkan———.
Suasananya menjadi serius. Yah, dia memang
bermaksud serius, sih...
“Jadi
kamu memperhatikan kami saat sedang pesta minum teh, ya...”
“Tentu
saja aku memperhatikannya!! Sambil meneteskan air mata darah!!”
“...Padahal kamu bisa ikut bergabung
dengan kami, kok?”
“Mana
mungkinlah! Kecuali membahas pelajaran atau game manajemen, membicarakan hal-hal
pribadi membuatku sangat gugup dan bisa mati!”
Bukannya kamu ingin mendukungnya baik
secara publik maupun pribadi?
“Jika itu Tennouji-sama yang dulu, mana
mungkin dia akan bekerja sama dengan Konohana-san. ......Mana mungkin dia bertingkah akrab seperti itu.”
Itu
mungkin...persis seperti yang dikatakan Suminoe-san.
Hinako
pernah mengatakan bahwa dia mungkin dibenci oleh Suminoe-san. ......Mungkin inilah alasannya. Suminoe-san sangat mengagumi Tennouji-san, jadi dia mungkin secara tidak sadar menganggap
Hinako, yang merupakan saingan Tennouji-san, sebagai musuhnya.
“Oleh karena
itu, aku akan menjatuhkanmu supaya
Tennouji-sama tersadar. ......Jika terbukti kalau kamu bukanlah orang yang terlalu hebat, Tennouji-sama pasti akan tersadar dari imajinasinya. Ini
juga merupakan misiku sebagai
tangan kanan Tennouji-sama.”
Setelah
mengetahui tujuan Suminoe-san,
aku jadi teringat dengan apa yang dikatakan Tennouji-san sebelumnya.
—Tetapi...
dia dulu sangat menghormatiku,
jadi sekarang dia mungkin memiliki perasaan campur aduk terhadapku.
Baik aku maupun Tennouji-san sendiri menganggap bahwa perubahan Tennouji-san adalah hal yang positif.
Namun, sepertinya ada satu orang yang tampaknya
membenci perubahan itu.
“Kamu
tidak pantas berada di samping Tennouji-sama.
......aku memintamu untuk segera meninggalkan permainan ini.”
Setelah
berkata demikian, Suminoe-san membalikkan badannya dan melangkah pergi.
◆◆◆◆
Pada akhirnya,
aku masih tidak bisa menemukan cara untuk
melawan Suminoe-san saat bel pulang berbunyi.
Setelah
kembali ke kediaman keluarga Konohana,
aku terus memikirkannya sendirian di
kamar.
Aku tidak
bisa membiarkannya seperti ini terus, aku harus segera mencari solusi.
......Didorong oleh kegelisahan tersebut, aku mulai mencari cara untuk lepas dari pengaruh tidak langsung perusahaan Suminoe-san,
dan membuat daftar hal-hal yang bisa kulakukan
sendiri.
Tok tok,
tiba-tiba aku mendengar pintu
kamarku diketuk.
Setelah aku menjawab “Ya”,
Hinako pun masuk.
“Kerja bagus. ......Aku membawakan teh untukmu.”
“Terima
kasih.”
Aku
menerima cangkir itu dan meminumnya perlahan.
Rasa
manis yang segar seakan melepaskan ketegangan yang melekat di dalam pikiranku.
“......Rasanya
lebih enak dari biasanya.”
“Be-Benarkah...!?”
Ketika aku mengomentarinya dengan jujur, Hinako sangat
terkejut.
“Semua itu
sepadan dengan kerja kerasku...”
Melihat
Hinako tersenyum bahagia membuatku ikutan
senang.
......Dia memang memiliki kemampuan yang sangat tinggi.
Jika dia berniat melakukannya, Hinako bisa melakukan hal-hal yang
sulit dengan baik. Masalahnya adalah dia jarang bersemangat, tapi belakangan
ini setelah pulang ke rumah dia terlihat lebih bersemangat.
Hinako
sedang tumbuh. ......Aku juga tidak boleh kalah.
“Aku
sudah mendapat teh yang lezat, jadi ayo
berusaha lagi.”
Aku
menegakkan punggung yang tadi membungkuk, berusaha menemukan semangatku lagi.
Saat aku kembali menghadap layar laptopku lagi, Hinako
mendekat dan melihat layar bersamaku.
“Soal
Suminoe-san... apa kamu masih merasa kesulitan?”
“Ya.
Jujur saja, aku ingin mengacak-acak rambutku karena
masalah tersebut.”
Bahkan
sebelum Hinako datang ke kamarku, aku terus-menerus mengacak-acak rambutku.
“Hmm...
Kalau begitu, serahkan saja padaku.”
Tiba-tiba
Hinako mengatakan hal itu.
Aku menolehkan pandanganku ke arah Hinako.
“Soal
Suminoe-san... Ada solusi yang bagus.”
“Solusi?”
“Ya... Aku akan melindungimu, Itsuki.”
Hinako
menyatakannya dengan senyum yang lembut.
“Izinkan
aku membeli sahammu melalui penawaran saham baru. ......Dengan begitu, aku akan
menjadikan perusahaanmu sebagai anak perusahaanku,
dan melindungimu dari Suminoe-san.”
Karena Takuma-san menyuruhku belajar tentang
saham, jadi aku memahami apa yang dikatakan Hinako.
Penawaran
saham baru adalah cara untuk mendapatkan dana dengan menerbitkan saham baru
kepada pihak ketiga tertentu. Hal ini memiliki keuntungan bisa memberikan saham
ke pihak yang terpercaya, tapi juga perlu diperhatikan kemungkinan dilusi
kepemilikan saham lama.
Jika
pemegang saham lama kehilangan kendali akibat dilusi, hak-hak mereka harus
dilindungi. Tapi ini
juga berarti bisa melepaskan diri dari kendali pemegang saham lama.
Sekarang
pemegang saham utama Tomonari Gift adalah SIS Corporation....dengan kata lain, perusahaan
milik Suminoe-san.
Jika aku
memberikan sejumlah saham
baru kepada Hinako melalui penawaran saham
baru, maka pemegang saham utama akan berpindah dari Suminoe-san ke Hinako, dan Tomonari Gift
akan berada di bawah lindungan Grup Konohana.
Dengan begitu aku bisa lepas dari kendali Nona Suminoe-san. Meskipun harus masuk ke dalam
Grup Konohana, tapi Hinako tahu apa yang
ingin kulakukan, jadi aku tidak akan dikekang.
Strategi
pertahanan akuisisi seperti itu memiliki nama khusus.
“...
Itu disebut 'White Knight', ya?”
“Ya.”
Hinako
mengangguk dengan wajah yang kelihatan puas.
Di
tengah-tengah ancaman akuisisi yang bermusuhan, tiba-tiba muncul pembeli yang
bersahabat untuk menyelamatkan perusahaan. Ini adalah penamaan yang tepat bagi
perusahaan yang membutuhkan pertolongan.
“Aku
akan menjadi 'Ksatria Putih' bagi Itsuki.”
Hinako
membusungkan dadanya dengan bangga.
Namun
entah mengapa.... aku
tidak bisa langsung menganggukkan kepalaku.
Sebenarnya,
ketika aku mendengar usulan Hinako, aku langsung terkejut dalam hati, “Ah, ternyata ada cara yang seperti itu juga!”
Tapi pada
saat yang sama...
(...Apa
itu benar-benar baik?)
Aku merasa ada yang janggal.
Aku
merasa seolah-olah aku tidak boleh menerima uluran tangan ini.
Jika
memikirkan tentang perusahaan,
mungkin memang sebaiknya aku menerima bantuan Hinako. Seperti yang dikatakan Suminoe-san, pada dasarnya, perusahaan
rintisan menerima tawaran akuisisi adalah hal yang terhormat. Dalam kasus Suminoe-san, aku menolak tawaran akuisisinya karena kami mempunyai
visi yang berbeda. Tapi Hinako adalah pembeli yang bersahabat,
dia mengenal perusahaan Tomonari Gift dan direkturnya (aku) dengan baik.
Perusahaan
yang aku perjuangkan dengan penuh perhatian kini
diincar oleh Grup Konohana,
perusahaan raksasa. Tidak ada kehormatan yang lebih besar dari ini. ...
Setidaknya, seharusnya begitu.
Meski
begitu, ada sesuatu yang
mengganjal di hatiku...
(... Ah)
Benar juga.
Ya, tentu
saja, aku mulai menyadari di mana letak masalahnya.
Bukannya baru-baru ini aku membicarakannya dengan Tennouji-san?
Aku ingin
berdiri sejajar dengan Hinako.
Hinako,
Tennouji-san, Narika, Asahi-san, Taishou, Kitak, dan... Suminoe-san. Aku sedang berusaha untuk
menjadi setara dengan mereka dalam arti yang
sebenarnya.
Alasan
aku ingin menjadi anggota eksekutif
di Grup Konohana, alasan aku ingin menjadi
anggota OSIS, alasan aku berusaha keras
dalam permainan manajemen — semuanya
karena alasan itu.
... Kalau
begitu, tidak bisa.
Aku tidak
bisa menerima uluran tangan Hinako di sini.
Jika aku
menerima perlindungannya, aku tidak akan pernah bisa setara dengannya.
“...
Maaf, Hinako.”
Aku
menundukkan kepala dan berkata.
“Aku
tidak bisa menerima tawaran itu.”
“...
Eh?”
Mungkin jawabanku sangat tidak terfuga
sama sekali sehingga membuat Hinako mengeluarkan suara lirih.
“Ke-Kenapa...?”
“Aku
tidak bisa diselamatkan dengan belas kasihan.”
Pertama-tama,
tidak ada alasan bagi perusahaan Hinako untuk mengakuisisi perusahaanku. Bukan
karena dia melihatku sebagai target investasi. Hinako hanya tulus ingin
membantuku yang sedang kesulitan.
Dengan kata
lain, itu
bukan karena alasan bisnis atau semacamnya... Hanya kebaikan hatinya semata.
Itulah
mengapa aku tidak bisa menerimanya.
“...
Aku ingin setara dengan Hinako.”
Jika aku
berada di bawah perlindungan Hinako, aku tidak akan pernah bisa setara dengannya.
Di
Akademi Kekaisaran, ada banyak
siswa yang mengagumi Hinako dari jauh, memandangnya dengan tatapan kagum dan
memujinya.
Tapi aku,
meski ini mungkin terdengar kasar, tidak
ingin menjadi seperti mereka.
Aku tidak
ingin hanya memandangnya dari jauh. Aku tidak ingin menjadi bawahannya.
Aku ingin
menjadi seseorang yang pantas berdiri di sampingnya.
“Jadi,
bisakah kamu percaya
padaku? Aku akan mengatasi masalah ini dengan kemampuanku sendiri. ... Jika aku
mengandalkanmu di sini, aku merasa aku tidak akan pernah bisa berdiri di
sampingmu.”
Aku
menyampaikan isi hatiku.
Setelah
terdiam sejenak, Hinako akhirnya menanggapi dengan...
“...
Baiklah.”
Hinako
keluar dari ruangan dengan wajah tertunduk. Telinga yang terlihat dari
sela-sela rambutnya terlihat
memerah.
....Apa
aku membuatnya marah?
Aku tahu
Hinako tidak memandang rendah diriku.
Hinako
pasti tulus ingin membantuku dengan kebaikan hatinya. Jadi wajar saja jika dia merasa kesal karena aku
menolaknya.
Tapi...
Ini adalah sesuatu yang tidak bisa aku kompromikan.
Sekarang
saatnya aku membuktikannya dengan tindakan.
“...
Baiklah!”
Sembari menyemangati
diriku sendiri lagi, aku kembali menghadap layar laptopku
lagi.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya