[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 4 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 4 Game Manajemen

Bagian 2

 

(Sudut Pandang Hinako)

Setelah keluar dari kamar Itsuki, Hinako berjalan di koridor dengan pandangan tertunduk.

Dia berjalan linglung sambil menatap karpet merah, dan tiba-tiba dia menabrak dinding dengan kepalanya.

Aduh!

“Ojou-sama...?

Kebetulan Shizune yang sedang bersih-bersih di dekat situ menyadari keberadaan Hinako.

Namun Hinako langsung berbalik arah dengan tergesa-gesa, kembali berjalan sambil menundukkan pandangannya...

Aduh!

“O-Ojou-sama? Umm, apa anda baik-baik saja? Kamar Anda ada di sebelah sini...

Uuh...

Melihat tingkah laku Hinako yang aneh, Shizune memandangnya dengan bingung.

Sambil mengusap keningnya yang terbentur, Hinako dibawa Shizune kembali ke dalam kamarnya.

Sesampai di kamarnya, Hinako langsung menuju ke tempat tidur dan menenggelamkan diri di bawah selimut, tak bergerak.

Shizune memandangnya dengan ekspresi khawatir. Jika Anda merasa tidak sehat, sebaiknya saya panggilkan dokter...

Tidak apa-apa... Biarkan aku sendiri sebentar...

Kurasa ini bukan masalah kesehatan.  Sepertinya Shizune berpikir lebih baik menuruti permintaannya, dan Hinako mendengar suara pintu ditutup.

Setelah akhirnya bisa sendirian di kamarnya, Hinako menenggelamkan wajahnya di bantal sambil mengibaskan kaki-kakinya.

(Uuugh~~~~~!!)

Wajahnya terasa panas. Seolah-olah akan meledak.

Pasti sekarang wajahnya terlihat aneh. Itulah sebabnya dia terus menunduk, karena dia tidak ingin ada yang melihat ekspresi wajahnya saat ini.

Perasaan yang meluap-luap dari dalam dirinya terus membuatnya goyah.

Dalam pikirannya, Hinako mengulang kembali percakapan dengan Itsuki tadi.

——Aku ingin menjadi setara dengan Hinako.

Suara Itsuki, ekspresinya, kembali tergambar jelas di dalam kepala Hinako.

Ke-Keren... sekali~~!

Seolah-olah ingin menyalurkan emosinya yang tak terkendali, Hinako menggerak-gerakkan kaki-kakinya naik turun.

Meski wajahnya terus menggosok ke bantal berulah kali, tapi sepertinya hatinya masih belum bisa tenang untuk sementara waktu.

(Begitu ya... jadi Itsuki ingin lebih dekat denganku...)

Itu bukan sekedar khayalan. Karena Itsuki sendiri yang mengatakannya.

Keseriusan perasaan Itsuki tersampaikan dengan jelas padanya.

~~~!

Suara tak tertahankan keluar dari mulutnya.

Hinako memeluk bantal erat-erat, berguling-guling di atas tempat tidurnya.

(Senang... Aku merasa sangat senang, senang, senang sekali rasanya...!)

Entah kenapa dia ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya.

Ada kehangatan yang memenuhi dadanya, bergejolak di seluruh tubuh.

(Tapi... Uugh! Padahal aku juga ingin berusaha untuk Itsuki...)

Selain perasaan senang, ada juga perasaan campur aduk yang muncul.

Sejujurnya, Hinako sama sekali tidak menyangka kalau usulannya akan ditolak.

Dia tidak bermaksud meremehkan Itsuki, tapi dalam kasus ini, Itsuki jelas-jelas berada pada posisi yang sangat tidak menguntungkan. SIS adalah perusahaan jauh lebih besar dibandingkan Tomonari Gift. Menghadapinya secara langsung tidak akan mudah menemukan jalan keluar.

Karena itulah, Hinako bermaksud menawarkan solusi terbaik.

Dirinya berpikir Itsuki akan senang dengan rencana yang diajukannya.

(Bahkan aku sudah menyiapkan posisi direktur agar Itsuki bisa menemuiku...!!)

Kalau bisa, dia berharap kalau mereka berdua bisa menikmati game manajemen bersama-sama. Baik di akademi maupun di dalam mansion, membayangkan mereka berdua larut dalam game manajemen saja sudah membuat hatinya berdebar-debar.

Tapi... Ketika Itsuki mengatakan kalau ia ingin setara dengan Hinako, hal tersebut membuat Hinako merasa sangat senang. Dan ekspresi serius Itsuki saat mengatakannya terlihat sangat keren.

(... Keren sekali)

Hatinya sudah dipenuhi perasaan bahagia.

Kalau begini, semuanya mungkin akan baik-baiks saja.

Meskipun tidak sesuai rencana, tapi dia justru merasa lebih bahagia dari yang dia bayangkan.

Satu-satunya yang membuat Hinako sedikit khawatir adalah, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Itsuki selanjutnya. Itsuki bilang dirinya akan mengatasi sendiri, tapi Hinako merasa tidak akan semudah itu.

(Sebaiknya aku diam-diam membantunya dari belakang...)

Tapi setelah Itsuki memintanya untuk percaya padanya, Hinako tidak ingin bergerak di belakang layar.

Uuugh~~~~~~...

Dia merasa senang Itsuki berkata seperti itu.

Tapi... Apa ini benar-benar tidak masalah? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Hinako.

Pada saat itu, terdengar ketukan di pintu kamarnya.

“Ojou-sama, apa Anda baik-baik saja?

... Ya, aku tidak apa-apa, silakan masuk.

Begitu mendengar suara Shizune, Hinako mengizinkannya masuk.

Shizune menghampiri Hinako dan meletakkan telapak tangannya di dahi Hinako.

... Sepertinya tidak ada masalah.

Shizune merasa lega setelah memastikan kalau Hinako tidak demam.

“Sudah kubilang aku tidak apa-apa, ‘kan?

Tapi wajah Anda kelihatan memerah lho?

I-itu... Tidak ada hubungannya.

Hinako memalingkan wajahnya yang malu.

Apa Itsuki-san menyukai teh buatan anda?

Iya, dia bilang kalau rasanya lebih enak dari sebelumnya... Ehehe.

Itu juga merupakan hal yang membuatnya senang.

Setelah mendengar kata-kata Hinako, Shizune pun terlihat gembira seolah-olah itu pujian untuk dirinya sendiri.

Upayamu membuahkan hasil, ya.

Itu semua berkat Shizune yang sabar mengajariku.

Hinako menatap Shizune lurus-lurus dan mengucapkan terima kasih.

Sambil meletakkan tangan di dahinya, Shizune menatap langit-langit.

... Aku senang bisa hidup sampai sekarang.

Dia terlihat terharu dari lubuk hati.

Hinako tidak bermaksud berterima kasih secara berlebihan. Tapi mulai sekarang, dia akan lebih sering mengutarakan rasa terima kasihnya.

Tapi, kurasa Itsuki juga senang bisa meminum teh buatan Shizune. Jadi lain kali, biar Shizune yang membuatkannya, bukan aku.

“Saya sama sekali tidak keberatan, tapi...apa Anda yakin?”

Iya. Aku tidak ingin hanya aku saja yang bahagia.

Hinako tidak ingin melakukan hal yang dapat merampas kebahagiaan Itsuki.

Di akhir liburan musim panas, kekhawatirannya membengkak hingga membuatnya terbaring lama. Dirinya berpikir kalau dia telah merampas keseharian Itsuki yang berharga... Hinako tidak ingin lagi terjebak dalam kecemasan seperti itu. Meskipun Itsuki bilang tidak apa-apa, dia merasa harus tetap memperhatikannya.

... Baiklah,

Shizune menganggukkan kepalanya.

Apa Itsuki-san masih kesulitan dengan masalah akuisisi itu?

“Iya, ia masih kesulitan. Tapi katanya ia ingin mengatasinya sendiri.

Begitu ya. ... Kali ini, kita tidak akan terlalu keras pada Itsuki-san. Sebenarnya, dalam kasus ini Itsuki-san tidak bersalah, melainkan pihak lawan yang terlalu ekstrem.

Ya. ... Itsuki belajar dengan baik. Ia bahkan tahu tentang istilah White Knight.

Hinako juga berpikir bahwa Itsuki sama sekali tidak salah.

Mengetahui tentang penerbitan saham baru dan strategi White Knight berarti Itsuki rajin belajar tentang M&A dan saham. Pengetahuannya terlalu luas untuk sekedar mempelajarinya setelah perusahaannya secara tidak langsung akuisisi oleh Suminoe Chika.

Ah iya, saya mendengarnya dari pelayan lain, katanya saat awal mulai Game Manajemen, Itsuki-san pernah berada di ruang kerja bersama Takuma-sama.

Itsuki... dengan orang itu?

Wajah kakaknya yang tersenyum jahat muncul di benak Hinako.

Takuma-sama hanya bilang 'Ia membantu pekerjaanku', tapi mungkin saja waktu itu ia memberi saran tentang permainan pada Itsuki-san. ... Orang itu biasanya punya maksud tersembunyi.

Shizune yang pernah terjebak oleh ulah Takuma, tidak bisa mempercayai Takuma begitu saja.

Hinako juga merasa curiga.

... Shizune.

Ya.

Hinako ingin menghindari berinteraksi dengan kakaknya sebisa mungkin. Tapi jika Itsuki terancam oleh kakaknya, Hinako siap membuang perasaan pribadinya.

Telepon orang itu.

Shizune mengangguk, mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Saat Shizune menyerahkan ponsel yang sedang tersambung, Hinako menekan tombol Enter di laptopnya.

Aku baru saja mengirimkan data ke dala, tabletmu. Tunjukkan itu pada Itsuki. ... Kupikir aku bisa sedikit membantunya.

Baik. ... Apa saya juga perlu tinggal di sini?

Tidak perlu. ... Kami hanya akan mengobrol sebagai kakak-adik.

Meski hubungan mereka jauh dari hubungan kakak-adik yang biasanya.

Meski terlihat khawatir, sepertinya Shizune memutuskan untuk percaya pada Hinako. Dia membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan.

Shizune?

Hinako mendengar suara Takuma dari seberang ponsel.

... Ini aku.

Ah, Hinako ya. Tumben-tumbennya menghubungiku. Ada perlu apa?

Suaranya tetap tenang dan santai seperti biasa. Padahal Hinako sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada di pikirannya, tapi pria itu selalu bisa membaca pikirannya dengan jelas. ... Ini benar-benar tidak adil dan sulit.

Apa rencanamu terhadap Itsuki?

Hinako bertanya langsung.

Aku tahu kamu menawarkan bantuan pada Itsuki. ... Apa yang kamu inginkan darinya?

... Entahlah? Itu tergantung Itsuki-kun.

Jawaban yang tidak memuaskan membuat Hinako menutup bibirnya erat-erat.

... Menyebalkan.

Seolah-olah ia bisa menebak perasaan Hinako, Takuma terkekeh geli.

Jangan khawatir. Aku hanya ingin mendorong bakatnya saja.

Bakat...?

Saat Hinako bertanya balik, Takuma mulai memberitahunya.

“Ia mempunyai bakat yang sama seperti aku.

 

◆◆◆◆

(Sudut Pandang Itsuki)

Setelah Hinako keluar dari kamarku, saat aku sedang memikirkan strategi pertahanan untuk melawan akuisisi Suminoe-san, pintu kamarku kembali diketuk.

Terima kasih atas kerja kerasmu.

Shizune-san. Ada apa?"

“Aku melihat Ojou-sama bertingkah aneh tadi, jadi aku datang untuk menyelidiki penyebabnya.

Eh?

Bertingkah aneh...?

Itu berarti, aku memang sudah membuat Hinako marah, ya?

“Aku hanya bercanda. Memang ada yang aneh dengan sikapnya, tapi sepertinya itu bukan sesuatu yang buruk, jadi tidak ada masalah.

Be-Begitu ya... Syukurlah.

Yah, kalau Shizune-san bilang tidak ada masalah, berarti aku tidak perlu khawatir.

“Ojou-sama ingin memberikan ini kepada Itsuki-san.

Sambil mengatakan itu, Shizune-san menyerahkan sebuah tablet padaku.

Ini...

Itu berisi informasi perusahaan yang sudah dikumpulkan Ojou-sama sejauh ini. Isinya lebih detail daripada yang dipublikasikan untuk umum. ... Beliau bilang, setidaknya sampai sebatas ini aku boleh membantumu’.

... Terima kasih.

Silakan sampaikan terima kasihnya nanti pada Ojou-sama.

Tentu saja aku akan melakukannya.

Memang, sebatas ini tidak termasuk bantuan sepihak. Bahkan jika bukan Hinako, teman-teman dari Aliansi Pesta Teh pun pasti tidak keberatan memberikan dukungan seperti ini. Aku juga akan melakukan hal yang sama.

Sambil berterima kasih atas perhatian Hinako, aku melihat data di tablet itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?

Aku sedang mencari perusahaan yang bisa membantuku untuk strategi pertahanan akuisisi. Makanya, informasi seperti ini sangat kubutuhkan.

Aku menjawab pertanyaan Shizune-san sambil membaca berkas di tablet.

Ada banyak sekali data perusahaan, tidak hanya puluhan atau ratusan. Jadi itu bisa terlihat jelas kalau kesuksesan Hinako di dalam game bukan semata-mata karena keberuntungan atau latar belakang keluarga, tapi karena dia dengan rajin berusaha seperti ini.

... Yang namanya perusahaan tuh menarik, ya.

Aku berkata demikian sambil membaca berkas dan membuat catatan dengan satu tangan.

Kalau ditelusuri dari berbagai sisi, seperti filosofi perusahaan atau informasi untuk investor, sedikit demi sedikit kita bisa melihat karakter sebenarnya dari perusahaan tersebut. ... Kita bisa melihat jenis manajemen yang tersembunyi di balik data-data itu.

Seseorang tidak perlu bingung dengan istilah perusahaan.

Pada akhirnya, baik perusahaan maupun produknya, semua itu dibuat oleh manusia. Di balik data-data yang tampak dingin, pasti ada manusia yang memiliki perasaan.

“Saat aku menelusuri data, terkadang kita bisa membayangkan wajah dan pemikiran orang di baliknya... Jadi selanjutnya, aku tinggal memeriksa apakah kita cocok atau tidak dengannya...

Hanya itu saja negosiasi bisa berjalan lancar.

Aku merasakan sensasi yang sama saat melihat email dari Takuma-san, atau saat menemukan mitra kerja sama Tennouji-san. Perasaan sebenarnya dari orang yang tersembunyi di balik data tersebut secara bertahap menjadi lebih jelas.

Itsuki-san, itu...

Di sebelahku, entah kenapa Shizune-san memasang ekspresi serius di wajahnya.

Ada apa?

Ah, bukan apa-apa, sih... Tapi...”

Shizune-san membuka mulutnya, seolah dia enggan mengatakan sesuatu.

“Aku hanya ingin mengatakan kalau kamu terlihat mirip seperti Takuma-sama....”

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Hinako)

Takuma mulai berbicara dengan riang dari seberang telepon.

Kamu pasti tahu tentang bakatku, kan? Kecerdasan emosional.... atau yang biasa disebut EQ milikku luar biasa tinggi, jadi aku bisa menebak apa yang sedang dipikirkan lawan bicara.

Hinako tahu hal itu.

Meskipun menjengkelkan, tapi mereka tetap bersaudara. Hinako sering mendengar cerita tentang bakat kakaknya berkali-kali.

“Dengan kata lain... orang cabul yang bisa membaca pikiran seseorang.”

Jahat sekali. Padahal begini-begini aku disebut jenius, lho.

Meski ia berkata begitu, sepertinya ia tidak terlalu memedulikannya.

Suatu hari, aku meminta Itsuki-kun untuk membantuku membereskan berkas. Tapi ia langsung mendeteksi ada kebohongan di antara berkas itu. ... Katanya ini bukan yang sebenarnya, ‘kan?’.

Mungkin itulah yang dibicarakan Shizune sebelumnya. Pada saat game Manajemen baru dimulai, mereka berdua sempat mengerjakan sesuatu di ruang kerja. Saat itu, Takuma sepertinya merasakan sesuatu dari Itsuki.

Dia bisa melihat kebenaran data dengan instingnya.

Takuma menjelaskan secara singkat.

Secara spesifik, ia bisa menangkap maksud terselubung. ... Jika melihat informasi yang disembunyikan, ia bisa menyadari data ini mencurigakan, bukan melalui logika, tapi intuisi. Dan sebaliknya, meski ada cacat atau kekurangan di dalam data, dia bisa menilai apakah orang itu dapat dipercaya.

Takuma menjelaskannya dengan tenang, tapi isinya tidak mudah diterima begitu saja.

Jadi... Itsuki juga memiliki bakat yang sama dengan orang ini?

... Hanya kamu saja yang mempunyai kemampuan mistik seperti itu.

Bagi kami, itu bukanlah sesuatu yang mistik.

Hinako mengernyitkan alisnya.

Jangan sebut 'kami'... Rasanya seperti Itsuki sudah berada di pihaknya.

Misalnya saja, Hinako, saat teman sekelas mengajakmu untuk pesta minum teh, bagaimana caramu menilai apakah itu hanya sekedar basa-basi atau benar-benar tulus?

Itu... hanya firasat saja.

Nah, hanya firasat saja, kan? Firasat yang tampak samar, tapi entah kenapa sering tepat sasaran.

Takuma kembali melanjutkan.

“Bagi kami, wilayah firasat kami lebih luas. Seperti Hinako yang menilai apa itu basa-basi atau bukan, kami juga menilai informasi di depan kami apakah itu kebohongan atau kebenaran.

 

Hinako memang mengetahui tentang bakat Takuma. Tapi ini baru pertama kalinya dia menjelaskannya sedetail ini.

Logikanya bisa diterima... Tapi mungkin juga karena kemahirannya yang berbicara. Hinako menjadi takut untuk terlalu gampang mempercayainya.

Hinako tahu. Kemampuan Konohana Takuma tidak bisa dianggap remeh hanya dengan satu kata sederhana saja.

Ia memberikan apa yang diinginkan orang lain, memerankan kepribadian yang disukai orang lain, terkadang bahkan membahas topik yang dibenci orang lain supaya bisa menjalankan negosiasi dengan mahir. Dengan cara begitu, Takuma berhasil mendapat pengakuan dari para petinggi Grup Konohana dan memantapkan posisinya sebuah kecepatan yang luar biasa. ... Seandainya saja ia tidak memiliki sifat sedikit main-main, dirinya pasti dengan mudah diterima sebagai calon pemimpin berikutnya.

... Tapi Itsuki tidak memiliki sikap seperti itu sebelumnya."

Ya memang, tapi mungkin itu karena akulah yang memulainya.

Takuma menjawab pertanyaan Hinako.

Mengetahui keberadaanku sebagai orang yang seperti itu... kurasa berbicara denganku akan menjadi rangsangan yang baik baginya.

Hinako berpikir bahwa kemungkinan itu ada benarnya.

Takuma adalah orang yang luar biasa, entah dalam artian baik maupun buruk, ia bukanlah orang yang biasa-biasa saja. Pasti banyak orang yang mengubah gaya hidup mereka karena terpengaruh oleh keberadaan Takuma yang istimewa itu. ... Bahkan Shizune pun termasuk salah satunya.

Itsuki juga mungkin berhasil menemukan bakatnya setelah mendapat rangsangan dari Takuma.

“....Jadi, kamu lah yang menjadi biang keroknya?

“Oi, oi, padahal itu bukan hal buruk, malahan aku lebih suka kalau kamu memanggilku sebagai mentornya.

Hinako bisa mendengar tawa getir Takuma.

Kamu juga pasti memahaminya kan, Hinako? Tidak diragukan lagi kalau itu adalah bakat seorang pengusaha. Karena jika kamu bisa membaca perasaan terdalam lawan bicara, kamu bisa menghindari risiko, dan bisa menggali keuntungan tersembunyi.

Dengan Takuma yang telah membuktikan bakatnya itu, ucapannya menjadi terdengar meyakinkan.

Sayangnya, yang kurang adalah sifat kejamnya. Jika dirinya bisa menggunakan bakat ini secara maksimal untuk mencengkeram kelemahan lawan, maka...... ia bisa menjadi diriku.

Setelah mendengar ucapan itu, Hinako kembali menyadari sifat kakaknya.

Kakak laki-lakinya hanya berpikir bahwa jalan hidupnya adalah jalan yang benar. Ia hanya menunjukkan jalan yang menurutnya terbaik. Baginya, itu adalah kebaikan. Tapi, seperti yang sudah dia duga, kakaknya sama sekali tidak memikirkan perasaan Itsuki.

... Ia tidak membutuhkannya.

Hinako membayangkan Itsuki, seseorang yang berharga baginya.

Itsuki selalu memperhatikannya. Meski dia orang malas dan membosankan, Itsuki selalu tersenyum lembut melihat dirinya yang sering dilanda berbagai emosi.

Wajah lembutnya itu tidak boleh menghilang.

Itsuki tidak membutuhkan kekejaman hati.

Hinako berkata dengan nada yang lebih tegas.

“Kekejaman hati itu mutlak diperlukan di dalam dunia bisnis. Jika Itsuki-kun dapat membuang perasaannya, ia bisa menjadi pengusaha kelas atas. Bahkan menjadi petinggi Grup Konohana pun bisa dengan mudah—

Itu tidak ada hubungannya.

Hinako menyela ucapan kakaknya.

Itsuki tidak akan pernah menjadi sepertimu. Ia berbeda darimu yang memperlakukan orang lain seperti bidak.

Takuma sering menggunakan orang lain demi kepentingannya sendiri.

Hinano sangat mengetahui betul dengan apa yang terjadi kepada para korbannya.

Ada yang kehilangan keluarganya, ada yang kehilangan mimpinya. Meskipun pada awalnya semua orang mengikuti Takuma dengan mata berbinar-binar, pada akhirnya hanya Takuma sendiri yang tertawa.

Bukan berarti Takuma tidak mengerti perasaan orang lain, justru sebaliknya, dia paling peka terhadap perasaan orang lain. Artinya, pria ini memahami perasaan orang lain, tapi tetap membuangnya.

... Mungkin karena ia bisa melihat itu, jadi dirinya merasa jijik.

Konohana Takuma selalu meremehkan perasaan orang lain.

Apa aku berbeda dengannya? ... Apa Hinako benar-benar mengenal Itsuki-kun dengan baik sampai berani mengatakan itu?

“Aku bisa tahu meskipun tidak terlalu mengenalnya.”

Hinako berkata dengan tenang.

Di sekitarmu, tidak ada Tennouji Mirei.

Dia teringat pada gadis bangsawan yang kuat dan suka berkompetisi itu.

Di sekitarmu, tidak ada Miyakojima Narika.

Dia teringat pada gadis yang canggung tapi gigih dan bisa menghadapi dirinya sendiri.

Di sekitarmu, tidak ada Hirano Yuri.

Dia teringat pada gadis yang hangat, suka ikut campur, tapi tidak dibuat-buat.

Di sekitarmu, tidak ada Taisho Katsuya dan Asahi Karen.

... Mereka semua teman Itsuki-kun, ya?

Ya, teman-temannya.

Dia teringat pada dua orang yang selalu menjadi penghibur dan diam-diam mendukung banyak orang.

... Entah kenapa rasanya persentase teman perempuannya terlalu tinggi, tapi sekarang bukan saatnya memikirkan itu.

Yang terpenting adalah Itsuki memiliki teman-teman seperti itu.

Kamu hanya bisa membangun hubungan berdasarkan kesamaan kepentingan. Jadi di sekelilingmu hanya ada mitra bisnis. ... Tapi Itsuki berbeda. Itsuki selalu berjuang untuk orang lain. Dan Itsuki mempunyai banyak teman-teman karena dirinya yang seperti itu.

Itulah sebabnya

Itsuki sudah menjalani kehidupan yang berbeda darimu. ... Kamu mungkin bisa membingungkannya, tapi itu tidak ada artinya. Karena di sekitar Itsuki, ada banyak orang yang bisa menghentikannya.

Hinako sama sekali tidak takut dengan masa depan Itsuki.

Dia meyakini kalau Itsuki akan baik-baik saja. Dia mempercayai bahwa Itsuki tidak akan menjadi seperti pria ini.

Hmm, sayang sekali. Padahal bakatnya di bidang bisnis luar biasa. ... Secara pribadi, aku ingin dia menjadi tangan kananku suatu hari nanti.

Itu tidak akan terjadi. Cari saja orang lain.

Nah, lihat, pada akhirnya pria ini hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

... Yah, kamu bebas memikirkan apa yang kamu pikirkan.

Takuma bergumam pelan.

Ah, sudah waktunya aku bekerja. Pembicaraan kita cukup sampai di sini?

Ya.

Karena Hinako sudah mengerti tujuan kakaknya, jadi tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.

Orang ini menginginkan seorang Konohana Takuma generasi Kedua. Ia ingin membuat bayangan dirinya sendiri dan menjadikannya tangan kanan yang menguntungkan.

Jika Itsuki sendiri yang menginginkannya, Hinako tidak akan mencegahnya.

Tapi jika tidak, ... maka itu adalah misinya untuk menghentikannya.

(... Eh?)

Saat berpikir sejauh itu, Hinako tiba-tiba menyadari sesuatu.

Jika Itsuki juga memiliki bakat yang sama seperti kakaknya...

Jika Itsuki juga peka terhadap perasaan orang lain...

Bukannya itu berarti Itsuki menyadari perasaanku...?

... Hei,

Hmm?

Takuma menjawab dengan suara heran ketika Hinako tiba-tiba menjadi malu-malu.

Itsuki tidak bisa membaca pikiran seperti kamu, bukan...?

Tidak, ia tidak sepeka itu. Sepertinya ia bahkan tidak menyadari perasaanmu.

Eh?

Wajah Hinako langsung berubah panik karena pikirannya tiba-tiba terbaca.

Ap-Ap-Apa yang kamu bicarakan...?

Tidak, biasanya orang akan langsung menyadarinya. Memangnya kamu bermaksud untuk menyembunyikannya?

Di-Diam...!!

Meskipun dia mengetahui kalau itu tidak ada gunanya melawan pria ini, Hinako tetap berusaha menyangkal.

Kakaknya tertawa geli.

Bahkan kami juga punya kelemahan. Itsuki-kun sepertinya tidak peka terhadap hal-hal semacam itu... Mungkin dia tipe yang kurang sadar akan dirinya sendiri.

Suatu hari, teman masa kecil Itsuki, Yuri, pernah mengatakan hal yang sama. Meskipun Itsuki mempunyai sidat yang baik hati, tapi sebagai gantinya ia sering mengabaikan dirinya sendiri.

Sewaktu mendengar hal tersebut, dia merasa sangat sedih, tapi... bagi Hinako yang hatinya belum siap, dia merasa sedikit 'terselamatkan'.

 


Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama