[LN] Saijou no Osewa Jilid 7 Bab 1 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Bab 1Apa Yang Harus Dituju Oleh Tomonari Itsuki

Bagian 1

 

Sepertinya, perusahaan semuanya terlihat sangat lancar, ya,

Tennouji-san langsung berkata demikian saat perjamuan teh dimulai.

Terutama Tomonari-san. Belakangan ini aku mendengar kalau kamu semakin melebarkan sayap bisnismu, loh?

Iya, memang. Saat ini aku sedang menambah mitra kerja untuk memperbanyak produk. Sejak kejadian itu, ada banyak pihak yang menghubungiku...

Hal tersebut memang patut disyukuri.

Berkat kemitraanku dengan Wedding Needs, deretan produk usaha hadiah untuk acara upacara pun semakin lengkap. Dan berkat itu pula, penjualan Tomonari Gift terus meningkat.

“Malahan, mulai semakin banyak orang yang mendekati Tomonari di dalam kelas.

Iya, iya, betul banget. Bahkan teman-temanku juga ada yang baru-baru ini mendatanginya untuk meminta konsultasi dengannya.

Jadi begitu ya.

Aku sama sekali tidak menyadarinya waktu itu, tapi ternyata ada teman-teman Asahi-san juga yang datang untuk berkonsultasi padaku.

Fufufu...

Kenapa kamu malah tersenyum bangga begitu?

Ketika Hinako menampilkan wajah sombong, Tennouji-san menegurnya.

Yah, Hinako memang juga turut membagikan data-datanya untukku, jadi bisa dibilang kalau dia juga berperan penting dalam keberadaanku saat ini.

Meski demikian, sejak saat aku sering menerima pujian dari orang lain, aku mulai menyadari satu hal.

Rupanya aku memang jago menilai mitra bisnis yang baik.

Mengamati wajah di balik data mungkin bisa dibilang keahlianku. ...Sejujurnya, aku sendiri tidak begitu paham alasannya. Dan terlalu mengandalkan insting seperti ini juga agak menakutkan, jadi aku berencana untuk terus belajar manajemen dengan rajin. Tapi, di luar sana memang ada orang-orang seperti Takuma-san yang punya kemampuan observasi mengerikan dan pandai mengendalikan kondisi, jadi kurasa aku juga harus memanfaatkan kemampuan ini.

Aku adalah orang yang ketinggalan paling jauh dalam pelajaran di akademi ini.

Oleh karena itu, aku harus bisa memanfaatkan sedikit keunggulan yang kumiliki sebaik mungkin. Aku tak punya banyak pilihan.

Sambil mengangkat cangkir teh, aku memikirkan apa yang seharusnya kucapai.

Akhir-akhir ini, ada banyak gadis yang bilang kalau Tomonari-kun tuh keren lho~

Hah?

Tanpa sadar aku meletakkan cangkirku tanpa meminumnya.

Sepertinya aku baru saja mendengar pernyataan yang mengejutkan.

Yah, mungkin karena kamu memulai dari tempat yang tidak begitu terkenal tapi bisa naik dengan cepat, jadi terlihat seperti 'kisah kesuksesan' yang keren, gitu? ...Ah, tapi bukan maksudnya 'tidak terkenal' itu sesuatu yang buruk, lho!

“Aku paham maksudmu, tapi... kisah kesuksesan, ya?

Daripada bangkit dari yang tidak terkenal, Asahi-san mungkin ingin mengatakan kalau aku bangkit dari industri yang tak terduga.

Tapi kisah kesuksesan ya...

...Sejujurnya, aku tak merasa pernah meniti jalan yang semudah itu.

Pada kenyataannya, itu hanyalah serangkaian tindakan mengambil risiko. Aku merasa sangat senang karena Wedding Needs mau bermitra denganku. Kalau tidak, perusahaanku mungkin sudah tertelan oleh SIS milik Suminoe. Setiap kali aku mengingatnya, selalu ada perasaan bahwa pasti ada cara yang lebih baik.

“Wah~, aku juga ikutan merasa bangga punya teman seperti Tomonari-kun! Kamu juga setuju ;kan, Konohana-san?

Ya, memang menggembirakan melihat teman kita dihargai.

Lalu kenapa kamu dari tadi terus menendang kakiku?

Sakit... Sakit sekali... Seragam mahal Akademi Kekaisaran ini akan menjadi kotor.

Yah, bukan hal yang baru kalau Tomonari-san tidak pernah punya prinsip, jadi tidak mengherankan juga.

Umm, Tennouji-san? Bisakah kamu berhenti menatapku dengan tatapan menusuk seperti itu...?

Tennouji-san menatapku dengan pandangan dingin yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Aku sama sekali tidak dipercayai lagi. Kenapa...?

Aku penasaran apa dia masih menyimpan dendam soal waktu itu. Ketika kami berdua sedang berdansa, dia bertanya padaku apakah aku akan memilih perusahaannya atau Hinako, tapi aku tidak bisa memilih yang mana.

Hei, Asahi. Bagaimana denganku? Apa ada kabar tentangku?

Aku belum pernahhhhhhhhhhhhh mendengar rumor apapun tentang Taisho-kun!

“Kamu tidak perlu mendiktenya sekencang itu juga kali...

Taishou tampak hampir menangis.

Asahi-san, tolong bersikap sedikit lebih lembut padanya...

Oh iya, ngomong-ngomong, apa ada yang sedang mengalami kesulitan dengan tugas kalian?

Kami saling berpandangan dalam menanggapi pertanyaan Tennouji-san, tapi tidak ada yang angkat bicara.

Tugas, ya...

Narika bergumam dengan suara yang pelan.

“Miyakojima-san. Apa kamu sedang mengkhawatirkan sesuatu?

Eh? Ah, tidak! Bukan apa-apa, kok...?”

Kenapa malah berbentuk pertanyaan?

Melihat Hinako menatapnya dengan cemas, Narika menggelengkan kepalanya dengan gelisah.

Kalau begitu, ayo kita akhiri pertemuan hari ini. ...Game Manajemen juga sudah memasuki babak kedua. Jadi mari kikta tetap bersemangat dan melakukan yang terbaik.”

Masing-masing dari kami mengangguk ketika mendengar kata-kata Tennouji-san.

Kelihatannya semua orang yang ada di Aliansi Pesta Teh berhasil mencapai hasil yang baik.

 

◆◆◆◆

 

Setelah perjamuan pesta teh bubar, kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

Tennouji-san tampaknya masih ada pertemuan dengan teman sekelasnya, jadi dia kembali masuk Gedung sekolahan. Taishou dan Asahi-san sudah dijemput, jadi mereka berjalan cepat menuju gerbang.

Maaf, aku juga harus segera menemui teman sekelasku yang meminta untuk konsultasi, jadi aku permisi dulu.

Aku tidak pernah menyangka bahwa Narika akan mengatakan hal semacam itu, dan aku sangat terkejut sampai-sampai aku hampir tidak sengaja menjatuhkan tasku.

Konsultasi? Kepada Narika?

“Ke-Kenapa, memangnya salah ya?!

Tidak, bukan apa-apa. Justru itu bagus sekali.

Aku hanya terkejut dan tidak berpikir ada yang salah sedikit pun.

Narika... kamu sudah berkembang pesat ya.

“He-Hehmm! Aku ‘kan memang sudah berkembang! ... Jadi tolong jangan memandangku dengan pandangan yang mirip seperti kakek yang sedang melihat cucunya.

Narika berjalan menuju gedung sekolah dengan ekspresi yang rumit di wajahnya.

Kini hanya ada aku dan Hinako saja.

Hinako pun membungkukkan punggungnya yang tegak lurus.

“Fyuhh... aku lelah...

“Ayolah, jangan bersantai dulu.

Mmm... aku ingin cepat-cepat naik mobil...

Meski tidak ada siswa lain di sekitar kami, jika ada yang melihatnya, hal tersebut bisa merusak kesan sempurna Hinako sebagai seorang Ojou-sama.

Tinggal sedikit lagi. Hinako mulai berjalan menuju gerbang sekolah dengan wajah malas.

Ah, Konohana-san! Maaf, boleh aku meminta sedikit waktumu untuk berkonsultasi sebentar?

Pada saat itu, tiba-tiba ada seorang siswa yang tidak dikenal memanggilnya dari belakang.

Ekspresi Hinako langsung berubah muram.... Ah, padahal tinggal sedikit lagi dia bisa melepas aktingnya.

“....Apa sebaiknya aku saja yang menolaknya?

Tidak usah, meskipun aku menolaknya, dia pasti akan terus mengirim pesan di dalam game. Aku akan kembali sebentar.

Baiklah, beritahu aku kalau kamu sudah selesai.

Pandangan mata Hinako terlihat kosong.

Faktanya, Hinako sering mengalami situasi di mana dia harus menolak permintaan konsultasi di sekolah, dan kemudian tetap dikirimi pesan di dalam game, jadi dia sudah terbiasa.

Menjadi orang-orang populer juga tidak mudah. Akhir-akhir ini, aku juga sering dimintai konsultasi, tapi tidak sebanyak Hinako.

“Yang semangat. Nanti aku akan diam-diam membelikan keripik kentang.

...Oke!

Sepertinya kata-kata itu memberinya semangat, jadi Hinako pun mendapatkan kembali tenaganya dan berjalan menghampiri siswa yang memanggilnya.

Meski Shizune-san sudah pernah menyuruhku untuk “jangan terlalu memanjakannya”, tapi akhir-akhir ini aku tidak terlalu melakukannya, jadi kalau sesekali tidak ada salahnya.

Tapi dengan begini, aku jadi punya waktu luang.

Siswa yang memanggil Hinako tadi tampak serius, jadi sepertinya sesi konsultasi itu akan memakan waktu lama. Aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah untuk mengisi waktu.

Ukuran Akademi Kekaisaran ini memang luas. Tapi setelah satu semester, aku sudah cukup familiar dengan sebagian besar area di sini. Kafe, lapangan, lapangan tenis, perpustakaan, gym. Akhir-akhir ini aku kurang olahraga, jadi aku mencoba menjelajahi berbagai tempat untuk mengatasinya.

Saat aku hendak melewati depan gedung sekolah, aku melihat sosok Narika.

Narika? Konsultasinya sudah selesai?

Ya. Ternyata itu lebih cepat dari yang kuduga, jadi aku menunggu di sini untuk dijemput.

Mungkin dia sudah memberitahu bahwa akan membutuhkan waktu lebih lama, jadi jemputannya tidak menunggunya di depan sekolah.

Ketimbang seperti orang yang sedang bosan menunggu, wajah Narika justru terlihat lesu.

Yah, bukan karena konsultasinya selesai dengan cepat, tapi lebih tepatnya aku tidak bisa memberikan konsultasi yang memadai.

“Apa iya?

Mereka memintaku untuk memberikan saran tentang manajemen perusahaan besar, tapi aku sendiri banyak melakukan sesuatu berdasarkan intuisi, jadi aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik. ... Aku merasa bersalah kepada mereka.

Ketika periode ini tiba, ukuran perusahaan semakin besar dan ada semakin banyak siswa yang kebingungan dengan perubahan tersebut. Siswa yang berkonsultasi dengan Narika pasti salah satu dari mereka.

Aku juga pernah menerima konsultasi semacam itu beberapa kali.

Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Aku juga sering mengalami hal seperti itu.

Be-Begitukah?

Mereka juga tidak mengharapkan kamu bisa menjawab semua pertanyaan, kok. ... Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu jadi populer di kalangan teman sekelasmu? Bukannya kamu pernah bilang kalau kamu belum bisa beradaptasi dengan baik di kelas?

Ah, iya. Sejak game manajemen dimulai, ada banyak orang yang menyapaku. Mereka sering memintaku berbagi tips karena perusahaanku berkembang dengan baik.

Game manajemen ini memang bisa meningkatkan interaksi antar siswa.

Lingkungan saat ini mungkin bisa menjadi kesempatan bagus bagi Narika untuk mendapatkan teman baru.

Saat aku memikirkan hal itu, Narika tiba-tiba tersenyum aneh.

Apa-apaan dengan wajahmu itu?

Tidak, aku hanya berpikir bahwa Itsuki memperhatikanku dengan baik.

Yah, wajar saja, karena kamu sering datang padaku sambil menangis.

“Uggh... ku-kurasa itu ada benarnya.

Narika yang tadinya terlihat senang, kini menjadi murung.

...Sebenarnya, bukan hanya itu saja.

Memang benar aku memperhatikannya karena dia sering datang padaku menangis, tapi ada satu alasan lain mengapa aku begitu mempedulikannya.

Itu terjadi di hari perlombaan...

——Hanya Itsuki!

Pada hari itu, Narika berkata padaku.

――Satu-satunya orang yang spesial bagiku hanyalah Itsuki! Untuk selama-lamanya, hanya Itsuki saja!

Kata-kata tersebut masih terngiang-ngiang di telingaku.

Aku berharap Narika bisa mendapatkan teman-teman lain yang bisa dia ajak bicara dengan nyaman, jadi aku pernah berkata Semoga kamu bisa menambah orang-orang spesial bagimu. Tapi Narika menggelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca, menunjukkan bahwa akulah satu-satunya yang spesial baginya.

...Sejak saat itu, aku jadi terus-menerus memikirkannya.

Ketika hanya berduaan dengan Nariao, kata-kata itu terkadang melintas di pikiranku. Apa sebenarnya arti spesial untuknya? Sebenarnya, apa yang ingin disampaikan Narika?

Untuk saat ini, aku tidak ingin terlalu membayangkan maknanya, agar tidak terjadi suasana canggung. ...Yah, mengingat Narika, mungkin perkataannya tidak memiliki makna yang terlalu dalam. Yang dia maksud mungkin hanya bahwa aku adalah sahabatnya, bukan sekadar teman biasa.

Jelas-jelas tidak ada maksud romantis di sana.

Pasti tidak ada.... kan? Habisnya, ini tentang Narika...

(...Setidaknya untuk saat ini, aku tidak perlu memikirkannya)

Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk menghadapi masalah ini.

Jika aku terlalu memikirkannya secara sepihak dan membuat hubungan kami menjadi canggung, Narika juga akan merasa kesulitan. Permainan manajemen sudah memasuki tahap akhir, jadi aku harus berkonsentrasi dan tidak boleh menambah masalah.

Lagipula... Narika masih sering memintaku untuk membantunya.

Jika hubungan aku dan Narika menjadi canggung, mungkin Narika akan merasa kesulitan karena tidak punya tempat untuk bersandar.

Oleh karena itu... Aku ragu untuk memulainya.

Hm?

Tanpa mempedulikan perasaanku, Narika mendekat setelah menemukan sesuatu.

Itsuki! Ada bola sepak!

...Mungkin ada yang lupa menyimpannya.

Narika terlihat senang menemukan bola itu dan memandangnya dengan gembira.

Aku berharap dia bisa bersikap polos seperti ini di depan yang lain juga...

Oper!

Bola itu menggelinding ke kakiku.

Operan Narika lembut dan mudah dikontrol. Bukan untuk memamerkan kemampuannya, tapi dengan pertimbangan terhadap lawan.

Dia memang sangat mahir dalam olahraga.

Jarang-jarang ada orang yang punya kelebihan dan kekurangan yang sangat jelas seperti dirinya.

Sekarang giliranku yang mengoper kepada Narika.

Sudah lama sekali aku tidak bermain bola.

Di Akademi Kekaisaran, kami pernah main sepak bola saat masih kelas sati. Tapi kamu baru masuk tahun ini 'kan, Itsuki?

Dengan kata lain, aku takkan bisa main sepak bola lagi di pelajaran olahraga, ya.

Tapi yah, meskipun aku tidak bisa memainkannya dalam pelajaran, kami bisa memainkannya kapan saja selama ada bola.

“Terima ini, Itsuki!

Ups.

Narika sengaja mengumpan bolanya terlalu tinggi, jadi aku menghentikannya dengan dadaku.

Seragamku mungkin kotor lagi. Aku yakin kalau Shizune-san pasti akan memarahiku, tapi... Aku juga terbawa suasana riang Narika.

...sudah kuduga, kurasa lebih baik kami tetap punya hubungan santai seperti ini.

Setidaknya itulah yang kupikirkan sekarang.

Tadi di acara pesta minum teh, Tennouji-san bertanya apakah ada tugas yang belum selesai, 'kan?

Setelah beberapa kali mengulangi operan, Narika mulai bercerita.

Waktu itu, aku sempat ragu untuk bertanya ke semuanya... Tapi bagaimana caranya kalian berbicara dengan orang yang baru pertama kali bertemu?

...Apa maksudmu?

Aku tidak begitu paham maksud pertanyaannya, jadi aku terus menendang bola sambil memperhatikannya.

Sejak game manajemen dimulai, aku jadi sering mendapat kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan orang-orang baru. Berkat Itsuki, aku jadi punya teman dekat sedikit demi sedikit. Tapi... orang-orang baru masih sering takut padaku.

Rupanya, karena game manajemen, Narika jadi sering mendapat kesempatan untunk bertemu orang baru. Itulah sebabnya dia sepertinya menghadapi masalah baru.

Mungkin masalah yang tadi juga terjadi karena hal yang sama.

Dalam game manajemen, interaksi di dunia nyata juga sama pentingnya. Kenyataannya, kerja sama antara Tomonari Gift dan Wedding Needs bisa terjadi karena ada interaksi serta negosiasi antara aku dan Ikuno di dunia nyata.

Jika aku bisa lebih percaya diri, seharusnya kesalahpahaman bisa terselesaikan dengan sendirinya. Tapi saat berhadapan dengan orang yang takut padaku, aku juga jadi tidak bisa bicara dengan baik. Melihat tatapan ketakutan itu, aku merasa.... tiba-tiba pikiranku jadi kosong.

Narika pernah bilang, trauma saat pertandingan tahun lalu membuatnya ditakuti teman-teman.

Setelah mendengar perkataannya, aku yakin bahwa Narika masih belum sepenuhnya bisa menghilangkan traumanya.

Wajar saja. Narika hampir setahun penuh ditakuti teman-temannya. Meskipun di depan kami dia bersikap ceria, tapi citra negatif Narika yang terus-menerus dihantui rasa takut itu tidak mudah hilang.

(Sejak pertandingan itu, citra buruk Narika memang sudah agak berkurang... Tapi mungkin Narika sendiri juga harus berubah lebih banyak lagi.)

Memang dia mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, tapi itu masih belum cukup.

Setidaknya, Narika sendiri belum puas.

Namun, itu semua....

...Kurasa satu-satunya cara adalah terus mencobanya, ya?

Aku menjawab terlalu singkat, jadi aku menambahkan informasi lebih lanjut:

“Kurasa itulah inti dari game manajemen ini. Supaya kita bisa mendapatkan pengalaman bisnis sekarang, agar nanti di dunia nyata tidak mengalami kegagalan seperti tadi.

...Ada benarnya juga. Dalam artian tertentu, gagal itu sesuatu yang wajar, ya."

Ya. Jadi kurasa sekarang tidak ada salahnya jika kamu gagal.

Meskipun berkata begitu, aku juga berpikir apakah ada saran yang lebih konkret yang bisa kuberikan.

Tapi jujur saja, merasa canggung saat berbicara dengan orang yang baru kamu temui adalah hal yang wajar.

Narika juga akan memimpin perusahaan besar suatu hari nanti. Jadi dia tidak bisa tetap biasa-biasa saja, tapi sayangnya aku sendiri belum sampai ke level itu, jadi aku tidak bisa memberi saran apa-apa.

Narika, kamu ingin jadi seperti apa?

Tanpa disadari, aku bertanya kepada Narika.

Bukan hanya dalam game, tapi secara keseluruhan, kamu ingin menjadi orang seperti apa?

Hmm... itu pertanyaan yang cukup sulit.

Aku juga pasti akan berpikir lama jika ditanya begitu.

Jadi aku tidak bermaksud memaksa Narika untuk segera menjawab.

Yah, aku sadar itu terlalu muluk-muluk... Tapi pada akhirnya, aku ingin bisa sejajar dengan orang-orang seperti Konohana-san atau Tennouji-san.

Pada dasarnya Naruka memang cenderung negatif, tapi dia tidak mau kompromi begitu saja, dan itu adalah sifat baiknya.

Dan tujuan yang dia miliki itu sama persis dengan tujuanku.

Ayo kita berjuang Bersama-sama.

Meskipun titik awal kami sangat berbeda, tapi senang rasanya memiliki orang yang dekat denganku dengan tujuan yang sama.

Benar juga...

Kami berdua ingin sejajar dengan mereka.

Kita sering berinteraksi dekat dengan mereka. Aku yakin kalau Asahi-san dan Taisho juga diam-diam memikirkan hal yang sama.

Saat aku merasakan semangat yang membara, tiba-tiba ponselku bergetar.

Aku menerima pesan dari Hinako di aplikasi yang mengatakan, “Aku sudah selesai~.

Kalau begitu, aku akan pulang sekarang.

Baiklah. Terima kasih, Itsuki, sudah mau mendengarkan curhatanku.

“Tapi sepertinya aku tidak terlalu membantu.

“It-Itu sama sekali tidak benar! Di dalam keluarga Miyakojima, ada pepatah yang mengatakan 'jangan takut dengan pertemuan'. Berkatmu, aku jadi mengingat itu. ...Aku juga takkan merasa takut lagi untuk berbicara dengan orang. Aku akan mencobanya!

Memangnya keluarganya mempunyai pepatah seperti itu ya...

Aku berjalan menuju gerbang sekolah. ...Sebelum itu, aku menoleh sekali lagi.

Narika, ada yang ingin kukatakan, tapi aku ragu...

Narika memiringkan kepalanya dengan bingung, membuatku merasa canggung.

Sebaiknya aku mengatakannya supaya Narika tidak sampai merasa malu nanti.

“Umm... Menurutku, sebaiknya kamu jangan terlalu sering mengangkat kakimu terlalu tinggi saat memakai rokmu.

Eh...?!

Wajah Naruka memerah dan dia segera menurunkan roknya.

Aku berharap bahwa semoga lain kali dia bisa lebih cepat menyadarinya.

 

◆◆◆◆


Setelah aku kembali ke rumah keluarga Konohana, aku menghubungi Takuma-san dan memberitahukan bagaimana perkembangan permainan.

Kamu sudah berada di jalur yang benar.

Suara Takuma-san terdengar dari speaker ponselku.

Sebelumnya, aku sudah mengirimkan teks dan tangkapan layar tentang kondisi perkembangan game manajemen ku, dan sepertinya dia sudah membacanya dengan seksama.

Lalu, apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana rencana ke depannya nanti?

Takuma-san lanjut bertanya.

“Seperti yang sudah kamu rasakan, bahwa pasar saat ini masih tergolong kecil. Meski pendapatan akan sedikit meningkat, tapi sepertinya perkembangan perusahaanmu akan segera mencapai batas atasnya dalam waktu dekat.

Ya....  aku juga merasa begitu. Jujur saja, aku merasa langit-langit sudah dekat.

Memilih pasar unik hadiah adalah pilihan yang tidak salah. Kehadiran Suminoe-san sebagai pesaingku memang di luar dugaanku, tapi selain itu hampir tidak ada pesaing lain, jadi aku bisa memulai dengan baik.

Tapi, saat aku berbicara dengan Hinako, Tennouji-san, Narika dan yang lainnya, aku sering merasa terbebani oleh skala bisnis mereka yang jauh lebih besar.

Sejujurnya... aku merasa iri.

Aku juga ingin menangani angka-angka yang lebih besar.

Di akhir liburan musim panas, aku sudah berjanji pada Hinako di rumah lamaku. Suatu hari nanti, aku akan menjadi orang yang setara dengan Hinako dan yang lainnya. Sebagai salah satu tolok ukurnya, aku ingin menjadi orang yang mampu memikul tanggung jawab besar seperti mereka.

Aku berpikir kalau Tomonari Gift sudah tumbuh dengan sangat kuat.

Tapi jika aku ingin memikul tanggung jawab yang lebih besar lagi perusahaan ini saja tidak cukup.

...Bolehkah aku memulai bisnis keduaku?

Bagus. Aku ingin mendengar keinginan itu dari mulutmu sendiri.

Takuma-san membimbingku untuk membuat keputusan penting ini sendiri.

Orang ini benar-benar hebat sebagai seorang pendidik. ...Pilihanku memang tepat untuk meminta bantuannya.

Aku setuju untuk memulai bisnis baru. Tapi kamu harus memikirkan apa yang akan dilakukan dengan perusahaanmu yang skearang. Apakah dijual melalui akuisisi dan menggunakan keuntungannya untuk mendirikan perusahaan baru? Atau mencari pengganti untuk melanjutkannya? Karena ada banyak cara untuk mewariskan bisnis.

Sayangnya, memulai bisnis baru sambil menjalankan bisnis saat ini melebihi kemampuanku. Takuma-san juga mengerti hal itu, jadi ia membahas opsi tentang pewarisan bisnis.

Karena di perusahaan Tomonari Gift semua karyawan selain aku adalah AI, jika aku ingin mewariskan perusahaan ini secara internal, maka selanjutnya AI akan menjadi presidennya. Di sisi lain, jika melakukan akuisisi atau mengundang direksi dari luar untuk mewariskan, mungkin aku bisa menyerahkan perusahaanku kepada pemain manusia, bukan AI.

Ini adalah perusahaan yang aku rawat dan kukembangkan baik-baik, jadi jika memungkinkan, aku ingin menyerahkannya ke orang yang kukenal.

Bahkan jika aku ingin menyerahkan perusahaanku ke orang yang aku kenal, apa aku masih bisa menjual sahamku?

Kamu ingin menjual saham yang kamu miliki sekarang, bukan? Tentu saja bisa. Tapi dalam kasus itu, rintangannya akan lebih sulit daripada transfer, tapi kurasa itu tergantung kepada pihak yang menerima.

Untuk memulai bisnis baru, aku membutuhkan modal. Jika memungkinkan, aku ingin mewariskannya melalui jual beli, bukan dengan cara pengalihan.

Menentukan bisnis baru dan memastikan modal——aku akan mempertimbangkan keduanya secara bersamaan.

Mulai dari sini, keputusannya ada di tanganmu, Itsuki-kun. Aku akan menantikan hasilnya.

Setelah mengatakan itu, Takuma-san mengakhiri panggilan.

Aku menghembuskan napas panjang dan melepaskan ketegangan di bahuku.

Sekarang sudah pukul sembilan malam. Sudah hampir waktunya permainan berakhir.

Sepulang sekolah, aku menuju ke kamar Hinako sambil membawa keripik kentang yang kubeli tanpa memberitahu Shizune-san di tanganku.

Hinako, apa kamu ada di dalam?

...!?

Setelah aku mengetuk dan memanggilnya, terdengar bunyi gedebuk dan suara gaduh yang besar.

Setelah menunggu sebentar, aku mendengar jawaban Ma-Masuk saja... dan masuk ke dalam.

Hinako sedang duduk di depan meja.

Entah kenapa, wajahnya terlihat merah padam dan berkeringat.

“Umm... Kamu baik-baik saja? Tadi aku mendengar ada suara berisik.

A-Aku hanya sedang belajar... Tidak apa-apa.

Dia pasti sedang menyembunyikan sesuatu.

Saat aku melihat-lihat sekeliling ruangan, aku menyadari bahwa selimut yang ada di tempat tidur tampak menonjol secara tidak wajar dan mencurigakan.

...Pasti ini, ya?

Ah...!?

Saat aku menyingkap selimut kasunya, ternyata ada manga shoujo yang disembunyikan.

“Manga yang dipinjam dari Yuri, ya. ...Kalau Shizune-san sih mungkin masih bisa dimaklumi, tapi kurasa kamu tidak perlu menyembunyikannya dariku, ‘kan?

Yah, mungkin... begitu.

Hinako menjawab dengan tidak yakin.

Yah, aku merasa Shizune-san juga akan memaafkannya jika itu hanya manga, tapi tergantung isinya, ada kemungkinan dia akan menyitanya karena tidak baik untuk pendidikan.

...Mungkinkah manga ini termasuk yang seperti itu?

Saat aku mencoba membaca isinya...

J-Jangan baca isinya...!

Hinako tergesa-gesa mendekatiku.

I-Itu, karena aku juga belum membacanya...

“Be-Begitu ya. Maaf."

Aku sebenarnya tidak berniat membocorkan isinya atau semacamnya, tapi...yah, kurasa Hinako juga ingin membacanya lebih dulu.

...Aku hanya ingin mengingatkan, mungkin Shizune-san juga tidak akan mengizinkan yang terlalu vulgar.

Bu-Bukan yang seperti itu kok, tenang saja...!"

Sepertinya dia menyembunyikannya bukan karena isinya yang terlalu vulgar.

Lah, jadi Hinako juga tahu apa yang dimaksud dengan vulgar ya...

It-Itsuki, sebentar lagi waktunya mandi.

Hinako melihat jam dan berkata.

Ah, benar. Kalau begitu ayo kita mandi dulu.

Pada awalnya aku ingin makan keripik kentang dengan santai, tapi kurasa lebih baik mandi saja dulu.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama