Bab 1 —Apa Yang Harus Dituju Oleh Tomonari Itsuki
Bagian 3
“Selama
perjalanan, pertama-tama aku ingin kamu mempelajari
dahulu
tentang yang namanya rapat
umum pemegang saham.”
Takuma-san
berkata sambil masuk ke dalam mobil dan memberikanku sebuah tablet.
Layar
tablet menampilkan situs video online terbesar di dunia. Kotak pencarian
menampilkan kata [rapat
umum pemegang saham].
“Ternyata
ada video tentang rapat umum pemegang saham di internet juga, ya,”
“Ya,
terutama untuk perusahaan-perusahaan besar.”
Aku mulai
menonton video dengan jumlah tayangan terbanyak. Meskipun sedikit mual karena menontonnya di dalam mobil, aku masih
bisa memahami isinya dengan baik hanya dari audio. Sesekali aku melompati
bagian video yang tidak terlalu penting.
Setelah
sekitar 20 menit kemudian,
“...
Kurasa aku sudah bisa memahami secara garis
besarnya.”
“Apa
ada sesuatu yang kamu pikirkan?”
Takuma-san
bertanya padaku saat aku mengembalikan tabletnya.
“Aku selalu
mengira kalau rapat umum pemegang saham adalah rapat dengan suasana yang lebih
ramai dan penuh perdebatan, tapi ternyata tidak seperti itu...”
“Ya.
Lebih ke arah presentasi daripada rapat. Ada sesi tanya jawab, tapi pada
dasarnya itu adalah forum bagi perusahaan untuk memenuhi pertanggungjawaban mereka kepada pemegang saham.”
Video rapat umum pemegang saha, yang aku tonton memang didominasi oleh
presentasi satu arah dari CEO. Saat sesi tanya jawab, memang ada beberapa
masukan dari para pemegang
saham, tapi tidak ada pembahasan tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya,
hanya tanggapan atas hal-hal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Seperti
yang dikatakan Takuma-san, ini
lebih terlihat sebagai forum pelaporan dan presentasi ketimbang dibilang rapat.
“Alur
acara rapat umum pemegang saham biasanya hampir sama. Setelah laporan kegiatan
usaha, ada perubahan anggaran dasar, pembagian laba, pemilihan dewan direksi,
dan sesi tanya jawab. Apa kamu sudah memahaminya
sampai tahap ini?”
“Ya.”
“Kalau
begitu, sekarang aku akan
jelaskan tentang rapat umum pemegang saham yang akan kita hadiri kali ini.”
Takuma-san melanjutkan penjelasannya.
“Kali
ini kita akan menghadiri rapat umum pemegang saham Taiyo Construction, sebuah kontraktor
menengah dengan modal 20 miliar yen dan 2.000 karyawan. Perusahaan ini kuat di
bidang konstruksi kelautan dan juga telah merambah ke pasar internasional.”
Taiyo Construction... Sepertinya ini
perusahaan yang belum pernah kudengar sebelumnya, tapi sepertinya ukuran perusahaannya juga tidak kecil.
“Tetapi
perusahaan ini sedang menghadapi masalah.”
“Masalah?”
“Aku akan
menjelaskan detailnya di sana nanti.
Pada rapat pemegang saham kali ini, aku akan membahas masalah itu, jadi aku
tidak sabar menantikannya.”
Ujar Takuma-san sambil tertawa riang.
Entah
kenapa, aku merasa ini tidak akan berakhir dengan baik.
Beberapa
saat kemudian, mobil yang
kami tumpangi berhenti di depan gedung perkantoran besar. Sepertinya di sini tempat acaranya. Aku mengikuti
Takuma-san yang tampak sudah terbiasa,
menuju ruang rapat yang disewa di dalam gedung.
Saat kami mendekati meja resepsionis, seorang wanita berpakaian
formal melihat wajahku dan menyapa.
“Ah,
Anda pasti peserta pelatihan. Kami sudah menunggu Anda, silakan ambil papan nama Anda di sini.”
“Ah,
terima kasih.”
Maaf,
sebenarnya aku hanya seorang pelajar
biasa...
Di
sebelahku, Takuma-san sedang
memberikan selembar kertas kecil ke meja registrasi.
“Takuma,
apa yang kamu berikan
tadi?”
“Itu
formulir hak suara. Semacam surat suara begitu.”
Istilah
yang tidak kukenal... aku akan mencari tahu nanti.
Setelah
masuk ke ruang rapat, meja dan kursi tertata rapi. Aku menemukan tempat duduk
kosong dan duduk bersama Takuma-san.
“Dengan
demikian, kami menyatakan
rapat umum pemegang saham tahunan yang ke-97 dibuka.”
Direktur
utama Taiyo Construction, yang
bertindak sebagai ketua rapat sesuai anggaran dasar, memberi tanda dimulainya
rapat.
—Rapat
umum pemegang saham tahunan.
Ini
adalah rapat wajib yang diadakan suatu perusahaan
setahun sekali.
Pertama-tama,
akan dijelaskan tata cara acaranya.
Secara garis besar, perusahaan akan melaporkan strategi bisnis dan hal-hal yang
akan diputuskan.
Setelah
itu, akan ada sesi tanya jawab, lalu dilanjutkan dengan pemungutan suara untuk
mengakhiri rapat.
Alur
seperti ini sepertinya umum untuk rapat pemegang saham di mana pun. Hal yang sama terjadi pada
video yang aku lihat di dalam mobil.
“Selanjutnya,
izinkan kami menjelaskan tentang strategi pertumbuhan Taiyo Construction.”
Ketua
rapat memutar video yang sudah disiapkan sebelumnya.
Walaupun persiapannya
terlihat sangat matang, tapi isinya tidak
jauh berbeda dengan laporan keuangan yang dilakukan bersama teman-temanku di dalam Aliansi Pesta Teh.
Perbedaannya, kali ini laporannya untuk para pemegang saham, jadi disertakan juga penjelasan dividennya.
.....Ketika
aku melihat ini, aku dibuat
menyadari sekali lagi bahwa game manajemen itu memang sangat mirip dengan kenyataan.
Ada banyak
istilah yang kukenal, seperti penjualan dan laba operasi.
“Kemudian,
penjelasan mengenai agenda keputusan. Agenda pertama adalah masalah pembagian
dividen lebih...”
Video
selesai, dan layar menampilkan slide presentasi.
Agenda
keputusan berarti hal-hal yang harus diputuskan.
Pertama-tama ialah tentang dividen. Tampaknya nominal dividen akan sedikit naik
dibandingkan tahun lalu. Sebagai pemegang saham, tentu ini kabar baik, jadi
tidak mungkin ada yang menolaknya.
“Agenda
kedua adalah masalah pengangkatan direksi baru.”
Direktur
utama Taiyo Construction yang
bertindak sebagai ketua rapat mengganti slide dan menjelaskan.
“Masa
jabatan seluruh direksi akan berakhir bersamaan dengan rapat ini. Oleh karena
itu, kami memohon persetujuan Anda semua untuk mengangkat direksi baru.”
Karena
masa jabatan direktur saat ini telah berakhir, makanya mereka perlu memilih direktur baru.
Slide yang ditampilkan memamerkan daftar calon direktur yang
disiapkan oleh Taiyo Construction...
(... Sepertinya
ada ketegangan?)
Ekspresi
ketua rapat tampak agak kaku.
Setelah
itu, dijelaskan juga mengenai pengangkatan komisaris dan keputusan remunerasi
direksi.
“Selanjutnya,
agenda keenam. Umm.... ini adalah usulan dari pemegang
saham.”
Suasana
di dalam ruangan rapat sedikit gaduh.
Usulan
pemegang saham...?
Hal seperti
ini tidak ada dalam video yang kulihat di dalam mobil.
Malahan, video
rapat umum pemegang saham yang sempat
aku lihat tidak memiliki banyak
agenda keputusan seperti ini.
“Ini
adalah calon direksi yang diusulkan oleh Suzuki Fund.”
Slide
kembali menampilkan beberapa nama calon lainnya.
Calon
direksi yang diusulkan Suzuki Fund?
Bukan
dari Taiyo Construction?
“Baiklah,
biar aku jelaskan. Bacalah dokumen ini
sambil mendengarkan penjelasanku.”
Takuma-san memberikan dokumen kepadaku
sambil berkata.
“Yang
sedang diperdebatkan kali ini adalah pengangkatan direksi baru. Yang berseteru adalah dua
organisasi, Taiyo Construction
dan Suzuki Fund.”
Suzuki Fund.
Itu
adalah istilah yang disebutkan ketua rapat tadi.
“Sebagai
pemegang saham Taiyo Construction,
Suzuki Fund sudah lama mengusulkan berbagai
reformasi kepada Taiyo Construction,
seperti memulai bisnis baru. Tapi Taiyo Construction
terus menolak usulan-usulan tersebut.”
Aku
mengangguk dan mendorong Takuma-san
untuk melanjutkan.
“Suzuki Fund tidak menyerah dan juga
mengusulkan OPT, tapi negosiasi itu juga tidak ada kemajuan. Akhirnya, Suzuki Fund yang sudah tidak sabaran lagi, mulai mengumumkan akan mengajukan
calon direksi baru sebagai usulan pemegang saham. Inilah hasilnya.”
“Jadi
maksudnya, calon direksi yang diajukan Taiyo Construction mendapat penolakan dari Suzuki Fund,
dan Suzuki Fund mengajukan
calon mereka sendiri?”
“Benar
sekali. Taiyo Construction dan Suzuki Fund saling berebut kursi
direksi.”
Aku
teringat rapat umum pemegang saham biasa yang kulihat tadi di dalam mobil.
Biasanya
hanya ada calon direksi yang diajukan perusahaan, dan pemegang saham hanya
menilai apakah mereka layak atau tidak.
Tapi kali
ini, Suzuki Fund
mengajukan calon yang sama sekali berbeda.
Para
pemegang saham harus memilih direksi dari kedua kubu.
“...Eh, kalau begini, bagaimana dengan nasib Taiyo Construction jika
mayoritas calon kandidat dari Suzuki Fund
terpilih?”
Begitu
mendengar pertanyaan itu, Takuma-san menampilkan senyuman yang jahat di wajahnya.
“Menurutmu
bagaimana?”
Yah...
Jika itu yang terjadi,
berarti mayoritas anggota dewan direksi, yang merupakan posisi pengambil keputusan perusahaan,
akan menjadi orang-orang dari Suzuki Fund. Jadi, Taiyo Construction akan...
“...Diambil
alih perusahaannya?”
“Betul.”
Takuma-san memandang ketua rapat dengan mata menyipit.
Ketua
masih terlihat pucat, mengeluarkan keringat dingin. Tidak mengherankan, karena perusahaannya mungkin akan diambil alih.
“Ngomong-ngomong,
pemungutan suara sudah selesai. Sekarang
kita hanya tinggal menunggu pengumuman hasilnya.”
“...Apa
jangan-jangan kertas yang
Takuma-san berikan di meja resepsionis tadi?”
“Ya.
Pada saat itu, pemegang saham bisa menggunakan hak suaranya. Pemegang saham
yang tidak hadir di rapat umum pemegang saham bisa memberikan suara melalui pos
atau online.”
Jadi,
maksud Takuma-san saat di meja resepsionis tadi adalah semacam
kertas suara, ya.
“Itsuki-kun, menurutmu siapa yang
akan menang?"
Setelah memikirkannya beberapa saat, aku pun menjawab,
“...Taiyo
Construction, kan?”
“Kenapa
kamu berpikir begitu?"
“Karena
tiba-tiba menyerahkan direksi kepada orang luar itu terasa tidak nyaman. Aku meyakini kalau pemegang
saham lain pasti juga berpikir begitu.”
“Yup,
bagus sekali.”
Tampaknya
aku memberikan jawaban yang benar atau mendekati benar. Takuma-san mengangguk puas.
Apa yang
dilakukan Suzuki Fund itu sederhana. Mereka ingin mereformasi Taiyo Construction sesuai keinginan mereka,
jadi mereka menuntut agar direksi yang mereka siapkan sendiri ditunjuk.
Bagiku,
itu terasa sewenang-wenang. Itu mengingatkanku pada saat Suminoe-san membeli perusahaan permodalan yang memberi modal kepada perusahaanku.
Memaksakan kehendak dengan uang.
“Seperti
yang kamu katakan, biasanya jarang sekali ada direksi
yang diusulkan oleh pemegang
saham bisa terpilih. Tapi, Suzuki Fund pasti
sudah memperhitungkan hal itu.”
Jika
mereka tetap mengusulkan, berarti mereka punya perhitungan tertentu...
“...Berarti
Suzuki Fund punya peluang untuk menang,
ya?”
Takuma-san menanggapi dengan
mengangguk.
“Coba lihat
halaman 17 dokumen yang diberikan tadi.
Di sana tertulis profil kandidat yang diusulkan Suzuki Fund.”
Setelah diberutahu begitu, aku
membalik halaman dokumennya.
Setelah
melihat-lihat profil kandidat yang diusulkan Suzuki Fund.... aku benar-benar dibuat terkejut.
“Apa-apaan
ini... Mereka semua orang-orang besar, ya?”
“Itulah
peluang menang mereka.”
Ini
adalah perusahaan yang dikenal oleh semua orang Jepang. Jajaran direksi yang
mereka kumpulkan terlihat seperti orang-orang terkemuka.
Siapakah orang di Suzuki Fund yang mampu
mengumpulkan orang-orang seperti ini?
“Ah,
hasil pemungutan suara sudah keluar. Untuk Proposal Kedua, tujuh direktur telah
disahkan.”
Ketua
rapat mengumumkan hasil dengan suara pelan.
Keringat
dingin ketua... tidak
berhenti.
“Untuk
Proposal Keenam, delapan direktur telah disahkan.”
Pihak
perusahaan mengajukan tujuh
orang, sementara pihak pemegang saham delapan orang.
Dengan kata
lain—
“Suzuki
Fund menang...”
“Sepertinya
pemegang saham lain juga merasakan antusiasme Suzuki Fund. Jika mereka seserius
itu, mungkin mereka ingin mencoba mempercayakan perusahaan kepada mereka.”
Suasana
di ruangan langsung gaduh.
Mengabaikan
keributan di sekitar, aku mencoba melihat situasi ini dengan lebih tenang.
“Ini
artinya...”
Mendapatkan
suara mayoritas dan mengambil alih perusahaan. Aku merasa pernah mengalami alur
seperti ini.
Seolah-olah bisa membaca pikiranku, Takuma-san tersenyum samar.
“Ya....Ini adalah akuisisi.”
Sudah
kuduga, begitu rupanya.
Meskipun ada banyak informasi yang rumit dan membingungkan, tapi pada dasarnya ini hanya sebuah
akuisisi.
“Kurasa
sekarang yang sudah dipahami kamu pada rapat umum
pemegang saham ini, bahwa kebijakan perusahaan pada dasarnya
ditentukan oleh voting pemegang saham. Satu saham bernilai satu suara, jadi
pengaruhnya akan berbeda tergantung jumlah saham
yang dimiliki.”
Orang
yang memiliki 100 saham hanya bisa memberikan 1 suara, tapi orang dengan 1.000
saham bisa memberikan 10 suara. Semakin besar modal yang diinvestasikan,
semakin kuat hak suaranya. Dengan kata lain, mereka yang mengambil risiko lebih
besar akan diberi suara yang lebih kuat.
Jadi kita berpikiran seperti itu, rasanya bisnis memang adil.
Mungkin
ada lebih sedikit ketidakadilan di dunia ini daripada yang kubayangkan.
“Hal yang
sama berlaku untuk OPT, tapi tujuan
akhir M&A adalah memenangkan voting
ini. Jika kita memiliki mayoritas saham, kita pasti akan menang dalam setiap
voting.”
Memang benar, jika kita sudah memastikan
suara mayoritas sebelumnya, kita bisa mengendalikan segala keputusan.
Jadi
begitu mekanisme M&A...
Topik semacam ini sering muncul berkali-kali dalam game
manajemen, tapi aku belum benar-benar memahami alurnya di
dunia nyata.
“Di
dalam game simulasi manajemen,
sulit untuk merasakan apa yang sebenarnya terjadi, bukan? Di dalam
game, anak perusahaan akan terbentuk secara otomatis begitu kita memiliki
mayoritas saham.”
Benar
sekali. Itulah sebabnya aku merasa kalau aku tidak
perlu mempelajarinya lebih
lanjut.
Jadi, di
tempat seperti ini kebijakan perusahaan bisa berubah.
“...Tapi,
akuisisi kali ini tidak biasa, ‘kan?”
“Ya.
Ini kasus yang luar biasa. Suzuki Fund hanya
memiliki 30% saham Taiyo Construction,
tapi mereka berhasil melakukan akuisisi dengan dukungan pemegang saham lain.”
Ini bukan
hanya soal transaksi saham.
Dengan
rencana reformasi yang unggul dan mengumpulkan sumber daya manusia yang luar
biasa, Suzuki Fund berhasil mengambil alih kendali Taiyo Construction.
——Jadi, akuisisi
seperti ini bisa terjadi, ya?
Keributan
di antara pemegang saham lain juga mungkin karena
ini merupakan situasi yang tidak
biasa.
“Dengan
demikian, rapat umum pemegang saham tahunan
dengan resmi ditutup.”
Rapat
umum pemegang saham telah berakhir.
Wajah
ketua rapat tampak pucat. Mau tak mau aku jadi
bersimpati padanya.
“Apa
ini momen bersejarah?”
“Hmm,
entahlah. Tapi pastinya akan
diberitakan.”
Tampaknya
aku telah menyaksikan sesuatu yang luar biasa.
Tapi, ada
satu pertanyaan yang masih mengganjal.
“...Kenapa
Takuma-san sepertinya sudah tahu hasilnya dari awal?”
Takuma-san sepertinya sudah memperkirakan
hasil ini sejak awal. Itulah sebabnya ia mengajakku ke rapat umum pemegang
saham ini.
Sebenarnya,
apa posisi Takuma-san dalam semua ini?
“Biar
kujelaskan satu per satu.”
Takuma-san dengan riang
memandangku yang penuh dengan berbagai pertanyaan.
“Ada
tiga hal yang aku ingin kamu pelajari
kali ini. Pertama, bisa merasakan secara langsung mekanisme akuisisi. Yang kedua, membuatny benar-benar menyadari keberadaan
pemegang saham.”
“Pemegang
saham...?”
Takuma-san
mengangguk saat aku memiringkan kepalaku karena
tidak mengerti maksudnya.
“Kamu memiliki bakat melihat apa yang
tersembunyi di balik data. Kamu sangat menyadari
hal itu, bukan?”
Ia bertanya dengan cara yang terdengar sangat yakin.
Aku
mengangguk kecil. Memang, Aku entah bagaimana sadar bahwa aku pandai dalam
menjalin hubungan dengan mitra bisnis, dan meyakini
kalau itulah
yang dimaksud Takuma-san.
“Tapi,
hanya itu saja masih belum cukup.
Kemampuan itu bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Mulai sekarang, cobalah untuk
tidak hanya melihat wajah para eksekutif, tapi juga wajah para pemegang saham.”
Saat ia
mengatakan itu, aku merasakan sesuatu dalam diriku seolah meluas.
Wajah
presiden Taiyo Construction
yang memimpin rapat. Wajah para pemegang saham yang berbisik-bisik saat
mendengar hasil pemilihan direksi. Aku bisa membayangkan reaksi mereka.
“Ini
memang pembicaraan yang masih samar, jadi kamu
tidak perlu memahaminya sekarang juga. Jika kamu
terus belajar, suatu hari nanti—”
“...Tidak.”
Aku menyela kata-kata Takuma-san dengan menggelengkan kepalaku.
“...Tidak apa-apa. Entah bagaimana aku
mengerti maksudnya.”
Usai mendengar
hal itu, Takuma-san membelalakkan matanya.
Tapi
kemudian, dia melengkungkan bibirnya membentuk senyum.
“Sudah
kuduga, ternyata pilihanku memang tepat untuk
memilihmu sebagai murid didikanku.”
Takuma-san mengangguk dengan puas.
“Lalu,
yang ketiga dan tearkhir. Ini juga akan menjawab pertanyaanmu—”
“Ah,
Takuma-san! Rupanya kamu ada
di sini!”
Saat kami
keluar dari gedung, seorang pria memanggil Takuma-san
dari belakang.
Sepertinya
dia adalah orang yang duduk di barisan depan saat rapat umum pemegang saham.
Tubuhnya besar, membuatnya terlihat seperti orang penting yang cocok dengan
setelan jas Italia yang dikenakannya.
Aku
menoleh dengan bingung, bertanya-tanya siapa dia, dan Takuma-san menjelaskan.
“Biar aku perkenalkan,
ia adalah Suzuki-san, perwakilan Suzuki Fund.”
“Hah!?”
Perwakilan!?
Aku bahkan berteriak di tengah-tengah kata “Hah” karena terlalu terkejut.
Tiba-tiba
memperkenalkan orang sekaliber ini...!
“Saya
Tomonari Itsuki. Hari
ini saya menghadiri rapat umum pemegang saham sebagai pengamat.”
“Wah,
jadi kamu ya yang namanya Tomonari-kun!
Takuma-san sudah sering menceritakan
tentangmu, katanya kau anak emas-nya.”
Anak
emas...? Yah, mengingat pengalaman berharga yang telah diberikan padaku, aku
tidak bisa membantah itu.
“Lalu,
hubungan seperti apa yang dimiliki Suzuki-san dengan Takuma-san?”
Begitu mendengar
pertanyaanku, Suzuki-san melirik
ke arah Takuma-san.
Seolah ia sedang bertanya, bolehkah aku
menjawabnya?
Takuma-san balas mengangguk, lalu menjawab
sendiri.
“Direktur
eksternal yang diusulkan oleh Suzuki Fund. Aku sendiri
yang memperkenalkan semuanya.”
“..............................................Hah?”
Kandidat-kandidat
yang luar biasa itu...?
Barisan
yang tak terkalahkan itu...?
Semuanya
diperkenalkan oleh Takuma-san
sendiri...?
“Yah,
kami sangat berterima kasih atas bantuan Takuma-san. Semua ini berkat dirimu.”
“Jangan
sungkan. Ini semua berkat kemampuan finansial Suzuki Fund dan antusiasmemu terhadap Taiyo Construction.”
“Hahaha, aku
sangat menghargainya jika kamu sampai
mengatakan itu. Meskipun demikian, dua dari kandidat yang kami
usulkan ditolak. Sebenarnya aku
berharap semua bisa terpilih, tapi ternyata tidak semudah itu.”
“Dua
yang ditolak itu terlalu dekat denganmu.
Seperti yang sudah kubilang,
independensi direktur eksternal itu penting. Bahkan perusahaan konsultan juga
mengingatkan hal itu.”
“Benar
sekali. Padahal mereka berdua sangat bersemangat, jadi rasanya agak rumit.”
Suzuki-san
berkata dengan raut wajah yang kecewa.
Rupanya
Takuma-san benar-benar menarik benang di
balik layar dalam semua kejadian ini.
...Itulah
sebabnya ia bisa memperkirakan hasil rapat umum pemegang saham, ya.
Aku sudah
tahu bahwa Takuma-san adalah
orang yang luar biasa, tapi baru hari ini aku menyaksikan
secara langsung kehebatannya dalam bekerja.
“Ngomong-ngomong, Itsuki-kun. Jika kamu yang
menjadi presiden Taiyo Construction,
bagaimana caramu menangani kasus ini?”
“Eh...?”
Takuma-san tiba-tiba mengajukan pertanyaan
itu.
Aku tidak
bisa langsung memikirkan jawabannya. Karena itu
pertanyaan yang terlalu mendadak. Tapi... kemudian aku
menyadari kalau Suzuki-san sedang memandangku dengan wajah tertarik.
Saat itu,
aku membuang jauh-jauh rasa ragu dan berkonsentrasi.
——Berpikir,
berpikirlah diriku.
Mungkin
saat ini merupakan waktu
yang sangat berharga. Aku diizinkan menyaksikan rapat umum pemegang saham yang
belum pernah terjadi sebelumnya, dan sekarang dua orang yang berperan penting
di dalamnya ada di depanku, menunggu jawabanku.
Kesempatan
semacam ini mungkin tidak akan datang
lagi.
Aku harus
belajar sebanyak mungkin.
“...Bagaimana
dengan menerbitkan saham emas?”
“Hoo~.”
Setelah
aku mengutarakan jawaban yang kupaksakan, Suzuki-san bergumam pelan.
Saham
emas adalah saham yang memiliki kekuasaan besar. ika ada pemegang saham
tersebut, keputusan rapat umum pemegang saham bisa saja dibatalkan. Oleh karena itu, jika ada
pemegang saham emas di Taiyo Construction,
mereka mungkin bisa membalikkan hasil pemilihan
direksi ini.
“Jika
ingin menerbitkan saham emas, ada satu hal yang harus dilakukan terlebih
dahulu.”
Takuma-san menatapku saat berkata demikian, dan aku
membalas tatapannya dengan mantap.
“Delisting,
bukan? Taiyo Construction saat ini
terdaftar di Bursa Efek Tokyo, tapi BET
pada dasarnya tidak mengizinkan penerbitan saham emas.”
Saham
emas memiliki kekuatan besar, hampir seperti pedang pusaka. Tapi kekuatannya
itu bisa mengguncang prinsip kesetaraan pemegang saham yang diatur dalam hukum
perusahaan. Itulah sebabnya BET
pada dasarnya melarang penerbitan saham jenis ini——
karena akan membuat partisipasi pemegang saham lain dalam manajemen menjadi
sulit jika ada yang memiliki saham emas.
Jadi,
jika ingin menerbitkan saham emas, perusahaan harus delisting terlebih
dahulu, melepaskan diri dari aturan BET.
“Hmm,
kamu benar-benar belajar dengan
baik."
Suzuki-san
terlihat kagum.
“Takuma-san,
ia murid dari Akademi Kekaisaran,
‘kan? Apa simulasi game manajemen bisa membuat seseorang
belajar sejauh ini?”
“Tidak,
ini murni karena ia belajar sendiri.”
“Begitu
ya. Pantas saja ia menjadi anak emas Takuma-san."
Suzuki-san
memandangku dengan tatapan seperti melihat sesuatu yang menarik.
Baguslah
aku sudah melihat melampaui game
manajemen. Jika hanya fokus pada memenangkan permainan, aku tidak akan
memperoleh pengetahuan seperti ini.
“Ups,
sepertinya harus segera pergi. Jadi aku permisi dulu.”
Suzuki-san
melihat jam tangannya dan berkata demikian.
“Takuma-san,
lain kali kita atur acara minum-minum lagi, ya! Tentu saja aku yang traktir!”
“Terima
kasih banyak.”
Takuma-san membungkuk hormat.
“Itsuki-kun, sampai jumpa lagi
ya!”
“...Lagi?”
Tanpa sadar
aku balik bertanya, dan Suzuki-san menatapku dengan bingung.
“Kamu sudah belajar sejauh ini.
Kurasa kamu juga
akan bergabung di dunia ini suatu hari nanti.”
Aku dibuat
terpaku sesaat.
Tapi
kemudian aku menarik napas dalam-dalam dan—
“Baik!!”
Aku
menjawab dengan suara keras, dan Suzuki-san pun pergi sambil tertawa.
Takuma-san dan aku tidak bergerak sedikit pun sampai sosoknya
menghilang.
“Kita masih belum selesai bicara, ya.”
Setelah Suzuki-san
menghilang, Takuma-san kembali
berkata.
“Ada
tiga hal yang aku ingin kamu ketahui,
Itsuki-kun. Pertama, suasana
akuisisi. Kedua, keberadaan pemegang saham. Dan yang ketiga, pekerjaanku.”
Pekerjaan
Takuma-san...?
Ngomong-ngomong,
apa sebenarnya pekerjaan Takuma-san?
“Kamu
mungkin sudah memahaminya sedikit dari kasus ini. Pekerjaanku adalah
mendukung para eksekutif. Bisa dibilang, aku menjadi
tangan kanan mereka. Mengungkap masalah perusahaan, menunjukkan solusinya, dan bahkan kadang melaksanakannya
sendiri jika diperlukan.”
Memang,
dalam kasus rapat umum pemegang saham ini, Takuma-san
sendiri yang mengumpulkan sumber daya manusianya.
Pekerjaannya
jelas-jelas bukan sekadar menyumbangkan ide
semata.
“Pekerjaan
ini membutuhkan banyak pengetahuan dan pengalaman, tapi juga harus lincah.
Meski jarang muncul di depan umum, sebagai 'figuran', pekerjaan ini
memberimu kebebasan dan kewenangan yang besar, hingga bisa menjadi 'dalang'
yang mengendalikan bisnis.”
Takuma-san yang menarik benang di balik
layar Suzuki Fund, jelas-jelas
berada dalam posisi seperti 'dalang' tersebut.
Figuran
sekaligus dalang.
Tangan
kanan eksekutif, sekaligus pengendali bisnis.
“Pekerjaan
ini disebut... Konsultan.”
Sambil
mengatakan itu, Takuma-san
menatapku lurus-lurus ke arahku.
“Itsuki-kun. Inilah yang seharusnya
kamu tuju.”
◆◆◆◆
Setelah
kunjungan studi sosial dengan Takuma-san
selesai, aku kembali
ke mansion keluarga Konohana.
Setelah
menyelesaikan semua pekerjaanku di
dalam game manajemen, aku merenungkan kembali
apa yang kualami
hari ini di kamarku.
Sebelum aku menyadarinya,
hari sudah mulai gelap. Setelah menutup tirai, ada ketukan di pintu kamarku.
“Permisi.”
Shizune-san melangkah masuk.
“Ini
ada kiriman untukmu.”
“...Terima
kasih.”
Sepertinya
dia membuatkan teh untukku.
Saat aku menyesap teh itu, aroma herbal langsung
menyeruak ke dalam indra
penciumanku. ...Rasanya sungguh menyegarkan. Ketika ingin
menjernihkan pikiran, minuman yang menyegarkan jauh lebih
cocok daripada sesuatu yang
manis-manis.
“Shizune-san. ...Apa aku cocok menjadi konsultan?”
“Kamu pasti
cocok.”
Dia
menjawab dengan cepat tanpa ragu-ragu. Aku merasa terkejut
karena tidak menyangka akan mendapatkan pengakuan secepat itu.
“Apa kamu
masih
mengingatnya? Kamu
hampir diberhentikan dari tugasmu
sebagai pengurus, Itsuki-san.”
“...Ya.
Itu terjadi sekitar awal
semester pertama.”
Pada saat
itu, Hinako melakukan pelanggaran tata krama saat makan malam dengan para
direksi perusahaan perkapalan, dan aku
hampir diberhentikan dari tugasnya sebagai pengurus karena bertanggung jawab
atas insiden tersebut.
“Waktu
itu, kamu tetap bisa melanjutkan tugasmu sebagai pengurus karena
kemampuanmu dalam
menjalin relasi yang dinilai sangat baik. Kemampuanmu dalam membangun hubungan dengan
orang lain memang luar biasa.”
“Relasi,
ya...”
“Dan
aku mendengar kalau
Itsuki-san berhasil membimbing
berbagai
orang melakukan M&A dengan sukses di dalam game manajemen. Itu
jelas-jelas merupakan bakat seorang
konsultan.”
Mungkin itu ada kaitannya saat aku memilih mitra kerjasama untuk Tennouji-san.
Aku
tidak menyangka kalau bakatku
akan mendapat pengakuan langsung, jadi aku hanya bisa tersenyum pahit untuk menyembunyikan rasa maluku.
“Dari
mana kamu mendengar hal itu, Shizune-san?”
“Mojou-sama
yang mengatakannya. Katanya akhir-akhir ini Itsuki-san sering didekati oleh teman-teman
perempuan sekelas dan selalu tampak senang.”
“Itu
salah paham.”
Sepertinya
dia mendengar informasi buruk itu juga.
“Tolong jangan
terlalu merepotkan Ojou-sama,
oke?”
“...Aku akan lebih berhati-hati.”
Akhir-akhir
ini justru akulah yang sering merasa direpotkan,
seperti insiden di kamar mandi waktu itu. ...Sepertinya dia terlalu banyak terpengaruh oleh manga shoujo.
“Apa kamu merasa enggan
untuk mengejar karir sebagai konsultan?"
“Bukannya
aku merasa enggan, tapi... Kupikir aku
akan menekuni bidang IT. Jadi bisa dibilang aku merasa
bimbang...”
“Kalau
begitu, bagaimana dengan menjadi konsultan IT?”
Konsultan
IT?
“Ada
berbagai jenis konsultan, jadi kamu
bisa mengejar karir sebagai konsultan yang ahli di bidang IT.”
“...Begitu
ya.”
“Yah,
dengan keluasan wawasan Itsuki-san,
menurutku sebenarnya kamu bisa bekerja di berbagai bidang
lain.”
Shizune-san sepertinya tidak terlalu
mendukungku untuk menjadi
konsultan yang fokus di bidang IT.
Memang, jika aku memfokuskan diri di bidang IT,
visi masa depanku akan menjadi lebih jelas. Tapi... apa itu
hanya karena aku merasa
lebih nyaman? Hanya karena aku
lebih mahir di bidang IT, bukan berarti aku
harus membatasi wawasanku.
“Kalau boleh
tahu, Takuma-san itu
konsultan macam apa?”
“Ia
termasuk konsultan strategi, tapi orangnya tidak terkungkung dalam kerangka
tertentu.”
Sepertinya
sulit untuk menjadikannya sebagai referensi.
Tapi di
sisi lain, berarti ada juga tipe konsultan yang tidak terkungkung dalam
kerangka.
Takuma-san sepertinya yakin bahwa aku akan memilih jalan menjadi
konsultan, tapi pada akhirnya aku
sendiri yang akan menentukan pilihan karirku.
Opsi untuk tetap menekuni bidang IT masih tersedia.
Namun, aku kembali teringat mengenai kejadian hari ini.
Setelah
rapat umum pemegang saham, aku menyampaikan pemikiranku tentang cara agar Taiyou Construction bisa
bertahan di hadapan Takuma-san
dan Suzuki-san.
—Dan
itu diterima.
Pengetahuan
yang kupelajari dengan susah payah
selama ini ternyata bisa diterima dengan baik oleh mereka berdua.
Hal itu
sangat membuatku senang.
Apa yang
telah kupelajari selama ini, ternyata
juga berlaku di dunia konsultan. Aku
merasakan hal itu dengan jelas, sehingga aku
jadi tertarik dengan dunia konsultan.
Selain
itu, Takuma-san
mengatakan bahwa konsultan itu ibarat tangan kanan bagi para pengusaha.
Jika aku berada di posisi tangan kanan
bagi pengusaha, maka...
—Aku mungkin
bisa mendukung Hinako.
Tennouji-san, Narika, Asahi-san, dan
Taisho juga.
Aku
mungkin bisa berdiri sejajar dan membantu orang-orang yang selama ini telah
banyak membantuku.
Aku merasa
kalau itu bisa menjadi motivasi terbesar bagiku.
“Bukannya
berarti aku mendukung pemikiran Takuma-sama,”
ujar Shizune-san setelah
memberi kata pengantar.
“Tapi
kadang-kadang aku sempat
berpikir, jika perusahaan keluargaku
dulu memiliki konsultan yang baik, mungkin perusahaan itu tidak akan bangkrut.”
Di akhir
liburan musim panas, Shizune-san
menceritakan kisah masa lalunya padaku.
Perusahaan keluarganya adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil sejak
zaman Meiji, dan pernah terdaftar di Bursa Efek.
Namun, setelah bubble economy pecah, perusahaannya tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman dan akhirnya bangkrut.
Ah,
begitu rupanya.
Peran
konsultan adalah mendukung para pengusaha.
Jadi,
jika aku menjadi konsultan, aku bisa menyelamatkan
perusahaan-perusahaan seperti itu.
...Sungguh menarik sekali.
Setelah
masuk ke Akademi Kekaisaran,
aku jadi sangat menyadari
beban berat yang dipikul oleh Hinako dan yang lainnya sebagai putri dari
keluarga konglomerat. Aku hanya bisa berusaha meringankan
beban mereka, karena aku sendiri
tidak memiliki perusahaan atau modal. Sebanyak apapun cita-cita yang kumiliki, tanpa dukungan itu, aku tidak bisa secara langsung
membantu mereka.
Tapi jika
aku menjadi konsultan, aku bisa melakukannya.
Aku
bisa membantu mereka dengan kekuatanku
sendiri.
Dan
mungkin dengan jarak terdekat...
“...Aku akan melakukannya.”
Aku
mengungkapkan tekad yang membara di dalam dadaku.
“Aku
akan mengejar karir sebagai konsultan.”
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya