[LN] Saijou no Osewa Jilid 7 Bab 2 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Bab 2 Tangan Kanan Pengusaha

Bagian 1

 

Pada hari Sabtu berikutnya.

Sejak pagi-pagi sekali, aku telah mempelajari tentang konsultan.

Seperti yang dikatakan Shizune-san, ada berbagai jenis konsultan. Ada konsultan strategi yang berkontribusi pada ekspansi bisnis klien, konsultan akuntansi yang memperbaiki operasi akuntansi, dan masih banyak lagi bidang yang ditangani konsultan, seperti restrukturisasi bisnis, sumber daya manusia, dan IT.

Takuma-san tampaknya seorang konsultan strategi, tapi dalam kasusku, lebih baik kalau aku memulainya dari konsultan IT, karena aku bisa memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada.

Aku tidak tahu apa itu bisa semudah yang terlihat, tapi untuk memastikannya, aku bisa memanfaatkan game manajemen. Semakin serius aku menyelidiki bisnis, semakin aku terpesona oleh tingginya kegunaan dari game manajemen ini.

Game ini menunjukkan padaku kemungkinan masa depan.

(Aku harus berusaha sedikit lebih keras...)

Saat melihat jam, waktunya sudah hampir tengah hari.

...Baiklah. Hari ini cukup sampai di sini!

Aku bergumam pada diriku sendiri sambil menutup laptop.

Sejak Tennouji-san mengingatkanku untuk tidak terlalu memaksakan diri, aku memutuskan untuk beristirahat setelah siang hari di hari Sabtu.

Aku tidak ingin membuat Tennouji-san khawatir lagi...

Tennouji-san juga mengatakan bahwa nilainya meningkat setelah dia memiliki lebih banyak waktu luang, jadi aku akan berusaha keras tanpa memaksakan diri dan mempercayai kata-katanya.

(... Mungkin aku akan membawakan sesuatu untuk Hinako)

Sekarang sudah waktunya makan siang, jadi setidaknya membawa minuman bisa menjadi pilihan yang tepat.

Setelah menyeduh teh di dapur, aku pergi ke kamar Hinako.

Hinako, kamu ada di dalam?

Saat aku mengetuk pintu, terdengar jawaban malas, Hmm...

Begitu aku melangkah masuk, Hinako sedang bersandar di sandaran kursi, menatap langit-langit.

Aku capek...

Kerja bagus. Aku bawakan teh untukmu.

Aku meletakkan cangkir di meja Hinako.

Sepertinya Hinako juga sedang melakukan sesuatu terkait game manajemen. Layar komputernya menampilkan para karyawan AI dari Konohana Group yang bergerak dengan cepat.

...Ah, ini enak.

Hinako bergumam dengan suara pelan setelag menyesap tehnya.

Benarkah? Teh ini direkomendasikan Tennouji-san, sih..."

...Tidak jadi, rasanya enggak enak.

Hah?!

Kenapa?!

Bercanda. ...Ini enak, kok.

“Be-Begitu ya? Syukurlah..."

Dari waktu ekstraksi daun teh hingga suhu cangkir, semuanya diukur dengan cermat.

“Apapun daun tehnya... selama Itsuki yang membuatnya, semuanya akan terasa enak. ... Tak peduli apapun jenis daun tehnya.

Hinako...

Aku merasa terharu melihat Hinako minum teh dengan begitu nikmat.

Meskipun dia sering mengkritik tentang daun teh. ... Belakangan ini, Hinako juga sepertinya melihat Tennouji-san sebagai saingan, jadi mungkin itu kelanjutannya.

Itsuki, kamu sudah istirahat hari ini?

Ya. Tapi aku berencana untuk sedikit mengulang pelajaran setelah makan malam nanti.

Karena aku juga akan melakukannya pada hari Minggu, aku hanya akan menyentuhnya sekilas.

Itsuki... akhir-akhir ini kamu terlihat lebih baik.

Benarkah?

Ya. Kelihatannya lebih santai.

Mungkin itu artinya aku punya lebih banyak waktu luang.

Ngomong-ngomong, saat awal-awal bermain game manajemen, aku sering meminta Hinako membuatkan teh untukku. Sepertinya Hinako ingin melakukannya sendiri, jadi aku membiarkannya, tapi hampir tidak pernah aku yang membuatkan teh untuk Hinako saat itu. ... Aku tidak sadar, tapi sepertinya saat itu aku tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan orang lain.

Aku juga akan belajar dari Itsuki yang santai itu, hari ini aku selesai belajar...

...Tapi dalam kasus Hinako, itu lebih terlihat malas daripada santai, sih.

Aku hanya bisa tersenyum pahit melihat Hinako yang merebahkan diri di meja setelah menutup laptopnya.

Melihatnya yang begini... mungkin karena Hinako memang punya sifat malas seperti ini, dia tidak perlu terlalu memaksakan diri seperti aku atau Tennouji-san dulu.

Mau kupijat bahumu?

...Tolong.

Aku mulai memijat bahu Hinako yang sudah duduk tegak.

(T-Ternyata dia lumayan tegang...)

Aku tidak mengatakannya keras-keras, khawatir Hinako akan tersinggung, tapi bahu Hinako terasa lebih kaku dari yang kubayangkan. Meskipun penampilannya seperti gadis lembut dan anggun, dia tetap seorang putri dari Konohana Group. Pasti ada beban berat yang menumpuk di bahu rapuhnya yang tidak bisa kubayangkan.

Aaah...

Saat aku memijat lehernya juga, Hinako mengeluarkan suara yang terdengar nyaman.

Setidaknya untuk saat ini, biarkan dia benar-benar bersantai.

Itsuki... Kemarin kelihatannya kamu sedang bingung, tapi apa sekarang sudah baik-baik saja?

Hinako bertanya tanpa mengubah posisinya.

Ya. Aku memutuskan untuk menjadi konsultan.

Begitu... Aku penasaran bagaimana Itsuki akan berubah nanti.

Hinako berkata dengan wajah yang terlihat lemas.

Aku harus berusaha keras untuk memenuhi harapannya.

Bagaimana, apa bahumu sudah lumayan baikan?

Mm... rasanya jadi lebih ringan. Sebagai balasannya, sekarang giliranku memijatmu.

Setelah selesai memijat bahuku, giliran Hinako yang berdiri di belakangku.

Saat aku duduk di kursi, jari-jari lentik Hinako menyentuh bahuku.

(Ah... Ternyata cukup enak)

Meskipun hari ini aku belum belajar terlalu banyak, tapi mungkin kelelahan dari semalam masih tersisa. Semalam aku masih menyelidiki tentang konsultan setelah berbicara dengan Shizune-san, jadi aku akhirnya begadang sedikit.

......

Tiba-tiba, tangan Hinako yang sedang memijat bahuku mendadak berhenti.

Pada saat yang sama, aku merasakan sesuatu yang aneh di belakang kepalaku.

...Apa yang sedang dia lakukan?

Aku diam-diam mengalihkan pandanganku ke samping, melihat ke arah kaca jendela. Hinako sepertinya tidak menyadarinya, tapi aku bisa melihat bayangannya dari pantulan kaca. Sepertinya dia sedang mendekatkan wajahnya ke kepalaku.

Dan... dia mulai mengendus-endusnya.

...Hinako?

Ah!

Hinako terkejut dan segera menjauhkan wajahnya dariku.

Ap-Ap-Apa...?”

Tidak, tadi...

Ak-Aku tidak melakukan apa-apa kok...!

Wajah Hinako memerah dan dia menggelengkan kepalanya. Sepertinya dia sangat gugup, terlihat dari keringat di wajahnya.

(Mungkin aku harus mencuci rambutku nanti)

Mungkin aku berkeringat karena angin malam. Menjaga kebersihan bau badan juga termasuk etika.

 

◆◆◆◆

 

Pukul satu siang. Setelah makan siang bersama Hinako di ruang makan mansion, aku lalu mencuci piring di dapur.

“Hee~, jadi kamu sedang melakukan itu ya, kata Yuri yang ikut mencuci piring di sampingku.

Hari ini Yuri bekerja sebagai staf dapur di kediaman keluarga Konohana. Sejak liburan musim panas kemarin, dia sering bekerja paruh waktu di sini.

Tapi sejujurnya, aku khawatir apa aku bisa menjadi konsultan meskipun aku tidak punya banyak pengalaman.

Yah, pekerjaan konsultan memang mengandalkan kepercayaan, sih.

Setelah aku memberikan piring yang sudah dicuci, Yuri dengan cekatan mengeringkannya dan meletakkannya di rak.

Omong-omong, kamu boleh beristirahat saja. Mencuci piring juga termasuk pekerjaanku kok.

Aku sedang senggang sekarang, jadi aku bisa membantumu sebentar. Lagipula Shizune-san sudah mengizinkanku.

...Yah, terserah kamu, deh.

Sejak kecil aku sudah terbiasa membantu pekerjaan rumah, jadi ini menjadi semacam pelepas penat bagiku. Membersihkan atau mencuci piring memberi rasa kepuasan karena hasilnya langsung terlihat.

“Kalau dipikir-pikir lagi, toko kami akhir-akhir ini mengalami penurunan penjualan sedikit.

Benarkah?

Iya. Tapi sebenarnya kami masih cukup menghasilkan, jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Mungkin konsultan bisa membantu menyelesaikan masalah ini.

Seperti yang diharapkan, Hiramaru adalah restoran keluarga yang disukai banyak orang, baik tua maupun muda. Mereka memiliki mental yang tangguh, tidak terlalu memikirkan penurunan penjualan sedikit.

Meskipun begitu, Hiramaru adalah tempat yang sudah lama kukenal. Jadi aku tidak bisa menganggapnya sebagai masalah orang lain. Aku mulai memikirkan alasan mengapa penjualannya menurun.

...Penjualan utama Hiramaru tuh berasal dari menu set makan siang, ‘kan?

Iya. Yang paling laris adalah menu makan siang harian.

Aku baru mengetahuinya pas musim panas ini, tapi di dekat stasiun ada banyak toko bento baru, ‘kan? Mungkin itu yang menjadi pesaingmu?

...Memangnya bento dan menu set makan siang benar-benar bisa disebut bersaing?

Kurasa karena target pasarnya cukup dekat. Lagi pula, toko-toko semacam itu merupakan toko waralaba, jadi harga pokok mereka jauh lebih murah.

Sepertinya mereka berebut pangsa pasar pekerja kantoran yang pulang kerja.

Toko-toko itu juga menjual lauk siap saji, dan bisa menawarkan harga diskon yang menarik bagi pekerja kantoran yang pulang larut.

Karena mereka menawarkan harga murah, mungkin Hiramaru bisa bersaing dengan kualitas. Menu makan siang harian Hiramaru memang murah, tapi misalnya dinaikkan sedikit, lalu diganti dengan bahan-bahan yang lebih baik...

Begitu ya...

Mungkin perlu menyesuaikan pemasok juga. Saat ini menu makan siang harian Hiramaru memang dijual murah, tapi jika harus bersaing dengan harga toko waralaba, kurasa lebih baik kalau mereka meningkatkan kualitas menu mereka. Masakan Hiramaru memang enak secara alami, jadi punya peluang menang dengan strategi itu.

Kamu sudah melakukannya.

Eh?

“Tadi, yang begitu adalah pekerjaan konsultan, kan?

Aku terdiam sejenak, karena dia mengatakan itu dengan sangat natural.

...Begitu ya. Ini juga termasuk pekerjaan konsultan.

Mungkin aku terlalu banyak berpikir rumit. Pekerjaan konsultan pada dasarnya adalah menjadi penasehat bagi pemilik bisnis. Dan itu tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah kulakukan selama ini.

Akhir-akhir ini ada banyak orang di kelasku yang sering meminta saran dariku. Itu sebenarnya sudah merupakan pekerjaan konsultan.

Tentu saja, aku masih butuh banyak belajar. Tapi... sepertinya aku tidak perlu terlalu khawatir.

“Aku akan memberimu ini sebagai ucapan terima kasih karena sudah memberi saran.

Yuri memberiku sebuah gelas dingin.

Ini apa?

Ini percobaan desert baru. Es krim agar-agar.

Kombinasi yang aneh. Di dalam gelas, ada es krim di atas agar-agar.

Aku mengambil es krim dan agar-agar dengan sendok, lalu mencoba memasukkannya ke mulutku dengan ragu-ragu...

Enak!?

Oke, kalau kamu bilang begitu, maka itu sukses!

Es krim yang digunakan tampaknya menggunakan bahan karamel segar yang kental, dan pas sekali dengan tekstur lembut agar-agar yang kenyal. Usaha membuat es krim yang lembut sejak awal juga merupakan inovasi yang bagus. Es krim yang mulai mencair pun melekat dengan baik pada agar-agar.

Ayo kita tambahkan ini ke menu restoranku.

Itu boleh saja, tapi memangnya apa boleh kamu asal menentukannya begitu saja berdasarkan pendapatku?

Hah? Menurutmu siapa yang sudah melatih lidahmu selama ini?

...Memang benar.

Aku adalah orang yang sejak kecil terus-menerus mencoba produk percobaan Yuri.

Hei, boleh aku memanggil Hina... maksudku Konohana-san? Mumpung ada kesempatan, aku ingin dia mencicipinya juga.

Eh, yah, terserah sih...

Biasanya aku memanggilnya Hinako saat di rumah, jadi aku hampir saja keceplosan memanggilnya begitu di depan Yuri.

Ayo panggil Hinako yang sedang bersantai di ruang makan untuk mencicipi es krim agar-agar ini.

Ah, Itsuki-san.

Saat berjalan menuju ruang makan, aku dipanggil oleh Shizune-san.

Maaf mengganggu istirahatmu. Pakaian yang aku titipkan ke binatu sudah kembali, boleh aku minta tolong untuk membawanya?

Baik, aku mengerti.

Shizune-san juga tahu bahwa aku suka membantu pekerjaan rumah untuk mengubah suasana hatiku.

Lagian, begitu kembali ke kamar juga tidak ada yang harus aku kerjakan, jadi hari ini aku akan membantu semaksimal mungkin dengan pekerjaan di rumah ini. Aku kan dibayar mahal, jadi setidaknya aku ingin berguna.

Hinako. Yuri sedang membuat dessert nih—

Aku memanggil Hinako yang ada di ruang makan, lalu pergi membantu Shizune-san.

 

◇◇◇◇

(Sudut pandang Hinako)

Setelah mendengar ada dessert yang enak, Hinako pun langsung bergegas menuju dapur.

Di sana sudah ada teman masa kecil Itsuki, Hirano Yuri.

Umm... aku dipanggil oleh Tomonari-kun, jadi aku datang kemari...

Ah, iya...

Mereka berdua saling membungkuk dengan canggung.

...

...

Selama satu menit waktu berlalu, mereka berdua sama-sama terdiam.

(Ca-Canggung sekali...)

Hinako menggigit bibirnya sambil menatap ke bawah lantai.

Ada alasan di balik keheningan canggung ini bisa terjadi.

Di akhir liburan musim panas... Hinako untuk pertama kalinya merasakan jatuh cinta. Dan orang yang mengajarkannya adalah gadis di depannya ini, Yuri.

Tapi Yuri pada akhirnya menyatakan dirinya sebagai rival cinta Hinako.

...Mereka berdua menyukai orang yang sama.

Sejak menyadari hal itu, sebenarnya Hinako dan Yuri sengaja menghindari bertemu berduaan. Meminjam manga remaja memang selalu melibatkan Shizune sebagai penghubung, jadi itu tidak ada masalah. Tapi jika harus berhadapan langsung, mereka tetap merasa tegang.

...Bagaimana kabarmu? tanya Yuri dengan suara pelan.

Tentu saja, yang dimaksud adalah kabar soal hubungan percintaannya dengan Itsuki.

Bagaimana dia harus menjawabnya...?

Apa dia harus mencoba berpura-pura? Atau jujur mengatakan kalau tidak ada perkembangan?

Hinako, dengan otak super cerdasnya, berpikir keras—

...It-Itu, sudah beres semuanya kok.

Dia memutuskan untuk berpura-pura.

Hee, begitu ya~. Hmm, begitu...

Yuri pura-pura bersikap tidak peduli sama sekali.

Mungkin dia juga sedang berpura-pura...tapi dirinya sendiri juga sedang berpura-pura, jadi Hinako tidak bisa menegurnya.

Kesunyian yang sia-sia terus berlalu.

...Secara khususnya, apa saja yang sudah kamu lakukan?

Eh?

Pertanyaan Yuri membuat Hinako kebingungan sejenak sebelum bisa menjawab.

Tapi kemudian Hinako spontan menceritakan kejadian-kejadian terakhir.

“H-Hemm, beberapa waktu lalu kami kami bersama-sama sambil melihat referensi manga yang kupinjam...

—Tunggu dulu sebentar.”

Yuri mengernyitkan wajahnya.

“Ap-Apa kamu benar-benar mempraktekkan hal-hal yang ada di manga itu di kehidupan nyata...?

? Iya, memangnya kenapa?

Manga shoujo adalah buku panduan cinta bagi Hinako.

Lalu apa yang salah dengan mempraktekkan apa yang ada di buku panduan itu?

Dengan ekspresi rumit, Yuri memberitahu Hinako.

“Jadi begini, Konohana-san. Manga itu kan fiksi, berbeda dengan kenyataan. Kalau kamu melakukan hal-hal seperti di manga secara nyata, itu bisa dianggap terlalu ekstrem, lho.

“.....................................Hah?

Yah, pada awalnya aku memang memberikan itu untuk bahan belajar. Tapi manga itu kan hanya untuk dinikmati sebagai fiksi... Kalau kamu benar-benar mempraktekkannya, malah bisa dianggap aneh, lho.

—!!

Hinako terdiam.

Mungkinkah selama ini dia salah paham?

“Ka-Kalau begitu, misalnya saja, di manga yang aku pinjam itu, ada adegan pakai baju renang lalu sengaja memperlihatkan kulit secara diam-diam. Kalau itu dilakukan di dunia nyata...

...Jika kamu beneran melakukannya di dunia nyata, itu sih namanya perilaku mesum.

Apa!

Wajah Hinako seketika memerah.

...Eh? Jangan-jangan, kamu benar-benar melakukannya?

Ti-Tidak, aku tidak melakukannya. Aku tidak melakukannya, sungguh!

Tidak, tidak, tidak... Dari sikapmu, sepertinya jelas-jelas kamu memang melakukannya, kan?

Aku tidak melakukannya. Aku bersumpah tidak melakukannya.

Hinako dengan keras kepala membantah dengan wajah merah padam.

Pandangan Yuri yang seolah-olah mengatakan kamu pasti melakukannya menusuk Hinako.

(Apa... aku sudah membuat Itsuki jadi menjauh...?)

Hinako kembali mengingat kejadian di kamar mandi.

Reaksi Itsuki waktu itu memang aneh, ternyata karena itu...

Sepertinya dia sudah melakukan hal yang jauh dari cara normal melakukan pendekatan.

La-Lalu, bagaimana dengan Hirano-san sendiri?

Karena ingin mengalihkan topik pembicaraan, Hinako memutuskan bertanya kepada Yuri.

...Aku sendiri juga tidak ada perkembangan apa-apa.

Ah... begitu ya.

Hinako menatap Yuri dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Ugh, jangan menatapku seperti itu. Lagipula, ini semua juga gara-garamu aku jadi jauh dari Izuki.

..........Aku benar-benar minta maaf soal itu.

Ah, sudahlah! Aku cuma bercanda kok. Jadi jangan terlihat murung begitu!”

Yuri panik saat Hinako tampak benar-benar meminta maaf.

Sekarang aku malah bisa bekerja paruh waktu di rumah Konohana-san, jadi aku malah bersyukur bisa dapat pengalaman berharga.

“Tapi...yang kulakukan mirip seperti penjahat di manga...”

Aku sudah mengatakan itu sebelumnya, ‘kan? Manga dan kenyataan berbeda. Aku tidak punya dendam terhadap Konohana-san.

Yuri terlihat tulus mengatakannya.

Hinako berpikir kalau Yuri memiliki hati yang kuat ketimbang dianggap gadis yang lembut. Dia tidak menyalahkan orang lain, dan selalu melihat segala sesuatu dengan positif. Itulah mengapa Yuri tidak menaruh dendam pada siapa pun. Dia memiliki kepribadian yang lebih suka menyalahkan dirinya sendiri daripada menyalahkan orang lain.

Ini, silakan dicoba kalau mau.”

Yuri berkata demikian sambil menyerahkan cangkir kepada Hinako.

Sebenarnya tujuan awalnya adalah mencoba dessert. Ketika menerima cangkir itu, Hinako merasa kebingungan sejenak ketika melihat kombinasi isinya yang tidak biasa, tapi begitu dicoba...

...Enak. Teksturnya unik.

Begitu ya. ...Hehe, aku sendiri juga kagum dengan hasil buatanku.

Yuri terlihat senang melihat Hinako yang memakannya dengan nikmat sambil menutupi mulutnya. Mereka saling bertatapan dan kemudian tertawa bersama.

Haa... Kalau setiap kali bertemu jadi seperti ini, aku tidak tahan.”

Iya, aku juga setuju.”

Hinako menimpali karena merasakan hal yang sama.

Mungkin, menyukai orang yang sama itu tidak terlalu aneh, 'kan?

Ucap Yuri sambil meregangkan tubuhnya.

Memang benar, jika kita menganggap seseorang menarik, orang lain pun pasti akan menganggapnya demikian.

Jadi, umm, kita bisa tetap seperti biasa saja, 'kan?

Ya, aku juga ingin tetap berteman baik dengan Hirano-san seperti biasa.

Tidak perlu membuat hubungan mereka jadi dramatis seperti manga shoujo. Tidak ada penjahat di sini, dan tidak ada tokoh utama juga.

Tetap biasa saja, seperti biasa...

Biasa saja sama seperti sebelumnya.

...Hehe.

Apa ada yang salah?

Hinako yang tanpa sadar tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya membalas, “tidak, bukan apa-apa”.

Sejak kecil, Hinako sudah hidup sebagai putri keluarga Konohana. Dia selalu melihat orang-orang yang menjalani hidup tenang, dan berpikir bahwa dirinya akan terus menjalani kehidupan yang sulit.

Tapi, cinta itu berbeda.

Saat jatuh cinta, dirinya hanyalah orang biasa...

Tak peduli seberapa sempurna dirinya berperan sebagai Ojou-sama, hal ini tidak bisa dia tutupi sama sekali...

“Aku... sekarang merasa biasa saja.

Mendengar gumaman Hinako, Yuri memiringkan kepalanya.

Hirano-san, apa kamu mau makan bersamaku di sini?

Ah, iya. Baiklah.

Hinako menepuk kursi di sampingnya, mengisyaratkan Yuri untuk duduk di sana. Ketika Yuri duduk di sampingnya, ekspresinya sedikit tegang.

Ada apa?

Yah, bagaimana ya... Konohana-san ‘kan cantik, jadi aku merasa sedikit gugup saat duduk di sampingmu.

Ara, pada aku juga merasa gugup kok. Hirano-san itu orang yang menarik, sih.

Hei... Rupanya kamu bisa bercanda seperti itu, ya...

Padahal aku tidak bercanda.... Jika Hinako membuatnya semakin gugup, dia akan merasa kasihan padanya, jadi dia akan diam. Mungkin sebaiknya Hinako memberitahukan jati dirinya yang sebenarnya pada Yuri. Dia meyakini kalau Yuri akan menerimanya apa adanya. Tapi.... Hinako mengurungkan niatnya.

Dirinya ingin berbagi rahasia ini hanya dengan Itsuki.

Mungkin ini pemikiran yang sedikit pengecut, tapi Hinako berharap bisa memaafkannya sedikit.

Hirano Yuri adalah teman masa kecil Itsuki, seorang gadis yang berhati kuat dan tahu banyak hal mengenai Itsuki yang tidak Hinako ketahui. Hinako sering merasa iri dengan gadis itu.

 

◆◆◆◆

 

(Sudut Pandang Itsuki)

Hari Senin.

Game Manajemen——tersisa 2 minggu lagi.

Memasuki babak kedua, diskusi antar siswa di kelas semakin aktif. Mulai dari pembicaraan tentang aliansi bisnis, merger dan akuisisi, atau pembagian wilayah persaingan seperti yang dilakukan aku dan Suminoe-san. Bahkan aku bisa melihat beberapa siswa yang berdiskusi dengan wajah tegang.

Saat periode ini, semua orang sedang memikirkan cara untuk menyelesaikan permainan. Ada yang berusaha meningkatkan nilai pasar perusahaannya semaksimal mungkin, ada yang berusaha mempertahankan brand perusahaannya sampai akhir, ada pula yang berusaha meminimalisir kerugian karena strategi mereka kurang baik dengan melakukan restrukturisasi.

Di tengah semua itu, aku termasuk dalam kategori yang jarang, yaitu memulai bisnis baru.

...Baiklah.”

Hari ini adalah pertemuan minum teh rutin kami.

Pada pertemuan minum teh kali ini, aku berencana untuk memberitahu kepada semuanya bahwa aku ingin menjadi konsultan.

Maaf, Tomonari! Aku ada rapat sebentar, jadi sedikit terlambat ke pertemuan minum teh!"

Maaf, Tomonari-kun! Aku juga akan sedikit terlambat!

Taishou dan Asahi-san sepertinya ada urusan sebentar, jadi mereka meminta maaf karena akan terlambat.

(Sepertinya Hinako juga akan terlambat)

Aku melihat Hinako yang sedang membantu teman-teman sekelasnya di tengah kelas. Sepertinya ada siswa dari kelas lain yang juga datang untuk konsultasi dengan Hinako, sehingga antreannya lumayan panjang.

Ketika aku melihat ke arahnya, dia menundukkan kepala dengan pelan, seolah memberi isyarat supaya aku bisa pergi duluan.

Setelah menangkap pesan itu, Aku pun pergi menuju kafe sendirian.

...Oh

Begitu aku tiba di kafe, di sana sudah ada Tennouji-san, gadis cantik berambut pirang dengan roll yang panjang. Sepertinya Narika juga belum datang.

Tennouji-san sedang membaca buku sendirian.

(Apa dia sedang belajar? ...Tennouji-san juga kelihatan sibuk ya)

Aku bergumam demikian sambil memperhatikan Tennouji-san yang membalik halaman bukunya sambil bergumam dengan serius. Karena dia terlihat sangat fokus, jadi aku tidak menyapanya dan hanya menarik kursi dengan pelan.

Tapi saat itu, aku tidak sengaja melihat judul buku yang dibaca Tennouji-san.

 

Trik Rayuan Pria-Wanita yang Bahkan Bisa Dimengerti Kera!

 

...Tennouji-san?

Di kafe kampus, apa sih yang sedang dia baca?

...Umm, Tennouji-san.”

“Hah!?”

Ketika aku keceplosan memanggilnya, Tennouji-san langsung menutup buku itu dengan tergesa-gesa.

“Apa yang barusan kamu baca tadi...”

“To-To-To-Tolong jangan salah paham dulu! Konohana Hinako bilang kalau dia sedang mempelajari buku semacam ini, jadi aku juga tertarik dan...

Tennouji-san menggelengkan kepalanya dengan panik.

Yah, aku juga berpikir begitu.”

Aku membalas dengan tidak menggunakan bahasa formal karena tidak ada orang lain di sekitar kami.

...Padahal kamu boleh sedikit salah paham juga, kok?

Tennouji-san entah kenapa mengerucutkan bibirnya.

Salah paham... Apa itu berarti Tennouji-san tertarik pada percintaan?

Tennouji-san sebelumnya pernah dijodohkan. Setelah melalui berbagai lika-liku dan proses, perjodohan itu akhirnya dibatalkan, tetapi mungkin hal itu membuatnya mulai memikirkan percintaan secara serius.

... Tipe orang seperti apa yang kamu sukai, Tennouji-san?

Su-Suka, katamu!?

Ah, tidak, jika kamu tidak ingin menjawab juga tidak apa-apa...

Karena reaksinya lebih terkejut dari yang kuduga, aku pun mencoba mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

Namun, Tennouji-san tetap menjawab meskipun dengan pipi yang memerah.

I-Iya! Tentu saja, ia harus menjadi pasangan yang pantas bagi keluarga Tennouji! Ia juga harus memiliki tata krama dan etiket yang baik, kuat dan teguh, hati yang murni, serta mampu mempengaruhi banyak orang—

Itu... terdengar seperti persyaratan yang sulit dipenuhi.

Hah!?

Ketika aku tersenyum masam, Tennouji-san seolah tersadar dan membelalakkan matanya.

Ti-Tidak, maksudku, itu hanya persyaratan yang diinginkan oleh keluarga, bukan minatku sendiri...

Rupanya persyaratan yang disebutkan sebelumnya bukan keinginannya sendiri.

Tennouji-san cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Mungkin persyaratan itu muncul begitu saja, bukan yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.

Aku yang telah mengajukan pertanyaan aneh itu mulai merasa bersalah.

“Tipe pria yang aku sukai adalah... seseorang yang serius, baik hati, dan selalu berusaha memperbaiki diri, meskipun dirinya belum sempurna... Seseorang yang akan tetap di sampingku, bahkan saat aku sedang lemah.

Dengan pipi yang semakin memerah, Tennouji-san berkata sambil sesekali melirik ke arahku.

Jika ini terjadi saat dia baru saja diajak perjodohan, mungkin dia hanya akan menjawab dengan persyaratan pertama. Tapi Tennouji-san yang sekarang sudah memiliki sudut pandang untuk dirinya sendiri, bukan hanya untuk keluarganya.

... Kamu benar-benar sudah memikirkannya dengan baik.

Aku merasa sedikit terharu setelah mengetahui Tennouji-san dapat menghadapi perasaannya sendiri.

Tapi—

“.....”

Hah?... Kenapa dia malah menatapku tajam begitu?

Bukankah ini saatnya kami berdua tenggelam dalam suasana haru?

Lalu, kalau Itsuki-san sendiri bagaimana?

Aku?

Tennouji-san menatap lurus ke arahku.

Apa kamu masih ingat apa yang dikatakan ayahku kepadamu?

Itu... yah...

Tentu saja aku masih mengingatnya, tapi...

“Ia bilang ‘Apa kamu bersedia menjadi menantu dengan keluarga kami? ... Ah, kalau dipikir-pikir, aku belum mendengar jawabanmu, ya.

Itu terjadi saat aku dan Hinako mengunjungi rumah Tennouji-san setelah ujian selesai. Karena Tennouji-san ingin menolak perjodohan itu, ayahnya mungkin menyukaiku dan mengatakan hal seperti itu kepadaku.

Ah, itu... mungkin hanya karena suasana saat itu...

... Apa kamu benar-benar berpikir begitu?

Dia menatapku dengan pandangan memohon, membuatku tergagap.

Jika aku menjawab ya, mungkin aku akan dianggap sebagai orang yang dangkal.

Tapi, jika aku menolaknya... Apa yang harus aku katakan?

Karena Tennouji-san terus-menerus menatapku dengan begitu lurus, aku jadi tegang dan tidak bisa berpikir apa-apa.

Saat aku dilanda kebingungan, tiba-tiba terdengar getaran ponsel.

I-Ini dari ponselku.”

Tennouji-san mengambil ponsel yang ada di atas meja.

“Ara, sepertinya ini dari Suminoe-san.”

Sepertinya ada pesan yang masuk melalui aplikasi, bukan panggilan telepon.

Aku bertanya pada Tennouji-san yang sedang membalas pesan.

Apa sejak saat itu kamu masih terus berkomunikasi dengan Suminoe-san?

Ya. Sepertinya kekalahannya dari Itsuki-san sangat membuatnya terpukul, jadi akhir-akhir ini dia semakin giat berusaha dan meningkatkan kinerjanya.

Sepertinya perselisihan antara mereka berdua sudah benar-benar selesai.

Aku juga tahu bahwa kinerja perusahaan SIS milik Suminoe-san sedang meningkat belakangan ini.

Mungkin saat ini Suminoe-san sedang dalam kondisi terbaiknya, bukan saat kami bersaing dulu. Jika aku bersaing dengannya sekarang, saat dia fokus dan ambisius untuk tumbuh, mungkin aku akan kalah lagi.

Maaf sudah membuat kalian berdua menunggu~!

Aku mendengar suara Asahi-san dari kejauhan. Di belakangnya ada Hinako, Taisho, dan Narika.

Tennouji-san diam-diam menyembunyikan buku yang sedang dibacanya ke dalam tas.

Acara minum teh akan segera dimulai. Aku merasa lega karena percakapan tadi tidak berlanjut lebih jauh.


 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama