Chapter 28 — Bonus SS Festival — Karyawan Animeido Bermimpi Menjadi Otaku Riaju
Namaku Satou Taro. Aku adalah seorang pegawai
paruh waktu yang bekerja di toko anime,
sebuah oasis bagi para otaku yang menjalani kehidupan keras. Aku menghabiskan masa-masa SMA-ku yang kelam sebagai otaku pada umumnya, tetapi
setelah masuk universitas, aku bertekad untuk bertemu dengan gadis otaku cantik
yang memahami hobiku. Siang dan malam, aku bekerja keras di toko anime ini.
(Oh, gadis itu…)
Pada saat
itu, seorang gadis berkacamata yang pernah aku lihat beberapa kali datang mengunjungi toko. Kesan pertama yang kudapat darinya adalah seorang
gadis cantik yang jutek dan
berpenampilan serius. Persis seperti tipe ketua kelas pada umumnya.
(Ugh…)
Berbahaya.
Seketika, trauma dari masa SMA ketika novel ringanku yang sedikit cabul disita oleh ketua
kelas dan dia memandangku
dengan tatapan jijik kembali muncul. Namun, tidak apa-apa. Karena dia juga
datang ke toko ini, dia pasti
sesama otaku. Dia tampak kesulitan karena tidak bisa menemukan buku yang
dicari. Saatnya untuk melangkah maju. Aku harus mengatasi traumaku melalui
pertemuan ini!
(Baiklah,
ayo pergi!)
Setelah
menguatkan tekadku, aku mulai
melangkah menuju pertemuan takdir tersebut.
“Umm—”
“Sayacchi~~ bukannya ini yang kamu cari-cari?”
“Ah,
Nono-chan. Terima kasih banyak,
di mana kamu menemukannya?”
“~~!?”
Begitu aku
melangkah maju, aku langsung berbalik ketika melihat gadis pirang yang mendadak muncul dari balik rak buku.
Tidak, ini memang tidak bisa dihindari. Otaku yang introvert tidak bisa
mengalahkan gadis gyaru.
Itu sama seperti masalah kecocokan elemen, seperti tipe api tidak bisa
mengalahkan tipe air. Dia adalah gadis yang sangat cantik,
tetapi mengajaknya berbicara merupakan
tantangan yang terlalu sulit bagiku.
Di dalam dunia dua dimensi, ada gadis gyaru yang baik kepada otaku, tetapi
meskipun mereka bersikap baik, otaku tidak memiliki kemampuan komunikasi yang
cukup untuk berteman dengan gadis gyaru.
Jika ada otaku yang bisa berteman dengan gadis cantik seperti itu, ia pasti
adalah otaku yang disebut sebagai “otaku riaju”
(otaku yang memiliki kehidupan sosial). Bagi kami otaku introvert, jenis seperti mereka justru lebih seperti musuh ketimbang
rekan sesama otaku. Meledaklah
sana.
(Huh, ya
sudah… mungkin kali
memang sedang tidak ada
jodoh saja.)
Aku
membisikkan pada diri sendiri dan segera pergi dari tempat itu, kembali
merapikan rak buku dengan ekspresi wajah yang acuh
tak acuh.
◇◇◇◇
“Permisi~”
“Ah, iya.”
Sekitar
dua jam berlalu setelah gadis berkacamata dan
gadis pirang pergi meninggalkan toko,
aku mengangkat wajahku ketika
dipanggil dan tidak bisa menahan senyumku.
Di sana ada seorang gadis mungil
dengan senyuman ceria. Dia adalah pelanggan tetap toko ini dan merupakan bidadari kecil yang juga tersenyum bahkan pada orang-orang introvert seperti diriku.
“Apa ada
volume empat dari ‘Langganan Pacar Sewaan’?” (TN: referesi
dari Rental Girlfriend?)
“Ah,
Rensuku ya. Tunggu sebentar ya.”
Setelah
memeriksa stok di komputer, tampaknya pengisian rak buku belum sempat
dilakukan. Aku mengambil stok dari laci di bawah rak buku dan memberikannya
kepada gadis bidadari itu.
“Ini dia.”
“Terima
kasih banyak!”
Gadis
bidadari mungil itu mengucapkan terima kasih sambil tersenyum cerah. Imutnya~~
gadis bidadari ini benar-benar bidadari. Namun, meskipun dia sangat
lucu, aku tidak bisa mendekatinya. Karena, dari penampilannya, dia sepertinya
masih kelas satu atau dua SMP. Meskipun anak SMA
tidak masalah, tapi anak SMP
jelas-jelas tidak boleh didekati.
“Eh,
itu…?”
Tiba-tiba
aku melihat keranjang belanja gadis bidadar
dan menyadari bahwa sudah ada barang yang sama di dalamnya, aku pun secara
tidak sadar mengerutkan dahi. “Apa ini untuk cadangan…?”
pikirku, dan gadis bidadari
itu menyadari tatapan aku dan tersenyum malu-malu.
“Ah, ini
untuk Onii-chan ku.”
“Ah tidak, maafkan aku.”
Setelah
meminta maaf karena mengungkapkan keraguanku, gadis bidadari itu berkata, “Tidak, tidak
apa-apa,” dengan senyuman, lalu sekali lagi mengucapkan terima kasih sebelum
menuju kasir. Dia benar-benar gadis
yang baik… Semoga saja dia tetap
seperti itu selamanya.
(Tapi,
Onii-chan ya… Betapa beruntungnya laki-laki itu bisa memiliki
adik perempuan yang imut dan memahami hobi otakunya, bikin iri saja.)
Aku
benar-benar berpikir begitu. Aku juga ingin memiliki adik perempuan seperti
itu. Siapa sih yang
memiliki adik perempuan seimut itu?
Sambil melontarkan rasa iri dan dendamku kepada kakak si gadis bidadari yang tidak aku kenal, aku
kembali bekerja.
◇◇◇◇
Sekitar
satu jam setelah gadis bidadari
pergi, aku terkejut ketika melihat seorang
pelanggan wanita memasuki toko.
(Eh,
ap-apa-apaan dia itu?
Dia seolah-olah muncul
dari dalam manga
yang ada di sekitar sini, melintasi dimensi…!?)
Mau tak mau
aku jadi berpikiran seperti itu karena gadis tersebut memiliki kecantikan yang jauh
dari kenyataan. Dengan rambut perak dan mata biru yang misterius, serta tubuh
yang proporsional, dia terlihat persis seperti heroine
dari cerita fantasi dunia lain yang diimpikan
semua otaku. Usianya… mungkin seumuran denganku atau sedikit lebih muda?
(Begitu ya, jadi jodohku memang ada di
sini.)
Dia
mungkin adalah seorang wisatawan asing yang mencintai budaya otaku Jepang. aku
bisa merasakan hal itu dari
penampilannya yang jelas tidak terbiasa saat melihat-lihat area dalam toko.
Gadis
cantik asing yang mencari bantuan di negeri yang selalu diimpikan, di dalam toko anime yang diidam-idamkan. Dia diajak
bicara oleh seorang pegawai yang baik, merasakan keindahan budaya Jepang, dan
akhirnya kepercayaan terhadap pegawai yang baik itu berubah menjadi perasaan
cinta──
(Benar,
aku mulai bekerja di toko
anime ini untuk bertemu dengannya.)
Menyadari
nasibku, aku melangkah menuju heroine-ku.
Sambil menahan detak jantungku yang berdebar-debar, aku mencoba
berbicara dalam bahasa Inggris sekuat tenaga.
“May
I help you?”
“Ah, tidak,
terima kasih. Tidak perlu repot-repot.”
Dia
sangat fasih berbahasa Jepang, sampai-sampai membuatku terkejut.
“Ah,
begitu ya...”
Kegembiraanku
langsung menghilang dalam sekejap, hanya
menyisakan rasa malu karena telah berbicara dengan bahasa Inggris yang payah.
Namun, aku
tidak boleh menyerah di sini. Kisah komedi
romantisku masih jauh dari selesai!
“Jika
Anda sedang mencari sesuatu, saya bisa membantu...”
Aku
mencoba menawarkan bantuan dengan penuh semangat,
dan gadis cantik berambut perak itu melirik ke arahku dengan sedikit wajah sungkan. Setelah beberapa detik
berpikir, dia berkata pelan.
“Aku
tidak tahu judulnya, hanya sampulnya saja...”
“...?”
Aku memiringkan kepalaku karena tidak
mengerti maksudnya... tetapi ketika melihat raut
wajahnya yang sedikit memerah dan bermain-main dengan rambutnya, aku langsung
paham. Ini adalah wajah seorang gadis yang ingin membaca karya yang dibaca oleh
pacar atau cowok yang dia sukai.
(Begitu rupanya.
Sepertinya dia bukanlah jodohku.)
Pahlawan
dalam cerita dia pastilah seorang otaku riaju yang
sangat populer. Aku hanyalah karakter sampingan.
Tidak ada gambarnya sama sekali, hanya karakter latar biasa. Tapi...
“Tidak
masalah. Jika Anda bisa memberitahu saya
tentang gambaran sampulnya, saya
pasti akan menemukannya.”
Meskipun aku hanya karakter sampngan, aku bisa membantu sedikit dalam
perjalanan cinta sang heroine.
Dan suatu hari, semoga seorang heroine yang luar biasa juga akan muncul untukku...
Untuk saat ini, aku akan mengutuk otaku riaju
populer yang disukainya. Yup.
◇◇◇◇
“Silakan
yang berikutnya~”
Sekitar
satu jam setelah menunjukkan keseriusanku kepada gadis cantik berambut perak,
seorang remaja laki-laki yang tampaknya siswa SMA datang ke depan kasir tempatku
bertugas. Penampilannya tidak memiliki ciri khas yang menonjol. Ia terlihat seperti remaja biasa
yang bisa ditemui di mana saja.
Namun...
ketika aku melihat light novel yang diletakkannya
di kasir, aku terkejut dalam hati.
(O-Orang ini, ia
membawa light novel dengan sampul yang sangat cabul, hanya satu
buku...!?)
Di
sampulnya, ada seorang protagonis pria dengan senyuman arogan dan dua gadis cantik setengah
telanjang yang dipeluknya. Ini adalah karya fantasi dunia lain yang sedikit
ekstrem dan cukup populer, tetapi sampulnya terlalu erotis untuk dilihat orang
lain. Jika itu aku, aku akan
menyelipkan buku itu di
antara buku lain untuk
menyamarkannya saat membawanya ke meja kasir.
(Ta-Tapi ia justru membawa langsung satu novel itu sendiri...!?
Ku-Kuat...!!)
Meski
diam-diam aku merasa ngeri, tapi aku merasakan empati di suatu tempat. Dilihat dari tingkah lakunya yang penuh
percaya diri ini, remaja ini tampaknya adalah seorang pria yang sudah meninggalkan kenyataan dan hidup di dalam dunia dua dimensi. Dengan kata lain... ia sama seperti diriku yang
dulu.
“Terima
kasih telah menyiapkan kartu poin.”
Aku
menerima kartu poin dari remaja itu dan memeriksa nama yang tertulis di
belakangnya.
(Kuze, Masachika... ya. Hm, apa dirinya juga akan menjadi seperti
aku suatu hari nanti...?)
Aku melihat remaja
itu pergi sembari merasakan perasaan aneh seperti itu.
Semoga saja dirinya bisa
beruntung, sebagai sesama yang hidup di dunia dua dimensi.