MrJazsohanisharma

[LN] Saijou no Osewa Jilid 8 Bab 1 Bahasa Indonesia

Bab 1 OSIS

 

Pada waktu sepulang sekolah.

Aku, yang telah sedikit demi sedikit memulihkan semangatku dengan membantu Hinako yang terlihat lesu, sedang merapikan buku-buku pelajaran ke dalam tas untuk bersiap pulang.

Ah, Tomonari-kun. Boleh minta tolongmu sebentar?

Aku dipanggil oleh Fukushima-sensei.

Sambil menolehkan kepalaku, aku mendekati meja guru yang ada di depan kelas.

“Iya, ada apa?

Maaf, bisakah kamu menyerahkan berkas-berkas ini kepada wali kelas yang ada di kelas lain?

Sensei menyerahkan setumpuk kertas kepadaku.

Yah, tidak masalah sih...

Sepertinya raut wajahku menunjukkan pertanyaan Kenapa harus aku?, Fukushima-sensei pun tersenyum geli.

Jika kau ingin mencalonkan diri menjadi anggota OSIS, membangun reputasi yang baik dengan para guru juga penting lho~

Ah, begitu rupanya.

Tanpa disadari, kabar bahwa aku ingin mencalonkan diri untuk bergabung menjadi anggota OSIS sudah tersebar di berbagai tempat. Yah, memang kadang aku sendiri yang membicarakannya saat mengobrol dengan teman sekelas, jadi tidak aneh jika informasi tersebut sampai ke telinga para guru.

Sekilas, aku melihat ke belakang. Aku bertukar pandang dengan Hinako, dan dia mengangguk.

Sebaiknya aku menyuruh Hinako menunggu sebentar di kelas.

Baiklah.

Aku menerima berkas-berkas itu dan keluar dari kelas.

Seperti yang dikatakan Fukushima-sensei, jika aku akan mencalonkan diri dalam pemilihan OSIS nanti, kesan yang baik dari para guru juga pasti akan menjadi hal yang penting. Aku harus terus berusaha dengan tekun seperti ini.

... Tapi aku bukan hanya sekedar jadi pesuruh saja, kan?

Aku memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu.

 

◆◆◆◆

 

Angkatan kelas 2 di Akademi Kekaisaran terdiri dari 6 kelas, dari kelas A hingga F. Kelas A yang dimasuki aku dan Hinako berada di lantai 2, dan di lantai yang sama juga terdapat kelas B dan C.

Aku awalnya berniat menuju ke kelas B yang paling dekat, tapi...

(... Aku perlu menenangkan diriku dulu)

Karena berbagai alasan, saat ini kelas B adalah tempat yang sulit bagiku untuk masuk.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu masuk ke dalam kelas.

Permisi.

Saat aku memasuki ruang kelas, ada beberapa siswa yang memperhatikanku.

Karena kami sekelas dalam pelajaran olahraga, jadi aku mengenal beberapa siswa di kelas B. Ada beberapa yang menyapaku dengan ramah, jadi aku juga menganggukkan kepala sambil berjalan menuju meja guru.

Saya datang untuk menyerahkan berkas-berkas ini.

Oh, terima kasih banyak.

Wali kelas B adalah seorang Wanita yang berpenampilan dewasa. Berbeda dengan Fukushima-sensei yang terkesan seperti hewan kecil, guru ini memberikan kesan tenang dan intelektual.

Kamu Tomonari-kun, kan?

Eh? Iya, benar...

Tidak apa-apa. Terima kasih atas bantuannya.

Sepertinya guru itu hanya ingin memastikan kesesuaian antara wajah dan namaku, karena setelah melihatku lekat-lekat, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Selanjutnya aku beranjak menuju ke kelas C.

Aku berusaha berjalan lurus menuju luar kelas tanpa terlalu banyak memperhatikan sekitar, tapi--

... Ah

... Ah

Hanya sekilas, aku melihat ke dalam kelas.

Itu sudah cukup untuk saling bertatapan.

——Narika.

Alasan mengapa aku merasa sulit untuk masuk ke kelas B adalah keberadaan Narika.

Aku masih mengingat dengan jelas interaksiku dengan Narika setelah Game Manajemen selesai.

Tidak bisa kulupakan. Mana mungkin aku bisa melupakannya.

Aku masih bisa mengingatnya dengan jelas perasaan canggung yang kurasakan di pipiku.

——Itu karena Itsuki lah yang menyuruhku untuk melakukannya dengan sepenuh hati!

Narika mengatakan hal itu dengan wajah memerah, dan kemudian—— berlari pergi.

... Karena dia berlari pergi, aku sama sekali tidak tahu bagaimana seharusnya aku bertemu lagi dengan Narika. Aku memikirkannya sepanjang malam tapi tidak menemukan jawabannya. Jujur saja, itulah sebabnya hari ini aku merasa lesu dan suasana hatiku jadi kendur.

Aku memahami perasaan Narika. Tapi sayangnya, aku sendiri belum bisa menata perasaanku.

Jadi mungkin, sekarang aku terlihat sangat canggung.

Tapi ketika melihatku yang seperti itu, Narika justru terlihat sedikit gelisah dan mengalihkan pandangannya ke sekeliling, lalu dia tersenyum malu-malu mirip seperti bunga yang mekar.

Ugh

Ekspresinya itu lebih berkesan daripada apa pun.

Seolah-olah ingin menyembunyikan detak jantungku yang semakin cepat, aku bergegas keluar dari kelas.

“Mi-Miyakojima-san tersenyum lembut...!!

“Dasar bodoh. Akhir-akhir ini Miyakojima-san tersenyum begitu sekitar tiga hari sekali!

Aku mendengar suara pembicaraan siswa-siswa kelas B dari belakang.

Mungkin beberapa saat lalu aku akan tertawa dan berkata “Dasar Narika, kamu selalu canggung begitu”, tapi sekarang aku tidak punya kesempatan untuk berpikir seperti itu.

Narika sudah menjadi sosok yang begitu besar di dalam diriku.

(... Aku harus menenangkan diriku)

Selanjutnya ke kelas C.

Setelah detak jantungku kembali normal, aku masuk ke dalam kelas.

Permisi.

Walaupun aku jarang sekali masuk ke dalam kelas C, tapi bukan berarti kami tidak punya kontak sama sekali.

Di kelas ini ada siswa perempuan berambut pirang roll panjang—— Tennouji-san.

Oh, Itsuki-san. Ada apa?

Tennouji-san menyadari kehadiranku lebih cepat daripada guru.

Dengan sengaja memotong obrolan dengan teman sekelasnya, Tennouji-san berjalan menghampiriku.

Fukushima-sensei memintaku menyerahkan berkas-berkas ini kepada guru wali kelas C.

“Berkas? ...Ah, begitu rupanya. Hanya Tomanari-san yang satu-satunya mencalonkan diri di kelas A, dan Fukushima-sensei memang orang yang cekatan.

Apa maksudnya?

Saat aku masih merasa bingung, Tennouji-san berkata kepada seorang guru yang berada di depan kelas.

Sensei, katanya dokumennya sudah datang!

Tennouji-san nerkata dengan suara yang terdengar jelas. Seperti yang diharapkan, Tennouji-san sama sekali tidak ragu untuk berbicara keras di dalam kelas.

Guru wali kelas C mengangkat wajahnya dari pekerjaan administrasinya ketika dipanggil Tennouji-san. Aku dan Tenjouji-san mendekati meja guru untuk menyerahkan dokumen.

Ah, maaf sudah merepotkanmu untuk mengantarkan ini.

Guru wali kelas dari kelas C adalah pria bertubuh tinggi kurus.

Kesan garis-garis yang tipis, tapi tidak terlihat lemah. Setelan jasnya yang rapi dan sesuai dengan bentuk tubuhnya itu membuatnya terlihat elegan.

“Ia adalah Tomonari Itsuki-san desuwa, siswa dari kelas A.

Ah ya, aku tahu. Ia cukup terkenal, 'kan?

Tennouji-san berusaha memperkenalkanku, tapi sepertinya guru itu sudah mengenalku.

“Ngomong-ngomong, sama seperti aku, ia juga sedang mencalonkan diri untuk menjadi anggota OSIS.

Begitu ya. ...Ah, ya, aku ingat pernah mendengar hal itu.

“Kelebihdan dari Tomonari-san ialah ia memiliki semangat yang tinggi dan kemauan untuk maju. Setelah memeriksa riwayat prestasinya, itu jelas-jelas terlihat.

Apa-apaan ini... Apa Tennouji-san sedang mempromosikanku?

Saat tatapan mata kami bertemu, dia mengedipkan matanya padaku. Sepertinya dia sedang berusaha membuat kesan yang baik tentangku di hadapan guru dalam persiapan pemilihan OSIS mendatang.

Dia benar-benar bisa diandalkan.

Tentu saja, jika ini hanya basa-basi, aku akan menghentikannya. Tapi Tennouji-san yang terus terang ini tidak mengatakan hal-hal yang berlebihan untuk mempromosikanku.

Setelah mendengarkan semuanya, guru wali kelas C menatap Tennouji-san dengan pandangan hangat.

“Untuk saat ini aku memahami kalau Tomonari-kun adalah favoritnya Tennouji-san.”

Bu-bukan begitu!

Tennouji-san menjawab dengan wajah memerah.

Yah, wajar-wajar saja kalau ada orang yang berpikiran begitu dalam situasi ini... Aku hanya tersenyum getir dan pergi.

Sekarang, selanjutnya tinggal kelas D, E, dan F.

Kelas-kelas itu berada di lantai tiga, berbeda dengan kelas A. Aku tidak terlalu mengenal orang-orang di sana.

Saat aku akan menaiki tangga ke lantai tiga...

...Hm?

Aku merasakan ada seseorang yang memperhatikanku, lalu menoleh ke belakang.

Tapi.... tidak ada siapa-siapa di sana.

Mungkin karena dikenal banyak orang, aku jadi terlalu sadar diri. Dengan sedikit rasa malu, aku kembali menaiki tangga.

Setelah itu, aku menyerahkan berkas dokumen kepada wali kelas D dan E.

Terakhir, aku pergi untuk menyerahkan dokumen ke wali kelas F.

Aku tidak mengenal siapa-siapa di kelas D dan E. Tapi di kelas F, ada satu orang yang kukenal. Mumpung sekalian ada di sana, aku bisa menyapanya dengan ringan.

Saat melihat-lihat, aku menyadari ada seorang siswa laki-laki yang memperhatikanku. Ia adalah Ikuno, orang yang menjalankan perusahaan Wedding Needs dalam game manajemen.

Begitu Ikuno menyadari kedatanganku, dia segera mendekat.

Tomonari-kun, ada apa?

Aku datang untuk menyerahkan dokumen ini ke guru wali kelas F.

Kamu memang suka menolong orang ya.

Bukan hal besar begitu, kok.

Kami saling tertawa dengan ringan. Dalam game manajemen, Ikuno bukan hanya mitra bisnis yang penting bagiku, tapi juga orang yang akhirnya aku percayakan perusahaanku. Hubungan kepercayaan itu masih berlanjut, dan sepertinya ia juga merasakan hal yang sama, jadi kami sudah menjadi teman dekat.

“Sensei, ada tamu datang untuk Anda.

Bersama Ikuno, kami menghampiri wali kelas F.

Oh, Tomonari-kun. Ada perlu apa?

Wali kelas F adalah pria berbadan besar. Sesuai penampilannya, dia adalah guru olahraga. Otot-ototnya yang menonjol dan potongan rambut pendek memberikan kesan seorang olahragawan yang segar.

Saya diminta Fukushima-sensei untuk menyerahkan dokumen ini. ...Apa Anda mengenal saya?

Tentu saja. Kamu 'kan orang yang membuat heboh saat game manajemen itu.

Sepertinya popularitasku memang meningkat karena game manajemen itu. Usahaku tidak sia-sia, meskipun tidak sepenuhnya karena kemampuanku sendiri.

Setelah menyerahkan dokumen kepada guru wali kelas F, dan beranjak dari ruang kelas.

Kalau begitu, Ikuno-kun. Aku permisi dulu.

Baik. ...Tomonari-kun, jika ada masalah apa-apa, jangan ragu untuk meminta bantuanku.

Ah, terima kasih. Tapi soal permainan itu, kamu tidak perlu merasa berhutang budi padaku.

Tidak bisa begitu. Berkatmu, aku bisa menikmati game manajemen itu dengan tulus.

Saat aku membicarakan kerja sama dengan Wedding Needs, aku tahu kalau Ikuno awalnya hanya mengikuti keinginan orang tuanya. Tapi, demi bisa melanjutkan negosiasi, aku mendorongnya untuk mempertimbangkan kembali apa yang benar-benar ingin ia lakukan.

Hasilnya, Ikuno sepertinya mulai menganggapku sebagai penyelamat yang membebaskannya dari dirinya yang selalu menuruti perkataan orang tuanya. Jadi, ia sangat berterima kasih padaku. Tapi sebenarnya, akulah yang banyak dibantu oleh Ikuno, jadi aku merasa sedikit tidak enak.

(... Ikuno benar-benar seperti siswa laki-laki Akademi Kekaisaran, ya.)

Terkadang aku melupakannya karena selalu berinteraksi dengan Taisho, tapi pada dasarnya siswa laki-laki di akademi ini memang seperti itu. Tapi di antara mereka, Ikuno terlihat sangat sopan dan ramah. Mungkin karena ia adalah pewaris perusahaan industri pernikahan yang menjunjung tinggi etika, ya.

Saat berbicara dengannya, aku merasa kembali menjadi siswa Akademi Kekaisaran.

Setelah meninggalkan ruang kelas F, aku berniat kembali ke kelas A tempat Hinako menunggu.

Tapi di tengah perjalanan... Tiba-tiba aku merasakan adanya tatapan lagi, dan berbalik.

Oh?

Kali ini ada seseorang di sana.

Dia adalah seorang siswi yang tidak kukenal. Dia berbadan tinggi dengan rambut hitam yang lurus. Sikapnya terlihat dewasa, dan matanya memiliki pancaran yang kuat.

“Umm, apa jangan-jangan kamu mengikutiku?

“Umu, sepertinya aku ketahuan ya.

Siswi itu tertawa tanpa adanya rasa bersalah.

“Tomonari Itsuki-kun. Apa kamu bersedia ikut denganku?

“Kamu memintaku untuk ikut? Ke mana?

Kamu akan mengetahuinya begitu sampai tujuan.

Usai mengatakan itu, dia berbalik dan mulai memimpin jalan.

Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi untuk saat ini aku akan mengikutinya. Mungkin ada pembicaraan penting yang ingin disampaikan.

“Umm, kamu ini...

“Kamu bebas mengajukan pertanyaan tentangku setelah kita sampai tujuan.

Dia berkata tanpa menoleh ke belakang.

“Tomonari-kun. Kamu ingin menjadi anggota OSIS, kan?

Begitulah rencanaku.

Ternyata info semacam ini sudah tersebar sampai ke orang asing seperti dirinya.

Siswi itu tersenyum melihat reaksiku yang sedikit terkejut.

Bagus. Kalau begitu, izinkan aku memberikanmu akses ke ruangan ini.

Dia berhenti berjalan setelah mengatakan itu.

Sepertinya kita sudah sampai di tempat tujuan. Aku melihat plakat yang terpassang di atas pintu ganda di depanku, untuk memastikan nama ruangan tersebut.

Ini...

Masuklah. Yang lain sudah berkumpul di sini.

Dengan agak memaksa, aku didorong masuk ke dalam ruangan.

Ruangannya hampir sama luasnya dengan ruang kelas. Tapi jumlah kursinya terbatas. Di tengah ruangan ada dua sofa kulit besar, dan di dekat jendela ada satu set meja dan kursi. Semua perabotannya terlihat berkualitas tinggi, dan karpet di lantai juga terasa lembut dan mahal. Seperti perpaduan antara ruang tamu dan ruang kerja.

Di sofa-sofa itu, duduk orang-orang yang sangat kukenal.

Lho, kalian semua...?

Hinako, Tennouji-san, Narika, Taisho, Asahi-san... Anggota yang sering disebut sebagai [Perkumpulan Teh Bangsawan] itu semua berkumpul.

Ternyata Tomonari-kun juga dipanggil, ya!

Yah, kami semua ada di sini, sih.

Asahi-san dan Taishou mengangguk paham.

“Tomonari Itsuki-kun. Silakan duduk di sofa sebelah sana.

Tanpa berkata apa-apa, aku langsung mengikuti instruksinya dan duduk di sebelah Hinako.

...aku entah bagaimana mulai paham situasinya.

Ketika melihat para anggota lain di ruangan ini, aku bisa menebak alasan kami dikumpulkan di sini. Dan aku juga bisa menebak identitas siswi yang mengantarku tadi.

Siswi yang mengantarku tadi duduk di kursi dekat jendela, lalu membuka mulutnya dengan raut wajah yang terlihat senang.

Selamat datang di Ruang OSIS. Aku Minato Maki, Ketua OSIS Akademi Kekaisaran saat ini.


◆◆◆◆

 

Saat aku duduk di sofa, ada secangkir teh yang tiba-tiba diletakkan di depanku. Siswi lain yang sepertinya anggota OSIS yang mengantarkan teh itu.

Aku menyesap teh itu sedikit.

Seminggu lagi, masa pemilihan pengurus angggota OSIS di Akademi Kekaisaran akan dimulai.

Minato-san mulai berbicara.

Tentu saja, sepertinya kalian semua sudah tahu. Tomonari-kun sendiri juga sudah berkeliling memberi salam, kan?

Memberi salam...?

Aku tidak bermaksud melakukan hal seperti itu... tapi saat aku masih kebingungan, Tennouji-san angkat bicara.

 

“Demi memperlancar proses pemilihan nanti, para calon kandidat biasanya menyempatkan diri memberi salam kepada guru-guru kelas masing-masing sebelum masa pemilihan. Itu sudah menjadi kebiasaan, biasanya dengan alasan menyerahkan dokumen.

Begitu ya...

Kalau kandidat sudah cukup terkenal, acara itu tidak terlalu diperlukan. Tapi sepertinya Fukushima-sensei menganggap Tomonari-san perlu melakukannya.

Fukushima-sensei... Terima kasih.

Aku minta maaf karena sudah meragukan itu hanya tugas pesuruh.

Kembali ke topik, saat masa pemilihan nanti, para kandidat pasti akan sibuk. Jadi sebelum itu, kami ingin mengumpulkan siswa yang tertarik dengan OSIS, untuk sekedar berbincang. Lagipula, ada satu hal yang ingin kami minta dari para kandidat.

Isi permintaannya pasti menarik, tapi aku sudah paham alasan kami dikumpulkan di sini.

Di antara kami, aku, Tennouji-san, dan Narika berencana menjadi kandidat OSIS. Minato-san pasti tahu itu, jadi dia mengundang semua anggota [Perkumpulan Teh Bangsawan] yang mungkin juga tertarik dengan OSIS.

Walaupun aku baru menyadarinya sekarang, tapi siswi yang mengantarku tadi adalah kakak kelas.

Bukan Minato-san, tapi Minato-senpai. Atau mungkin harus kupanggil Ketua Minato karena dialah ketua OSISnya?

Ketika aku melihatnya duduk di kursi khusus Ketua OSIS dekat jendela, aura kepemimpinannya terasa begitu berwibawa, dia tak terlihat seperti hanya beda setahun dengan kami. Aku merasa seperti sedang berhadapan dengan Takuma-san dan Kegon-san.

Sepertinya dia bisa melihat keteganganku. Ketua Minato tersenyum lembut.

Jangan terlalu tegang. Ini hanya perkenalan biasa, bukan pemeriksaan. Sebagai Ketua OSIS saat ini, aku hanya ingin tahu siapa saja yang akan menjadi pengurus OSIS selanjutnya.

Semakin tegang seseorang, suasananya malah akan semakin kaku. Terkadang, merasa tegang juga bisa dianggap tidak sopan.

Aku sengaja menggerakkan leher dan mengendurkan bahu, memberi tahu Ketua Minato bahwa aku sudah rileks.

Ketua Minato pun tersenyum.

“Kalau begitu, pertama-tama, aku ingin mendengar posisi yang kalian incar dan aspirasi kalian.”

Orang yang pertama merespons perkataan itu adalah Tennouji-san.

“Namaku Tennouji Mirei dari kelas 2-C. Aku bertujuan ingin menjadi ketua OSIS.

Tennouji-san terus melanjutkan.

Jika aku menjadi ketua OSIS, aku akan membuat akademi ini menjadi tempat di mana semua orang bisa hidup dengan bebas dan bermartabat.

Bebas dan bermartabat, ya. ...Hmm, itu ide yang bagus. Itu adalah masa depan yang menyenangkan.

“Kamu tidak ingin mendengar rencana konkretnya?

Aku bilang ini hanya perkenalan, bukan? Rencana konkretnya akan kusimpan sampai hari pelaksanaan.

Tennouji-san sepertinya sudah memikirkan rencana konkretnya, tapi setelah dikatakan begitu oleh Ketua Minato, dia langsung diam dengan bibir terkatup rapat. ...Tempat di mana semua orang bisa hidup dengan bebas dan bermartabat, ya. Aku hanya bisa membayangkannya samar-samar, tapi pasti akan menjadi lingkungan yang nyaman bagi semua orang.

Selanjutnya, giliran Narika yang buka suara.

“Namaku Miyakojima Narika dari kelas 2-B. Aku juga ingin menjadi ketua OSIS.

Dibandingkan sebelumnya, percakapan Narika sudah lebih baik, tapi sepertinya dia masih sedikit tegang dengan situasi ini karena suaranya sedikit bergetar.

“Sejujurnya, aku masih belum memiliki visi yang terlalu jelas... Tapi aku ingin menciptakan lingkungan di mana orang-orang bisa mengubah diri mereka sendiri.

Hmm... Jadi perubahan dirimu sendiri adalah pemicunya, ya.

Narika membuka matanya lebar-lebar sekilas, seolah bertanya-tanya bagaimana Ketua Minato bisa tahu.

Tapi kemudian dia kembali memasang wajah serius.

“Persis seperti yang Anda katakan.

Narika menjawab afirmatif, dan Ketua Minato mengangguk puas.

Seperti yang kukatakan pada Tennouji-san, tidak apa-apa jika visinya belum terlalu jelas. Karena pertemuan ini begitu mendadak setelah kalian selesai bermain game manajemen, jadi kalian juga belum punya banyak waktu untuk memikirkannya."

Setelah Narika selesai bicara, sekarang giliranku.

“Namaku Tomonari Itsuki dari kelas 2-A.

Posisi di OSIS yang ingin kuraih adalah—

“Aku ingin menjadi wakil ketua.

Tatapan mata ketua Minato sedikit bergetar.

Apa dia merasa terkejut? Tapi ini kesimpulan yang kuraih setelah berpikir sungguh-sungguh.

“Aku memang tidak punya visi yang luar biasa... Tapi aku ingin menjadi konsultan di masa depan. Jadi, posisi yang seharusnya saya tuju bukan posisi terdepan, melainkan posisi yang bisa mendukung orang di posisi terdepan.

Begitu ya. Memang, jika kita memandang Akademi Kekaisaran ini sebagai sebuah perusahaan, posisi ketua OSIS itu setara dengan direktur utama.

Jika aku menjadi ketua, aku tidak akan bisa berperan seperti konsultan.

Yah, sebenarnya aku juga tidak yakin bisa menjadi ketua OSIS, sih...

Secara pribadi, aku juga berpikir kalau Tomonari-kun mencoba menjadi ketua OSIS pasti akan lebih menarik.

Ketua Minato tiba-tiba berkata begitu.

Aku juga memulai dari mendirikan perusahaan saat bermain game manajemen, jadi aku merasa dekat denganmu.

...Begitu ya.

Yah, dalam kasus-ku sih, itu karena kebijakan keluargaku.

Keluarga... Aku jadi penasaran, Ketua Minato berasal dari keluarga mana ya?

Seolah-olah dia bisa merasakan rasa penasaranku, Ketua Minato menambahkan.

Kamu pasti pernah dengar 'Rakuou Group', kan? Itu perusahaan yang dijalankan oleh keluargaku.

Tentu saja aku pernah mendengarnya

Rakuou Group Co., Ltd. Perusahaan besar yang terutama bergerak di bidang layanan internet yang hampir dikenal oleh semua orang Jepang.

Selain di bidang komunikasi dan keuangan, Rakuou Group juga memiliki berbagai perusahaan di bidang lain seperti olahraga, dan bahkan memiliki tim bisbol profesional. Meskipun sejarahnya jauh lebih pendek dibandingkan Konohana Group atau Tennouji Group, mereka dengan agresif melakukan akuisisi sehingga dengan cepat mencapai posisi saat ini. Perusahaan yang gesit.

Tampaknya ketua Minato merasa dekat denganku, tapi setelah mendengar ini, aku sadar betapa berbedanya latar belakang kami. Ketua Minato pasti sengaja memulai dari nol dalam game manajemen agar bisa menjadi pemimpin Rakuou Group yang besar itu. Latar belakangnya jauh berbeda denganku.

...Aku merasa terhormat, tapi aku akan dengan berat hati menolak untuk mencalonkan diri sebagai ketua.

Hmm, sayang sekali.

Orang yang sulit ditebak...

Sikapnya yang santai ini, rasanya familiar dengan seseorang...

Jadi hanya tiga orang ini yang mencalonkan diri. ...Konohana-san, Asahi-san, Taishou-kun. Bagaimana dengan kalian?

Ketua Minato mengalihkan pandangannya ke tiga orang lainnya.

Asahi-san mulai membuka suaranya untuk menjawab pertanyaan apakah mereka akan menjadi pengurus OSIS atau tidak.

“Umm, aku dengan enggan untuk mencalonkan diri. Setelah mengalami game manajemen itu, aku jadi menemukan apa yang ingin kulakukan.

Asahi-san berkata dengan nada meminta maaf.

“Aku juga sama seperti Asahi. Aku ingin melakukan apa yang sudah kulakukan di dalam game di kehidupan nyata...”

Lalu Taishou juga menyatakan hal yang sama.

Namun, setelah mendengar pernyataannya itu, Asahi-san membelalakkan matanya.

Eh, jangan-jangan Taishou-kun juga...?

Asahi juga...?

Mereka berdua saling bertukar pandang dan berbicara pada saat yang bersamaan.

““Menjual alat elektronik secara keliling...””

Mereka berdua mengucapkan kata-kata yang sama persis.

Benar banget, kan?! Iya kan?! Ide bagus semacam itu sayang sekali kalau hanya berakhir di dalam game saja!

Iya! Dan aku juga sudah lama ingin memperbaiki bahan kemasan, jadi aku ingin mewujudkannya di dunia nyata setelah berhasil dalam game!

Asahi-san dan Taishou tampak bersemangat saling menanggapi.

Melihat reaksi mereka berdua, ketua Minato juga paham.

Begitu ya, jadi kalian berdua ingin fokus pada urusan keluarga dulu.

““Iya!””

Jawab Asahi-san dan Taishou dengan kompak.

“Menakjubkan. Game manajemen itu memang bertujuan untuk mensimulasikan situasi nyata. Jika kalian sudah menemukan tujuan yang ingin kalian wujudkan, aku akan mendukung sekuat tenaga.

Setelah mendengar perkataan ketua Minato, Asahi-san dan Taishou mengangguk senang.

Segera setelah itu, Asahi-san menatapku.

“Ngomong-ngomong, Tomonari-kun juga akan kami libatkan nanti, oke? Yah, mungkin setelah kami sudah siap semua sih.

Baik, aku mengerti.

Aku yang mengusulkan bisnis penjualan secara keliling, jadi tidak ada masalah. Sebaliknya, terus memberikan posisiku adalah bukti bahwa aku dipercaya, dan itu adalah hal yang membanggakan.

Walaupun game manajemen adalah dunia virtual, tetapi hubungan kepercayaan yang dibangun di sana masih ada hingga sekarang.

Aku kembali berpikir. Permainan itu adalah titik balik besar bagiku.

“Lalu, bagaimana denganmu, Konohana-san?

Ketua Minato menoleh ke arah Hinako.

“Aku juga dengan berat hati akan menolaknya. Urusan dalam keluargaku sudah sangat sibuk, jadi aku akan menahan diri untuk ikut berpartisipasi.

…Apa benar-benar tidak bisa? Meskipun seharusnya aku tidak boleh mengatakannya, pasti banyak orang yang berharap kamu bergabung dengan OSIS.

Mengingat bahwa yang diajak bicara adalah Hinako, Ketua Minato tampaknya sangat ingin menahannya. 

Meskipun begitu, Hinako tetap menggelengkan kepalanya

Maaf. Aku merasa kalau ini terlalu sulit bagiku 

…Begitu ya. Kalau begitu, kurasa aku tidak perlu memaksakannya. Sebenarnya, banyak siswa seperti kamu yang menolak karena urusan keluarga mereka yang sibuk. Meski sedikit sedih, tapi itu sudah terduga.

Siswa-siswa di Akademi Kekaisaran hidup dalam belenggu besar yang disebut keluarga. Oleh karena itu, meskipun populer di akademi, ada banyak kasus siswa yang tidak bisa bergabung dengan OSIS.

…Yah, dalam kasus Hinako, dia sebenarnya hanya tidak ingin melakukannya saja

Pada darnya, dia adalah gadis yang malas. Tentu saja dia tidak ingin bergabung dengan OSIS. Dalam hal ini, Kagen-san tampaknya juga memakluminya, dan setelah mempertimbangkan risiko kebocoran informasi serta keuntungan menjaga citra sebagai Ojou-sama yang sempurna, dia tampaknya menyimpulkan bahwa Hinako tidak perlu bergabung dengan OSIS

"Baiklah, mari kita akhiri pertemuan ini. Maaf telah memanggil kalian secara mendadak meskipun sudah sore begini.

Ketua Minato sedikit menundukkan kepala.

Apa hanya kami saja yang ingin bergabung dengan OSIS?

Tidak, masih ada yang lain juga. Hanya saja, jika semangat persaingan dibangkitkan sebelum periode pemilihan, mereka mungkin akan kehabisan semangat pada saat yang penting. Kami tidak ingin OSIS dianggap mendorong persaingan, jadi kali ini kami sengaja memanggil kalian secara kelompok. Jujur saja, aku sedikit ragu untuk memanggil Tennouji-san dan Miyakojima-san secara bersamaan, tetapi sepertinya kalian akrab di luar sekolah, jadi itu pengecualian.

…Terima kasih atas perhatiannya.

Ah, aku sarankan untuk bersaing dengan keras di setiap kubu setelah periode pemilihan dimulai.

Meskipun Tennouji-san menyukai kompetisi, rasanya pasti melelahkan jika harus terus bersemangat hingga periode pemilihan. Aku merasa perhatian Ketua Minato sangat tepat.

Dan sekarang, saatnya untuk permintaan.

Ucap Ketua Minato.

Ngomong-ngomong, dia mengatakan di awal bahwa dia memiliki permintaan.

“Aku ingin melakukan liputan wawancara mengenai kalian hingga periode pemilihan.

“Liputan wawancara…?

Narika mengangkat alisnya dengan penuh tanda tanya.

Itu semacam acara baru yang akan dimulai pada periode pemilihan berikutnya. …Aku menamainya, 'Sudut Intip Kehidupan Sehari-hari Calon Ketos dan Waketos'!!

Mungkin itu memang isi yang sama persis… 

Setiap tahun, ketika periode pemilihan dimulai, para calon biasanya pertama-tama membagikan selebaran yang berisi visi mereka. Tapi aku merasa itu tidak cukup. Jadi, dalam pemilihan OSIS berikutnya, aku ingin membuat artikel tentang kehidupan sehari-hari para calon dan membagikannya kepada semua orang.

Ternyata isinya memang sama, tetapi tampaknya ada pengalaman Ketua Minato di dalamnya.

Di game manajemen, kamu pasti pernah berpikir, 'Apa mitra bisnis ini dapat dipercaya?' …Ketika hanya melihat pada filosofi, keraguan semacam itu pasti muncul. Oleh karena itu, aku ingin agar kehidupan sehari-hari mereka ditampilkan apa adanya.

Dia tidak hanya ingin adanya slogan yang indah, tetapi juga menunjukkan kehidupan pribadi para calon.

Sayuran yang dijual di supermarket sering kali menyertakan foto produsen. Aku bisa mengerti perasaan nyaman saat melihat itu. Ini mungkin memiliki esensi yang sama.

Ya, mungkin hal semacam ini tidak diperlukan bagi Tomonari-kun.

Pernyataan itu terasa seolah-olah dia bisa membaca pikiranku. 

Sebenarnya—aku tidak membutuhkannya. Aku bisa merasakan apakah seseorang berbohong hanya dengan membaca teks… data. Karena itu, aku bisa mempercayai orang hanya berdasarkan filosofi mereka.

Tapi itu adalah cerita ketika aku berada di posisi sebagai pemilih. 

Sekarang, aku berada di posisi yang dipilih… yaitu, aku harus mendapatkan kepercayaan dari semua orang. Jika aku merasa itu tidak perlu, tetapi orang lain membutuhkannya, maka acara ini seharusnya tetap dilaksanakan.

Namun, itu terlepas dari masalah ini… 

(…Kenapa ketua tahu tentang diriku?) 

Dia tampaknya mengetahui semua gerak-gerikku di game manajemen, tetapi memangnya apa itu saja sampai cukup untuk mengetahui bakatku? 

Ngomong-ngomong, wawancara dan penulisan artikel akan dilakukan oleh kami sendiri dari pihak OSIS. Dalam beberapa hari ke depan, kami mungkin akan mengikuti kalian dan melakukan liputan wawancara, jadi tolong jawab sebisa mungkin. 

Setelah Ketua mengatakan itu, para anggota dewan siswa yang berdiri di dekat dinding membungkuk masing-masing. Ada juga seorang siswi yang menyajikan teh tadi.

Ketika mendengar kata wawancara, aku merasa seolah-olah itu adalah tugas klub koran, tetapi di Akademi Kekaisaran tidak ada klub. Jadi, tampaknya para anggota OSIS yang akan langsung bergerak. 

Apa itu hanya dilakukan pada hari kerja?

Hmm, pertanyaan yang bagus.

Ketua Minato menunjuk Tennouji-san dengan tegas. 

Aku juga akan menyiapkan artikel untuk hari libur. Namun, aku tidak bermaksud mengganggu privasi kalian. Untuk hari libur, kalian sendiri yang akan menulis artikel. Mirip seperti buku harian.

Jika mirip seperti buku harian, maka beban kami akan lebih ringan. 

Kami bertiga, Aku, Tennouji-san, dan Narika saling memandang dan mengangguk.

Baiklah, kami mengerti.

Ketika aku mengangguk dan mengatakan itu, Ketua Minato tersenyum dengan senyum yang puas. 

Baiklah! Maka hari ini kita akhiri pertemuan ini. Wawancara akan dimulai besok. Aku berharap sifat baik kalian bisa terlihat.

Terakhir, Ketua berkata demikian sambil tertawa dengan senang.

 

◆◆◆◆

 

Setelah semua orang berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing, aku naik mobil keluarga Konohana setelah beberapa saat keluar dari akademi.

Terima kasih atas kerja kerasnya.

Shizune-san yang duduk di kursi penumpang depan menyapaku, dan aku mengucapkan terima kasih kepada Shizune-san dan sopir.

Di sampingku, Hinako duduk dengan wajah yang tampak mengantuk.

…Itsuki.

Ya?

Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Miyakojima-san…?

Hinako yang mengajukan pertanyaan dengan ketulusan membuatku terdiam sejenak.

Eh, kenapa?

Karena kamu terlihat canggung…

Memang, saat di ruang OSIS tadi, aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertatap mata dengan Narika. Aku pikir aku sudah melakukannya dengan santai, tetapi tampaknya Hinako menyadarinya.

…Yah, itu bukan masalah besar, jadi kamu tidak perlu khawatir.

Ya… baiklah.

Sebenarnya, itu adalah masalah yang sangat besar…

Jika hubungan canggung ini berlanjut, jujur saja, aku juga akan merasa lelah. Jadi, aku perlu menyelesaikan hubunganku dengan Narika.

(…Sudah kuduga, sebaiknya aku harus memberikan jawabanku, kan?)

Dia mencium pipiku. Tentu saja, aku mengerti perasaannya.

Lalu, bagaimana perasaanku tentang itu?

Setelah dicium, aku dipenuhi dengan perasaan terkejut. Sekarang aku sudah sedikit tenang, tetapi tetap saja, ketika memikirkan saat itu, kepalaku mulai terasa kosong.

Setelah masuk Akademi Kekaisaran, aku pikir cinta akan menjadi urusan orang lain untuk sementara waktu.

Mungkin itu sebabnya aku begitu terguncang.

Bukan hanya meniru Hinako, tetapi… apa aku juga seharusnya membaca manga romantis setiap hari untuk membiasakan diri dengan cinta?

Itsuki-san, sepertinya kamu tampak sangat khawatir.

Shizune-san yang duduk di kursi penumpang depan melihat ke arahku melalui kaca spion.

…Sebenarnya, karena wawancara OSIS akan segera dimulai, aku berpikir tentang bagaimana cara bersikap.

Karena ini adalah hal yang sulit untuk dibicarakan, aku segera mengalihkan perhatian.

Lalu Shizune-san mengangguk dengan mengerti.

“Aku sudah mendengar tentang wawancara dari Ojou-sama, tetapi sepertinya kamu bisa bersikap seperti biasanya.

Seperti biasanya, ya?

Berbeda dengan saat kamu baru menjadi pengurus, sekarang kamu pasti bisa menjalani hidup di Akademi Kekaisaran dengan alami. …Oleh karena itu, sesekali, mungkin kamu bisa santai dan menghadapi kehidupan sehari-hari yang biasa.

Santai… ya.

Menurut Yuri, itu adalah hal yang sulit bagiku.

Aku juga… berpikir begitu.

Hinako yang ikut mendengarkan dari sampingku juga berkata.

Dibandingkan dengan dulu, Itsuki telah berubah. …Akhir-akhir ini cukup sibuk, jadi aku rasa kamu bisa menikmati kehidupan akademis dengan santai sampai masa pemilihan… *hoamm*

Hinako menguap.

Sepertinya, sejak masuk semester kedua, game permainan dimulai segera, jadi jika dihitung termasuk liburan musim panas, aku sudah lebih dari dua bulan tidak kembali ke kehidupan akademis yang biasa.

Dan dalam kasusku, seminggu lagi masa pemilihan akan dimulai dan aku akan kembali sibuk.

(Jika aku ingin bersantai, sekarang adalah satu-satunya kesempatan…)

Tennouji-san juga mengajarkan agar aku tidak terlalu menekan diri sendiri.

Jika terburu-buru, pandanganku akan menjadi sempit.

…Yah, sepertinya aku akan mencoba untuk bersantai sampai masa pemilihan.

Ini adalah kesempatan yang tepat.

Sambil menerima wawancara, aku juga akan menghadapi kehidupanku yang biasa dengan cara yang baru.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close
Lebih baru Lebih lama