Chapter 5 — 27 Februari (Hari Minggu) Asamura Yuuta
Semester
ketiga tahun ketiga SMA sangatlah singkat. Terutama hari-hari antara ujian
tahap pertama dan kedua, waktu berlalu terasa begitu samar sehingga aku bahkan
tidak bisa mengingat apa itu benar-benar terjadi, dan semuanya berlalu dengan begitu
cepat. Mungkin karena aku tidak bisa tenang.
Ayase-san
juga terpaksa menyerah untuk pergi ke sekolah kecuali saat diperlukan, dan dia
sangat menyesal tidak bisa bertemu dengan teman-teman sekelasnya. Meski begitu,
zaman modern ini semuanya serba praktis; meskipun tidak bisa bertemu secara
langsung, kami masih bisa berkomunikasi. Melalui pertemuan jarak jauh. Walaupun
itu sangat jarang.
Meskipun
hanya sekitar sekali seminggu, sepertinya dia sempat berbincang beberapa menit
dengan ketua kelas, Satou-san, dan Makihara-san. Ngomong-ngomong, Makihara-san
adalah gadis yang sama yang menjalin hubungan dengan Yoshida dan bisa dibilang,
pacarnya. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa akrab sampai sejauh itu, tetapi
sepertinya mereka kadang-kadang berkomunikasi. Sejak kapan?
Berbeda
dengan Narasaka-san, yang lebih suka berbincang panjang lebar, dia mengatakan
bahwa dia hanya bertahan dengan bertukar pesan. Lagipula, Narasaka-san juga
seorang calon mahasiswa di Universitas Tokyo yang sama seperti Maru.
Kalau
diingat-ingat kembali, Narasaka-san pernah mengatakan bahwa dia memiliki banyak
adik laki-laki. Dalam situasi seperti itu, apakah dia bisa belajar dengan
tenang untuk ujian? Aku ingat pernah mendengar bahwa adik-adiknya masih di usia
anak SD. Anak laki-laki seusia itu tidak akan terlalu peduli, apalagi jika
kakaknya sedang ujian.
“Sepertinya
di rumah Maaya, anak-anak SD harus tidur pukul 8, lho.”
“Cepat
sekali…”
Memangnya
anak-anak SD seperti itu? Sepertinya aku masih belajar pada waktu itu.
“Katanya itu
adalah kebijakan pendidikan orang tuanya supanya mereka bisa tumbuh dengan baik.”
“Meskipun tidak
sependek Satou-san, tetapi Narasaka-san juga memang cukup kecil, ya.”
“Maaya
sendiri bilang, dia terjebak dengan anime larut malam saat masa
pertumbuhan.”
Sebenarnya,
jika dia sudah menonton anime larut malam, itu berarti dia sudah begadang
sebelumnya, bukan?
“Setelah
adik-adiknya tidur, pertarungan yang sebenarnya baru dimulai”
“Itu memang khas
Narasaka-san, dan hasilnya yang luar biasa itu juga mengejutkan.”
Aku ingat
pernah membicarakan tentang hal ini saat makan malam, tetapi bahkan aku tidak
ingat kapan tepatnya di bulan Februari itu.
Di awal
bulan Februari, rata-rata nilai ujian bersama diumumkan.
Rata-rata
nilai tahun ini secara keseluruhan lebih rendah
dibandingkan tahun lalu, dan sepertinya matematika adalah mata ujian yang paling sulit. Ini sedikit
membuatku merasa lega. Meskipun aku menganggapnya sebagai mata pelajaran yang
aku kuasai, aku merasa tidak percaya diri untuk meraih nilai yang aku harapkan,
sehingga aku merasa cemas.
Sambil
mengamati rata-rata nilaiku, aku dan
Ayase-san melihat hasil penilaian mandiri ujian bersama, dan ternyata cukup
memuaskan. Jadi, kami memutuskan untuk tidak mengubah pilihan universitas dan
melanjutkan ke ujian tahap kedua. Ujian tahap kedua untuk universitas negeri
dibagi menjadi dua bagian, tetapi setelah hasil jadwal awal keluar, tidak ada
banyak waktu sebelum jadwal akhir, sehingga sulit untuk belajar kembali. Jika
memungkinkan, aku ingin lulus di universitas yang aku tuju pada jadwal
awal.
Hari-hari
di bulan Februari yang tidak pernah melebihi suhu maksimum 10°C, diwarnai
dengan ujian dan pengumuman hasil dari beberapa universitas swasta yang aku
daftarkan sebagai cadangan, membuatku merasa senang dan sedih. Sementara itu,
aku harus membayar uang pendaftaran yang tidak bisa dikembalikan sambil
menunggu hasil dari universitas negeri, dan berdiskusi dengan Ayase-san tentang
sistem yang aneh ini. Meski begitu, aku bersyukur kepada ayahku yang dengan
senang hati menanggung biaya pendidikan universitas. Semua itu berlalu dengan
cepat seperti badai.
Ujian
tahap kedua untuk universitas negeri datang dengan cepat.
Ujian di Universitas Ichinose dan Universitas Wanita Tsukinomiya
diadakan selama dua hari, pada hari Jumat, 25 Februari dan Sabtu, 26 Februari.
Lokasi ujiannya berada
di dalam universitas yang dituju. Artinya, aku di
Universitas Ichinose, sedangkan
Ayase-san tentu saja di Universitas Wanita Tsukinomiya.
Ini adalah kunjungan pertamaku
sejak acara kampus terbuka.
Setelah
ujian selesai, keesokan harinya. Aku duduk di kursi di kamarku, merenungkan
semua persiapan ujian yang telah dilalui.
Ini
adalah akhir dari kehidupan ujianku.
Setelah
ujian tahap kedua berakhir, tidak ada yang bisa dilakukan sampai pemberitahuan hasilnya diumumkan.
Meskipun harus mempersiapkan diri untuk jadwal akhir jika terjadi sesuatu,
sebenarnya aku hanya bisa meninjau kembali
catatan.
Hasil
dari universitas yang menjadi pilihan utama akan diumumkan pada tanggal 9 Maret
untuk Ayase-san dan 10 Maret untukku. Lebih dari sepuluh hari setelah ujian
selesai. Dan semua hasil akan keluar pada saat itu.
Sampai
saat itu, aku berada dalam keadaan menggantung tanpa arah.
Meskipun
hanya sepuluh hari lebih sedikit, entah
mengapa rasanya seperti selamanya.
Setiap
jam, perasaan ceria tentang apa yang akan kulakukan jika diterima berganti
dengan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi jika tidak. Pemikiran tentang harapan yang belum
pasti dan penyesalan yang datang terlambat membuatku tidak bisa menyentuh
buku-buku yang ingin kubaca.
Akan tetapi,
sebelum semua hasilnya menjadi
jelas, kami memiliki acara besar yang sudah menunggu.
1
Maret.
Upacara
kelulusan SMA Suisei.
Ya,
bagiku dan Ayase-san, ini adalah hari terakhir kehidupan SMA kami.