[LN] Saijou no Osewa Jilid 8 Bab 3 Bagian 2 Bahasa Indonesia

 

Bab 3 — Hari Libur Di Keluarga Konohana

Bagian 2

 

Setelah selesai mencuci piring.

Sambil berjalan menyusuri lorong, aku melihat tulang keringku yang ditendang Yuri.

Meskipun aku secara refleks mengeluh sakit, sayangnya rasa sakit itu cepat hilang. Ternyata, tendangan sekelas itu tidak berpengaruh pada tubuhnya yang terlatih dengan baik.

(Ngomong-ngomong tentang latihan…)

Aku baru ingat bahwa aku belum belajar bela diri akhir-akhir ini.

Sejak game manajemen dimulai, beberapa pelajaran Shizune-san telah dihapus. Sekarang aku masih menjalani jadwal yang sama, tetapi seharusnya aku minta untuk mengembalikannya, ya?

(… Tapi, setelah pemilihan dimulai, aku pasti akan sibuk lagi.)

Tanpa sadar, jadwalku sendiri semakin ketat.

Ketika baru menjadi pengasuh, aku berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan ini, tetapi sekarang aku sudah menetapkan tujuan yang lebih tinggi untuk diriku sendiri. Dengan begitu, waktu luangku mulai semakin berkurang.

Namun, aku tetap ingin menggerakkan tubuhku sesekali.

Sambil memikirkan hal itu, Shizune-san datang berjalan mendekat dari ujung koridor.

“Oh, Itsuki-san. Apa yang kamu lakukan?”

“Aku memberikan bunga yang ditukar untuk tamu kepada orang yang tampak menginginkannya. Karena masih ada sisa, apa Shizune-san mau satu?”

“Bunga cosmos, ya… Hmm, boleh aku mengambil satu?”

Ketika keluarga Konohana kedatangan tamu, mereka akan menukarkan bunga yang dipajang sesuai dengan selera tamu, tetapi… bunga yang ditukar biasanya dibagikan kepada para pelayan agar tidak terbuang.

Kali ini, karena bunga di pintu masuk dan ruang tamu diganti dengan bunga siklamen, bunga cosmos yang sebelumnya dipajang menjadi sisa. Karena masih ada untuk Shizune-san, aku mengusulkan apa dia membutuhkannya.

“Mau dibawa ke mana?”

“Tolong bawa ke dalam kamarku.”

“Baiklah… eh?”

Aku hampir mengangguk biasa karena refleks, tapi tiba-tiba aku terhenti.

Kamar Shizune-san…?

Kalau dipikir-pikir, Itsuki-san belum pernah ke kamarku, ya? …Aku akan menunjukkan arahnya.”

Aku mengikuti punggung Shizune-san yang memimpin jalan.

―――Pukul dua siang.

Ini merupakan pertama kalinya aku mengunjungi kamar Shizune-san.

“Pe-Permisi.”

Aku membuka pintu dengan satu tangan memegang vas bunga.

Kamu tidak perlu terlalu gugup begitu. Ini hanya kamar pelayan biasa.”

“Tidak, aku rasa bukan hanya kamar pelayan…”

Lagipula, dia adalah kepala pelayan…

Kamar Shizune-san sedikit lebih besar dibandingkan kamar pelayan yang aku gunakan, tetapi perbedaannya tidak terlalu mencolok.

Namun, seperti yang diharapkan, meskipun kunjunganku cukup mendadak, kamar itu rapi sempurna. Suasana interiornya terasa tenang secara keseluruhan, dan melihat warna tirai, meja, dan bantal, sepertinya semuanya berwarna cokelat.

“Vas ini, mau diletakkan di mana?”

“Tolong letakkan di dekat jendela di sebelah meja.”

Aku meletakkan vas berisi bunga cosmos dengan lembut di ambang jendela. Dalam proses itu, pandanganku menangkap meja Shizune-san.

“... Shizune-san juga belajar tentang manajemen bisnis?”

Di atas meja terdapat buku referensi tentang manajemen. Tidak… jika dilihat lebih dekat, bukan hanya tentang manajemen saja. Di meja itu juga terdapat berbagai buku referensi untuk berbagai mata pelajaran. Sepertinya Shizune-san mempelajari semua bidang yang kami pelajari di Akademi Kekaisaran.

Aku juga berusaha untuk mempelajari semua bidang yang dipelajari oleh Ojou-sama di Akademi. Jika tidak, aku mungkin tidak bisa membantunya.”

“... Jadi begitu ya.”

Jika diingat-ingat, Shizune-san memang selalu berada di sisi Hinako selama game manajemen, terus mendukung aktivitas Hinako. Ketika aku meminta daftar pemegang saham Konohana Automobile, Shizune-san juga merespons dengan cepat. Jika Shizune-san tidak mempelajari manajemen, dia tidak akan bisa memberikan respons secepat itu.

… Luar biasa.

Orang ini memang pelayan kelas satu. Dia mampu menjalankan tugas sebagai pelayan sambil tetap mengikuti pelajaran di Akademi Kekaisaran

“Papan tulis ini…”

Kamar Shizune-san memiliki papan tulis besar seperti yang ada di ruang rapat. Di sana tertulis berbagai kalimat dan bentuk dengan spidol hitam.

Aku mencatat hal-hal penting. Terutama, instruksi untuk bawahan.”

Jadwal untuk tim dapur, tim penerimaan tamu, tim kebersihan… dan juga pengurus lainnya dicatat dengan ringkas. Sepertinya dia membuat diagram organisasi sederhana untuk merangkum penempatan dan peran masing-masing. Sebagai kepala pelayan, dia pasti harus mengawasi tindakan para pelayan yang menjadi bawahannya.

“Itsuki-san, sepertinya sudah saatnya kamu istirahat, ya. Kamu mau minum sesuatu?”

Shizune-san berkata sambil melihat papan tulis.

Di sana tercatat bahwa aku akan beristirahat.

“Kalau begitu, mumpung sekalian…”

“Tunggu dulu sebentar, ya.”

Shizune-san membuka kulkas. Di mansion ini, setiap kamar pelayan dilengkapi dengan kulkas, karena jarak menuju dapur cukup jauh. Ini adalah keadaan yang khas untuk rumah yang luas.

kira-kira apa yang biasanya diminum Shizune-san, ya?

Karena merasa penasaran, jadi aku mengintip ke dalam kulkas dari belakangnya.

Di dalamnya terdapat banyak botol kaca yang tersusun rapi. Di permukaan botol-botol itu terdapat label yang mencantumkan nama-nama daun teh seperti Darjeeling dan Assam.

“... Semuanya teh, ya?”

“Ada juga berbagai jenis kopi. Biji, cara sangrai, cara giling… Semua itu perlu dipelajari agar bisa disajikan kepada Ojou-sama.”

Setelah dia mengatakan itu, aku baru sadar bahwa di sampingnya terdapat banyak biji kopi.

Ternyata ini juga demi tujuan belajar.

Jenisnya ada banyak sekali… Apa Hinako juga bisa membedakan semuanya?”

Iya, bisa.”

Shizune-san mengambil salah satu botol kaca dan berkata.

Aku menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya, dan akhirnya bisa mencicipi dengan baik… tetapi Ojou-sama sepertinya sudah terlahir dengan kemampuan untuk merasakan perbedaan halus antara teh dan kopi.”

“Begitu, ya?”

Sepertinya hal itu tampaknya umum bagi kalangan atas. Mereka terlahir dengan kepekaan yang halus dan tajam. Baik dalam makanan maupun seni, kemampuan mereka untuk melihat nilai suatu benda sangatlah tinggi.”

Begitu, ya…

Namun, itu bisa dimengerti. Bukan hanya Hinako, tapi jTennouji-san dan Narika juga tampaknya memiliki kemampuan tinggi untuk melihat nilai suatu benda. Singkatnya, para gadis itu memiliki selera yang baik.

“Dalam hal ini, aku sangat terkejut dengan ketajaman selera Hirano-san. Sejujurnya, aku sempat berpikir dia baru bisa berfungsi sebagai koki di kemudian hari…”

Sekarang, dia sudah bisa membuat masakan yang biasa dimakan Hinako.

Dalam hal selera, Yuri mungkin tidak kalah dengan orang-orang dari kalangan atas. Kemarin, aku mengetahui bahwa Yuri menganggapku “tidak boleh kalah”... mungkin aku sudah kalah sejak lama?

Rasanya mulai sedih.

“Kita berdua sama-sama telah memasuki dunia yang sulit, ya?”

“... Tapi Shizune-san juga bisa dibilang termasuk orang dari sisi itu, kan?”

“Itu sama sekali tidak benar. Jika dibandingkan dengan yang asli, aku masih dianggap palsu.”

Aku menerima cangkir berisi teh.

Sepertinya dia sengaja memanaskannya kembali di kompor kecil. Dengan aroma Darjeeling yang kaya, aku perlahan menikmati tehnya. Aku tidak pernah menyangka akan ada saatnya berbagi kesulitan dengan Shizune-san...

Saat aku baru menjadi pengurus Hinako, aku bahkan tidak pernah membayangkannya.

“... Hmm?”

Pada saat itu, sesuatu yang aneh menarik perhatianku. Ada sesuatu yang terlihat seperti kain putih keluar dari bawah tempat tidur.

“Ada apa?”

“Tidak… aku hanya penasaran ini apa ya?”

Aku berdiri dan meraih kain yang keluar dari bawah tempat tidur.

Mungkin ini bagian dari pakaian. Sepertinya terjatuh ke bawah tempat tidur karena suatu hal. Jika dibiarkan, bisa jadi akan kusut, jadi aku berusaha menariknya keluar—.

“... Ah!? Tu-Tunggu! Itu—”

Shizune-san menghentikanku dengan suara yang sangat keras, sesuatu yang belum pernah kudengar sebelumnya.

Namun, aku lebih cepat menariknya keluar.

“.......................... Hmm?”

Itu adalah gaun goth loli. Gaun yang penuh dengan rumbaian yang sangat imut, benar-benar sesuai dengan selera gadis.

(.................. apa ini variasi dari kostum pelayan?)

Dengan otakku yang hampir mengalami korsleting, aku mencoba memikirkan kemungkinan yang masuk akal. Namun, setelah dilihat lebih dekat, masih banyak pakaian yang tersembunyi di bawah tempat tidur.

Dengan hati-hati, aku menariknya keluar.

Itu adalah baju perawat.

Itu adalah seragam pelaut.

Itu adalah kostum gadis penyihir.

“.......................... Huh, uuuuuuhhh~~~~~……………”

Sambil memijat dahiku, aku menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diriku.

Aku telah melihat sesuatu yang sangat mengerikan.

Kenapa di saat-saat seperti ini, rasa penasaranku justru meningkat? Seharusnya aku sudah mundur saat melihat gaun goth loli itu.

Aku tidak ingin melihat wajah Shizune-san yang sedang berada di belakangku.

Namun, jika aku tetap diam di sini, itu juga merepotkan.

Perlahan, secara perlahan-lahan … aku berbalik.

Shizune-san menatapku dan membuka mulutnya.

“... salah....”

“Eh?”

Aku menyukai cosplay, memangnya ada masalah?”

Dia seolah-olah membela diri.

Karean ada terlalu banya informasi yang perlu diproses. …kurasa aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, ya?

Aku sudah memberitahumu sebelumnya bahwa keluargaku dulu memiliki perusahaan di bidang pakaian, kan?”

“Iy-Iya…”

Makanya, sejak kecil aku sudah melihat berbagai jenis pakaian. Di antaranya, ada kostum pelayan seperti yang aku kenakan sekarang… dan juga kostum cosplay yang tersimpan di sini.”

Shizune-san melihat pemandangan di luar jendela dan menghela napas.

Setelah itu, dia kembali menatapku.

Jadi, wajar-wajar saja kalau tertarik pada hal-hal seperti itu. Apa aku salah?”

It-Itu sama sekali tidak salah…”

Jika aku mengangguk di sini, hidupku akan berakhir. Aku merasakan tekanan seperti itu.

“Tapi, ehm… meskipun aku terkejut, kupikir itu bukan hal yang aneh, kok?”

“......”

“Aku juga mengerti apa yang kamu katakan, Shizune-san… jika lingkunganmu memang khusus, memiliki hobi seperti itu bisa dimengerti, kan…”

“......”

Aku ingin dia mengatakan sesuatu, apa pun itu.

Akan tetapi, Shizune-san tetap diam dengan wajahnya yang memerah. Karena aku tidak tahu di mana letak ranjau darat berada, aku tidak bisa sembarangan berbicara, tetapi jika aku juga diam, suasananya akan menjadi canggung dan membuatku mati, jadi aku harus memulai pembicaraan.

“........... Oh, jangan-jangan, alasan kenapa Shizune-san bekerja di rumah Konohana ini karena kamu tertarik bisa bekerja dengan kostum pelayan, ya…?”

Setelah mengatakannya, aku menyadari.

Tentu saja, mana mungkin begitu.

Seperti yang kupikirkan sebelumnya, Shizune-san adalah pelayan kelas satu. Pasti ada banyak perjuangan yang dia lalui untuk mencapai posisinya sekarang. Aku rasa dia tidak bisa melewati semua itu hanya dengan motivasi sederhana seperti menyukai kostum pelayan.

Namun, Shizune-san justru membuka matanya lebar-lebar seolah kaget dan tetap diam.

Keheningan itu mungkin berarti persetujuan…?

“... Ehmm, tolong katakan sesuatu dong.”

 “………………”

 “Eh, apa beneran begitu? Apa tidak ada alasan yang lebih serius…?”

Shizune-san yang sebelumnya tidak menunjukkan ekspresi, akhirnya pipinya mulai memerah.

Jangan-jangan, dia benar-benar hanya menyukai kostum pelayan?

“... Eh, tapi bukannya kamu pernah bilang bahwa kuliahmu membosankan, atau bahwa kamu menghormati Takuma-san pada waktu itu?”

Saat liburan musim panas, ketika kami pergi berbelanja ke supermarket, aku mendengar tentang masa lalu Shizune-san. Seharusnya, itulah alasan dia menjadi pelayan di rumah Konohana.

“... Yah, itu juga salah satu alasannya.”

Shizune-san yang wajahnya sudah merah padam sampai ke telinga, mengalihkan pandangannya dan berkata.

“Kostum pelayan itu 90 persen… dan alasan lainnya 10 persen.”

Jadi begitu yaaaaaaaaaaaaaa.

Persentase karena pengaruh kostum pelayan itu sangat tinggi yaaaaaaaa.

Hampir bisa dibilang dia bekerja cuma demi bisa mengenakan kostum pelayan.

Jika diingat-ingat kembali, saat kami pergi berbelanja bersama selama liburan musim panass, Shizune-san memandang dengan serius pakaian cantik yang dipajang di etalase toko yang memiliki nuansa feminin. Saat itu, dia bilang hanya tertarik karena keluarganya berhubungan dengan pakaian, tetapi sekarang aku berpikir, mungkin dia sebenarnya ingin memakainya.

“Ku… kuuh…”

Pada saat itu, Shizune-san mengeluarkan suara yang terdengar tertekan.

Jika diperhatikan lebih dekat, aku menyadari kalau matanya tampak berkaca-kaca.

“Eh, tunggu!? Kamu menangis!?”

“Kugh… ini memalukan… padahal tidak ada yang tahu tentang ini…”

“Tenang saja! Aku tidak akan memberi tahu siapa pun!”

“Bahkan kepada orang tuaku, aku menyimpannya sebagai rahasia…”

Ternyata ini adalah rahasia besar.

Selama ini, aku sudah beberapa kali ditenangkan oleh Shizune-san. Dia mengajarkanku tentang etika, pelajaran, dan berbagai hal yang kurang kumengerti dengan ketegasan dan kelembutan. Tapi, aku tidak menyangka akan berada di posisi untuk menenangkannya…

Setelah beberapa saat, Shizune-san akhirnya bisa tenang kembali.

“... Maaf, aku jadi panik begitu.”

“Tidak, aku yang minta maaf… maafkan aku.”

Jujur saja, jika Shizune-san tidak panik begitu, aku pasti akan lebih bingung lagi.

“Eh, ini tisu… silakan.”

“... Terima kasih.”

Shizune-san mengusap hidungnya dengan suara “zuuuubiiiiii...”

Aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya bahwa Shizune-san bisa mengeluarkan suara seperti itu…

Aku menatap wanita di depanku dengan lebih jelas.

Shizune-san. Nama belakangnya Tsurumi. Rambut hitamnya yang panjangnya itu terlihat sangat indah, tetapi lebih dari itu, sikapnya yang anggun tidak kalah dengan Hinako dalam mode Ojou-sama nya

 … Tapi, dia pasti masih mahasiswa.

Berbeda dengan Kagen-san dan Takuma-san. Dia belum sepenuhnya dewasa. Mungkin Shizune-san lebih seperti gadis biasa daripada yang aku bayangkan.

(… Tidak)

Itu tidak mungkin.

Mana mungkin Shizune-san hanyalah seorang gadis biasa.

Karena dia telah mencapai posisi kepala pelayan di dalam Grup Konohana.

“... Ehmm, aku benar-benar tidak mempermasalahkannya.”

Aku berkata kepada Shizune-san yang sudah selesai mengusap hidungnya.

“Setiap orang pasti punya satu atau dua hal yang ingin disembunyikan. Meskipun aku terkejut mengetahui bahwa hobi cosplay-mu, tapi bagiku, Shizune-san tetaplah pelayan kelas satu yang sempurna.”

Meskipun hobi yang tidak biasa terungkap sekarang, citra Shizune-san di dalam pikiranku tidak tergoyahkan.

Bagiku, Shizune-san adalah sosok yang harus aku contoh. Masih banyak yang bisa aku pelajari darinya, sebagai senior yang mendukung Hinako di sampingnya.

“Oleh karena itu, aku tidak akan mengubah sikapku terhadap Shizune-san. … Tolong teruslah mengajarkanku dengan tegas seperti sebelumnya.”

Aku menundukkan kepala dalam-dalam, ingin menyampaikan rasa hormat yang tidak akan berubah.

Kemudian, Shizune-san menatapku dengan serius.

“... Itulah sebabnya, bagian dirimu yang begitu membuat....”

“Eh?”

“Tidak ada apa-apa. … Kamu benar-benar orang yang penuh dengan ketulusan, ya.”

Shizune-san tersenyum kecil saat mengatakannya.

Aku tidak tahu apakah itu pujian atau dia hanya merasa lucu… tapi jika Shizune-san sudah kembali ke suasana hatinya yang normal, itu sudah cukup bagiku.

“Akhir-akhir ini, saat melihat Ojou-sama yang tampak bersenang-senang, aku kadang berpikir… mungkin aku juga harus sedikit lebih terbuka.”

Maksudnya berarti berbagi hobi dengan seseorang?

Meskipun itu adalah kecelakaan, aku merasa terhormat karena dipilih sebagai orang tersebut…

“Jadi, Itsuki-san. Bolehkah aku meminta satu hal darimu?”

“... Jika kamu tidak keberatan denganku, silakan.”

Kira-kira apa ya?

Aku merasa kalau masalah ini berhasil diselesaikan dalam suasana yang menyenangkantapi entah kenapa aku merasakan firasat tidak enak.

Sementara pikiranku masih berkecamuk, Shizune-san tampak malu-malu dan melanjutkan.

“Sebenarnya, sambil berdandan cosplay… aku jadi tertarik dengan… umm, fotografi. … Jadi, bisakah kamu membantuku…?”

….

………………..

…………………… Fyu, uuuuh~~~~~……………….

“……………………………………………………………… Baiklah, aku mengerti.”


 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama