Bab 3 — Hari Libur Di Keluarga Konohana
Bagian 2
Setelah
selesai mencuci piring.
Sambil
berjalan menyusuri lorong, aku melihat tulang keringku yang ditendang Yuri.
Meskipun
aku secara refleks mengeluh sakit, sayangnya rasa sakit itu cepat hilang.
Ternyata, tendangan sekelas itu tidak berpengaruh pada tubuhnya yang terlatih
dengan baik.
(Ngomong-ngomong
tentang latihan…)
Aku baru
ingat bahwa aku belum belajar bela diri akhir-akhir ini.
Sejak game manajemen dimulai, beberapa
pelajaran Shizune-san telah dihapus. Sekarang aku masih menjalani jadwal yang
sama, tetapi seharusnya aku minta untuk mengembalikannya, ya?
(… Tapi,
setelah pemilihan dimulai, aku pasti akan sibuk lagi.)
Tanpa
sadar, jadwalku sendiri semakin ketat.
Ketika
baru menjadi pengasuh, aku berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan ini, tetapi sekarang aku sudah menetapkan tujuan yang lebih tinggi
untuk diriku sendiri. Dengan begitu, waktu luangku mulai semakin berkurang.
Namun,
aku tetap ingin menggerakkan tubuhku
sesekali.
Sambil
memikirkan hal itu, Shizune-san datang
berjalan mendekat dari ujung koridor.
“Oh,
Itsuki-san. Apa yang kamu lakukan?”
“Aku
memberikan bunga yang ditukar untuk tamu kepada orang yang tampak
menginginkannya. Karena masih
ada sisa, apa Shizune-san
mau satu?”
“Bunga
cosmos, ya… Hmm, boleh aku mengambil satu?”
Ketika keluarga
Konohana kedatangan tamu, mereka akan menukarkan bunga
yang dipajang sesuai dengan
selera tamu, tetapi… bunga yang ditukar biasanya dibagikan kepada para pelayan
agar tidak terbuang.
Kali ini,
karena bunga di pintu masuk dan ruang tamu diganti dengan bunga
siklamen, bunga cosmos yang sebelumnya dipajang menjadi sisa. Karena masih ada
untuk Shizune-san, aku mengusulkan apa dia membutuhkannya.
“Mau
dibawa ke mana?”
“Tolong
bawa ke dalam kamarku.”
“Baiklah…
eh?”
Aku
hampir mengangguk biasa karena refleks,
tapi tiba-tiba aku terhenti.
Kamar
Shizune-san…?
“Kalau dipikir-pikir,
Itsuki-san belum pernah ke kamarku, ya? …Aku akan menunjukkan arahnya.”
Aku
mengikuti punggung Shizune-san yang memimpin jalan.
―――Pukul
dua siang.
Ini
merupakan pertama kalinya aku
mengunjungi kamar Shizune-san.
“Pe-Permisi.”
Aku membuka
pintu dengan satu tangan memegang vas bunga.
“Kamu tidak perlu terlalu gugup begitu.
Ini hanya kamar pelayan biasa.”
“Tidak,
aku rasa bukan hanya kamar pelayan…”
Lagipula, dia
adalah kepala pelayan…
Kamar
Shizune-san sedikit lebih besar dibandingkan kamar pelayan yang aku gunakan,
tetapi perbedaannya tidak terlalu mencolok.
Namun,
seperti yang diharapkan, meskipun kunjunganku
cukup mendadak, kamar itu rapi sempurna. Suasana
interiornya terasa tenang secara keseluruhan, dan melihat warna tirai, meja,
dan bantal, sepertinya semuanya berwarna cokelat.
“Vas ini,
mau diletakkan di mana?”
“Tolong
letakkan di dekat jendela
di sebelah meja.”
Aku
meletakkan vas berisi bunga cosmos dengan lembut di ambang jendela. Dalam proses itu, pandanganku
menangkap meja Shizune-san.
“...
Shizune-san juga belajar tentang manajemen bisnis?”
Di atas
meja terdapat buku referensi tentang manajemen. Tidak… jika dilihat lebih dekat,
bukan hanya tentang manajemen saja. Di meja itu juga terdapat
berbagai buku referensi untuk berbagai mata pelajaran. Sepertinya Shizune-san
mempelajari semua bidang yang kami pelajari di Akademi Kekaisaran.
“Aku juga berusaha untuk mempelajari semua bidang
yang dipelajari oleh Ojou-sama di Akademi.
Jika tidak, aku mungkin
tidak bisa membantunya.”
“... Jadi begitu ya.”
Jika
diingat-ingat, Shizune-san memang selalu berada di sisi Hinako
selama game manajemen, terus mendukung
aktivitas Hinako. Ketika aku meminta daftar pemegang saham Konohana Automobile, Shizune-san juga
merespons dengan cepat. Jika Shizune-san tidak mempelajari manajemen, dia tidak
akan bisa memberikan respons secepat itu.
… Luar
biasa.
Orang ini
memang pelayan kelas satu. Dia mampu
menjalankan tugas sebagai pelayan sambil tetap mengikuti pelajaran di Akademi Kekaisaran…
“Papan
tulis ini…”
Kamar
Shizune-san memiliki papan
tulis besar seperti yang ada di ruang rapat. Di sana tertulis berbagai kalimat
dan bentuk dengan spidol hitam.
“Aku mencatat hal-hal penting.
Terutama, instruksi untuk bawahan.”
Jadwal
untuk tim dapur, tim penerimaan tamu, tim kebersihan… dan juga pengurus lainnya
dicatat dengan ringkas. Sepertinya dia membuat diagram organisasi sederhana
untuk merangkum penempatan dan peran masing-masing. Sebagai kepala pelayan, dia
pasti harus mengawasi tindakan para pelayan yang menjadi bawahannya.
“Itsuki-san,
sepertinya sudah saatnya kamu istirahat, ya. Kamu
mau minum sesuatu?”
Shizune-san
berkata sambil melihat papan tulis.
Di sana
tercatat bahwa aku akan beristirahat.
“Kalau
begitu, mumpung sekalian…”
“Tunggu dulu sebentar, ya.”
Shizune-san
membuka kulkas. Di
mansion ini, setiap kamar pelayan
dilengkapi dengan kulkas, karena jarak menuju
dapur cukup jauh. Ini adalah keadaan yang khas untuk rumah yang luas.
… kira-kira apa yang
biasanya diminum Shizune-san, ya?
Karena merasa penasaran, jadi aku mengintip ke dalam kulkas dari belakangnya.
Di
dalamnya terdapat banyak botol kaca yang tersusun rapi. Di permukaan
botol-botol itu terdapat label yang mencantumkan nama-nama daun teh seperti
Darjeeling dan Assam.
“...
Semuanya teh, ya?”
“Ada juga
berbagai jenis kopi. Biji, cara sangrai, cara giling… Semua itu perlu
dipelajari agar bisa disajikan kepada Ojou-sama.”
Setelah
dia mengatakan itu, aku baru sadar bahwa di
sampingnya terdapat banyak biji kopi.
Ternyata
ini juga demi tujuan belajar.
“Jenisnya ada banyak sekali… Apa
Hinako juga bisa membedakan semuanya?”
“Iya, bisa.”
Shizune-san
mengambil salah satu botol kaca dan berkata.
“Aku menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya,
dan akhirnya bisa mencicipi dengan baik… tetapi Ojou-sama
sepertinya sudah terlahir dengan kemampuan untuk merasakan perbedaan halus
antara teh dan kopi.”
“Begitu,
ya?”
“Sepertinya hal itu
tampaknya umum bagi kalangan atas. Mereka terlahir dengan kepekaan yang halus
dan tajam. Baik dalam makanan maupun seni, kemampuan mereka untuk melihat nilai
suatu benda sangatlah tinggi.”
Begitu,
ya…
Namun,
itu bisa dimengerti. Bukan hanya Hinako, tapi jTennouji-san
dan Narika juga tampaknya memiliki kemampuan tinggi untuk
melihat nilai suatu benda. Singkatnya, para gadis itu memiliki selera yang
baik.
“Dalam
hal ini, aku sangat
terkejut dengan ketajaman selera Hirano-san. Sejujurnya, aku sempat berpikir dia baru bisa
berfungsi sebagai koki di kemudian hari…”
Sekarang,
dia sudah bisa membuat masakan yang biasa dimakan Hinako.
Dalam hal
selera, Yuri mungkin
tidak kalah dengan orang-orang dari kalangan atas. Kemarin, aku mengetahui bahwa Yuri menganggapku “tidak boleh
kalah”... mungkin aku sudah kalah sejak lama?
Rasanya
mulai sedih.
“Kita
berdua sama-sama telah memasuki dunia yang sulit, ya?”
“... Tapi Shizune-san juga bisa dibilang
termasuk orang dari sisi itu, ‘kan?”
“Itu sama
sekali tidak benar. Jika dibandingkan dengan yang asli, aku masih dianggap palsu.”
Aku
menerima cangkir berisi teh.
Sepertinya
dia sengaja memanaskannya kembali di kompor kecil. Dengan aroma Darjeeling yang
kaya, aku perlahan menikmati tehnya. Aku tidak
pernah menyangka akan ada saatnya berbagi kesulitan dengan
Shizune-san...
Saat aku baru menjadi pengurus Hinako, aku
bahkan tidak pernah membayangkannya.
“...
Hmm?”
Pada saat
itu, sesuatu yang aneh menarik perhatianku. Ada sesuatu yang terlihat seperti
kain putih keluar dari bawah tempat tidur.
“Ada
apa?”
“Tidak… aku hanya penasaran ini apa
ya?”
Aku
berdiri dan meraih kain yang keluar dari bawah tempat tidur.
Mungkin
ini bagian dari pakaian. Sepertinya terjatuh ke bawah tempat tidur karena suatu
hal. Jika dibiarkan, bisa jadi akan kusut, jadi aku berusaha menariknya
keluar—.
“... Ah!?
Tu-Tunggu! Itu—”
Shizune-san
menghentikanku dengan suara yang sangat keras, sesuatu yang belum pernah
kudengar sebelumnya.
Namun,
aku lebih cepat menariknya keluar.
“..........................
Hmm?”
Itu
adalah gaun goth loli. Gaun
yang penuh dengan rumbaian
yang sangat imut, benar-benar sesuai dengan selera gadis.
(..................
apa ini variasi dari kostum
pelayan?)
Dengan
otakku yang hampir mengalami korsleting, aku
mencoba memikirkan kemungkinan yang masuk akal. Namun, setelah dilihat lebih
dekat, masih banyak pakaian yang tersembunyi di bawah tempat tidur.
Dengan
hati-hati, aku menariknya keluar.
Itu
adalah baju perawat.
Itu
adalah seragam pelaut.
Itu
adalah kostum gadis penyihir.
“..........................
Huh, uuuuuuhhh~~~~~………………”
Sambil
memijat dahiku, aku menghela napas dalam-dalam untuk
menenangkan diriku.
Aku telah
melihat sesuatu yang sangat mengerikan.
Kenapa di
saat-saat seperti ini, rasa penasaranku
justru meningkat? Seharusnya aku sudah mundur saat melihat gaun goth loli itu.
Aku tidak
ingin melihat wajah Shizune-san yang sedang
berada di belakangku.
Namun,
jika aku tetap diam di sini, itu juga merepotkan.
Perlahan,
secara perlahan-lahan … aku berbalik.
Shizune-san
menatapku dan membuka mulutnya.
“... salah....”
“Eh?”
“Aku menyukai cosplay, memangnya ada masalah?”
Dia
seolah-olah membela diri.
Karean ada
terlalu banya informasi yang perlu
diproses. …kurasa aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, ya?
“Aku sudah memberitahumu sebelumnya
bahwa keluargaku dulu memiliki
perusahaan di bidang pakaian, kan?”
“Iy-Iya…”
“Makanya, sejak kecil aku sudah melihat berbagai jenis
pakaian. Di antaranya, ada kostum pelayan seperti yang aku kenakan sekarang… dan juga
kostum cosplay yang tersimpan di sini.”
Shizune-san
melihat pemandangan di luar jendela dan menghela napas.
Setelah
itu, dia kembali menatapku.
“Jadi, wajar-wajar saja kalau tertarik pada hal-hal seperti itu. Apa aku salah?”
“It-Itu sama sekali tidak
salah…”
Jika aku
mengangguk di sini, hidupku akan berakhir. Aku merasakan tekanan seperti
itu.
“Tapi, ehm… meskipun aku terkejut, kupikir itu bukan hal yang aneh, kok?”
“......”
“Aku juga
mengerti apa yang kamu katakan,
Shizune-san… jika lingkunganmu memang khusus, memiliki hobi seperti itu bisa
dimengerti, kan…”
“......”
Aku ingin
dia mengatakan sesuatu, apa pun
itu.
Akan tetapi,
Shizune-san tetap diam dengan wajahnya yang memerah. Karena
aku tidak tahu di mana letak ranjau darat berada,
aku tidak bisa sembarangan berbicara, tetapi jika aku juga diam, suasananya akan menjadi canggung dan
membuatku mati, jadi aku harus memulai pembicaraan.
“...........
Oh, jangan-jangan, alasan
kenapa Shizune-san bekerja di rumah Konohana ini karena kamu tertarik bisa bekerja dengan
kostum pelayan, ya…?”
Setelah
mengatakannya, aku menyadari.
Tentu
saja, mana mungkin begitu.
Seperti
yang kupikirkan sebelumnya, Shizune-san adalah pelayan kelas satu. Pasti ada
banyak perjuangan yang dia lalui untuk mencapai posisinya sekarang. Aku rasa
dia tidak bisa melewati semua itu hanya dengan motivasi sederhana seperti menyukai kostum pelayan.
Namun,
Shizune-san justru membuka
matanya lebar-lebar seolah kaget
dan tetap diam.
Keheningan
itu mungkin berarti persetujuan…?
“... Ehmm, tolong katakan sesuatu dong.”
“………………”
“Eh, apa
beneran begitu? Apa tidak ada alasan yang lebih serius…?”
Shizune-san
yang sebelumnya tidak menunjukkan ekspresi, akhirnya pipinya mulai memerah.
Jangan-jangan,
dia benar-benar hanya menyukai kostum pelayan?
“... Eh,
tapi bukannya kamu
pernah bilang bahwa kuliahmu membosankan, atau bahwa kamu menghormati
Takuma-san pada waktu itu?”
Saat
liburan musim panas, ketika kami pergi berbelanja ke supermarket, aku mendengar
tentang masa lalu Shizune-san. Seharusnya, itulah alasan dia menjadi pelayan di
rumah Konohana.
“... Yah,
itu juga salah satu alasannya.”
Shizune-san
yang wajahnya sudah merah padam sampai
ke telinga, mengalihkan pandangannya dan berkata.
“Kostum
pelayan itu 90 persen… dan alasan lainnya 10 persen.”
Jadi begitu
yaaaaaaaaaaaaaa.
Persentase
karena pengaruh kostum pelayan itu sangat
tinggi yaaaaaaaa.
Hampir
bisa dibilang dia bekerja cuma demi bisa mengenakan kostum pelayan.
Jika
diingat-ingat kembali, saat kami pergi berbelanja bersama selama liburan musim panass,
Shizune-san memandang dengan serius pakaian cantik yang dipajang di etalase toko yang memiliki nuansa feminin.
Saat itu, dia bilang hanya tertarik karena keluarganya berhubungan dengan
pakaian, tetapi sekarang aku berpikir, mungkin dia sebenarnya ingin memakainya.
“Ku…
kuuh…”
Pada saat
itu, Shizune-san mengeluarkan suara yang terdengar tertekan.
Jika
diperhatikan lebih dekat, aku menyadari kalau matanya
tampak berkaca-kaca.
“Eh,
tunggu!? Kamu
menangis!?”
“Kugh… ini memalukan… padahal tidak ada yang tahu tentang ini…”
“Tenang
saja! Aku tidak akan memberi tahu siapa pun!”
“Bahkan
kepada orang tuaku, aku menyimpannya sebagai rahasia…”’
Ternyata
ini adalah rahasia besar.
Selama
ini, aku sudah beberapa kali ditenangkan oleh Shizune-san. Dia mengajarkanku
tentang etika, pelajaran, dan berbagai hal yang kurang kumengerti dengan
ketegasan dan kelembutan. Tapi, aku tidak menyangka akan berada di posisi untuk
menenangkannya…
Setelah
beberapa saat, Shizune-san akhirnya bisa tenang kembali.
“...
Maaf, aku jadi panik begitu.”
“Tidak,
aku yang minta maaf… maafkan aku.”
Jujur
saja, jika Shizune-san tidak panik begitu,
aku pasti akan lebih bingung lagi.
“Eh, ini
tisu… silakan.”
“...
Terima kasih.”
Shizune-san
mengusap hidungnya dengan suara “zuuuubiiiiii...”
Aku tidak
pernah membayangkan hal ini sebelumnya
bahwa Shizune-san bisa mengeluarkan suara seperti itu…
Aku
menatap wanita di depanku dengan lebih jelas.
Shizune-san.
Nama belakangnya Tsurumi. Rambut hitamnya yang panjangnya itu terlihat sangat indah, tetapi
lebih dari itu, sikapnya yang anggun tidak kalah dengan Hinako dalam mode Ojou-sama nya…
… Tapi, dia pasti masih mahasiswa.
Berbeda
dengan Kagen-san
dan Takuma-san. Dia belum sepenuhnya dewasa. Mungkin Shizune-san lebih seperti
gadis biasa daripada yang aku bayangkan.
(… Tidak)
Itu tidak
mungkin.
Mana mungkin
Shizune-san hanyalah
seorang gadis biasa.
Karena
dia telah mencapai posisi kepala pelayan di dalam Grup
Konohana.
“... Ehmm, aku benar-benar tidak
mempermasalahkannya.”
Aku
berkata kepada Shizune-san yang sudah selesai mengusap hidungnya.
“Setiap
orang pasti punya satu atau dua hal yang ingin disembunyikan. Meskipun aku
terkejut mengetahui bahwa hobi cosplay-mu, tapi bagiku, Shizune-san tetaplah
pelayan kelas satu yang sempurna.”
Meskipun
hobi yang tidak biasa terungkap sekarang, citra Shizune-san di dalam pikiranku
tidak tergoyahkan.
Bagiku,
Shizune-san adalah sosok yang harus aku contoh.
Masih banyak yang bisa aku pelajari darinya, sebagai senior yang mendukung
Hinako di sampingnya.
“Oleh
karena itu, aku tidak akan mengubah sikapku terhadap Shizune-san. … Tolong
teruslah mengajarkanku dengan tegas seperti sebelumnya.”
Aku
menundukkan kepala dalam-dalam, ingin menyampaikan rasa hormat yang tidak akan
berubah.
Kemudian,
Shizune-san menatapku dengan serius.
“...
Itulah sebabnya, bagian dirimu yang begitu membuat....”
“Eh?”
“Tidak
ada apa-apa. … Kamu benar-benar orang yang penuh dengan ketulusan, ya.”
Shizune-san
tersenyum kecil saat mengatakannya.
Aku tidak
tahu apakah itu pujian atau dia hanya merasa lucu… tapi jika Shizune-san sudah
kembali ke suasana hatinya yang normal, itu sudah cukup bagiku.
“Akhir-akhir
ini, saat melihat Ojou-sama yang tampak bersenang-senang, aku kadang berpikir… mungkin
aku juga harus sedikit lebih terbuka.”
Maksudnya
berarti berbagi hobi dengan seseorang?
Meskipun
itu adalah kecelakaan, aku merasa terhormat karena dipilih sebagai orang
tersebut…
“Jadi, Itsuki-san.
Bolehkah aku meminta satu hal darimu?”
“... Jika kamu tidak keberatan denganku,
silakan.”
Kira-kira
apa ya?
Aku merasa
kalau masalah ini berhasil diselesaikan dalam suasana yang menyenangkan…
tapi entah kenapa aku
merasakan firasat tidak enak.
Sementara
pikiranku masih
berkecamuk, Shizune-san tampak malu-malu dan melanjutkan.
“Sebenarnya,
sambil berdandan cosplay… aku jadi tertarik dengan… umm, fotografi. … Jadi, bisakah kamu membantuku…?”
….
………………..
…………………… Fyu, uuuuh~~~~~……………….
“……………………………………………………………… Baiklah, aku mengerti.”
