
Chapter 5 — Acara Pengungkapan Besar, Dimulai
Keesokan
harinya sepulang sekolag. Di
ruang OSIS, selain anggota OSIS, ada juga Takeshi, Hikaru, Sayaka, dan Nonoa.
Singkatnya, semua anggota yang ikut serta dalam pesta ulang tahun Alisa
berkumpul di sana.
Masachika,
yang berdiri di posisi yang bisa melihat meja panjang, mengarahkan pandangannya
ke setiap orang yang berkumpul secara bergiliran.
Dengan
ekspresi campuran antara rasa penasaran
dan kekhawatiran, Touya
bertanya-tanya apa yang akan terjadi di tempat duduk ulang tahun yang biasa. Di
posisi tetapnya, Chisaki mengamati keempat tamu, terutama Nonoa, dengan tatapan
seolah sedang menilai. Maria, yang dengan santai membagikan teh kepada semua
orang, tampak sama seperti biasanya. Takeshi duduk dengan gelisah di kursi Alisa.
Hikaru duduk di kursi Masachika dengan tampak tidak nyaman. Sementara Sayaka yang di kursi Yuki, duduk dengan
tenang dan tegak. Nonoa, di kursi Ayano, bersandar dengan santai.
Setelah
memastikan semuanya dan
memberi isyarat kepada Yuki serta Alisa yang berdiri di sampingnya, Masachika memulai pembicaraan.
Sementara itu, Ayano berdiri di dekat dinding dan tidak terlibat.
“Umm , terima kasih semuanya sudah meluangkan waktu di tengah kesibukan
kalian untuk datang ke sini hari ini.”
“Tidak,
jangan lupa berterima
kasih padaku juga.”
“Baiklah,
setelah menerima komentar bagus dari Takeshi, aku akan langsung ke intinya. Alasan kalian semua berkumpul di sini ialah untuk...”
Masachika lalu melirik ke arah Alisa di sebelah
kanannya dan melanjutkan,
“Untuk
menjelaskan lebih lanjut tentang kejadian ketika Alya meninggalkan pesta ulang tahunnya baru-baru ini, serta rahasia
antara aku dan Yuki.”
“Rahasia...?”
Chisaki
terlihat curiga, sementara Nonoa mengangkat alisnya
seolah menyadari sesuatu, dan Maria serta Sayaka menatap Masachika dengan tenang. Sementara itu, tiga pria lainnya menatap
dengan penuh pertanyaan, Masachika mengumpulkan keberanian untuk
berbicara──
“Sebenarnya──"”
“Sebenarnya
kami adalah kakak beradik kandung
yang memiliki orang tua yang sama~♡”
“Kufuh.”
Yuki
mengumumkan sambil memeluk lengan Masachika, menutupi kata-kata saudaranya.
Segera setelah itu, terdengar suara aneh.
““““““....…”””””””””
Baik
pihak yang menjatuhkan 'bom' maupun yang menerimanya, semua mengalihkan
pandangan mereka ke sumber suara aneh itu──Sayaka.
Saat melihatnya, Sayaka menutup mulutnya dengan tangan dan menunduk untuk menyembunyikan
ekspresinya.
(…… Apa tadi itu...bersin?)
Begitu Masachika
menduga, dia bertukar pandang dengan Yuki yang memeluk lengannya, dan mereka
secara bersamaan menengok ke samping.
“Kufuh,
sangat berharga.”
Kemudian
suara aneh itu muncul lagi. Saat mereka menoleh tanpa berkata-kata, Sayaka yang menunduk terlihat
bergetar, tetapi matanya yang tajam menatap mereka. Menakutkan, sangat
menakutkan.
“U-Ummm. Huh? Eh, kakak
beradik? Kalian berdua kakak
beradik!?”
Namun,
saat itu, Hikaru yang cepat memahami informasi itu mengeluarkan suara terkejut,
membuat yang lainnya juga berbalik ke arah Masachika dan Yuki dengan terkejut.
Dan, yang pertama kali berdiri adalah Takeshi, menunjukkan kekagetannnya.
“Ka-Kalian,
eh, kalian sebenarnya bukan
teman masa kecil, melainkan saudara kandung!?”
Dengan
semangat yang berlebihan, Takeshi bahkan
menyebut Yuki sebagai “kalian” mencondongkan tubuh ke
depan untuk menghadapi Masachika.
“Ap-Apa
maksudnya itu?”
“Saudara
kandung...? Eh, tapi
nama belakangnya berbeda? Ah, itu bisa terjadi jika orang tuanya bercerai...”
Karena
Hikaru dan Takeshi menunjukkan reaksi yang besar terlebih dahulu, atau mungkin
karena ketenangan orang yang lebih tua, Touya
dan Chisaki tampak lebih tenang saat mengungkapkan pertanyaan mereka. Sementara
itu, Takeshi masih terlihat bingung, memegang kepalanya dan berbicara dengan
cepat.
“Sa-Saudara kandung? Eh,
jadi maksudnya berarti... huh? Ini bukan bercandaan, ‘kan?
Mengesampingkan Masachika, aku yakin kalau
Suou-san takkan
membuat lelucon seperti itu... Maksudku, kenapa kalian menyebut diri kalian
teman masa kecil? Hah? Kamu pernah
bilang teman masa kecil, kan?”
“Tenanglah dulu, Takeshi. Aku akan menjelaskan
dengan baik. Pertama-tama, duduklah dulu.”
“Huh?
Siapa yang lebih tua? Atau kalian
kembar? Tidak, itu tidak mungkin. Kalian tidak mirip sama sekali...”
“Oke,
aku mengerti.”
Dengan
susah payah menenangkan Takeshi yang terus bertanya, Masachika melanjutkan
penjelasan──
“Oi, mau sampai kapan kamu akan terus menempel padaku?”
“Iyann♡”
Masachika
mengabaikan Yuki yang memeluk lengannya dan bersuara dramatis, lalu ia
membersihkan tenggorokannya.
“Jadi,
pertama-tama, akulah kakaknya
dan dia adalah adik perempuanku.
Singkatnya.... aku
meninggalkan keluarga Suou ketika masih kecil... secara
praktis aku diusir, dan di rumah Suou,
aku diperlakukan
seolah-olah tidak ada.”
“Tidak
ada...?”
Takeshi
tertegun saat mengucapkan itu, sementara Hikaru dan Chisaki mengernyitkan dahi,
dan Touya serta Maria mengangkat alis
mereka. Tanpa memperhatikan reaksi tersebut, Masachika melanjutkan.
“Oleh
karena itu, secara resmi aku dan Yuki hanyalah
orang asing... dan kami menyebut diri sebagai teman masa kecil karena alasan
itu. Meskipun keadaan keluarga memaksa kami, aku merasa sangat menyesal telah
menipu kalian semua.”
“Dari
pihakku juga, aku ingin meminta maaf."
Setelah Masachika,
Yuki, dan Ayano menundukkan kepala, Takeshi dan Hikaru segera bersuara.
“Ah,
tidak, jika memang begitu, rasanya tidak bisa disalahkan? Ya, tidak
bisa disalahkan, ‘kan?
Jadi, kalian tidak perlu minta maaf? Tapi...”
“Itu
masalah orang dewasa, kan? Jadi, ya, mungkin tidak bisa disalahkan, ya?”
Meskipun
mereka belum sepenuhnya memahami, kedua orang itu berbicara seolah-olah tidak
peduli. Touya dan
Chisaki juga setuju dengan wajah serius.
“Benar.
Jika itu masalah keluarga... tapi tunggu, kakak
beradik? Kakak beradik...”
“Ya...
lalu, mengapa kalian mengungkapkannya sekarang?”
Masachika
mengangkat kepalanya untuk menjawab
pertanyaan Chisaki.
“Yah,
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
aku sebenarnya tidak berhubungan dengan keluarga Suou selama bertahun-tahun... tetapi
pada pesta ulang tahun Alya
baru-baru ini, Yuki terkena flu, dan aku bingung apakah harus menjenguknya atau
tidak, lalu Alya menarik
tanganku. Oh, aku sudah
memberitahu Alya bahwa Yuki adalah adikku saat itu.”
“Ah,
jadi begitu rupanya~. Dan
karena kamu sudah memberitahu Alya-chan,
jadi kamu ingin memberi tahu anggota
ini juga?”
“Ya,
kurang lebih begitu.... Jadi, Alya
mendorongku untuk berani, dan aku yang membuatku meninggalkan pesta di tengah
jalan...”
“Yah, aku tidak terlalu memikirkan
itu, jadi kalian juga tidak perlu khawatir. Tapi, jadi, alasan itulah...”
Saat Touya menyilangkan lengan dan
menggerutu, yang lainnya menunjukkan sikap setuju... Chisaki tiba-tiba menoleh
ke arah Maria.
“Ngomong-ngomong,
Masha, sepertinya kamu tidak terlalu terkejut dari tadi, apa kamu mungkin sudah
mengetahuinya?”
Sambil
bertanya begitu, Chisaki
mengarahkan tatapan yang mengandung dugaan “Apa
dia mendengarnya dari Alya-chan sebelumnya?” kepada Alisa. Namun, Alisa tidak
tahu apa-apa, jadi dia menggelengkan kepala ke kiri dan kanan, memberikan
tatapan curiga dan bingung kepada kakaknya. Touya
dan Yuki pun ikut menatap Maria dengan penuh pertanyaan... di tengah-tengah
itu, Masachika merasakan darahnya mengalir deras dengan cepat.
(Sialan! Aku terlalu fokus menjelaskan
situasinya sehingga
hal ini benar-benar terlupakan! Begitu, Masha-san tahu tentang ini!)
Selain
itu, Maria mengetahui hubungan kakak beradik
antara Masachika dan Yuki karena mereka berdua sudah saling kenal sejak kecil.
Jika dibiarkan, hubungan mereka bisa terungkap satu per satu... Masachika
merasa panik, tetapi Maria terlihat tenang dan berkata dengan senyuman lembut
seperti biasanya.
“Hmm~~
entah bagaimana aku sudah menebaknya? Saat aku melihat Kuze-kun dan Yuki-chan, rasanya
mereka seperti kakak beradik.
Ada suasana seperti itu.”
“Eh,
suasana seperti apa?”
“Hmm,
ya~~... mereka sangat saling memahami dan saling percaya satu sama lain, tapi tidak ada suasana
seperti pasangan kekasih? Justru lebih mirip keluarga. Dan, jika dilihat lebih
dekat, matanya sangat mirip, mungkin mereka benar-benar keluarga~.”
“Alasan
gila macam apa itu.....Tapi,
jika dilihat lebih dekat, sepertinya
matanya memang mirip....”
Chisaki
menunjukkan ekspresi terkejut, tetapi karena Maria sering mengucapkan hal-hal
aneh, dia tidak tampak meragukan pernyataannya.
“Eh,
mirip? Memangnya mirip ya?”
“Kalau
dipikir-pikir... mungkin mirip?”
“Hmm...?”
Para pria
yang bergantian melihat Masachika dan Yuki juga berkata,
“Bagaimana
kamu bisa menyadarinya dari situ...?”
“Aku
tidak menyangka bisa menebaknya
dari suasana...”
Alisa dan
Yuki tampaknya memiliki perasaan yang sama, dan Masachika merasa lega di dalam
hatinya... namun.
“Jadi,
Kuzecchi juga
mengetahui kalau Maririn-senpai
menyadari hal ini?”
Masachika
tersentak sejenak mendengar konfirmasi
tiba-tiba dan tak terduga yang berupa
sebuah pertanyaan.
“Eh...
benarkah?”
Tatapan
penuh kecurigaan dari Alisa di sebelah kanan membuat Masachika merasa tidak
nyaman. Yuki dan Sayaka juga mengarahkan tatapan serupa. Sambil merasakan semua
tatapan tersebut dengan jelas, Masachika
membalas tatapan Nonoa yang menatapnya dengan tajam dan berpikir dengan
cepat.
(Mengapa
ini bisa terbongkar──
tidak, mungkin karena aku tidak bereaksi terhadap pernyataan Masha-san? Sial, aku terlalu
ceroboh! Aku benar-benar bodoh! Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus berpura-pura tidak tahu?
Tidak, pada saat aku tidak bisa bereaksi dengan cepat, sama saja itu
berarti aku punya sesuatu untuk disembunyikan──)
Masachika
menggertakkan gigi gerahamnya dan terpaksa
mengangguk.
“Ah,
sebelumnya aku pernah sempat
ditanya 'Kalian berdua itu keluarga, ya?'...
karena dia bertanya
dengan begitu santai, aku tidak bisa
mengelak... yah, sama seperti yang
kamu lakukan tadi.”
“Ah~
begitu ya~.”
Nonoa
mengangguk seolah-olah mengerti, lalu menatap Masachika dengan mata malas.
“Lah,
jadi kamu tetap tidak
memberitahu Alissa meskipun sudah ketahuan? Kupikir kamu sudah memberitahunya begitu Sayaka dan aku
tahu."
“Eh,
kalian berdua juga tahu?”
“Ya.
Yah~ kalau aku sih sudah pernah
bertemu Kuzecchi
sebelumnya. Saat ia masih menggunakan nama keluarga Suou. Sayaka mengetahuinya dariku.”
“Seriusan....?”
Mendengar
penjelasan Nonoa, Takeshi
mengangguk penuh pengertian tetapi
tampak tidak puas. Masachika menyadari
kekesalan
Takeshi karena Nonoa dan Sayaka lebih dulu mengetahui
fakta itu dibandingkan dirinya dan Hikaru yang
sudah lama dengannya. Apalagi, di sampingnya, ada seorang
gadis yang lebih jelas
menunjukkan ketidakpuasannya.
【Apa
maksudnya itu?】
Masachika
tidak perlu memahami bahasa Rusia untuk merasakan ketidakpuasan yang kuat dari Alisa karena kakaknya mengetahui rahasia Masachika
lebih dulu daripada dirinya.
Merasakan hal itu, Masachika
mencari alasan kepada Takeshi......yang sebenarnya ditujukan kepada Alisa.
“Aku
cuma mau bilang begini... aku
hanya mengungkapkannya kepada Alya pertama kali, oke? Nonoa sudah tahu secara
normal, dan Masha-san tahu
dengan cara misterius, jadi aku terpaksa mengakuinya...
sebenarnya, aku hampir melupakannya
bahwa Masha-san mengetahuinya.”
“Kakek
melarang Onii-sama membicarakan hubungan kita berdua...... meskipun begitu, aku
terkejut karena sampai dua
kali terbongkar. Sepertinya, meskipun kami berusaha menyembunyikannya, kasih sayang persaudaraan kami
tidak bisa disembunyikan. Iya ‘kan,
Onii-sama?”
Sambil
meletakkan tangannya di pipi, Yuki mengatakan ini dengan ekspresi khawatir di
wajahnya, lalu sekali lagi memeluk lengan Masachika dan mencondongkan tubuhnya
lebih dekat.
“Hmm!”
“Baiklah~~ Sayacchi, tenanglah dulu ya~.
Ah, jangan khawatir~ dia hanya penggemar berat.”
Tiba-tiba,
semua orang menoleh kembali karena suara aneh yang muncul lagi, tapi Nonoa berkata demikian sambil mengangkat
tangannya untuk menyembunyikan wajah Sayaka, mereka
mengembalikan pandangan sambil mengerutkan kening, “Penggemar berat...?” Melihat Yuki yang bersandar di
bahu Masachika, Chisaki bertanya seraya tersenyum
canggung.
“Yuki-chan...
bukannya ada yang aneh dengan karaktermu? Eh, Yuki-chan terhadap Kuze-kun—apa kamu biasa bertingkah begitu dengan Onii-chanmu?”
“Ya,
sebenarnya begitu. Karena aku
sangat menyukai Onii-sama.”
“H-Hee~ begitu ya...”
Yuki
mengungkapkan perasaannya sebagai brocon dengan
senyuman luar biasa, membuat Chisaki sedikit tertawa canggung. Sementara itu, Alisa
melihat Chisaki dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, seolah-olah berkata, “Aslinya tidak seperti ini...” tapi tidak ada yang
menyadarinya.
“Eh,
bagaimana bilangnya ya...”
“Ha,
hahaha...”
Hikaru
menggaruk pipinya sambil tersenyum tipis, merasa
bingung tentang bagaimana harus bereaksi. Takeshi juga mengeluarkan tawa kering. Touya mengangguk sambil mengerutkan
kening, melakukan
gerakan misterius.
“Y-Yah,
yah, iya. Karena selama ini sudah
seperti itu, jadi rasanya
tidak perlu dikatakan lagi, tapi tolong jaga sikapmu di sekolah, oke?”
“Tidak,
Ketua. Aku merasa tidak adil jika kita dianggap selalu lengket di luar.”
Masachika
kembali mendorong Yuki menjauh, meskipun ia menyadari
niat adiknya yang sengaja bersikap lengket untuk mengubah suasana yang tidak
nyaman. Sementara itu, Alisa melihat Masachika dengan tatapan yang meragukan
kewarasannya, tetapi sekali lagi, tidak ada yang menyadarinya. Hanya saja, Masachika
secara naluriah merasakannya, jadi ia membersihkan tenggorokannya untuk
mengalihkan perhatian.
“Hmmmm,
pokoknya... semakin banyak orang yang mengetahui bahwa kita adalah kakak beradik kandung, rasanya tidak
adil jika kita terus menyembunyikannya. Aku memutuskan untuk mengungkapkan
keadaan kami karena aku percaya kepada kalian semua, tetapi... tolong jangan sampai membocorkannya ke siapa-siapa. Lagipula, ini menyangkut hal-hal
sensitif tentang keluarga Suou.”
Masachika
dengan tenang menyisipkan kata-kata ‘tidak adil’ dan ‘kepercayaan’ dalam permohonannya, Touya
dan Chisaki mengangguk dengan ekspresi serius.
“Ah,
tenang saja. Aku berjanji akan menyimpan rahasia kalian di dalam hati.”
“Iya,
serahkan saja padaku! Aku akan menjadi saksi!
Jika ada yang membocorkannya, aku akan memberikan hukuman yang setimpal! Oh,
bagaimana jika kita membuat
perjanjian darah?”
“Terima
kasih... tapi, tidak perlu tentang hukuman atau perjanjian darah... kita semua merupakan teman
yang berharga, ‘kan? Aku
menghargainya, tetapi...”
Chisaki
menepuk lengan kanannya yang cukup berotot dengan
tangan kirinya, mengatakan hal yang tampaknya bukan lelucon, membuat Masachika
tertawa canggung. Takeshi dan
Hikaru juga sedikit tertawa canggung sambil mengangguk kepada Masachika.
“Aku
jujur masih belum sepenuhnya bisa mencerna semuanya...
tapi aku tidak akan membicarakannya kepada siapa pun. Karena itu rahasia sahabatku.”
“Ya,
terima kasih sudah memberitahuku. Aku janji tidak akan memberitahu siapa pun.
Jangan khawatir, aku berbeda dengan Takeshi, aku bisa menjaga rahasia.”
“Hei!
Jangan mengatakannya seolah aku ini gampang sekali membocorkan rahasia!?”
“Hmm,
bukan mudah membocorkan, tetapi... rasanya seperti kamu bisa saja keceplosan tak sengaja....”
“Tidak~ tidak, tidak, tidak seperti itu,
‘kan?”
“Kamu
seharusnya menegaskan bagian itu kali.”
Masachika
menanggapi dengan setengah tertawa, dan Chisaki
menggerakkan jari tangan kanannya dengan suara ‘paki-paki’ sambil sedikit menundukkan
kepala.
“Apa
yang akan kita lakukan? Mau aku menanganinya selagi bisa?”
“Sarashina-senpai!? Apa maksudnya menangani?!”
“Setiap
kali kamu mencoba membicarakan hal ini, kamu akan diserang sakit kepala yang
hebat...”
“Bukannya
itu sama saja menanamkan trauma tertentu? Aku tidak akan
membicarakannya bahkan jika kau tidak melakukannya!!”
“Mirip seperti
kutukan yang diberikan kepada seorang pembunuh dalam manga? Sejujurnya, aku cukup tertarik bagaimana cara Senpai melakukannya...”
“Masachika!?
Memangnya kamu tidak peduli jika otak sahabatmu diotak-atik?”
“Bisa
jadi berbagai zat dalam otak akan dilepaskan
dan mungkin terasa cukup menyenangkan?"
“Apa kamu
yakin ingin melihat memperlihatkan ekspresi ahegao-ku?!”
“Sudah
kuduga, sebaiknya
jangan dilakukan, Sarashina-senpai.”
“Yah,
sebenarnya aku takkan mengotak-atik otak, sih...?”
“Hah?”
“Maksudnya,
itulah inti pusatnya.”
“Masha-san,
tolong jangan mendadak mengatakan sesuatu yang aneh.”
Masachika
menoleh dengan serius kepada Maria yang mengangguk-angguk dengan ekspresi penuh pemahaman. Namun, entah mengapa Maria tampak sangat
percaya diri, mengangkat jari telunjuknya dan berkata,
“Jika
Chisaki-chan mengatakan itu, berarti itulah intinya.”
“...Benar
juga, ya?”
“Hehehe,
Kuze-kun mengerti banget.”
Melihat
Maria yang tersenyum puas, Chisaki dan Touya akhirnya menyadari sesuatu.
“Eh,
apa jangan-jangan Masha sedang ngelawak...? kedengarannya terlalu rumit, jadi aku
tidak mengerti...”
“Rumit,
ya?”
Seolah
sudah menebak apa yang sedang terjadi, sementara mereka berdua memiringkan
kepala bingung, Sayaka diam-diam menaikkan kacamatanya, Nonoa bergumam dengan
mata setengah tertutup, “Gawat,” sedangkan Hikaru bergumam, “Tingkat
humor Kujou-senpai...”. Sementara itu, Takeshi melihat ke kanan dan kiri dan
berkata, “Eh, hah, apa maksudnya?" tetapi
tidak ada yang berani menjelaskan. Alisa menutupi dahi dengan tangannya. Yuki mengenakan senyuman tipis yang tidak tergoyahkan. Begitu pula Ayano.
Suasana di dalam ruang OSIS tampaknya berubah menjadi sangat
aneh, tapi Maria sendiri tampak tidak peduli dan
hanya tersenyum lembut.
“Tentu
saja, aku juga akan merahasiakannya~. Aku takkan memberitahu siapa pun bahwa
Kuze-kun dan Yuki-chan adalah saudara kandung.”
“Ah,
ya. Aku sudah bisa mempercayakan rahasia ini kepada Masha-san, jadi aku tidak
khawatir...”
“Begitu,
ya? Hmm, tapi... ah, aku punya ide bagus!”
Tiba-tiba,
seakan-akan baru saja mendapatkan ide cemerlang, Maria menepuk tangan dan
tersenyum.
“Bagaimana
kalau kita semua berbagi
rahasia?....Setiap orang membagikan rahasia mereka, hmmm~benar juga, bagaimana kalau membagikan rahasia yang
sedikit memalukan untuk diceritakan?!
Jika rahasianya bocor, maka rahasia kalian sendiri juga akan terungkap!”
“Tiba-tiba
apa yang kamu bicarakan sih...”
Alisa tampak tercengang dan mencibir kakaknya
yang tiba-tiba ingin memulai acara pengungkapan dengan wajah kebingungan.
Namun, Yuki kemudian
mengangkat tangannya dengan
cepat.
“Onii-sama
selalu menciumku setiap tahun di hari ulang tahunku.”
“Oi!?
Kenapa kamu malah mengungkapkan
rahasiaku?!”
“Masachika,
kun...?”
“Masachika,
kamu...”
“Eh,
seriusan...?”
“Tunggu,
tunggu, tunggu sebentar! Biarkan
aku menjelaskannya!
Meskipun dia bilang
ciuman, maksudnya cuma di pipi atau dahi, dan
sebenarnya dialah sendiri yang
meminta itu sejak awal!”
Dalam
sekejap, Masachika dikelilingi oleh tatapan terkejut dan buru-buru memberikan
penjelasan.
“Entah
mungkin dia terinspirasi oleh film Amerika atau semacamnya,
tapi dia sendiri yang bilang untuk menunjukkan
cinta dengan kata-kata dan tindakan pada hari ulang tahun, sehingga ciuman
menjadi kebiasaan! Serius!”
“Jadi
itu berarti... eh, Suou juga melakukannya?
Pada Kuze?”
“Sebenarnya, iya...”
Entah
kenapa, Yuki menempatkan tangan di pipi dan mengalihkan pandangannya seolah-olah merasa malu. Masachika menatapnya
dengan tatapan “apa-apaan sih yang dilakukan gadis tengil ini?” dan orang-orang di sekitarnya
juga menatapnya dengan sedikit sungkan.
Di tengah suasana itu,
“Kak...
hakwaaa!”
“Eh,
Sayaka-san!?”
Ada seorang
penggemar yang sangat bersemangat berusaha menutup
hidungnya dan ada darah
menetes dari tangannya.
Usai
mendengar suara terkejut Hikaru, Chisaki menyadari keadaan dan segera berdiri.
“Tunggu,
apa kamu
baik-baik saja!?"
“Ah,
dia baik-baik saja~. Ayo, Sayacchi, tutup hidungmu ya~.”
Sayaka
meneteskan darah ke atas meja dengan ekspresis sedikit linglung,
dan Nonoa membantunya seperti seorang ibu yang membantu anak kecil. Kemudian,
dia menoleh ke arah Chisaki
dan berkata,
“Seperti
yang Senpai lihat, Sayacchi adalah penggemar berat Kuzecchi dan Yukkki. Melihat kedekatan mereka
membuatnya sangat bersemangat.”
“H-Hee,
begitu ya...”
“Eh,
Sayaka-san, kamu tipe orang yang begitu?”
“Aku
tidak pernah mengetahuinya...”
“Sayaka-san...?”
Bukan
hanya Chisaki saja, tetapi
juga Takeshi, Hikaru, dan Alisa melihat Sayaka
dengan campuran rasa terkejut sekaligus keheranan
setelah mendengar penjelasan Nonoa. Saat itu, Nonoa
menambahkan dengan santai,
“Ngomong-ngomong,
aku pernah sekali pergi ke
sekolah tanpa mengenakan bra dan
celana dalam saat SMP.”
“Itu
benar-benar memalukan!”
Pernyataan
mengejutkan yang sedikit lebih ekstrem dari perilaku aneh Sayaka menarik
perhatian semua orang kepada Nonoa. Namun, Nonoa melanjutkan tanpa terlihat
malu.
“Mungkin karena aku terpengaruh oleh tren kesehatan
tanpa bra yang sedang populer di luar negeri~?
Kurasa itu karena pengaruh dari yang aku lihat.
Tapi, aku merasa tidak nyaman karena putingku terus
bergesekan dengan seragamku,
jadi aku berhenti dalam sehari.”
““““““......””””””
Karena certinya begitu blak-blakkan sehingga
bahkan Masachika pun... atau lebih tepatnya, tidak ada orang yang bisa memberi tanggapan, dan
ruangan OSIS kembali terdiam. Dengan demikian,
suasana benar-benar mengarah ke acara pengungkapan rahasia, dan mereka yang
belum berbagi rahasia saling bertukar tatapan bingung dan cemas.
(Sebenarnya,
dia sengaja mengungkapkan pertama kali untuk menciptakan suasana ini, ya...)
Di sebelah Masachika, Yuki tersenyum
dengan wajah tak bersalah. Saat dirinya
membayangkan senyum hitam di balik ekspresinya, muncul pengungkap
berikutnya.
“Um,
baiklah, ah, oke kalau begitu!”
Dengan terlihat terburu-buru, Chisaki mengangkat tangannya seolah didesak sesuatu. Semua mata tertuju padanya, dan dia mulai berbicara malu-malu sambil memainkan jari-jarinya.
“Jadi,
begini… yah, sebenarnya
ini setengah lelucon sih… di akademi ini, banyak orang
yang berbicara dengan ungkapan yang sopan, ‘kan?
Saat aku baru masuk SMP, aku tidak begitu memahaminya…
Jadi, ketika seorang anak laki-laki di kelas bilang ‘aku akan memburu burung
merak’… ya....”
Setelah
menelan ludahnya, Chisaki
mengalihkan pandangannya dan melanjutkan dengan bahu yang sedikit
membungkuk.
“‘Eh,
aku mau melihatnya’ dan aku
mengikutinya….”
“Wah.”
“Lalu,
apa yang terjadi setelah itu? Chisaki.”
“Tidak,
ia kemudian memberitahuku di tengah jalan, ‘Aku
mau ke toilet, loh?’!
Jadi, aku tidak benar-benar mengikuti sampai ke toilet!”
Melihat
Chsisaki tersipu malu dan menjelaskan kepada kekasihnya,
suasana yang sebelumnya tegang karena cerita Nonoa
sedikit mencair. Sepertinya Touya ingin
mengambil kesempatan itu, atau mungkin ingin mengikuti jejak pacarnya… Ia kemudian membersihkan tenggorokannya dan
mengangkat suaranya.
“Ya,
kalau sudah bicara tentang rahasia memalukan… setiap kali pulang ke rumah, aku selalu mencuci kakiku… terutama di musim panas, pada
hari-hari ketika banyak berkeringat, ‘kan?
Yah… terkadang, aku mencium bau
kaus kaki yang sudah aku lepas.”
“Eh…”
“Eh,
kenapa…?”
“Tidak,
mengesampingkan reaksi adik Kujou, tetapi
reaksi Chisaki membuatku sedikit terluka…”
Mungkin Touya mengharapkan reaksi seperti “Eh,
apa-apaan itu?”
untuk ditertawakan, tetapi saat kekasihnya bertanya dengan serius, dirinya sedikit
kecewa. Namun, saat itu, Takeshi tiba-tiba mengangkat tangan dan
berdiri.
“Tidak!
Ketua! Sejujurnya, aku mengerti sedikit perasaanmu!”
“Eh…”
“Eh, oh, kamu
mengerti, ya, Maruyama.”
“Ya!
Kadang-kadang, meskipun kita tahu baunya tidak sedap, kita tetap menciumnya, ‘kan!
Setelah latihan, aku juga mencium bau bajuku, dan berpikir, ‘Kalau baunya
sekotor ini, berarti aku sudah berusaha keras!’”
“Eh…”
“Kamu kelihatannya ngerasa jijik banget ya, Alya~”
Masachika hanya tersenyum getir melihat Alisa yang kelihatannya merasa jijik dan
mengerutkan kening. Namun, di sisi lain, Touya
justru berdiri dengan semangat sambil mengangguk dengan kuat.
“Jadi kamu memahaminya ya, Maruyama!
Kemeja yang basah kuyup karena
keringat merupakan bukti
bahwa kita telah berusaha keras!”
“Ya! Betul!”
“Ah, jadi
begitu rupanya~? Jika itu maksudnya… tapi, kaus
kaki…?”
Melirik
mereka berdua saat persahabatan yang hangat (menyakitkan) mulai bersemi,
Chisaki memberikan respons ambigu yang tampak meyakinkan sekaligus tidak.
“Kalau
begitu… ya.”
Di saat
itu, Hikaru dengan ragu mengangkat tangan,
menundukkan pandangannya dengan malu dan berkata.
“Sebenarnya,
kamu tahu… Anime
Minggu pagi yang biasanya untuk anak
perempuan itu... yang bertema gadis penyihir, aku menontonnya sampai kelas 6 SD…”
“Eh, itu
benar-benar mengejutkan.”
“Aku
tidak tahu…”
“Tidak,
itu mengalir dari anime yang ditayangkan sebelumnya, jadi ya…”
Masachika
dan Takeshi menatap Hikaru dengan penuh perhatian
saat mendengar pengakuan tak terduga dari sahabat mereka. Tapi kemudian Chisaki
mengangkat suaranya.
“Kalau
begitu, aku juga melihatnya! Meskipun terlihat seperti gadis penyihir, tetapi lucunya
dia menyelesaikan segala sesuatunya dengan semangat dan tinju!”
“Oh,
ya. Pada dasarnya, rasanya
seperti persahabatan yang penuh semangat dan kemenangan, dan ceritanya terasa
seperti manga shounen, meskipun karakternya adalah gadis.”
“Ini
lagi-lagi sebuah kesamaan yang tak terduga...”
“Itu
sih guhaaa.....”
“Iya,
iya, mari tenangkan dirimu dulu ya, Sayacchi.
Jangan terlalu bersemangat~”
Mungkin
karena dia hampir melupakan bahwa dia adalah otaku tersembunyi, Sayaka jadi terbawa suasana yang menyebabkan hidungnya kembali
mimisan dan Nonoa
berusaha menghentikannya. Saat Masachika melihatnya
dengan tatapan “Apa sih yang kamu lakukan...”, Maria
membuka mulutnya.
“Kalau
begitu, aku ya~. Hmm, ini sangat
memalukan, tapi...”
Dia
sedikit menundukkan wajahnya dan menekan pipinya dengan kedua tangan. Suasananya menunjukkan seolah-olah ada rahasia
besar yang akan terungkap, dan semua perhatian tertuju padanya... Maria
tersenyum malu sambil berkata.
“Sebenarnya,
aku selalu berpikir bahwa air laut yang asin itu karena keringat ikan~”
““...Hah?””
Suara tanggapan Masachika dan Chisaki berbunyi bersamaan. Lalu mereka saling
memandang, dan Chisaki bertanya pada Maria.
“Apa
maksudnya?”
“Eh~~?
Sudah kubilang, kupikir air laut yang
asin itu karena keringat ikan yang mengalir ke dalamnya.”
“…Kalau loginya begitu, air sungai juga harusnya
air asin dong.”
“Kalau itu
sih, sungai tuh airnya mengalir, bukan?”
“Ya?”
“Sama seperti shower? Karena keringatnya
mengalir, jadi air sungai itu air tawar.”
“…Oh,
begitu ya.”
“Tidak, kamu seharusnya tidak boleh setuju di bagian itu, Chisaki.”
Chisaki
yang entah bagaimana terpengaruh menjadi setuju, dan Touya memberikan komentar,
sambil tersenyum canggung.
“Kalau kita mengikuti logika Kakak Kujou, keringat ikan di hulu akan
mengalir bersama air, jadi semakin ke hilir, seharusnya semakin asin, ‘kan?”
“Oh,
iya. Begitu... yah, itu
masuk akal, ‘kan?”
Chisaki
sedikit menunjukkan persetujuan, dan Touya melanjutkan.
“Pertama-tama,
ikan tidak berkeringat... tidak, iya ‘kan?”
Namun, di
situ Touya sendiri juga mengernyitkan dahi. Masachika yang juga menghadapi
pertanyaan yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya, mengerutkan alisnya dan
mengangguk hati-hati.
“Kurasa
tidak... mereka tidak memiliki kelenjar keringat. Dan mereka tidak mengatur
suhu tubuh, ‘kan?”
“Eh?
Tapi kalau begitu, mengapa air laut bisa menjadi
asin?”
Namun,
tidak ada yang bisa langsung menjawab pertanyaan Takeshi, dan keheningan pun menyelimuti.
Setelah sedikit terdiam, Masachika kembali membuka mulutnya dengan
hati-hati.
“...Itu
mungkin karena mineral yang terkandung dalam tanah larut ke dalamnya?”
“Maksudnya
dari dasar laut?”
“Eh~?
Tidak, sepertinya ada tekanan air di dasar laut... Atau mungkin dari sungai,
yang melewati pegunungan atau semacamnya?”
“Kalau gitu,
berarti air sungai juga seharusnya asin, ‘kan?”
“Begitu...
eh, tunggu?”
Masachika
kembali terdiam, sementara Maria tersenyum lebar dan berkata.
“Jawaban Kuze-kun benar~! Dan Maruyama-kun
juga benar. Mineral yang mengalir dari gunung telah terakumulasi selama
bertahun-tahun, sehingga air laut menjadi asin. Ngomong-ngomong, dikatakan bahwa
air sungai juga mengandung sedikit garam, lho?”
““““““Heh~~~~””””””
Mendengar
kebenaran dari sesuatu yang terlalu jelas hingga tidak terpikirkan sebelumnya,
semua orang mengeluarkan suara kagum. Tanpa disadari, acara pengungkapan ini
berubah menjadi sesi informasi trivia...
di situ Maria tertawa dan mengoreksi arah pembicaraan.
“Kalau
begitu, sekarang giliran Alya-chan untuk menceritakan rahasianya.”
“Eh?”
Dalam bentuk
umpan yang mengejutkan adik perempuannya.
“Aku
tidak punya rahasia memalukan, kok...”
Alisa merasa
tersentak ketika mendapati perhatian dari orang-orang di sekelilingnya. Dia berpikir sejenak sambil
mengalihkan pandangannya, tetapi akhirnya menyilangkan
kedua tangannya, mengangkat dagunya, dan dengan percaya diri mengumumkan.
“Aku
selalu berusaha menjalani kehidupan dengan cara yang tidak
memalukan. Jadi, aku tidak punya rahasia memalukan.”
““““Ooh~~~””””
Sebuah
pernyataan yang sulit diucapkan oleh banyak orang membuat Touya, Takeshi, dan Nonoa
mengeluarkan suara kagum. Namun,
“Ah,
begitu ya? Jadi, sewaktu
kamu bilang mau ganti baju di depan Masachika-kun──”
“Nguhmuhhh!!”
Dengan
suara aneh seperti geraman, Alisa dengan cepat menutup mulut Yuki. Dalam
sekejap, Alisa yang tampak sangat panik membuat semua orang terdiam. Dan sepertinya,
dia sudah sedikit
terlambat.
“Berganti...ganti
baju?
Eh, jangan-jangan...?”
Chisaki
dengan cepat mencapai kesimpulan yang benar, dan ekspresi Alisa menjadi kaku.
Di saat itu, Masachika langsung bersuara.
“Ah~
sebenarnya, aku pernah menemani Alya membeli pakaian sebelumnya.
Mungkin yang dimaksud Yuki itu ketika dia melakukan fashion show di hadapanku.”
“Masachika-kun!?”
Alisa yang terkejut menoleh, dan
Masachika segera memberi isyarat. Ia
merasa cemas apakah isyaratnya dimengerti, tapi Alisa setelah berkedip beberapa
kali, mengerutkan alisnya dengan sedikit canggung.
“M-Mouu! Kenapa kamu
harus bilang begitu!"
“Maaf,
aku rasa tidak ada gunanya menyembunyikannya.”
Percakapan
antara keduanya terasa agak tidak alami,
tetapi Chisaki mengangguk sambil sedikit mengerutkan lehernya.
“Ah,
begitu... tapi, memangnya itu sebegitu memalukan?”
“Tidak, tidak, seriusan, dia
sampai bersemangat dan sangat menikmatinya. Kurasa itu cukup memalukan.”
“Eh,
tidak sampai segitunya, ‘kan?”
“Ya,
yah... omong-omong, Alya-chan, sebaiknya kamu melepaskan
Yuki-chan sekarang.”
“Ah,
ya...”
Setelah
Chisaki berbicara, Alisa dengan sedikit waspada melepaskan tangannya dari mulut
Yuki.
“Maafkan
aku, Yuki-san...”
“Tidak
apa-apa, aku juga sedikit kurang terdidik. Mohon maafkan aku.”
Bertentangan
dengan sikap waspada Alisa, Yuki dengan santai meminta maaf. Hal ini membuat
Alisa merasa lega...
“Ngomong-ngomong,
saat latihan musim panas, ada cerita tentang tanpa
b──”
“Uhhnn~~~~~~~!!”
“Maksudnya
mengenai dia yang memakai pakaian tanpa merek!? Selama itu
cocok untuk orangnya, kurasa merek tidak terlalu penting!!"
“I-Iya,
benar!”
“Di
gudang olahraga, ada cerita tentang kemejanya
yang transpa──”
“Uhnnーーーーーー!!”
“Sewaktu
kemejanya tersangkut di tempat aneh dan dia berjuang untuk keluar! Itu memang
lucu untuk dilihat!”
“Eh,
Masachika-kun, bukannya itu
kejam banget!?”
“Hipnosis──"
“Hmmmmmーーーー!!”
“Dia
yang meremehkan hipnosis malah gampang kena hipnosis!!”
Yuki yang
berusaha melemparkan bom cerita satu demi satu, Alisa yang berusaha
menghentikannya dengan sekuat tenaga, dan Masachika yang berusaha melindunginya. Melihat situasi itu, Touya
merasa agak terkejut.
“Uhm,
hmmm, kurasa aku mulai mengerti hubungan antara kalian bertiga...”
“Setidaknya,
aku mengerti bahwa Masachika sudah berusaha
sangat keras.”
“Ya,
mungkin lebih baik tidak menggali lebih dalam dari itu...”
“Alya-chan
terlihat sangat bersemangat~~ nfu nfu♪”
“Eh,
reaksi macam apa itu sebagai kakak perempuannya...? Maksudku, Alya-chan,
apa kamu baik-baik saja dengan kelemahan yang begitu dipegang oleh rivalmu...?”
Sementara
para Senpai dan teman-teman menunjukkan
berbagai reaksi, akhirnya Alisa berteriak dengan nada putus asa.
“Nama
panggilanku di sekolah SD di
Jepang adalah 'Tundra'! Sekarang sudah
cukup, ‘kan!?”
“Sungguh pernyataan
yang tiba-tiba... eh, tapi, ya.”
“Eh,
Masachika-kun, kamu merasa yakin dengan yang tadi!?”
“...Anak-anak
SD kadang-kadang memberikan nama panggilan yang luar biasa.”
“Apa
maksudnya, dasar!”
“Mmmm.”
Entah
karena tidak punya banyak waktu atau alasan lainnya, Alisa melepaskan tangannya
dari mulut Yuki dan menarik pipi Masachika ke kiri dan kanan dengan kedua tangannya.
Tindakan yang sangat kekanak-kanakan itu membuat Touya dan yang lainnya tercengang, sementara Maria semakin
tersenyum lebar.
Setelah
beberapa saat, mungkin menyadari reaksi orang-orang di sekitarnya, Alisa
terlihat terkejut dan berusaha untuk bersikap tenang. Namun, semuanya sudah terlambat. Suasana yang aneh dan canggung
menyelimuti ruang OSIS.
“Umm....
jadi yang terakhir adalah giliran Takeshi, ya?”
“Eh,
aku!?”
Sambil
memegangi pipinya yang baru
saja dicubit Alisa, Masachika
mulai berbicara, membuat Takeshi menunjuk wajahnya dengan
ekspresi terkejut.
“Tapi
aku baru saja berbicara dengan ketua!”
“Itu
hanya ikut-ikutan pengungkapan ketua, jadi tidak dihitung.”
“Jika
begitu, kamu juga...”
“Aku
adalah orang yang mengungkapkan rahasia keluargaku.”
“Ugh...”
Dalam
keadaan yang sepenuhnya lengah, Takeshi diminta untuk mengungkapkan lebih
banyak, dan ekspresi pahit muncul di wajahnya. Saat itu, Chisaki mungkin ingin
mengembalikan suasana, dan dia
menggoda Takeshi dengan suara ceria.
“Maruyama-kun,
berikan pengungkapan yang layak untuk penutup yang meriah!”
“Oh,
benar juga, berikan cerita yang cocok sebagai
penutupan!”
Touya
segera ikut menambahkan, dan
Takeshi yang digoda oleh ketua dan wakil ketua semakin terdesak.
“Eh,
ehh~~?”
Ia
melihat sekeliling seolah meminta bantuan sambil menjerit memilukan, dan
akhirnya berhenti di Sayaka di depannya... Setelah beberapa detik bertemu
pandang dengan Sayaka yang menahan hidungnya dengan saputangan, Takeshi berdiri
dengan ekspresi penuh tekad.
Dengan
tatapan penuh harapan dari sekelilingnya,
Takeshi menarik napas dalam-dalam──
“Sebenarnya,
aku menyukai Sayaka-san!!”
Waktu
seolah terhenti.
Semua
orang terbelalak dengan mata terbuka lebar, dan saputangan Sayaka jatuh...
Setelah beberapa detik, suara Masachika dan Hikaru bersamaan.
““Sekarang bukan waktunya untuk itu kaliii!!””