Roshidere Jilid 10 Chapter 7 Bahasa Indonesia

Chapter 7 — Biar Kuajarkan Bagaimana Melakukan Kejahatan

 

Suara piano menggema di ruang musik pertama. Orang yang bermain adalah Masachika. Para anggota klub musik tiup menyaksikannya dengan ekspresi terkesan. 

Nada yang mengalun kadang-kadang terdengar kuat dan menunjukkan keberanian, kadang-kadang juga terdengar ringan dan halus sesuai permainan jari-jemari Masachika. 

Kemudian, saat Masachika memainkan nada terakhir dan melepaskan kaki dari pedal, gema yang tersisa itu menghilang... Setelah neberapa detik kemudian, tepuk tangan yang meriaj pun bergemuruh memujinya

Hebat! Sangat hebat sekali!

“Asli, aku benar-benar terharu!

Ini luar biasa! Aku ingin mendengarnya selama satu jam lagi!

Setelah pertunjukan selesai, anggota klub musik langsung mengerumuni Masachika. Merasa sedikit tidak nyaman di bawah tatapan penuh kasih sayang dan rasa hormat mereka, Masachika berdiri dan membungkuk. Tepuk tangan kembali menggema, dan ketika suasana tenang... terdengar tepuk tangan yang aneh dengan jeda yang tidak biasa, dan saat melihat ke arah suara itu, ia melihat Elena berjalan perlahan dari belakang anggota klub, tapi tidak ada yang memberi jalan. 

Ah, hei, tunggu, hei~, kenapa kalian bersikap jahat seperti ini sih~! 

Suara protes kekanakan dari ketua klub membuat anggota klub lain tertawa sambil memberi jalan. Kemudian, Elena kembali memperlihatkan ekspresi bangga, mengangguk sambil memberi tepuk tangan berlebihan. 

Bravoo!

Tapi, kenapa kamu malah bersikap seperti master di belakang layar?

“Karena aku yang menemukannya.

Memang benar, sih...

Sepertinya tidak ada lagi yang bisa aku ajarkan padamu.

Terima kasih atas kerja kerasnya.

Aku tidak akan membiarkanmu pergi!?

Saat Masachika membungkuk dan berbalik untuk pergi, Elena meraih lengannya dan menghentikannya. Setelah itu, Elena berhenti bersikap dramatis dan kembali memberi tepuk tangan. 

“Tapi seriusan~, kamu sudah berkembang pesat, itu luar biasa banget loh, Kuze-kun.

Sudah berkembang pesat?..... Memangnya seberapa banyak kamu mendengarkan penampilanku, Elena-senpai? 

“Aku bisa tahu kalau seorang pria sudah berkembang pesat hanya dengan melihatnya!!” 

...Apa kamu sengaja menunggu untuk ditanya begitu?

Eh?

Eh?

Sambil menatap Elena yang terlihat terkejut, Masachika yang curiga sejenak berpikir apa dia sedang mencoba lelucon jorok, lalu terbatuk sedikit canggung. 

Tidak, jika kamu tidak mengerti, tidak apa-apa.

Begitu? Tapi pokoknya, kamu sudah berkembang pesat dan menjadi sensitif... eh, lebih lembut! 

“Jadi kamu mengerti maksudnya!!” 

Elena tertawa terbahak-bahak atas tanggapan Masachika, tapi kemudian seorang anggota klub yang merupakan gadis baik-baik mengajukan pertanyaan sederhana. 

Ketua, apa maksudnya tadi? 

“Ueee!?

Elena terkejut bukan karena cuma mendapat tanggapan, tetapi juga pertanyaan yang menyenggol. Dia melirik sekeliling seolah mencari bantuan, tetapi Masachika dan beberapa anggota laki-laki yang mengerti hanya berpura-pura tidak tahu. 

U-Uugh...

Elena yang dalam keadaan terjepit, berusaha mengalihkan pandangannya dari mata murni gadis bangsawan itu sambil berusaha mengelak dengan gugup. 

Itu sih... ya, mungkin kamu akan mengerti saat berusia delapan belas tahun, ya.

Begitu ya.

Ufufu.

...Eh, tapi kalian berdua belum berusia delapan belas tahun, ‘kan? 

Ketika Souma dan Arai memberikan balasan yang santai, Masachika menatap mereka seakan menyiratkan Kalian serius sampai blak-blakkan begitu? dan Elena kemudian mencoba untuk kembali fokus. 

Pokoknya! ...Kamu sudah banyak berubah. Aku merasa terharu, Kuze-kun. 

...Sebagai referensi, apanya yang berubah dan bagaimana?

“Kalau ditanya apanya sih... mungkin semuanya? 

Itu sih terlalu samar...

Karena jelas banget kualitas suara yang dihasilkan berbeda. Entah bagaimana, rasanya sangat bebas.

Pernyataan yang tiba-tiba dan tajam itu membuat Masachika terkejut sejenak. 

Memang, setelah bermain duet dengan ibunya, perasaan tertekan yang ia rasakan terhadap piano sudah menghilang. Namun, memangnya kelihatan cukup jelas dalam permainannya? Ia melihat sekeliling, tetapi anggota klub musik lainnya hanya memberikan reaksi yang samar. Sepertinya itu memang persepsi unik milik Elena saja

(Seperti yang diharapkan dari ketua klub musik... Atau mungkin dia hanya peka terhadap nuansa emosi orang lain?) 

Saat Masachika diam-diam merenungkan hal ini, Elena kembali bertepuk tangan. 

Baiklah~~ sekarang kita sudah memahami kemampuan Kuze-kun, mari kita mulai berlatih bersama!

““““““Baik!!!”””””””

Dengan demikian, latihan Masachika yang bergabung dengan klub music orkestra secara resmi dimulai.

 

◇◇◇◇

 

Baiklah, terima kasih atas kerja kerasnya. Aku permisi dulu~.

Sesi latihan telah selesai. Tanpa ada alat musik yang perlu dibersihkan, Masachika memberi hormat dan keluar dari ruang musik terlebih dahulu... pada saat itu, ia bertemu tatapan Yushou yang bersandar di dinding koridor dengan ekspresi lesu. 

...Hei, kenapa kamu masih ada di sini? Memangnya kamu ini penguntit? 

Kamu masih kurang ajar seperti biasa... Aku mungkin pernah jadi korban penguntit, tapi aku tidak pernah melakukan hal itu. 

Begitu ya.

Pernyataan narsis yang diucapkan dengan santai semakin membuat Masachika kehilangan minat untuk meladeninya, jadi dirinya berusaha cepat-cepat melewati Yushou. Namun, 

Tunggu sebentar... Aku datang untuk berbicara denganmu hari ini.

...Apa sih?

Yushou dengan santai menghalangi jalan Masachika dengan kakinya yang panjang, melakukan hal yang jarang terlihat bahkan di manga shoujo. Masachika memberikan tatapan dingin ke arahnya. Namun, Yushou tidak peduli dengan reaksi Masachika dan melanjutkan sambil menyisir rambutnya yang plontos

Sebenarnya, baru-baru ini klub musik ringan meminta klub piano kami untuk meninggalkan ruang klub.

Ha? Dari klub musik ringan?”

Masachika menoleh ke arah Yushou dengan tatapan curiga saat ia menyebutkan nama klub tempat teman-teman dekatnya dulu bergabung. 

Kenapa? Bukannya klub musik ringan sudah punya ruang klubnya sendiri?”

Aku juga bilang begitu. Mereka bilang, ruang klub musik ringan terlalu kecil sehingga hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat musik, dan yang terpenting, karena berbagi dengan klub lain, mereka jadi tidak bisa berlatih di sana. 

...Ah, begitu rupanya.

Masachika juga pernah masuk ke ruang klub beberapa kali untuk urusan OSIS, dan memang benar bahwa ruang klub piano cukup luas dan telah dilengkapi dengan peredam suara yang baik. Jika mereka bisa menggunakan ruang itu sebagai ruang klub, mereka bisa berlatih kapan saja tanpa harus menyewa ruang musik... Begitu pikirnya. Namun, meskipun begitu, apa maksudnya klub musik ringan meminta klub piano untuk meninggalkan ruang klub? Masachika berpikir dan segera memahami sebagian besar situasinya. 

Apa klub piano sudah kekurangan anggota selama hampir sebulan?

Ya, begitulah.

Jangan berbicara seolah-olah itu bukan urusanmu. Penyebabnya adalah kamu sendiri.

Di akademi ini, salah satu syarat untuk mendirikan klub adalah memiliki minimal lima anggota. Jika jumlah anggota turun di bawah syarat tersebut, dan tidak dapat mengembalikannya dalam waktu sebulan, klub tersebut akan diturunkan statusnya menjadi kelompok minat. Dalam kasus klub piano, terungkap bahwa Yushou terlibat dalam masalah selama Festival Seireisai, yang menyebabkan banyak anggota keluar dan jumlah anggota turun pada pertengahan Oktober. Jadi, minggu depan merupakan batas waktu sebulan itu. 

“Bukan itu bagian pentingnya.

Kamu tidak seharusnya berkata begitu.

Berisik... Yang membuatku penasaran ialah siapa yang pertama kali mengompori hal ini.

Hah...?

Kemudian, pintu geser ruang musik pertama terbuka, dan anggota klub musik orkestra keluar satu per satu. Mereka melihat Masachika dan Yushou yang sedang berbicara di koridor, dengan sedikit ekspresi bingung, lalu memberi salam perpisahan kepada Masachika. 

Masachika membalas sambil melihat mereka pergi ke ujung koridor... Sambil merapikan pikirannya, ia menatap Yushou dan bertanya. 

...Jadi, maksudmu? Kamu ingin mengatakan bahwa yang mengusulkan pengambilan ruang klub piano adalah Nonoa? 

Kamu memang cepat menangkap maksudku. Ya, begitulah maksudku.

Sebelumnya, Masachika sudah menduga berdasarkan peringatan tentang Nonoa, dan sepertinya dugaannya benar. Yushou mengangguk dengan santai, dan Masachika mengerutkan kening. 

...Apa buktinya?

Instingku. 

Berhentilah bercanda.

Masachika menunjukkan kemarahan yang nyata ketika mendengar dugaan yang tampaknya hanyalah fitnah terhadap Nonoa, seseorang yang diakuinya sebagai teman. Ia menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri sambil menggaruk kepalanya, lalu melirik wajah Yushou. 

Jadi? Apa maksudnya? Kurasa tidak ada yang aneh jika klub musik ringan menginginkan ruang klub piano, dan jika seandainya... jika Nonoa mengusulkan itu sebagai bentuk gangguan padamu, itu tidak ada hubungannya denganku, kan? 

“Kamu tidak sepenuhnya tidak berkaitan sama sekali, tau.

Hah?

Sebenarnya, wakil ketua klub kami sedang berencana untuk mengajukan masalah hal ini kepada pihak OSIS. Jika itu terjadi, kamu juga akan terlibat, kan?

......

Pelaksanaan dan pengelolaan rapat besar siswa adalah tanggung jawab OSIS. Jika itu yang terjadi, memang ada kemungkinan besar Masachika yang sebagai anggota OSIS akan dilibatkan. Namun, karena terlibat sebagai pengamat dalam pengelolaan, masalah itu masih tetap terasa seperti urusan orang lain bagi Masachika. 

...Jadi? Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?

Tidak ada yang khusus? Aku cuma ingin memberitahumu bahwa temanmu itu, Miyamae, sedang berusaha melibatkan OSIS dalam sesuatu. 

Tapi, wakil ketua klubmu sendiri yang berusaha mengadakan rapat besar siswa, kan? Kalau memang begitu, Nonoa tidak ada hubungannya.

Entahlah... tapi gagasan mengadakan rapat besar siswa itu sendiri terasa seperti ada jebakan yang terselubung.

“Imajinasimu terlalu liar. 

Masachika menatapnya dengan dingin ketika mendengar pernyataan Yushou yang semakin tidak berdasar. Namun, Yushou terus berbicara tanpa memperhatikan reaksi Masachika. 

Imajinasi? Tidak, bukan begitu. Sebenarnya, rapat besar siswa ini— 

Yushou-san... Apa kamu tidak pergi ke klub piano dan malah membolos lagi? 

Pada saat itu, sebuah suara dingin terdengar dari seberang lorong, dan Yushou berbalik dengan panik. 

Su-Sumire-neesan...

Masachika juga menoleh ke arah suara itu dan melihat Sumire, yang tampaknya sedang berpatroli sebagai anggota komite kedisiplinan, mendekati Yushou dengan tatapan tajam. 

Salam sejahtera, Kuze-san.

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Sumire-senpai. 

Intensitas yang dipancarkannya membuat Masachika berhenti memanggilnya Violet-senpai untuk skali ini. Setelah balas mengangguk, Sumire kembali menatap Yushou dengan tatapan tajam. 

Yushou-san? Bukannya belakangan ini klub piano sedang dalam masalah? Mengapa sebagai ketua, kamu malah menghabiskan waktu di sini?

...Tidak, bukan berarti aku membolos atau semacamnya.

“Jika kamu tidak melakukan kegiatan klub dan malah mengobrol di koridor, bukannya itu sama saja dengan membolos?

Sumire memotong alasan Yushou dengan tegas dan mencengkeram telinga Yushou dengan kuat. 

“Cepat ikut ke sini. Jika kamu begitu tidak ada kerjaan, aku akan membiarkanmu membantu pekerjaan komite kedisiplinan. 

Ahh, aduh, aduh, sakit! Sakit sekali, Sumire-neesan! 

Kalau begitu, Kuze-san, aku akan membawa Yushou-san, tidak masalah, ‘kan?

Silakan saja.

“Aduduh, telingaku bisa putus!

Telingamu tidak bakalan putus hanya dengan ini.

Yushou dibawa pergi dengan posisi dijewer yang tampak seperti dari komik lama. Sambil melambaikan tangannya ke arah mereka, Masachika bergumam pelan. 

Kenapa ia malah terlihat sedikit senang?

Entah kenapa, sepertinya hanya ada satu alasan untuk itu. Namun, Masachika tidak ingin mengatakan hal tersebut, jadi ia mengangkat bahu dan kembali berpikir. 

(Apa Nonoa menghasut klub musik ringan untuk merebut ruang klub piano dan mengaturnya agar dibawa ke rapat besar siswa? ...Yah, jika dia yang melakukannya, mungkin dia akan benar-benar memaksa klub piano dan melakukan sesuatu yang dianggap menghiburnya, sih...) 

Setelah memikirkannya sampai sejauhitu, Masachika merasa sedikit menyesal jika itu dianggap tidak sopan terhadap temannya

(Sebenarnya, sebelumnya Yushou juga memberi peringatan tentang Nonoa dan aku salah paham sepenuhnya...)

Kejadian tersebut masih segar dalam ingatannya saat Alisa pergi ke ruang UKS bersama Nonoa, dan Masachika mengira Nonoa akan melakukan sesuatu padanya, padahal dia hanya menemani Alisa. Dengan adanya contoh tersebut, Masachika tidak bisa mempercayai kata-kata Yushou dengan serius. 

(Yah, pada upacara penutupan semester dan festival sekolah, aku dan Nonoa dianggap sebagai orang-orang dari pihak Alya, kan? Jika Nonoa melakukan kejahatan besar dan hal itu terungkap, itu bisa mempengaruhi reputasiku dan Alya... api kurasa dia tidak akan meninggalkan bukti yang mengungkap perbuatan jahatnya.) 

Faktanya, baik Masachika dan Yuki tidak pernah berhasil mendapatkan bukti tentang aktivitas gelap yang diduga dilakukan oleh Nonoa. 

Sejauh ini, dugaan bahwa Nonoa merencanakan sesuatu hampir sepenuhnya merupakan khayalan Yushou. Jika dia memang merencanakan sesuatu, perselisihan antara klub piano dan klub musik ringan bukanlah urusan Masachika sebagai pihak luar. 

(Atau, mungkin menanamkan benih keraguan tentang Nonoa inilah rencana jahat Yushou?)

Justru jika dipikirkan dengan tenang, kemungkinan tersebut terasa lebih tinggi. Lalu untuk apa itu dirinya melakukan itu ... ketika Masachika mulai berpikir ke arah itu, ia memutuskan untuk menghentikan dugaannya. 

(Sudahlah, memikirkan hal itu hanya akan membuang-buang waktu. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, aku bisa waspada.)

Dengan pemikiran itu, Masachika berusaha melupakan pembicaraan Yushou dari pikirannya dan melanjutkan langkahnya untuk pulang.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, di dalam ruang kelas kosong, Nonoa, yang baru saja disebut-sebut, dan Ayano, yang baru saja menyelesaikan tugas OSIS-nya, sedang duduk berhadapan. 

…Jadi begitulah, jika Alisa-san berhasil terpilih, Masachika-sama bisa kembali ke rumah Suou… 

“Hmm~~, bukannya itu bagus untukmu.

Nonoa bergumam demikian setelah Ayano, yang meneleponnya tadi malam melalui ponsel pintarnya, memberi tahu keputusan Gensei. Kemudian dia mengangkat salah satu alisnya dan bertanya dengan lugas seperti biasanya. 

Jadi? Apa yang akan kamu lakukan, Ayanono? Aku sudah mendengar sebelumnya kalau kamu ingin Kuzecchi kembali ke rumah keluarga Suou. Demi mewujudkan itu, sepertinya lebih baik jika kamu bekerja sama dengan Alissa dan Kuzecchi, kan?

Aku adalah pasangan dan pelayannya Yuki-sama. Aku akan memikirkan Yuki-sama terlebih dahulu dan bertindak untuknya. 

Dia mungkin sudah memikirkan hal itu dan mencapai kesimpulannya sendiri. Tanpa ragu, Ayano menjawab pertanyaan Nonoa yang lebih mendalam. 

“Hmm~.

Seperti biasa, Ayano mempertahankan ekspresi datar yang tenang, sementara Nonoa mengeluarkan suara yang tidak bersemangat seperti biasanya... 

Beneran cuma itu saja? 

Dia menyela dengan tenang. 

?

Ayano sedikit memiringkan kepalanya, menunjukkan kebingungan. Nonoa bertanya dengan tenang. 

Sejujurnya, kamu cuma tidak menyukainya, ‘kan? Karena semua ini berjalan sesuai rencana Alissa.

…Apa maksudmu? 

Suara Ayano bergetar. Apa karena dia bingung dengan pernyataan yang tidak jelas, ataukah terkejut karena ucapan tersebut tepat sasaran? Nonoa tampak tidak peduli dan tersenyum lebar sambil mengangkat kedua tangannya. 

Kuzecchi, Yukki, dan Ayanono. Kalian bertiga selalu bersama sejak kecil. Bagi Ayanono, dunia kalian jauh lebih istimewa dan berharga daripada apa pun. 

Nonoa berbicara riang gembira dengan nada yang hampir seperti bernyanyi. Dan sambil tersenyum kepada Ayano yang menatapnya, dia melanjutkan dengan nada ceria. 

“Lalu tiba-tiba ada 'benda asing' yang masuk. 

Bahu Ayano tersentar ketika mendengar kata-kata berbahaya yang dilontarkan dengan nada riang. Nonoa terus melanjutkan seakan memanfaatkan ketidaknyamanan yang dialami Ayano

Benda asing itu masuk sebagai pasangan Kuzecchi dan sebagai rival Yuki, mengisi banyak ruang di hati mereka berdua. Selain itu, keinginan Ayanono yang telah lama pupus... di mana Kuzecchi bisa kembali ke rumah Suou. Bahkan itu pun tampaknya bisa segera terwujud. 

Tanpa ragu dan tanpa ampun, Nonoa mendekati Ayano, seolah ingin menyentuh kedalaman hatinya. 

“!!! 

Mungkin karena realitas yang dia coba hindari kini dihadapkan di depan matanya, Ayano dengan jelas mengalihkan tatapan dan menundukkan wajahnya. 

Tanpa memperhatikan itu, Nonoa semakin mendekat, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Ayano dan berbisik. 

“Kamu pasti tidak menyukainya, ‘kan.

Seolah-olah berempati dengan hati Ayano. Seolah memahami segalanya dan siap memaafkan. Nonoa bertanya lembut. 

Sejujurnya, dia benar-benar mengganggu pemandangan, kan? Si Kujou Alisa. 

!

Seketika itu juga, tubuh Ayano yang mundur dengan cepat menabrak lemari di belakang kelas, mengeluarkan suara keras. Ini adalah kesalahan yang tidak biasa bagi Ayano yang biasanya tenang dan diam. 

Mungkin karena terguncang karena fakta tersebut, Ayano membeku dalam posisi bersandar ringan pada lemari. Nonoa mendekat dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri Ayano, lalu berbisik kepada gadis yang menundukkan kepalanya

Kamu menginginkan hari-hari bahagia bersama kakak beradik itu lagi. Kamu tidak ingin ada orang asing yang masuk ke dalamnya. Lebih parahnya lagi jika orang asing itu berusaha merebut tempatmu. 

Merebut tempatku? Itu tidak mungkin.

“Apa kamu beneran berpikir begitu?

……

Bantahan yang akhirnya terucap tampak lemah di hadapan pertanyaan Nonoa yang kedua. 

Sebelum Kujou Alisa muncul, kamu adalah lawan jenis yang paling dekat dengan Kuze Masachika, selain adiknya, Suou Yuki. Tapi sekarang bagaimana? 

Sambil terus menunduk, Ayano ditanya lebih lanjut oleh Nonoa. 

Pada hari pesta ulang tahun tempo hari, siapa yang membuat Kuze Masachika kembali ke rumah Suou? Kamu? Bukan, iya kan? 

Seolah-olah membantu Ayano mencari jawabannya sendiri. Nonoa menyampaikan kesimpulan yang dihasilkan sebagai fakta. 

Meski kamu berusaha keras meyakinkan dan membujuknya, Kuze Masachika tidak bergerak. Orang yang membuatnya bergerak adalah Kujou Alisa. 

Tangan Ayano gemetar di bawah tangan Nonoa. Seraya menggerakkan jari-jarinya di atas tangannya seolah ingin melingkari, menjerat, dan menggenggamnya, Nonoa melanjutkan

Sekarang, kamu bukanlah gadis yang mendukung Kuze Masachika. Jika ini terus berlanjut, masa depan yang kamu inginkan, di mana kalian bertiga bisa hidup bahagia bersama, tidak akan pernah terwujud.

Setelah menyatakan dengan dingin dan tegas, lalu Nonoa tiba-tiba mengubah ekspresinya menjadi lembut dan berbicara dengan suara yang ramah kepada Ayano. 

Tapi, jangan khawatir. Aku adalah temanmu, Ayanono. Aku akan membantumu meraih masa depan yang kamu inginkan. 

Mendengar kata-kata itu, Ayano yang awalnya menunduk mengangkat wajahnya. Nonoa menatap mata Ayano yang bergetar penuh keraguan dari jarak dekat dan tersenyum penuh kasih. 

Tenang saja oke? Ada cara agar kalian bertiga bisa bersama kembali dan hidup bahagia bersama. Dan itu sangat mudah.

……Apa ada cara seperti itu? 

Ada.

Saat dia menyatakan itu dengan tegas, Nonoa mengangkat jari telunjuknya di depan bibirnya dan secara rahasia berkata. 

Aku akan mengajarkanmu.

Senyumannya itu. 

Seolah-olah dia adalah seorang santo yang bersimpati dengan keburukan manusia, tapi juga mirip seperti iblis yang memanfaatkan kelemahan manusia.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa hari sebelumnya, di ruang klub piano. 

Di dalam ruangan yang kini sepi jauh lebih dibandingkan sebulan lalu, terdengar keluhan seorang gadis. 

Sial! Dasar si brengsek itu!

Seorang gadis kelas dua yang merupakan wakil ketua klub piano melontarkan makian yang tidak pantas bagi seorang wanita terhormat. Namanya adalah Tsukamoto Aoi. 

Di klub piano yang sebagian besar anggotanya ialah penggemar Yushou, dia salah satu anggota yang langka karena sama sekali tidak tertarik pada Yushou dan hanya ingin bermain piano dengan tulus. 

Karena keseriusan dan ketulusannya terhadap piano, dia diangkat sebagai wakil ketua secara tidak langsung. Namun, sekarang klub piano hampir diambang kehancuran. Mereka terpaksa diminta untuk menukar ruang klub dengan klub musik. Dan ketua klub yang menjadi penyebab situasi ini, Yushou, entah keluyuran ke mana dan tidak mengambil tindakan apapun. Dari sudut pandangnya, wajar-wajar saja jika dia merasa ingin melontarkan makian. 

Dasar botak keparan! Botak sialan! Mati saja! Jarimu terjepit di penutup keyboard dan mati sana!

… Yah, mungkin ini sedikit berlebihan. Demi kehormatan dirinya, perlu dicatat bahwa dia bukanlah anak yang biasanya menggunakan kata-kata kotor seperti ini. Saat ini, dia hanya dalam keadaan sangat marah dalam kehidupannya selama 17 tahun. 

Sebenarnya, dia tidak keberatan dengan pertukaran ruang klub itu sendiri. Sebelumnya, karena jumlah anggota (dan karena Aoi sendiri merasa terganggu oleh pengikut Yushou), kelompok pemain piano yang dipimpin Aoi berlatih di ruang klub, sementara Yushou dan pengikutnya beraktivitas di ruang musik. Namun, dengan jumlah anggota yang kini hanya tersisa empat orang, jika hanya mempertimbangkan lingkungan latihan, ruang musik sudah lebih dari cukup. Namun, ada alasan yang sangat penting bagi Aoi untuk tidak menyerahkan ruang klub ini. 

Jika terus begini…!

Sambil menggertakkan giginya, Aoi mengarahkan pandangannya ke arah grand piano yang terletak di dalam ruang klub. Grand piano berkualitas tinggi yang dipinjamkan kepada klub piano oleh seorang alumni yang tergabung dalam Raikoukai, yang menjadi impian para pianis di seluruh dunia. Jika ingin membeli piano yang sama sekarang, bisa jadi biayanya mencapai miliaran. Meskipun Aoi dibesarkan dalam keluarga yang cukup kaya, dia takkan pernah memiliki kesempatan untuk menyentuh piano ini seumur hidupnya jika tidak datang ke akademi ini. Tidak peduli berapa harga pianonya, bagi Aoi, piano ini adalah sesuatu yang tak tergantikan. 

Sewaktu SMP, dirinya pernah diundang oleh temannya untuk mengunjungi Festival Akademi Seirei, dan kebetulan berkesempatan untuk memainkan piano ini… dan suara yang dihasilkan sangat mengejutkannya. Peristiwa tersebut merupakan pengalaman yang mengubah pandangannya tentang piano secara mendasar… dan sejak saat itu, dia tidak bisa menghilangkan pikiran tentang piano ini. Dia membatalkan rencana untuk mengikuti ujian di sekolah tinggi musik yang seharusnya dia masuki, dan berusaha keras dalam pelajaran yang sebenarnya tidak dia kuasai untuk bisa masuk ke dalam akademi ini, semuanya demi bisa memainkan piano ini sekali lagi. Ketika akhirnya dia diterima di akademi ini dan bisa memainkan piano ini setelah dua tahun, dia tidak bisa menahan diri untuk menangis di depan orang lain. Pada malam itu, saking gembiranya, dia tidak bisa tidur sama sekali.

Setahun kemudian, ketika Yusho yang dalam berbagai arti menjadi penghancur klub ikut bergabung, dan setengah dari anggota seangkatannya mengundurkan diri, meskipun dia dalam hati merasa kesal dengan anggota perempuan yang lebih tertarik berinteraksi dengan Yushou daripada bermain piano, dia tidak pernah berhenti dari klub piano, semuanya demi piano ini. Namun, 

Menurunkan status menjadi klub minat saja sudah berbahaya… jika ruang klub sampai diambil juga, mereka pasti akan mengambil kembali Stein-kun…! 

Ngomong-ngomong, Stein-kun adalah nama julukan yang diberikan Aoi untuk piano ini. Dan piano Stein-kun ini bukanlah sumbangan, melainkan hanya dipinjamkan. Jika klub piano tidak lagi berfungsi sebagai klub dan harus keluar dari ruang klub, tidak sulit untuk membayangkan bahwa pemiliknya akan mengambilnya kembali. 

Apa yang harus kulakukan…? Apa yang bisa kulakukan…!

Intinya, jika mereka bisa memulihkan jumlah anggota sebelum tenggat waktu tiba, masalah ini bisa diselesaikan. Namun, jika mereka bisa menyanggupinya, mereka tidak perlu khawatir. Aoi sudah berusaha mencoba menghubungi sebanyak mungkin orang yang dia kenal, tapi tidak ada yang ingin terlibat dengan klub yang dipimpin Yushou, yang sudah memiliki reputasi buruk di seluruh akademi. 

Dia juga mempertimbangkan untuk mendesak Yushou untuk keluar dari klub dan memanggil kembali anggota klub piano yang sebelumnya. Namun, dua anggota yang tersisa sekarang adalah pengikut sejati Yushou yang tetap bertahan meskipun ada insiden di Festival Akademi Seirei. Jika dia mencoba mengeluarkan Yushou, dua orang itu pasti takkan tinggal diam, dan jika ketiga orang itu diusir sekaligus, satu-satunya orang yang tersisa cuma tinggal Aoi saja. Jika dia harus menambah empat anggota lagi, hal itu juga merupakan tantangan yang cukup besar. 

(Pokoknya, kami sudah tidak punya banyak waktu lagi…)

Penurunan status menjadi klub minat dalam sebulan karena kurangnya anggota adalah sesuatu yang ditentukan oleh peraturan sekolah. Sebenarnya, sudah menjadi kebiasaan bagi klub untuk diturunkan statusnya jika persyaratan tidak terpenuhi pada pertemuan kegiatan klub rutin yang diadakan dua kali dalam setahun. Itulah sebabnya dia berpikir masih ada sedikit waktu. Namun, tiba-tiba ada permintaan yang datang dari ketua klub musik ringan. 

Ahhh duhhh~! Apa yang bisa kulakukan dalam waktu yang tersisa tinggal seminggu lagi…! 

Namun, jika dilihat secara objektif, kebenaran berada di pihak klub musik ringan. Tidak ada yang salah menurut peraturan sekolah, jadi tidak ada ruang bagi Aoi untuk membantah. Singkatnya, dia terjebak dalam situasi tanpa jalan keluar. 

Ahhhhhh~ duuhhh! Ahhhhhh~ sudah cukup!! 

Karena Aoi sendiri menyadari hal itu, dia hanya bisa mengghentakkan kakinya dengan jengkel dan mengeluarkan suara frustrasi. 

Permisi.

!

Tiba-tiba, ada pengunjung yang tidak terduga. Saat dia cepat-cepat berbalik, di pintu masuk berdiri seorang gadis yang sama sekali tidak dikenalnya dan bukan anggota klub piano. 

…Ada urusan apa? Jika kamu ingin bergabung, kami akan menyambutmu, tapi jika tidak, bisakah kamu pergi?

Merasa canggung karena baru saja berteriak tidak karuan, Aoi berbicara dengan nada yang agak kasar. Namun, gadis itu tampaknya tidak terganggu dan tersenyum tipis saat menutup pintu, dia lalu mendekat dan bertanya, Kamu adalah Tsukamoto-san, wakil ketua klub piano, kan? 

Benar, tapi kamu siapa?

Siapa aku tidak penting, iya ‘kan? Yang lebih penting ialah kamu diminta untuk meninggalkan ruang klub ini, bukan? 

Aoi mengernyitkan dahinya setelag mendengar sesuatu yang baru saja dia khawatirkan dari orang yang tidak dikenalnya. Masalah pertukaran ruang klub ini baru saja disampaikan secara internal oleh ketua klub musik ringan, jadi hampir tidak ada orang yang mengetahuinya. Jika ada yang mengetahuinya, orang itu pasti anggota klub musik ringan, tapi Aoi tidak ingat pernah melihat gadis ini di ruang musik. 

(Dia siapa…? Jika dilihat dari warna pitanya, sepertinya dia anak kelas dua…)

Dia adalah seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang yang berkilau dan riasan mata yang sempurna. Jika ada wanita secantik ini diangkatan yang sama, seharusnya ada beberapa desas-desus tentangnya… tapi Aoi sama sekali tidak mengenalnya. Justru karena kecantikannya lah yang membuatnya begitu misterius dan menyeramkan

“Memangnya kenapa? Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, apa kamu akan bergabung? Jika iya, aku akan menyambutmu dengan senang hati.

“Aku tidak keberatan bergabung asalkan dengan satu syarat.

Hah?

Aoi merasa lebing bingung dan curiga ketimbang senang setelah mendengar jawaban yang tak terduga. Namun, gadis itu tetap tersenyum dan melanjutkan. 

Jika wakil ketua bersedia menerima saranku, aku akan bergabung sebagai anggota hantu.

…Apa maksudnya?

Tawaran yang jelas-jelas mencurigakan ini membuat Aoi waspada, tetapi dia tetap mendengarkan karena tampaknya ada secercah harapan dalam situasi yang membuatnya benar-benar terpojok. Sepertinya gadis itu merasa sangat santai dan tertawa kecil. 

Jangan terlalu curiga begitu. Aku hanya ingin kamu mengadakan rapat besar siswa seperti yang kukatakan. 

“Rapat besar siswa…?

Kata-kata yang tidak terduga ini membuat Aoi bertanya balik dengan penuh kecurigaan. 

Sebenarnya, dia tidak pernah menganggapnya sebagai langkah terakhir. Namun, itu adalah pilihan yang dia buang karena tidak melihat kemungkinan untuk menang. 

Wajar saja jika Aoi berpikir demikian. Walaupun hal yang dikatakan klub musik ringan mungkin terkesan sewenang-wenang, tapi tidak ada yang aneh. Secara objektif, tidak ada alasan untuk menolak pengusiran dari ruang klub meskipun klub tersebut telah menjadi klub minat yang tidak memiliki hak atas ruang klub. Selain itu, klub piano sekarang mendapat banyak penolakan dari siswa lain akibat perbuatan Yushou. Jika dibawa ke dalam rapat besar siswa dan ditanyakan kepada siswa, jelas sekali bahwa klub piano akan kalah. 

Jangan khawatir. Kalau kamu menuruti perintahku, meskipun tidak bisa menang, kita bisa membawa hasil imbang.

Hah? Imbang?

Usulan yang sembrono diikuti dengan pernyataan yang tidak jelas semakin membuat Aoi merasa curiga. Sebenarnya, dalam rapat besar siswa, tidak ada hal yang namanya hasil imbang. Jika dalam pemungutan suara pertama jumlah suara sama persis, maka hanya akan diadakan diskusi ulang dan pemungutan suara diulang. Namun, gadis itu tetap tenang dan melanjutkan tanpa terpengaruh oleh reaksi Aoi. 

Bagaimana jika terjadi kecurangan dalam pemungutan suara?

Hah?

Jika kecurangan terjadi dan dianggap bahwa pemungutan suara yang adil tidak mungkin dilakukan, lalu pertemuan dibubarkan tanpa pemungutan suara yang sah? Itu bisa disebut hasil imbang, iya ‘kan? 

…Apa yang kamu bicarakan?

Aoi benar-benar tidak bisa memahami maksud gadis itu dan meragukan kewarasannya, tetapi gadis itu tersenyum lebar dan menegaskan. 

Kecurangan pasti akan terjadi. 

“Sudah kubilang, apa maksudmu— 

Kecurangan pasti akan terjadi. Kamu hanya perlu menunjukkannya.

Apa maksudnya bahwa kecurangan pasti akan terjadi dalam rapat besar siswa yang belum dipastikan akan diadakan? Pekataannya sudah mirip seperti ramalan masa depan. 

(Bodoh dan konyol sekali. Jika dia benar-benar bisa meramalkan masa depan, dia pasti tahu bahwa aku tidak berniat mengadakan rapat besar siswa, kan? Dia bahkan repot-repot datang ke sini untuk meminta bantuan seperti itu…) 

Saat berpikir sampai di situ, Aoi terkejut dan matanya terbuka lebar-lebar karena ketakutan. 

Aoi menyadari ada niat jahat kuat yang tersembunyi di dalam kata-kata gadis itu. 

Apa yang akan kamu lakukan?

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, jika kamu menuruti apa yang kukatakan, aku jamin ruang klub tidak akan diambil, loh? Aku tidak memintamu melakukan hal yang sulit. Hanya perlu mengadakan rapat besar siswa dan menunjukkan kecurangan. Cuma itu saja.

Gadis itu kembali bertanya sambil tersenyum seolah-olah dia tahu Aoi menyadari sesuatu dan menunggu jawabannya. 

Dirinya mengetahui betul. Ini adalah godaan dari iblis. Meskipun dia menerima tawaran ini dan berhasil, dia takkan mengetahui konsekuensi apa yang harus dia bayar di kemudian hari. 

(Tapi… memangnya ada cara lain?) 

Tidak ada. Aoi mengetahui itu dengan sangat baik. 

…!

Dia melihat ke arah piano di belakangnya. Setelah beberapa detik berjuang dengan penderitaan yang mendalam… 

…Baiklah.

Aoi meraih tangan iblis itu.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama