Chapter 2 — Mengapa Para Heroine Berubah Menjadi Yandere?
“Ayo,
Satoshi-kun. A~n”
Aku
merasakan pipiku berkedut saat melihat Satsuki berusaha menyuapi apel dengan
senyuman yang mekar seperti bunga sakura.
“Jangan-jangan,
kamu sedang tidak ingin makan apel sekarang? Kalau
begitu, aku juga membawa banyak makanan lain,
jadi jika ada yang ingin kamu makan, bilang saja ya?”
Sifatnya
yang alami dan semangat yang berlebihan merupakan
salah satu daya tarik Satsuki,
tetapi ketika aku benar-benar mengalaminya, rasa malu lebih mendominasi
daripada kebahagiaan.
“Ehm, aku bisa memakannya sendiri…”
“Tidak
boleh! Satoshi-kun masih sakit. Dokter juga bilang kamu harus istirahat total, ‘kan?”
“Tidak,
itu sih cerita setelah aku bangun.
Tubuhku sudah cukup sembuh. Rasanya tidak baik jika aku terus-menerus merepotkan Satsuki…”
Walaupun masih
ada rasa sakit saat aku bergerak, tapi aku sudah bisa bergerak lebih banyak.
Aku sudah mulai bosan terbaring di tempat tidur.
Jadi,
yang ingin kukatakan ialah, aku
bisa memakannya sendiri.
“Jadi,
kamu sudah tidak membutuhkanku lagi…?”
“Eh,
tidak, bukan begitu maksudku…”
“Aku
sudah tidak berguna lagi…”
Aku
sebenarnya bermaksud mengatakan bahwa aku sudah pulih cukup untuk tidak
merepotkan Satsuki
lagi. Mungkin aku tidak menyampaikannya dengan baik.
“Lihat,
ku bisa menggerakkan tubuhku jauh lebih baik sekarang, kan? Jadi, aku…”
Saat aku
mencoba bergerak untuk menunjukkan bahwa aku baik-baik saja, bagian yang
dipaksakan bergerak terasa sakit.
“Lihat.
Kamu masih sama sekali tidak baik-baik saja, tetapi kamu memaksakan diri.
Meskipun begitu, aku sudah tidak
dibutuhkan lagi. Hehe,
jika bahkan orang yang menyelamatkan nyawaku pun tidak membutuhkanku, apa gunanya aku hidup…”
Satsuki menggenggam roknya dengan erat dan menundukkan
kepala.
“Maafkan
aku yang tidak berguna, maafkan aku, maafkan aku…”
Lalu dia
mulai mengucapkan kata-kata permohonan maaf seperti mantra, berubah menjadi
seperti mesin yang tidak berjiwa.
Terlalu
berat, bukan!?
“Satsuki!”
“Oh,
maaf. Kehadiran orang sepertiku yang suram dan tidak berguna hanya akan membuat
suasana semakin buruk, ‘kan? Aku
tidak akan datang ke sini lagi.”
Ini sama
sekali tidak baik-baik saja, kan!?
Aku
menangkap lengan Satsuki yang berdiri dari kursi dengan lengan kiriku. Dia
menatapku dengan bingung. Jika aku salah mengucapkan kata-kata di sini,
semuanya akan berakhir.
“Ti-Tidak, itu tidak benar! Aku selalu berterima kasih padamu, Satsuki.”
Dia
bereaksi sedikit. Syukurlah, sepertinya dia
masih mau mendengarkan.
“Aku
hanya ingin sedikit menenangkan orang yang telah menyelamatkanku, jadi aku
berpura-pura kuat.”
“…Benarkah?”
“Aku
juga seorang pria. Aku ingin tampil gagah di depan
gadis cantik,. Meskipun sepertinya aku sudah sangat hancur sehingga tidak bisa
tampil gagah….”
Itulah perasaanku yang tulus. Tadi,
aku merasa sangat bosan terbaring di tempat tidur dan ingin bergerak, tetapi
sekarang aku menyadari bahwa itu masih terlalu sulit.
“Jadi,
aku masih perlu bantuanmu, Satsuki… Maafkan aku.”
“…Tidak,
maaf. Akulah yang
salah paham. Benar, kamu kan pria.”
Syukurlah.
Cahaya kembali ke mata Satsuki.
Sepertinya suasana di ruangan juga sedikit lebih cerah. Dia kemudian membungkus
tangan kiriku dengan lembut menggunakan kedua tangannya.
“Aku
senang kamu memanggilku penyelamat, ya? Tapi, bagiku, Satoshi-kun adalah juru
selamatku. Bantuan
atau perhatian yang kuberikan tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang
kamu lakukan padaku. Jadi,
aku akan membalasnya 'seumur hidup', jadi izinkan aku tetap bersamamu selama aku sudah tidak dibutuhkan lagi…”
“Ah,
ya. Terima kasih.”
“Iya!
Ehehe.”
Sudah
kubilang, itu terlalu berat, tau!? Apa maksudnya dengan seumur hidup!?
Satsuki
menunjukkan senyuman yang tulus padaku, tetapi aku merasakan keringat dingin
mengalir di punggungku. Aku harus memastikan ini tidak ketahuan.
“Baiklah, kalau
begitu, aku akan memberi makan apel padamu, ya? Ayo, a~n.”
Dia
mengarahkan apel yang ditusuk dengan tusuk gigi ke arahku. Tentu saja, aku
tidak punya pilihan untuk menolak.
“A-A~nn.”
Rasanya sangat
memalukan!? Mau berapa kali
pun aku melakukannya, aku tidak akan pernah terbiasa.
“Ba-Bagaimana? Enak?”
Satsuki
memandangku dengan cemas. Tatapan matanya yang menengadah ke arahku itu melanggar aturan. Gambar itu
sudah sering kulihat di game, dan hatiku langsung terikat.
“…Ya,
enak.”
“Syukurlah!
Ehehe.”
Karena
dia imut, semua itu jadi tidak masalah. Rasanya juga lebih manis seratus kali
lipat dari biasanya.
Dari
situ, kami mulai mengobrol. Meski sebenarnya, aku hanya mendengarkan Satsuki
bercerita. Dia
menceritakan tentang pemotretan, tentang seberapa
senangnya dia dengan universitas, dan berbagi cerita sehari-hari dengan ceria.
Inilah
yang aku suka, inilah yang aku inginkan.
Aku menyukai Satsuki yang terlihat sangat senang saat membicarakan hal-hal biasa, dan itulah sebabnya aku memainkan 【LoD】. Aku tidak memainkan game itu hanya untuk melihatnya jatuh ke dalam kegelapan.
“Tokoh
utama itu curang banget…”
“──”
Aku
merasa iri dengan posisi Sano, tokoh utama di 【LoD】. Ia disukai oleh gadis secantik
ini. Dan ada empat orang seperti dirinya.
Sekali lagi, aku ingin pria itu
mati. saja
“Hei…”
“Eh?
Oh, maaf. Aku sedang memikirkan sesuatu.”
Jika ada
yang sedang dibicarakan, aku minta maaf. Aku benar-benar tidak mendengarnya,
jadi aku minta maaf dengan tulus.
“Tidak
apa-apa. Jangan khawatir. Satoshi-kun, apa pendapatmu tentang 'Sano Yuuto'…?”
“Sano?”
Aku tidak
mengerti maksud pertanyaannya.
Aku dan
Sano Yuuto sebenarnya tidak memiliki hubungan yang dekat. Jadi, aneh rasanya jika aku mengatakan bahwa aku
tahu banyak tentang dirinya. Aku
hanya berbicara tentang hal-hal yang tidak terlalu mendalam.
“Karena
aku tidak pernah terlibat langsung, jadi aku hampir tidak tahu. Tapi, dia cukup
terkenal di sekolah. Kabar
burungnya, ia berhasil membuat semua 【Gadis Elok Empat Arah】
jatuh cinta padanya.”
“…”
【Gadis Elok Empat Arah】
adalah sebutan untuk para heroine di 【LoD】. Sama seperti
Satsuki, nama belakang mereka
masing-masing mengandung karakter yang mewakili arah timur, barat, selatan, dan
utara.
Tapi
kenapa dia tiba-tiba membahas Sano… oh, jadi
begitu.
Aku
pernah mendengar di sebuah buku bahwa gadis-gadis suka berbicara tentang percintaan. Ini mungkin tanda bahwa dia
ingin berbicara tentang hal itu.
Meskipun
sudah terjadi hal seperti itu, dia masih menyukai Sano.
Kalau
begitu, aku seharusnya bersikap sopan agar
percakapan ini lebih mudah.
“Yah,
meskipun aku hanya melihatnya beberapa kali di sekolah, aku tahu Sano adalah
orang yang baik… ia ramah dan baik hati.”
Aku
sendiri sadar betul kalau aku kurang pandai memuji.
Aku harap
ini bisa dimaklumi. Ia tokoh
utama yang membawa kami ke akhir yang buruk, jadi meskipun aku masih menyimpan dendam,
tapi mana mungkin ada rasa syukur. Memuji
orang yang kita benci itu cukup sulit.
Tapi
kurasa ini sudah cukup baik. Dengan sifat Satsuki, dia pasti akan mulai
bercerita dengan senang tentang orang yang disukainya. Aku akan mendengarkannya
dengan penuh rasa sakit—tapi kok ada
yang aneh dengan reaksi Satsuki ya?
“Ada
apa?”
“Hei.
Apa kamu benar-benar berpikir seperti itu tentang 'Sano Yuuto'…?”
Tatapannya
seolah-olah dia sangat berharap pada sesuatu.
Aku merasa ada permohonan di sana agar aku tidak berbohong.
“Ah,
ya, kupikir begitu.”
Meskipun
begitu, aku tetap berbohong. Tidak ada gunanya mengatakan aku membencinya.
Hanya saja, aku menyadari bahwa aku secara tidak sadar mengalihkan pandanganku dari Satsuki, jadi aku
memutuskan untuk berbicara lebih banyak.
“Yah,
meskipun aku hanya tahu dari rumor, aku pernah mendengar bahwa Sano menyukai Satsuki....”
“Jangan
katakan itu…”
“..Eh?”
Sebuah
penolakan tajam seperti pisau dilemparkan padaku. Ketika aku melihat Satsuki,
dia tersenyum tanpa ekspresi.
“Aku
sama sekali tidak menyukai Sano Yuuto.”
“Eh…
tidak mungkin.”
Itu
terdengar tidak masuk akal. Bukannya
dia sudah menyatakan
perasaannya?
Kemudian,
Satsuki beranjak ke sisi kananku dan mulai menyentuh lengan kananku. Karena aku
tidak merasakan apa-apa, aku tidak bisa merasakan sentuhannya, tetapi tindakan
yang aneh ini lebih menimbulkan rasa penasaran
daripada kegembiraan.
“Dulu
aku memang menyukainya… terutama karena
kami adalah teman masa kecil.”
Dia
mengatakannya dengan pelan seolah-olah
itu adalah rahasia.
“Aku mulai
bekerja menjadi idola gravure, berusaha keras dalam memasak
yang tidak aku kuasai, dan masuk ke sekolah SMA
yang sama, semua itu karena aku ingin bersama orang itu…”
Karena
aku benar-benar memainkannya, aku ingat dengan baik latar belakangnya. Satsuki
yang frustrasi karena Sano tidak berpaling
padanya, berusaha keras untuk menarik perhatian Sano
dengan menjadi terkenal. Meskipun cara berpikirnya canggung, aku mendukung
usaha Satsuki yang begitu tulus.
“Tapi,
itu bukan keinginanku.”
“Eh?”
Apa aku
salah dengar…?
Ketika
aku berusaha menanyakan maksud sebenarnya, ekspresi penghinaan muncul di
wajahnya, membuatku merinding. Itu bukan ekspresi yandere yang biasa. Ada rasa
jijik terhadap sesuatu yang seharusnya dibenci. Meskipun aku tidak merasakan
apa-apa, seolah-olah ada tekanan yang kuat pada lengan kananku yang
dipegangnya.
Satsuki
segera tersenyum ketika menyadari pandanganku.
“Ah,
maaf. Yang ingin kukatakan ialah,
aku hanya menyukainya di masa lalu, dan sekarang aku hanya menganggapnya
sebagai orang brengsek. Aku tidak ingin berbicara dengannya lagi, bahkan hanya
membayangkannya saja membuatku mual.”
“Ah,
oh begitu.”
Jika dipikir-pikir,
orang itu memang mengajukan usulan terburuk untuk menjadi teman seks. Pantas
saja dia kehilangan kesabarannya.
“Ya.
Maaf ya? Sudah membicarakan tentang orang brengsek itu.”
“Tidak
apa-apa. Kadang-kadang, mengungkapkan sesuatu bisa membuat kita merasa lebih
baik.”
“Kamu memang
baik sekali… Satoshi-kun.”
Satsuki
mengangkat tanganku dan menempelkan ke pipinya. Dengan ekspresi penuh
kenikmatan, dia menggosokkan pipinya. Ada daya tarik seolah-olah dia akan
menjilatku.
“…Cuma kamu
satu-satunya yang bisa kulihat sekarang. Mari kita selalu
bersama, ya?”
“Ah,
iya.”
Dengan
pipi yang memerah dan senyum misterius Satsuki,
aku hanya bisa memberikan jawaban yang samar.
◇◇◇◇
Rumah
sakit tempatku dirawat adalah salah satu rumah sakit yang
terbesar di provinsi ini. Dari segi fasilitas, jumlah staf, dan kualitas
dokter, semuanya merupakan yang terbaik di provinsi. Kenapa aku tahu begitu
banyak tentang ini? Karena ada cerita di mana Sano terluka dan dibawa ke rumah
sakit ini.
Ukuran
taman di dalam rumah sakit cukup besar. Ada McDonald's dan minimarket, jadi di sana menjadi tempat populer bagi pasien
yang bosan.
Aku tidak
terlalu suka keramaian, jadi aku pergi ke kebun belakang untuk melihat taman
bunga. Bunga-bunga di taman mulai mekar perlahan-lahan, seolah-olah menyambut
kedatangan musim semi. Mereka tampak lega akhirnya bisa muncul setelah bertahan
dari dinginnya musim dingin.
Sambil
didorong di kursi roda, aku melihat pemandangan di luar. Akhirnya aku
mendapatkan izin untuk keluar, jadi aku merasakan suasana luar setelah sekian
lama.
Dan yang
mendorong kursi rodaku adalah Kitagawa Reine. Dia adalah salah satu dari 【Gadis Elok Empat Arah】 dan juga salah satu
heroine di 【LoD】.
“Indah
sekali pemandangannya ya… tanpa
sadar musim semi sudah tiba.”
“Benar…
beberapa waktu lalu aku sangat sibuk dengan ujian, jadi tidak ada waktu untuk
menikmati pemandangan.”
“Ya.”
Tentang
ujian itu, setengahnya cuma
kebohongan. Aku hanya belajar sekitar satu jam sehari. Berkat pengetahuan dari
kehidupan sebelumnya. Tapi, memang benar aku tidak punya banyak
waktu. Karena aku sudah tahu kapan aku akan mati, aku merasa tertekan melakukan
apa pun.
Pemandangan
yang tampak biasa ini, bagiku sekarang, bahkan hal yang biasa pun bisa
membuatku terharu. Mungkin karena aku pernah hampir
mati, aku bisa merasakan keindahan hidup dengan lebih dalam.
Aku
melirik Reine yang ada di belakangku.
“Ada
apa?”
“Tidak,
bukan apa-apa…”
Dia masih
terlihat sangat cantik seperti biasanya…
Dengan mata biru tuanya yang tampak terperangkap dalam lapisan
es abadi, dan rambut peraknya yang panjang dan halus ditata dengan sanggul dua
bagian. Secara keseluruhan, Reine memberikan kesan 'dingin' yang
membuatku merasa seolah dia tertinggal di musim semi yang mulai berubah.
Yah,
kesan itu tidak salah. Segala sesuatu tentang dirinya
terasa setajam es, dan dia
biasanya lebih suka beraksi sendirian, sering terlihat duduk di dekat jendela
membaca buku, sehingga para siswa menyebutnya sebagai ‘putri penyendiri yang
kesepian’.
Namun,
orang yang berhasil mencairkan hati putri es itu adalah Sano Yuuto, seorang 'jenius'.
Memang, tokoh utama itu luar biasa.
Kemudian,
Reine menatapku dengan senyum kemenangan.
“Aku
tahu. Kamu pasti terpesona padaku, kan?”
“Ti-Tidak, bukan begitu…”
Aku
merasa malu untuk mengakui bahwa aku terpesona, jadi aku langsung membantah.
“Aku
hanya berpikir bahwa bunga dogwood di belakangmu terlihat cantik, cuma itu saja.”
“Satoshi,
kamu sangat buruk dalam berbohong. Aku lebih suka pria yang jujur, lho?”
“…Aku
sangat terpesona sampai mati.”
Aku
terjebak dengan kata 'suka'.
Beginilah
sifat laki-laki. Laki-laki memang mudah terpengaruh…
“Benar.
Aku memang cantik.”
Dia mulai
memuji dirinya sendiri dengan percaya diri. Karena
nyatanya memang begitu, jadi aku tidak bisa berkata
apa-apa.
Dan dari
sini, hinaan pun dimulai.
“Karena
kamu hanya seekor ternak…”
Ini dia, ini
dia, ini dia!
Hinaan
khas Reine akan segera dimulai. Reine
sudah lama disebut sebagai putri kesepian, tetapi sebenarnya dia hanya memiliki
masalah sosial. Karakter ini menyebabkan dia tidak memiliki teman. Terutama
terhadap laki-laki, dia membangun tembok yang jelas.
Saat pertama
kali aku memainkan game-nya, aku berpikir, ‘siapa sih gadis menjengkelkan ini?’,
tetapi alasannya ada pada lingkungan sekitarnya.
Hinaan
Reine adalah cerminan dari ketakutannya terhadap manusia. Namun, ketika tokoh
utama meningkatkan hubungannya,
Reine perlahan-lahan menjadi lebih jujur. Proses itulah yang menyenangkan.
Itulah
sebabnya, bagiku yang mengetahui psikologi terdalam Reine,
hinaannya terasa seperti hadiah.
Aku
teringat Reine pada saat-saat ketika tingkat kesukaannya belum meningkat, dan secara
diam-diam merasa terharu. Namun, aku kesulitan untuk melanjutkan kata-kata.
“Reine?”
Ketika
aku menoleh ke belakang, setetes air mata membasahi
wajahku dari atas.
“Maafkan
aku.”
“Eh?”
Permintaan maaf dari Reine jarang terjadi di 【LoD】. Ini adalah salah satu peristiwa langka yang terjadi setelah hubungan baik meningkat. Tapi sekarang, itu bukanlah hal yang penting.
Ada yang
aneh dengan Reine.
“Ad-Ada apa?”
Kemudian,
Reine yang tanpa ekspresi mulai berbicara.
“Aku
ini wanita yang mengerikan…”
Lalu dia
mulai bercerita perlahan.
“Menghina
orang yang menyelamatkan nyawaku dengan
umpatan merupakan hinaan terburuk ya ‘kan. Maafkan aku.”
“Ehm, Reine?”
“Aku
mempunyai kepribadian buruk. Jadi, bahkan kepada orang
yang menyelamatkan nyawaku, aku masih saja
mengucapkan kata-kata kasar. Aku merasa jijik. Orang seperti itu tidak
seharusnya berada di samping Satoshi-sama
yang lebih baik daripada siapa pun.”
“Oi~”
“Karena
itulah, aku akan menghilang dari
hadapanmu. Jika bisa, aku ingin kamu membunuhku, tetapi aku tidak ingin
merepotkanmu… Aku akan mati dengan tenang di tempat yang tidak diketahui siapa
pun. Mungkin hutan Aokigahara di Gunung Fuji akan bagus. Kematian yang
menyedihkan cocok untuk wanita sekejam ini…”
Setelah
berkata demikian, Reine menutupi wajahnya dengan tangan dan mulai menangis.
Tapi, apa
maksudnya dengan membunuh!? Jangan berpikir tentang hal berat seperti itu!
Baik Satsuki
maupun Reine, aku berharap mereka tidak mudah terjerumus ke dalam kegelapan.
Jika terus seperti ini, aku benar-benar khawatir mereka bisa mati, jadi aku
memutuskan untuk memberikan dukungan penuh.
Aku dengan
susah payah menggerakkan tangan kiriku dan membalik arah kursi rodaku.
“Aku
tidak memusingkannya, jadi tenanglah. Aku tahu
Reine itu orang yang baik
hati.”
“…Orang
yang bisa mengucapkan kata-kata seperti itu tidak mungkin orang baik… Jangan
hanya memberikan kata-kata penghiburan.”
Ahh… ini parah.
Meskipun
aku berkata sesuatu yang tidak tepat, Reine mungkin tidak akan mempercayainya.
Sebaliknya, itu bisa menyakitinya lebih dalam.
Apa boleh
buat. Aku juga harus bersikap tegas. Aku berpikir
untuk curang sedikit.
“Itu
bukan kata-kata penghiburan. Mungkin Reine mengucapkan hal-hal yang keras
karena trauma dalam hubungan, terutama ketakutan terhadap laki-laki?”
“Eh,
ah, um, benar juga.”
Dia
terlihat bingung. Ya, mungkin tidak ada orang yang akan mengatakan hal seperti
ini.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa dia terus bersikap keras terhadap orang
lain.
Sebenarnya,
ibu Reine adalah seorang ibu tunggal yang sering berganti-ganti pria. Dan,
Reine mengalami kekerasan di rumah setiap hari. Selain itu, Reine sangat
cantik. Dia juga sering didekati oleh pria yang dibawa ibunya. Itulah sebabnya dia mengalami fobia
terhadap pria.
Lebih
parahnya lagi, ibunya sering memukul Reine karena marah
saat Reine berusaha merebut perhatian orang yang dia sukai.
Itulah
sebabnya, dia kesulitan bergaul dengan orang lain dan
sangat menolak orang lain. Tidak ada yang berpikir bahwa tindakan itu berasal
dari trauma.
“Kalau
begitu, tidak perlu khawatir. Aku mengerti perasaan Reine.”
“Tapi,
aku benar-benar memiliki sifat yang buruk. Jadi…!”
“Reine.”
Aku
memaksakan kata-kataku dan memotong ucapan Reine.
“Jangan
membuatku mengulangnya. Aku mengerti perasaanmu,
Reine.”
Reine
menggunakan kata-kata kasar karena
kewaspadaan terhadap sekitarnya. Alasan lainnya ialah
untuk menyembunyikan rasa malu.
Dalam
proses menjalin hubungan dengan tokoh utama, Sano, ketika Reine dipuji, dia
cenderung menggunakan bahasa kasar.
Aku memperhatikannya sambil tersenyum saat bermain game.
Dalam
kasus ini, mungkin aku terpesona oleh Reine. Meskipun dia selalu menarik
perhatian, tidak ada orang yang merasa tidak nyaman ketika dipuji. Bahkan jika
itu pujian dari karakter pendukung.
Kemudian,
Reine berlutut dan mengambil tangan kananku. Dia menatapku dengan mata
berkaca-kaca seperti kucing yang ditinggalkan.
“Maafkan
aku. Aku akan perlahan-lahan memperbaiki sifat ini, jadi jangan tinggalkan aku.
Jangan benci aku.”
“Sudah
kubilang, aku tidak akan membencimu. Lagipula, Reine yang
menggunakan bahasa kassar itu
tetap menarik, jadi kamu tidak
perlu berubah segala.”
Setelah
mendengar kata-kataku, Reine tampak terkejut sejenak sebelum menempelkan
wajahnya di pahaku.
“Hanya
Satoshi-sama saja yang mengatakan itu padaku. Terima
kasih.”
“Begitu…”
Meski
masih ada rasa sakit di kakiku,
jika aku mengeluh sekarang, dia mungkin akan kembali terjerumus ke dalam
kegelapan. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri. Dia bahkan menggunakan panggilan 'Satoshi-sama'
juga.
Kemudian,
perlahan-lahan orang-orang mulai berkumpul. Kekuatan hidup bunga menjadi
dorongan semangat bagi kami yang terluka. Bagi para pasien, itu mungkin
menjadi oasis mental untuk bertarung melawan pengobatan dan penyakit yang
menyakitkan setiap hari.
Namun,
setiap kali mereka melihat kami, mereka menatap dengan mata yang hangat. Tatapan ini membuatku merasa
tidak nyaman. Aku berpikir untuk membangunkan Reine, tetapi dia tidak
menunjukkan tanda-tanda untuk bangkit.
“Hei,
aku punya permintaan.”
“Apa?”
Dari mana
suara itu berasal…?
Dia
mengucapkannya sambil meringkuk di pahaku.
Aku ingin
segera pergi dari sini…
“Aku
ingin kamu mengelus kepalaku. Boleh…?”
“Eh?”
Apa aku
boleh melakukan gerakan ala protagonis seperti
itu…?
Saat aku merassa ragu-ragu, Reine mengangkat wajahnya
dengan tampak cemas.
Wajahnya
kecil sekali!?
“Apa
boleh…?”
“Baiklah…
hanya sedikit saja, ya?”
“Ya,
kumohon.”
Imut banget!
Tatapan
hangat dari sekeliling sepertinya semakin intens. Reine tampaknya sama sekali
tidak menyadarinya. Aku menyingkirkan
rasa malu dan mulai mengelus rambut Reine, yang terasa seperti kain berkualitas
tinggi. Tidak hanya halus, tetapi juga terasa nyaman di tangan.
“Uh,
itu menggelitik.”
“Ah,
maaf.”
Karena rasanya terlalu nyaman, aku
jadi terhanyut. Ketika kembali pada
kenyataan, aku melihat banyak penonton. Begitu menyadarinya, aku tidak bisa lagi bertahan
dalam lingkungan ini.
“Reine,
kita sebaiknya kembali ke ruangan.”
“Ah,
ya, benar.”
Menyadari
situasi di sekelilingnya, Reine pun merasa
malu. Dia sangat imut.
Kemudian,
kami meninggalkan tempat itu seolah-olah melarikan diri. Setelah kembali ke
dalam rumah sakit, akhirnya aku bisa terhindar dari tatapan orang.
Aku akan
kembali ke kamar dan bersikap tenang.
“──Hei.”
“Hmm?”
Reine
memanggilku dari belakang.
“Satoshi-sama, maksudku,
Satoshi, bagaimana kamu bisa mengetahui bahwa
ada masalah di keluargaku?”
Reine
bertanya sambil mendorong kursi rodaku.
“Eh?
Apa aku pernah bilang bahwa ada masalah di keluargamu?"
“Ya,
jelas.”
Seriusan… aku sudah mengacaukan semuanya.
Reine
menyimpan rahasia tentang keluarganya. Hanya sedikit orang yang tahu tentang
itu. Artinya, apa yang aku ketahui sangat tidak biasa.
“Aku
mendengar Sano berbicara tentang Reine.”
Kurasa
sepertinya itu cara yang sempurna untuk menghindar. Aku tidak
peduli apa yang terjadi pada Sano.
“Begitu…”
Aku bisa melihat kamar rawatku, tetapi lampu
neon di koridor berkedip-kedip, mati dan menyala berulang kali. Aku merasa
sedikit aneh dan ingin memecah keheningan.
“Sano
bersikeras bahwa dia pasti akan menyelesaikannya. Ia orang yang baik, ‘kan? Aku tidak bisa melakukan
sesuatu untuk orang lain, jadi aku pikir orang seperti Sano itu hebat.”
“Begitu.”
Hmm… apa
maksudnya?
Kecuali Satsuki,
para heroine lainnya seharusnya masih
menyukai Sano. Namun, reaksi mereka yang dingin ini sangat aneh. Tiba-tiba, kursi roda berhenti.
Sepertinya Reine berhenti mendorong.
“Ada
apa, Reine, guub!?”
Ketika
aku mengangkat kepala untuk melihat Reine di belakangku, kedua tangannya memegang
pipiku. Matanya yang membesar mendekat ke wajahku.
“Hei,
Satoshi-sama. Kamu yang telah menyelamatkan
nyawa kami adalah orang yang lebih mampu berbuat untuk orang lain daripada
siapa pun. Jadi, jangan merendahkan dirimu.”
Karena
kepalaku dijepit,
aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari tatapannya yang terlalu lurus.
“Terima
kasih. Aku senang…”
“Anak
yang baik. Aku menyukai
Satoshi-sama yang jujur.”
Dia
tersenyum dan menatapku. Tapi, kenapa wajahnya terlalu dekat!
“Tapi…”
Setelah
lampu neon berkedip beberapa kali, lalu akhirnya
padam. Suasana
di sekitar kami terbungkus dalam kegelapan seperti malam.
Hanya
mata Reine yang biru tua yang bersinar.
“Jangan
sebut-sebut nama sampah itu, Sano Yuuto.
Terutama aku tidak ingin mendengarnya
dari mulutmu lagi.”
“Eh...?”
“Dia
adalah kanker dunia ini. Lebih baik terjebak dalam kotoran daripada terus berada di dekatnya. Membandingkannya
dengan Satoshi-sama saja
sudah sangat berlebihan.”
“Se-Sebegitu parahnya? Tapi, kamu
pernah menyukainya, ‘kan...?”
“Ya,
aku pernah menyukainya. Tidak,── aku dipaksa untuk menyukainya.”
Dipaksa
untuk menyukainya...?
Saat aku
ingin bertanya apa maksudnya, aku dibebaskan dari pelukan Reine. Dan ketika aku
melihat ke depan, Reine sudah memeluk leherku dari belakang.
“Tapi,
aku sudah bangun sekarang. Berkat sang penyelamat. Mulai sekarang, aku yang
akan mendukung Satoshi-sama,
tidak, Satoshi. Selama sisa hidupku, oke.”
“Ah,
ya. Aku
mengandalkanmu.”
“Ya,
serahkan saja padaku.”
Pernyataannya
terlalu berat!?
Meskipun
dia sedang memelukku,
alih-alih merasa bahagia,
aku justru merasakan ketakutan dan kegelisahan yang semakin meningkat.
Aku
berjanji dalam hati untuk segera keluar dari rumah sakit supaya tidak menjadi beban bagi para
heroine.
◇◇◇◇
“Bosan banget...”
Sepertinya Satsuki
dan Reine tidak bisa datang hari ini karena ada urusan tersendiri. Karena tidak ada yang bisa dilakukan,
aku terus membaca buku referensi yang sebenarnya tidak ingin aku baca.
Aku ingin cepat-cepat punya smartphone...
Namun, waktu keluarku dari rumah sakit sudah semakin dekat.
Olahraga berat masih tidak mungkin, dan berjalan pun sangat sulit, tetapi aku
senang bisa keluar. Dokter sempat menyarankan supaya
aku dirawat lebih lama lagi, tetapi aku dengan sopan
menolak. Tentu saja, biaya rawat inap menjadi pertimbangan, tetapi aku merasa
lebih nyaman di rumah. Aku sama sekali tidak suka suasana rumah sakit.
Meskipun
di rumah, aku tinggal sendirian. Karena menggunakan pengetahuan dari kehidupan
sebelumnya sesuka hati, hubunganku dengan orang tuaku menjadi renggang,
sehingga aku memutuskan untuk memutuskan hubunganku
dengan mereka saat masuk SMA. Aku bahkan berpikir untuk
melaporkan ke polisi agar mereka tidak mencariku, tapi itu tidak perlu.
Sampai
sekarang, aku belum menerima satu pesan pun
dari informasi kontak orang tuaku yang tersimpan di smartphone-ku. Mungkin mereka juga lebih baik
tanpa keberadaanku. Meskipun ada sedikit rasa penyesalan, aku menyadari bahwa
aku tidak dicintai, jadi itu benar-benar tidak masalah bagiku.
Daripada
memikirkan keluarga yang telah kuputuskan hubungannya, lebih baik memikirkan apa yang
akan terjadi setelah aku pulang.
“Ya,
untuk sementara waktu, aku hanya bisa mengandalkan Amazon dan Uber.”
Untuk melakukannya, aku harus pergi membeli
smartphone terlebih dahulu. Tanpa benda
tersebut, aku bahkan tidak bisa mengandalkan pengiriman.
Setelah keluar dari rumah sakit, aku akan pergi ke toko ponsel terlebih
dahulu.
“Hmm?”
ku
mendengar langkah kaki mendekat dari balik pintu, dan aku bisa melihat bahwa
seseorang berhenti di depan ruang perawatan melalui kaca buram. Kemudian, suara
ketukan terdengar di ruang perawatan.
“Silakan.”
“Permisi~”
Suara
lembut yang membuatku merasa rileks bergema di ruang perawatan.
“Halo~
Satoshi-kun. Apa kabar~?”
“Ya,
aku sudah lumayan baik-baik saja. Nanjou masih selalu seperti biasanya ya.”
"Tidak
begitu~ Aku sangat khawatir setiap hari tau. Lebih dari itu, aku merasa sedih jika kamu masih memanggilku dengan nama belakang. Tolong
panggil aku dengan nama depanku,
ya~?”
“Ah,
maaf. Shuna.”
“Ehhehe~
Senang sekali.”
Dia
terlihat sangat ceria...
Anehnya,
aku merasa lukaku juga semakin membaik.
Nanjou
Shuna. Salah satu heroine dari 【LoD】.
Dia
memiliki rambut cokelat semi-panjang yang lembut. Dia memberikan kesan mudah
didekati pada pandangan pertama, dan dia selalu menjaga ritmenya sendiri dengan
siapa pun.
Dia
adalah ketua OSIS di angkatan kami dan dikenal dengan sebutan [Gadis Suci]. Dia tidak tega membiarkan orang lain yang sedang dilanda
kesulitan.
Dan yang
perlu dicatat adalah penampilannya. Tanpa perlu menyebutkan detailnya, dia
memiliki fisik yang lebih menonjol dibandingkan heroine lainnya. Banyak
laki-laki yang pasti berterima kasih padanya.
“Terima
kasih sudah menjenguk. Aku selalu merasa terbantu.”
“Tidak
masalah, tidak masalah~. Jangan khawatir. Aku melakukannya karena aku ‘menyukainya'~.”
Dia
langsung merendah setelah duduk di kursi di sebelah kiriku.
“Ini mungkin
kedengarannya mendadak, Satoshi-kun. Kamu pasti merasa bosan terus-terusan berbaring,
kan~?”
“Eh,
ah, ya.”
Apa-apaan dengan kuis yang bertele-tele ini...?
Suaranya yang hampir tidak memiliki intonasi sama
sekali membuatku hampir terjatuh.
“Aku ada
hadiah untuk Satoshi-kun yang sedang begitu~.
Tadaa~! Aku membawakan permainan!”
Dia
berkata demikian sambil menyerahkan sebuah Game
Boy. Dan kasetnya adalah Pokémon kuno. Barang yang dirilis lebih dari dua puluh
tahun yang lalu.
Eh? Bukannya ini terlalu retro?
Ketika
aku terkejut, Shuna tersenyum dengan rasa bersalah.
“Aku
tidak punya uang, jadi aku tidak bisa membeli game terbaru~. Makannya aku cuma bisa
menemukan barang bekas seperti ini.”
“Ah,
begitu.”
Sebenarnya,
aku merasa terkesan karena dia bisa
menemukannya.
“Sebenarnya,
aku ingin membelikanmu yang terbaru, tapi... tak
peduli seberapa banyak usaha yang kulakukan, uangku
tidak cukup~. Aku benar-benar
tidak berguna~. Bahkan untuk penyelamat hidupku, aku hanya bisa memberikan
ini... hiks.”
Eh!?
Shuna menangis tersedu-sedu dan
meminta maaf padaku dengan suara yang serak. Aku hanya bisa panik dan bingung
menghadapi situasi yang terlalu tiba-tiba ini.
“Maafin aku ya. Maafin aku ya. Aku tidak bisa memberikan
apa-apa selain permainan bekas yang sudah digunakan oleh orang lain kepada
penyelamat hidupku...”
Keluarga
Shuna sangat miskin. Pada awalnya,
orang tua Shuna adalah pengusaha sukses yang berhasil membangun kekayaan dalam satu
generasi, dan Shuna sendiri adalah putri presiden perusahaan.
Namun, seorang bawahan kepercayaan keluarganya justru
mengkhianati mereka dan menggelapkan uang perusahaan.
Semua uang itu habis digunakan untuk perjudian, dan ketika pelakunya terungkap,
mereka tidak memiliki sepeser uang sedikit
pun.
Mana
mungkin mereka menagih uang
dari orang yang tidak memiliki uang. Sejak saat itu, kinerja perusahaan terus
menurun, dan sekarang mereka beroperasi dengan utang yang terus menumpuk sambil
berjuang untuk tetap bertahan.
Shuna
mulai bekerja paruh waktu begitu masuk SMA untuk membantu keuangan keluarganya. Dia tampaknya memiliki prinsip
‘meskipun miskin, hati tidak boleh
menjadi miskin’. Menjadi
ketua OSIS dan membantu orang lain juga berawal
dari prinsip tersebut. Sangat menyentuh hati sekali.
Sebagai
informasi, dalam game 【LoD】 ada cerita di mana
protagonis membantu perusahaan Shuna, tetapi, yah, pada titik akhir yang buruk,
banyak yang bisa ditebak...
“Shuna,
tolong angkat wajahmu. Terima kasih atas
hadiahnya, ya?”
“......
Tidak. Malahan rasanya seperti aku memberikan
sampah padamu. Maaf, ya?”
“Tidak
begitu. Shuna tahu kalau aku
bosan di rumah sakit, jadi kamu memilihnya untukku, kan? Hanya perasaan itu
saja sudah membuatku senang.”
“Tapi...”
“Tidak perlu tapi-tapian.
Lagipula, kesempatan untuk bermain game lama seperti ini jarang sekali, jadi aku sebenarnya sangat
bersemangat. Game terbaru memang bagus, tapi yang retro juga punya daya tarik
tersendiri.”
“......
Benarkah~?”
Cahaya di
matanya kembali bersinar. Sepertinya perasaanku berhasil
tersampaikan. Tinggal satu dorongan lagi.
“Aku
tidak berbohong. Ayo, Shuna, datanglah ke sini. Ayo kita
main bersama.”
“Ya...
terima kasih~.”
“Seharusnya
aku yang berterima kasih padamu...”
Meskipun
miskin, ada berapa banyak orang yang rela menghabiskan uangnya untuk orang lain? Aku berharap
tim produksi dan protagonis yang mencoba membuat gadis
ini menderita bisa mendapatkan balasan yang
setimpal.
Ngomong-ngomong,
game lama ini tidak mau menyala sama sekali. Mungkin karena ini adalah game
yang dibuat sekitar waktu aku lahir di kehidupan sebelumnya, jadi tidak mengherankan. Ini juga termasuk dalam cara
menikmati game retro, mungkin.
“Eh~
nyalanya sangat lama, ya~.”
Shuna
menatap gameku dengan mata berbinar. Kurasa wajar
saja dia bereaksi begitu karena dia bahkan tidak memiliki
smartphone.
Tapi, bukannya dia terlalu dekat?
Aku bisa mencium aroma manis seperti
kelopak bunga dan kehangatan lembut yang bercampur. Shuna yang asyik bermain di
sampingku tidak menyadari bahwa jarak antara kami sudah nol. Mungkin game ini
sangat langka baginya.
Namun,
bagi seorang remaja laki-laki yang sehat, jarak ini
terlalu menggoda. Aku mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan untuk fokus
pada permainan.
Namun,
ternyata lebih sulit dari yang aku kira. Tombol arah di sebelah kiri mudah
ditekan, tetapi tangan kananku tidak bisa bergerak, jadi menekan tombol AB di
sebelah kanan menjadi sangat sulit. Bermain hanya dengan tangan kiri terasa
melelahkan.
“Eh~
Satoshi-kun, ada apa?”
“Mm?
Tidak, aku hanya berpikir sulit menekan tombol kanan karena tangan kananku
tidak bisa digunakan.”
“Ah~
benar juga. Maaf ya, aku tidak memperhatikannya~.”
Saat aku
mengatakan itu, sebuah beban menghilang dari sisi kiriku. Dan bersamaan dengan
itu, rasa kehilangan yang misterius menguasai hatiku.
Memang
benar kita tidak menyadari betapa pentingnya sesuatu saat itu......
Saat aku
memikirkan hal itu, Shuna pindah ke sisi lain tempat tidurku. Dia bersandar
dari sisi kanan dan mulai menyentuh konsol permainan.
“Aku
akan menekan tombol dari sisi kanan~. Dengan begini kita bisa bermain bersama,
kan~?”
Gelombang
kebahagiaan mengalir dari sisi kananku...tapi nihil. Karena aku tidak merasakan
tangan kananku, kebahagiaan itu terasa setengah.
Sialan!
“Hehe,
ini yang disebut kerja sama yang terkenal, ya~.”
“Mungkin
bukan begitu maksudnya.”
Jika
kerja sama yang seperti ini benar-benar untuk orang-orang bahagia, seharusnya
penjualannya lebih tinggi.
Sebenarnya,
karena aku kesulitan menggunakan tangan kanan, Shuna yang mau membantuku adalah
tambahan yang sangat baik. Aku
bersyukur padanya dengan penuh rasa hormat di dalam
hatiku.
“Hmm~
ada apa~?”
“Tidak,
bukan apa-apa. Aku akan menyerahkan sisi itu padamu, Shuna.”
“Baik!
Ini adalah kolaborasi ‘pertama’ kita~.”
“Benar.”
Meskipun faktanya memang benar, tapi penekanan pada kata 'pertama'
terasa cukup kuat... yah, tidak ada gunanya memikirkannya.
Sejak
saat itu, waktu bermain yang mendebarkan berlangsung dalam berbagai arti,
tetapi waktu yang menyenangkan berlalu dengan sangat cepat. Karena di rumah sakit tidak ada hiburan,
jadi mungkin aku sangat merindukan hiburan. Waktu kunjungan sudah hampir
berakhir.
“Ah~,
sudah selesai, ya~.”
“Sayang
sekali. Kita bisa melakukannya lain kali.”
Aku
mematikan daya. Butuh waktu agak lama aku
akan menyesali tindakan yang sembrono ini. Petunjuknya adalah 'laporan'.
“Shuna,
kamu akan bekerja paruh waktu sekarang?”
“Ya.
Karena ada makanan gratis~. Aku akan berusaha sampai tutup.”
“Kamu
memang gadis yang hebat.”
Dia
berusaha keras, tapi
apakah dia benar-benar termotivasi? Sepertinya dia mulai kehilangan semangat.
Shuna
mengenakan mantel yang sudah usang dan berlubang di sana-sini. Anehnya, dia
tidak terlihat kumuh. Sebaliknya, itu justru menonjolkan pesonanya.
“Jangan
terlalu memaksakan diri, ya. Jika kamu jatuh pingsan,
semuanya akan sia-sia.”
“Terima
kasih~. Tapi aku baik-baik saja~. Kesehatanku adalah satu-satunya kelebihanku~.”
Dia
membuat tanda peace di samping wajahnya. Sepertinya begitulah caranya untuk
mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
“Kalau
begitu tidak apa-apa. Jika kamu kesulitan, kamu bisa
memberitahuku kapan saja, ya? Apa pun yang terjadi, aku akan
membantumu.”
“──Eh?”
Eh? Apa-apaan dengan ekspresi itu?
Shuna
menatapku dengan tatapan
kosong. Dari ekspresinya, aku tidak bisa mengetahui apa yang dia pikirkan.
Namun, dia terus menatapku dengan penuh perhatian.
"Shuna?”
Aku tidak
terbiasa ditatap dengan
tatapan yang lama. Aku bertanya padanya dengan hati-hati agar tidak menginjak
ranjau.
“Mm?
Ah, tidak, bukan
apa-apa~.”
“Kalau
begitu tidak masalah.”
Dia
tersenyum lemah dan melambaikan tangannya,
seolah tidak ada yang salah. Namun, aku bisa merasakan ada sesuatu di balik
senyumnya, tetapi dia tampaknya tidak ingin aku menanyakannya lebih lanjut.
Jika demikian, aku juga tidak berniat untuk menanyakannya.
Namun,
Shuna mulai berbicara.
“...
Baru-baru ini~,
perusahaan ayahku berjalan dengan baik~. Berkat itu, aku akhirnya bisa berkuliah~”
“Oh!
Itu bagus sekali.”
“Ya.
Ada seseorang yang melakukan pesanan besar~. Selama ini, aku hampir tidak bisa mengumpulkan uang
untuk biaya kuliahku~. Itu benar-benar
berkah dari Tuhan~.”
Syukurlah.
Kalau begitu, mungkin aku harus memberitahunya nama orang yang berjasa
tersebut. Seperti biasa, namanya.
“Bukannya
itu dari Sano? Aku mendengarnya
bersemangat dan menyombongkan diri dengan berkata,
'Aku akan pergi ke universitas yang sama dengan Shuna!'”
Perusahaan
orang tua Shuna benar-benar dalam masalah serius tahun
ini. Mereka hampir bangkrut, tetapi tiba-tiba mendapatkan pesanan besar yang
merupakan keajaiban. Itu semua berkat Sano-kun.
Dia menggunakan semua uangnya dan bekerja keras untuk menutupi kekurangan.
“Hei,
Satoshi-sama.”
“Hmm?”
Ketika
aku melihat Shuna, dia masih tersenyum
seperti biasa, tapi tidak ada kehangatan di senyumnya. Meskipun dia tersenyum,
ekspresinya kelihatan datar dan kosong.
Rasanya
ada sesuatu yang kontradiktif di antara keduanya. Dia mulai berjalan ke
arahku.
“Bisa
dengarkan aku sebentar?”
“Eh?
Ya, tidak masalah.”
Meskipun
tidak ada orang lain di ruang rawatku,
apa gunanya meminta izin segala? Aku
tanpa sadar mengiyakannya.
Lalu,
“──Dasar pembohong.”
“Eh?”
Suara
bisikannya terassa menggelitik sampai ke telingaku.
Ketika aku ingin menanyakan maksud sebenarnya, dia hanya menatapku dengan
senyuman yang sama.
“Selain itu,
Satoshi-kun. Aku sudah tidak tertarik
pada itu lagi, jadi tolong jangan membuatku merasa
aneh ya.”
“Eh?
Oh, ya.”
Sepertinya
Shuna juga tidak tertarik pada Sano, sama seperti Satsuki dan yang lainnya.
Walaupun aku
tidak mempedulikannya, tetapi dengan pernyataan buruk
itu, semakin banyak orang yang dulu menyukainya mulai menjauh... meskipun itu
membuatku merasa baik.
“Satu-satunya
orang yang kulayani cuma Satoshi-kun saja loh──sampai aku mati.”
“Ah,
ya.”
Sudah
kubilang, kenapa perkataannya
begitu berat!?
Cara
bicara Shuna yang lambat adalah salah satu pesonanya, tetapi dia mengucapkan
itu dengan tegas di akhir. Aku merasakan keseriusan di sana, dan itu semakin
membuatku takut.
“Baiklah,
aku pergi ya~. Kapan-kapan kita
main game bersama lagi, ya~.”
“Ah,
ya. Sampai jumpa.”
Dia
melambaikan tangan dengan ceria, lalu Shuna keluar dari ruang rawat.
Aku ingin
cepat-cepat sembuh dan keluar dari sini...
◇◇◇◇
Setelah
Shuna pergi, aku berniat melanjutkan permainan, tapi semua dataku kembali ke
awal. Sepertinya game jadul tidak
memiliki fitur auto-save. Waktu yang kuhabiskan bersama Shuna menjadi sia-sia.
Aku
mencoba menghibur diri dengan berpikir bahwa rasa hampa ini merupakan bagian dari kesenangan bermain
game retro... sepertinya itu berhasil.
Lagipula,
aku sedang dirawat di rumah sakit. Hal sepele seperti ini tidak ada artinya.
Sebaliknya, bisa jadi ini malah menambah waktu untuk mengisi kebosanan.
Berpikir
positif itu penting. Karena sebentar lagi aku akan
keluar, jadi aku akan berusaha.
“Ngomong-ngomong,
Sano sudah sangat dibenci, ya.”
Orang itu
memang pantas mendapatkannya, jadi aku tidak merasa
kasihan.
Rasakan itu.
Aku
berusaha mati-matian agar dirinya
dan para heroine
mendapatkan akhir yang bahagia.
Jika bisa
diselesaikan dengan uang, itu benar-benar terlalu mudah. Rasanya sangat menyakitkan ketika aku
berpura-pura menjadi Sano dan mendapatkan hasil untuknya, atau membantu para
heroine dari belakang dan mengklaim
prestasi itu sebagai milik Sano. Lagipula,
apapun yang kulakukan, hasilnya akan menjadi milik Sano, dan imbalan yang
kuterima hanyalah kemungkinan untuk bertahan hidup.
Aku tidak
bisa menghitung sudah berapa kali aku disiksa oleh perasaan hampa ini...
Aku
memutuskan untuk menganggap senyuman para heroine
sebagai imbalan, tetapi karena menghadapi akhir yang buruk ini, aku akan terus
menyimpan dendam seumur hidup.
Ya, memang ada banyak kesulitan yang kuhadapi. Yang
paling merepotkan adalah kekuatan paksaan dunia. Jika terlalu jauh menyimpang
dari skenario 【LoD】, aku akan dihalangi, jadi
rasanya benar-benar sulit untuk bertindak
secara terbuka.
“Tidak,
seriusan, semuanya
bakalan gampang jika hal itu
tidak ada...”
“Apa
yang kamu maksud dengan itu?”
“Oh,
kekuatan dunia ini... Uwo!? Sejak kapan
kamu ada di sini?”
Aku tersentak kaget ketika melihat wajah
cantik nan anggun seperti patung tepat di
sampingku.
“Hehe,
baru saja tadi. Karena kamu tampak sedang berpikir, kupikir tidak baik kalau aku mengganggu, jadi aku masuk tanpa
suara.”
“Itu tidak baik buat jantungku, tolong
jangan lakukan itu... Cukup panggil aku dengan biasa saja.”
“Baiklah.
Satoshi-sama.”
“…Tolong
panggil aku dengan nama biasa saja.
Rasanya bakalan agak canggung jika putri dari keluarga konglomerat Shinonome
memanggilku dengan imbuhan ‘sama’, ‘kan?”
“Hehe,
benar juga. Kalau begitu, aku akan memanggilmu
Satoshi-san.”
Dia
tertawa sambil menutupi mulutnya dengan ceria. Satsuki,
Reine,
dan Shuna juga, mengapa mereka memanggilku dengan
sebutan
'Satoshi-sama'?
Memang benar kalau aku telah menyelamatkan
nyawa mereka. Tapi, sebutan itu terasa agak berlebihan.
Mereka
tidak perlu seformal itu hanya karena aku
menyelamatkan hidup mereka.
Selain
itu, gadis ini seharusnya lebih pantas kupanggil
dengan imbuhan 'sama'. Sangat tidak pantas jika aku dipanggil dengan sebutan hormat seperti
itu.
“Silakan
panggil aku Shino juga. Kamu tidak perlu merasa canggung. Bukannya kita berdua sudah sangat akrab?”
“Ah,
maaf. Shino.”
Kira-kira
hubungan macam apa yang dimaksud...?
Aku tidak
akan memanggilnya dengan nama keluarga di sini, karena aku sudah mempelajarinya dari ketiga gadis itu
bahwa jika mereka meminta untuk dipanggil dengan nama, maka aku harus
melakukannya. Begitulah cara gadis-gadis berinteraksi.
Shinonome
Shino. Heroine terakhir
di game 【LoD】.
Dia
adalah wanita cantik yang anggun dengan rambut hitam pekat yang tergerai lurus dan
misterius, seolah-olah memotong langit malam. Dia tidak hanya menduduki
peringkat teratas di kelas, tetapi juga merupakan seorang jenius dengan
prestasi di tingkat nasional. Dia bisa melakukan segalanya dengan baik, baik
dalam akademik maupun olahraga. Rasanya tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa istilah 'Yamato Nadeshiko' sangat cocok disandingkan
untuknya.
Sebagai
putri dari keluarga konglomerat
Shinonome, dia berada di posisi yang sangat berbeda dibandingkan dengan Shuna
yang merupakan heroine
miskin.
Aku menyukai
keduanya, jadi aku tidak bisa membandingkan keduanya.
“Jadi,
apa yang kamu pikirkan tadi?”
“Ah,
um...”
Aku tidak
bisa membahas tentang kekuatan paksaan dunia.
“Itu
tentang uang. Kurasa
perusahaan yang sedang aku investasikan sudah mencapai batasnya, jadi aku
berpikir untuk berinvestasi di perusahaan lain.”
Hmm. Cara
mengalihkan pembicaraan ini memang sangat
buruk.
Pembicaraan
semacam ini biasanya cuma diakhiri dengan “Hee, begitu~.” Setidaknya, ini bukan topik yang
cocok untuk dibicarakan dengan seorang gadis SMA.
Normalnya
begitu.
Tapi aku
tidak boleh menyamakan Shino dengan gadis-gadis biasa.
“Begitu
ya. Kalau begitu, bagaimana dengan Hoshinet? Ini adalah perusahaan baru yang
mengembangkan layanan penyedia tenaga kerja dan sedang tumbuh pesat. Menurut
prediksi analis ekonomi, pendapatan mereka diperkirakan akan dua kali lipat,
bahkan tiga kali lipat dalam setahun.”
Begitu
caranya...
“Tidak,
perusahaan Hoshinet kurang bagus. Aku tidak mempercayai kalau mereka
akan terus berkembang.”
“Mengapa?
Model bisnis penyedia tenaga kerja yang baru ini terlihat menarik dan
seharusnya menjadi perusahaan yang menguntungkan bagi para investor, bukan?”
“Ada
beberapa alasan, tapi alasan
utamanya adalah layanan tenaga kerja itu
mudah untuk ditiru. Jika perusahaan besar dengan modal yang cukup, seperti klan
Shinonome, meniru model bisnis ini, mereka tidak akan mendapatkan keuntungan
dalam waktu singkat.”
Bagaimana
dengan ini?
“Hehe,
seperti yang kuduga, analasismu memang tajam.
Sangat mengesankan."
Dia
berkata demikian sambil bertepuk tangan dengan senang hati.
Bagus
sekali. Dia memang sedang mengujiku.
Inilah
taktik yang sering digunakan oleh perusahaan besar. Ketika ada model bisnis
atau produk yang baik, mereka akan menginvestasikan banyak modal untuk membuat
produk serupa. Aku tidak menganggap ini sebagai cara yang curang, tetapi bagi
perusahaan kecil, tindakan mereka
pasti sangat menyakitkan.
“Seperti
yang kamu duga, keluarga
Shinonome kami berencana untuk mendirikan perusahaan dengan model bisnis yang
sama dengan Hoshinet. Kami berencana untuk menginvestasikan modal dan sumber
daya manusia berkali-kali lipat lebih banyak daripada Hoshinet.”
“Licik
banget... tapi ya, kurasa itu
salah orangnya karena gampang ditiru.”
“Ya.
Dunia sosial memang kejam karena yang
kuat akan memakan yang lemah. Menunjukkan
kelemahan dan keuntungan adalah kesalahan.”
Fakta bahwa
dirinya bisa
mengatakan hal tersebut sudah menunjukkan kalau cara berpikirnya jauh dari orang
biasa. Dia tahu bahwa jika Hoshinet hancur, banyak orang akan kehilangan
pekerjaan, dan dia tetap mengatakannya.
“Meski
begitu, aku sangat terkesan dengan pandangan dan wawasanmu yang luas, Satoshi-san. Aku tidak menyangka ada
orang dari angkatan sama yang lebih cerdas dan bijaksana
ketimbang diriku.”
“Kamu
terlalu memujiku. Lagipula, aku tidak pernah menang dari Shino dalam ujian.
Dalam hal itu, Sano memang luar biasa.”
“Hehe,
kumohoon jangan sebut nama itu. Itu
membuatku merasa ingin membunuhnya.”
“Oh,
baik.”
Sepertinya
semua heroine sudah mulai membenci Sano.
Ia
benar-benar mengejar empat kelinci sekaligus dan tidak mendapatkan apa-apa.
Sayang sekali.
Shino
masuk ke sekolah SMA biasa
ini untuk mencari teman. Sepertinya di kalangan kelas atas tidak ada orang yang
sebanding dengannya. Dia selalu berada di peringkat teratas secara nasional
tanpa belajar.
Karena
itulah, dia sengaja masuk ke sekolah
biasa. Dia berharap dengan mengubah lingkungan, dia bisa menemukan orang-orang
yang menarik.
Dan di
antara mereka, dia menemukan Sano. Bukannya itu
bagus sekali?
Shino
memiliki kebiasaan untuk menguji orang. Pembicaraan tentang perusahaan tadi
juga begitu. Sepertinya dia suka menentukan apakah seseorang layak untuk diajak
bicara.
Aku
tampaknya sudah melewati penyaringan
Shino. Berkat itu, aku bisa menikmati percakapan dengan Shino.
“Aku
tidak tahu apa motivasimu, tapi sepertinya kamu tidak serius dalam ujian.
Katanya, 'Elang yang berbakat menyembunyikan cakarnya.' Untuk
hidup lama dan tenang, tidak mencolok merupakan
keputusan bijaksana.”
Dia tersenyum
dengan makna yang dalam seolah-olah menyiratkan,
“Aku sudah mengetahuinya.”
Tidak,
sebenarnya aku benar-benar berusaha untuk mendapatkan peringkat pertama di
kelas...
Karena
kekuatan paksaan dunia, nilainya selalu ditentukan di tengah-tengah.
Di sini
aku akan menjelaskan tentang 'kekuatan paksaan dunia.'
Dunia ini
merupakan dunia dari game simulasi kencan yang bernama 【LoD】. Artinya, ada skenario.
Jika ada gerakan atau upaya yang
mengubah skenario tersebut, maka
perbaikan akan dimulai di dunia untuk menyesuaikan diri.
Contohnya,
aku tahu bahwa Shino mencari seseorang yang memiliki kecerdasan sebanding
dengannya.
Karena
itu, meskipun aku hanya seorang karakter
sampingan, aku ingin terlibat dengan heroine
dan mendapatkan nilai sempurna di semua mata pelajaran—seharusnya begitu.
Namun,
nilai yang kudapatkan justru sangat
menyedihkan. Lebih parahnya lagi,
jawaban yang benar malah diberi tanda salah, sehingga aku kehilangan banyak
poin. Setiap kali aku mengajukan protes, hasilnya tetap sama. Siapa pun yang
kutanya mengatakan bahwa jawabanku salah. Ketika aku merasa salah, orang di
sebelahku justru mendapat nilai penuh.
Awalnya
aku tidak mengerti, tapi tidak butuh waktu lama bagiku
untuk menyadari bahwa itulah
perbaikan dari 【LoD】. Shino memiliki latar belakang sebagai gadis jenius yang terus meraih
peringkat pertama sampai dia jatuh cinta pada Sano. Karena aku telah merusak
pengaturan itu, dunia mulai memperbaikinya.
Rasanya
seperti mendapatkan nilai nol padahal jawabannya benar, seperti yang dialami nob*ta.
Nyatanya,
rasanya cukup menjengkelkan ketika aku mengalaminya sendiri. Padahal
aku sudah
berusaha keras untuk mengambil hasil dalam olahraga dan ujian, tetapi
terus-menerus terhalang oleh kekuatan paksaan dunia.
Ketika
aku ingin meraih peringkat pertama dalam lomba lari 50 meter, aku terjatuh, dan
ketika aku berusaha mendapatkan nilai dalam ujian, namaku tidak ditulis dan aku
mendapat nilai nol.
Di sini
aku menyadari batas kemampuanku. Bagaimanapun juga, karakter sampingan tetaplah karakter sampingan. Skenario merupakan sesuatu yang
mutlak, dan aku tidak punya pilihan selain mengikutinya.
Lagipula,
jika skenario bisa diubah, mana
mungkin aku berpikir untuk mengorbankan nyawaku demi menyelamatkan para heroine.
“Satoshi-san, aku sangat berharap otakmu
bisa digunakan untuk kepentingan keluarga
Shinonome.”
“Jangan
katakan begitu...”
Mengenai
pembicaraan Hoshinet tadi, sebenarnya aku menggunakan
pengetahuan dari kehidupan sebelumnya. Dunia ini sangat mirip dengan dunia
nyata tempatku berada, dan secara waktu, ini lebih ke belakang dibandingkan
saat aku berada di
sana. Meskipun tidak semuanya sama, sebagian besar hal tetap serupa.
Aku tahu
bagaimana akhir Hoshinet di dunia kehidupan sebelumnya. Di situ, aku hanya
menggabungkan logika yang kupelajari di dunia ini untuk membuat kesimpulan yang
terlihat masuk akal.
Ngomong-ngomong,
pengetahuanku tentang saham dan forex ada hubungannya dengan kehidupanku sebelumnya. Sebagai seorang NEET
yang tidak berguna, aku merasa bersalah kepada keluargaku dan memikirkan cara
untuk membalikkan keadaan. Itulah sebabnya aku
memilih saham dan forex.
Aku
belajar dengan serius untuk mengembangkan modal yang sedikit itu. Hasilnya,
semua uang yang kumiliki habis, dan yang tersisa
hanyalah rasa
bersalah.
Itulah
sebabnya, aku berpikir untuk menghasilkan uang sebelum
melewati tahun-tahun ketika aku hidup di kehidupan sebelumnya, tapi karena si
brengsek, uangku hampir habis...
Aku sudah
mencapai titik di mana aku tidak bisa berbuat curang lagi,
jadi keadaannya sangat buruk.
“Aku
benar-benar merasa bersyukur Satoshi-san
tidak mati...!”
“Eh?”
Ketika
aku sedang mencemaskan masa
depanku, Shino melompat ke dalam pelukanku.
Suara isak tangisnya terdengar.
“Ketika aku
membayangkan kamu mati di sana untukku, aku merasa sangat ketakutan...
aku bahkan tidak bisa tidur setiap hari karena
Satoshi-sama tidak lekas bangun. Jika ada sesuatu yang terjadi, aku juga berencana untuk
mengejarmu sampai ke alam baka...”
Eh!? Apa-apaan itu!? Terlalu
berat!
Aku
merasa lega dari lubuk hatiku bahwa kami tidak akan bertemu lagi di neraka,
meskipun aku telah bersusah payah menyelamatkannya.
“Shino,
aku masih hidup, jadi kamu tidak
perlu memikirkan hal seperti itu.”
“Tapi,
karena salahku...”
Shino
melepaskan pelukannya dan melirik lengan kananku.
“Luka
di lengan kanan ini adalah medali kehormatan. Dulu
aku hanyalah jiwa yang hampa
dan tidak berarti, bisa berhasil menyelamatkan
gadis imut sepertimu, Shino.
Itu sudah cukup untuk membuatku bangga seumur hidup. Jadi, jangan katakan
hal-hal yang merendahkan dirimu lebih jauh.”
Dalam
kehidupanku sebelumnya, aku tidak pernah bisa membantu siapa pun. Kini, aku
bisa mengorbankan diriku untuk menyelamatkan seseorang. Apalagi jika orang itu
adalah heroine dari 【LoD】, hal itu
sangat berarti.
“...
Cara bicaramu curang.”
Kemudian,
dia kembali menempelkan wajahnya di antara lututku dan berkata dengan nada
sedikit manja.
Lagipula,
Shino sama saja seperti Satoshi.
Jika dia
terus menyalahkan dirinya sendiri, itu akan menjadi penghinaan terhadapku yang
telah menyelamatkan nyawanya. Tidak mungkin Shino yang menjunjung tinggi
keadilan bisa melakukan hal seperti itu. Dengan memahami maksudku, Shino benar-benar wanita yang
baik.
... Itu
bagus, tetapi rasanya cukup
lama.
“Shino?”
"Maaf.
Tolong biarkan aku seperti ini selama sepuluh menit lagi, haah haah."
“Oh,
baik.”
“Ya.
Maaf. Air mata ini tidak bisa berhenti. Haah haah.”
Dasar pembohong!?
Aku sudah tidak bisa mendengar isak tangis,
dan malah suara napasnya terdengar
tersenggal-senggal.
Aku tidak
bisa mengatakannya padanya, tetapi jika harus ditambahkan sedikit tentang
Shino, dialah yang paling erotis di antara 【Gadis Elok Empat Arah】.
Dikatakan bahwa wanita yang penuh rasa ingin tahu itu erotis, dan Shino sangat
mencolok dalam hal itu.
Meski begitu,
rasanya cukup mengejutkan.
Aku
berpikir bahwa Shino akan menjadi erotis terhadap orang yang disukainya, tetapi
ternyata bahkan orang sepertiku pun bisa membuatnya terangsang.
Ketika aku masuk universitas, aku khawatir tentang apakah dia akan bergabung dengan kelompok
yang suka ngewe.
Saat aku mengkhawatirkan hal seperti
itu, Shino mengangkat wajahnya dengan ekspresi biasa.
“Aku
sedikit menikmatinya... Aku jadi teralihkan.”
“Aku
senang kamu sudah merasa lebih baik sekarang.”
Shino
mengibaskan rambut hitam legamnya dan berusaha merapikan diri. Aku berusaha
berpura-pura tidak peka, tetapi setelah mengamati, warna wajah Shino lebih baik
dibandingkan saat dia datang ke sini. Tetap saja, aku masih merasa khawatir padanya.
“Fyuh... Waktu yang menyenangkan
sudah sampai di sini. Sekarang aku ada acara makan malam...”
“Seperti
yang diharapkan dari putri direktur. Rasanya pasti sulit, ya.”
“Ya.
Rasanya memang merepotkan, tetapi demi
keluarga, mau bagaimana lagi.
Aku akan datang menjenguk
lagi.”
“Ah,
hati-hati.”
Shino
berdiri dari kursi dan meletakkan tangannya di pintu kamar, tetapi tangannya mendadak berhenti.
“Satoshi-san...”
Dia kemudian bertanya dengan
punggung menghadapku.
“Ya?
Kamu melupakan sesuatu?”
“Tidak,
ada satu hal terakhir yang ingin kutanyakan padamu.”
“Sesuatu
yang ingin kamu tanyakan?”
“Ya.
Kira-kira, apa ada orang yang
benar-benar kamu benci,
Satoshi-sama...?”
“Eh?”
Dia
melepaskan tangannya dari pintu dan menoleh ke arahku. Pandangannya yang tajam tertuju
padaku.
“Misalnya,
bagaimana pendapatmu tentang orang yang menabrakmu?”
Ah, jadi begitulah yang dia maksud. Dari sudut
pandang Shino, sopir truk itu pasti menjadi penyebab aku berada dalam keadaan
ini.
“Tidak,
sama sekali tidak. Aku sama sekali tidak membencinya. Malahan, aku merasa
kasihan padanya.”
“Eh...?”
Sebenarnya,
aku pernah berbicara dengan orang yang menabrakku, dan saat mendengarkannya,
tidak ada konsistensi logis dalam pembicaraannya. Perasaan ini sangat mirip
dengan orang-orang yang terpengaruh oleh kekuatan dunia ini. Jika
dipikir-pikir, aku merasa iba padanya
yang menjadi budak skenario dunia ini. Karena itulah,
aku tidak menagih biaya medis padanya.
“Kamu memang
terlalu baik, Satoshi-san...”
Shino
menatapku dengan senyum cemas.
“Tidak,
tidak begitu. Ada juga orang yang kubenci.
Misalnya, dewa yang mencoba membunuh kalian.”
“──Eh?”
Kesunyian
meliputi antara aku dan Shino.
Sial...
Aku terlalu berlebihan dengan kalimat yang bermakna dalam... Namun, memang
benar bahwa aku membenci tim produksi. Selanjutnya, tentang Sano. Semoga mereka
menjalani kehidupan sehari-hari yang mengerikan dan
menyedihkan.
“Satoshi-sama... tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, Satoshi-san, bisakah kamu mengulurkan
tangan kananmu?”
“Sebenarnya
aku ingin melakukannya, tetapi maaf. Aku masih
belum bisa menggerakkannya.”
Meskipun
aku mencoba menggerakkannya, aku hanya bisa menggoyangkan tangan kananku sedikit.
“Begitu
ya. Kalau begitu...”
Shino
berbalik dan datang menghampiri sebelah
kananku, lalu dia mengangkat
telapak tanganku dengan lembut menggunakan kedua tangannya. Kemudian, dia
mencium punggung tanganku seperti seorang kesatria.
“Ap-Apa
yang kamu lakukan!?”
Aku dibuat kebingungan karena saking kagetnya,
dan Shino memandangku dengan pipi memerah.
“Satoshi-sama. Aku takkan melupakan kebaikan yang sudah kamu berikan padaku.”
“Ah,
ya.”
“Itu
sebabnya, aku akan menghilangkan semua masalah yang menimpamu—seperti yang kamu lakukan padaku.”
“Hah?”
Meskipun
aku ingin menanyakan maksud perkataan
Shino yang sebenarnya, dia sudah berdiri dan
berjalan cepat menuju pintu keluar kamar.
“…Baiklah,
sampai jumpa lagi. Aku dengan tulus
mendoakan pemulihanmu secepatnya.”
“Ah,
ya.”
Pintu kamar rawat ditutup tanpa suara. Tadi
dia masuk tanpa suara, jadi mungkin itulah
alasannyaBahkan hal sesederhana membuka dan menutup pintu pun butuh
keterampilan tersendiri.
Tapi lebih
dari itu, hatiku dipenuhi dengan
perasaan gelisah dan tidak nyaman. Bukan hanya Shino saja. Aku juga merasakannya dari tiga
orang lainnya. Hanya saja, aku tidak bisa mengungkapkannya dengan
kata-kata.
“Ah,
sudahlah… mungkin kecurigaanku
hanya perasaanku saja.”
Aku akan
segera keluar dari rumah sakit. Begitu itu terjadi, aku takkan berurusan lagi dengan para
heroine dari 【LoD】.
Memikirkan
hal itu sedikit membuatku merasa sedih sih.
Namun,
pada bulan April nanti, aku akan menjalani kehidupan kampus untuk pertama
kalinya termasuk kehidupan sebelumnya. Memikirkan hal itu
membuat masa depanku terasa lebih cerah.
Bersikap positif
itu memang penting. Yup.
◇◇◇◇
Hari kepulanganku dari rumah sakit telah
tiba. Meskipun aku sudah dirawat selama tiga minggu, aku senang bisa tiba tepat
waktu untuk menghadiri upacara
penerimaan mahasiswa baru.
Satu-satunya
barang bawaanku hanyalah
tas yang kubawa saat kecelakaan. Selain itu, ada seragam. Rasanya aneh memakai
seragam setelah lulus, tapi itu satu-satunya pakaian yang tersisa untuk kupakai
di luar, jadi aku tak punya pilihan lain.
Bekas
darahnya
sudah dibersihkan dengan baik, dan aku
tidak mencium bau amis darah sama sekali. Aku merasa sangat bersyukur kepada pihak
rumah sakit.
“Terima
kasih atas bantuannya.”
Setelah
mengucapkan terima kasih kepada petugas pendaftaran, aku meninggalkan rumah sakit dengan berat hati dan
perasaan lega yang tak terlukiskan menguasai hatiku. Saat melihat pemandangan di luar, sinar matahari yang
cerah dan tunas sakura mulai muncul. Belakangan ini, bunga sakura sering kali sudah selesai mekar sebelum upacara penerimaan
mahasiswa baru, tapi jika begini, mereka pasti
akan mekar sempurna saat acara upacara tiba.
“Baiklah,
hmmm...”
Karena
aku masih belum sepenuhnya sembuh, lukaku
masih terasa sakit. Dari luar, aku mungkin terlihat normal kecuali lengan
kananku. Tapi di balik bajuku, aku masih terbalut perban. Berjalan juga terasa
sangat melelahkan.
“Hahh...
aku tidak pernah menyangka kalau beberapa
langkah saja sudah terasa begitu melelahkan...”
Aku
merasa sedikit menyesal, bertanya-tanya apa
aku seharusnya dirawat
di rumah sakit sedikit lebih lama lagi daripada
memaksakan diri.
“Satoshi-kun~! Tunggu aku dong~!”
“Hmm?”
Aku
berbalik dan melihat Satsuki berlari mengejarku sambil mendorong kursi roda.
“Karena
lukamu belum sepenuhnya sembuh,
kamu tidak boleh berjalan sendirian, oke~?
Ayo, ayo, duduklah.”
“Ah,
ehmm, terima kasih.”
Aku
menuruti perkataannya dan Satsuki
membantuku naik ke atas kursi
roda. Dia mengembungkan pipinya dan meletakkan tangan di pinggangnya.
“Kamu
terlalu sungkan banget, Satoshi-kun. Kamu seharusnya jangan pulang sendirian di hari keluar
dari rumah sakit.”
“Tidak,
aku tidak pernah
menyangka kamu akan datang...”
“Tentu
saja tidak! Aku tidak mau
membiarkan Satoshi-kun yang
belum sembuh sepenuhnya pergi sendirian!”
“Satsuki...”
Dia memang gadis yang baik hati...
Gerakan
heroine Satsuki
sangat bersinar dan memukai.
Aku sangat senang karena dia mau
menemaniku bahkan setelah keluar dari rumah sakit.
“Kalau gitu,
sebelum orang yang mengganggu
datang....”
“Apa
yang kamu lakukan!?”
“Cih.”
Eh? Apa
dia baru saja mendecakkan lidahnya?
Aku duduk
di kursi roda dan aku hanya
mendengar suara Satsuki di
belakang. Mungkin ini hanya perasaanku saja.
Namun, suara ini juga terdengar familiar.
Aku
mendengar suara langkah kaki berat dari belakang. Ketika aku menoleh, aku
melihat Reine dengan
rambut perak berkilau berlari dengan ekspresi marah. Dia berhenti di depan Satsuki dan menatap tajam ke arahnya.
“Bukannya
kita sudah berjanji untuk tidak
saling mendahului saat menyambut Satoshi-sama!?”
“Kamu
salah paham, Reine. Karena Satoshi-kun keluar sedikit lebih awal,
jadi aku hanya ingin pergi lebih dulu.”
“…Kelihatan banget ngibulnya.”
“Aku
penasaran kamu ngomongin apa ya~?”
Satsuki menepis kemarahan Reine dengan tenang.
“Reine juga datang, ya?”
“Y-ya.
Meskipun kamu sudah
keluar dari rumah sakit, kamu pasti masih merasa
kesulitan, ‘kan? Apa aku mengganggu...?”
Dia
memandangku dengan ekspresi cemas.
“Tidak,
tidak. Aku senang kamu datang.
Kalian berdua, terima kasih banyak
ya?”
“Ti-Tidak
masalah.”
“Ehhe,
sama-sama~”
Reine tampak acuh tak acuh sambil
memutar-mutar ujung rambutnya,
tetapi pipinya berwarna merah karena tersipu.
Sementara Satsuki
menerima kata-kataku dengan senyum lebar.
“…Kira-kira
apa yang sedang terjadi ya~?”
“Begitu
ya. Jadi kalian menggunakan cara seperti itu, ya.”
Suara
lembut dan bahasa formal yang tegas. Aku secara
refleks melihat ke depan, di
sana ada Shuna
yang tersenyum lebar dan Shino yang tersenyum datar. Keduanya tidak melihatku,
tapi menatap Satsuki dan
Reine seolah-olah mereka sedang menuduh keduanya.
“Oh,
rupanya Shuna dan Shino, toh. Kira-kira
ada apa ya?”
“Hehe,
kamu berpura-pura tidak tahu ya,
Reine.”
“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan~?”
Tatapan
Reine dan Shino saling bertemu. Meskipun keduanya tersenyum cerah, tapi suasana di antara terasa dingin seperti musim
dingin.
“Kalian
berdua tidak boleh bertengkar. Apa kalian lupa tentang [Perjanjian Empat Pihak]?”
Reine dan Shino yang tadonya saling berhadapan, kini menatap Satsuki dengan tatapan tajam.
“Memangnya
kamu berhak mengatakan itu, Satsuki...?”
“Bukannya orang
pertama yang melanggar perjanjian itu Satsuki-san sendiri,
kan? Aku melihatnya dengan mata ini.”
“…Aku tidak tahu kamu sedang membicarakan apa~?”
“Mengapa
kamu mengalihkan pandanganmu saat menjawab?”
Satsuki
pasti merasa tertekan dengan alasan yang sulit. Reine dan Shino perlahan-lahan
mendekatkan Satsuki ke dinding.
Tiba-tiba,
kursi rodaku bergerak. Sepertinya Shuna yang mendorong dari belakang.
“Shuna?”
“Shh~”
Shuna
meletakkan jarinya di depan
bibirnya.
“Ayo kita
biarkan saja ketiga orang yang bertengkar itu dan mari kita
pergi~”
“Eh?
Ah, tapi...”
“Tidak
apa-apa, jangan khawatir~”
Setelah
dia berkata begitu, kami
perlahan-lahan menjauh dari Reine dan Shino
yang sedang menghakimi Satsuki.
“Hei, hei~ Satoshi-kun. Aku ingin minta tolong
padamu, boleh?”
“Minta
tolong? Boleh saja.”
“Terima
kasih~. Sebenarnya, aku memutuskan untuk membeli smartphone karena sudah masuk universitas. Aku tidak
tahu apa-apa, jadi aku ingin kamu
menemaniku untuk membelinya, Satoshi-kun.”
“Owalah,
rupanya cuma itu saja toh. Aku juga berencana membeli
smartphone baru karena smartphone-ku rusak akibat kecelakaan. Ayo pergi bersama-sama.”
“Ya!
Terima kasih....”
“Tunggu
sebentar.”
“Cih.”
Eh? Tadi,
aku sepertinya mendengar suara decakkan lidah Shuna yang biasanya ceria...
“Sepertinya aku tidak bisa lengah sedikit pun,
ya.”
“Apa
maksudmu~?”
Reine
menuduh Shuna, tetapi Shuna sama sekali tidak memperdulikannya. Ekspresi
wajahnya mungkin adalah yang paling kuat.
“Satoshi-san.”
“Shino ya, ada apa?”
Dia
berlutut di depanku dan menggenggam
tanganku.
“Tidak,
aku hanya ingin mengucapkan selamat atas keluarmu
dari rumah sakit. Aku sangat senang.”
“Oh,
ya. Terima kasih.”
Senyum
dari Shino yang biasanya cemberut itu sangat kuat!
Aku
merasa sedikit malu dan mengalihkan pandanganku, tetapi di depan sana, ada Satsuki
yang kehilangan sinarnya.
“Dasar curang...”
“Hah?
Apa maksudmu?”
“Kamu tahu maksudku...”
Satsuki
dan Shino, Shuna dan Reine saling
menatap dengan tajam. Aku tidak punya cara untuk menghentikan pertengkaran ini,
dan karena aku duduk di kursi roda, aku juga tidak bisa melarikan diri. Aku
memutuskan untuk melarikan diri dari kenyataan dan tenggelam dalam
pikiranku.
Ngomong-ngomong,
nama [Perjanjian Empat Pihak] terasa sangat familiar...
Kesepakatan
itu dibuat setelah Sano mencapai akhir harem, demi mencegah para heroine bertengkar
satu sama lain karena Sano. Kata-kata itu tidak akan pernah muncul dalam rute
individu atau akhir yang
buruk.
Tapi pada
akhirnya, semua orang melanggar itu dan terus saling
curi-curi kesempatan untuk bermesraan...
Namun,
ada hal yang mengganggu pikiranku. Hubungan baik antara para heroine adalah
syarat wajib untuk akhir harem. Demi mewujudkannya, para
heroine harus menyelesaikan masalah yang mereka hadapi secara individu, tetapi
Sano tidak bisa melakukannya.
Dengan
kata lain, karena kami terus berselisih dan terus bermusuhan, pengakuan
mengerikan itu tak pernah diterima.
Aku
penasaran dengan bagaimana keadaannya
sekarang?
Ah,
mungkin itu hanyalah masalah sepele.
“Satoshi-kun, ada apa?”
Satsuki
memanggilku. Sepertinya aku sedikit
melamun. Para heroine berhenti berdebat dan menatapku.
“Aku merasa
sangat senang kalian masih hidup...”
“──”
Aneh
sekali. Padahal cucanya sedang cerah,
tetapi pandanganku mulai kabur.
Apa yang
ingin aku lindungi ialah masa
depan mereka yang hancur karena kepentingan para produsenya. Aku mempertaruhkan nyawaku demi itu.
Dan,
setelah melewati akhir kematian,
mereka semua kini hidup di “masa sekarang”. Hanya itu saja sudah membuat hidupku
terasa berarti.
Tidak ada
skenario lagi setelah ini. Para heroine akhirnya dibebaskan.
Kemudian,
aku bertatap mata dengan para heroine yang menatapku dengan penuh perhatian.
Wajahku langsung terasa panas.
“Maaf,
aku menunjukkan sisiku payahku.
Tunggu sebentar.”
Rasa malu langsung menyerangku, dan aku menyeka air mataku dengan cepat, tetapi semakin aku
berusaha untuk bersikap biasa, semakin dalam aku menggali lubang untuk diriku
sendiri.
“Kamu tidak
kelihatan payah kok. Kamu selalu membantu kami.”
“……Eh?”
Satu per
satu beberapa tangan mulai merangkul bahuku, punggungku, dan
lengan. Ada sedikit jeda waktu sebelum aku menyadari bahwa ini adalah tangan
dari keempat gadis tersebut.
“Apa...
yang...kalian lakukan?”
“Bagi kami,
kamu adalah penyelamat kami,
oke~? Mana
mungkin kami menganggapmu payah~?”
“Jika
kamu tidak ada, aku mungkin sudah tidak ada di
dunia ini.”
“Tolong
jangan menganggap dirimu payah.
Satoshi-san itu jauh lebih keren daripada siapa pun.”
Kata-kata
hangat yang terucap perlahan-lahan menyerap ke telingaku dan anehnya tertinggal
di dalam hatiku.
Ah, akhirnya
terbayar...
Saat aku
berpikir demikian, keempat gadis itu menjauh dariku. Dan mereka memandangku
dengan tatapan lembut.
“Yuk,
ayo kita rayakan keluarmu dari rumah
sakit! Aku sudah memesan restoran yakiniku
untukmu, Satoshi-kun!”
“Eh!?
Serius?”
Aku tidak
bisa menahan reaksi terhadap pernyataan Satsuki. Setelah makan makanan rumah sakit terus-menerus, aku sangat
ingin makan daging. Perutku mulai berbunyi seolah-olah tertarik.
“Hah...
jangan bicara seolah-olah itu
prestasimu sendiri, Satsuki-san.
Itu restoran yakiniku mewah yang dikelola oleh Konglomerat
Shinonome.”
“Itu
pasti sangat mahal...”
Tiba-tiba
wajahku langsung memucat. Aku sudah menghabiskan banyak uang karena Sano, dan sekarang hampir
tidak ada yang tersisa...
“Aku
tidak akan meminta Satoshi-san untuk membayar perayaan ini. Malam ini semuanya gratis.”
“Woahh... terima kasih...”
Apa yang
harus kulakukan? Sekarang Shino terlihat seperti dewa.
“Sudah
berapa tahun sejak terakhir kali aku makan
yakiniku ya~”
“Ini
pertama kalinya dalam hidupku. Aku tidak pernah makan di luar bersama
keluarga... aku juga tidak punya teman...”
“Kalian
semua makanlah sebanyak mungkin.”
Aku akan
bersikap baik kepada Shuna dan Reine.
Setidaknya, aku berharap mereka bahagia setelah semua perjuangan yang sudah mereka lalui.
“Kalau
begitu, ayo pergi!”
Suara
ceria Satsuki kembali menghidupkan suasana di antara
kami.
◇◇◇◇
Kamu
memang sangat baik ya, Satoshi-kun.
Itulah
sebabnya aku sangat menyukaimu.
Maaf ya
kalau ini terlalu mendadak?
Sebenarnya,
kami punya dua rahasia yang kami sembunyikan
darimu.
Kamu
mengetahui kalau kami akan mati pada hari itu, ‘kan?
Kami
berhutang budi padamu yang telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan
kami.
Terima
kasih banyak.
Tidak, bukan cuma itu saja.
Kamu sudah membantu kami selama ini,
bukan?
'Kekuatan
paksaan dunia',
ya?
Mungkin
itulah sebabnya kami tidak mengingatnya, tetapi kami telah
mengetahuinya.
Oleh
karena itu, aku berencana untuk mendukungmu seumur hidup.
Aku
berutang budi padamu karena selalu mendukung kami dari balik layar.
Kurasa
ketiga gadis lainnya juga merasakan hal yang sama.
Dan kami punya satu lagi rahasia.
Kami
berencana melenyapkan 'kekuatan paksaan dunia'
yang mempermainkan hati dan nyawa kami, serta sumber kejahatan yang menyakiti
Satoshi-kun—yaitu dengan membunuh Sano Yuuto.


