Heroine-tachi ga Chapter 4 Bahasa Indonesia

Chapter 4 — Orang yang Selalu Membantu Kita Selama Ini adalah──

 

“Akhirnya, besok ya.”

Deretan pohon sakura yang berjajar di jalan depan stasiun bermekaran dengan warna merah muda pucat, seolah-olah memberi selamat kepada para mahasiswa yang memulai tahun ajaran baru. Upacara penerimaan mahasiswa baru di universitasku juga akan berlangsung besok, dan aku merasa seperti mendapatkan sambutan yang hangat.

Kampus yang kuhadiri adalah universitas biasa yang dekat dengan rumah. Disebut universitas pendidikan umum, aku hanya perlu naik kereta selama tiga stasiun, dan dari stasiun terdekat universitas, aku hampir tidak perlu berjalan jauh.

Ngomong-ngomong, aku berhasil diterima di universitas yang berusaha kumasuki di kehidupan sebelumnya. Nilai rata-rataku lebih tinggi daripada universitas pendidikan umum, tapi sayangnya, letaknya terlalu jauh dari rumah.

…Atau itulah alasan yang kugunakan supaya membuatku kelihatan keren.

Kenyataannya, karena aku dirawat di rumah sakit, aku tidak menyadari bahwa surat pemberitahuan diterima, sehingga aku tidak bisa membayar uang pendaftaran.

Yah, mau bagaimana lagi. Meskipun aku memiliki keuntungan dari pengetahuan di kehidupan sebelumnya, kenyataan berakhir seperti ini mungkin menunjukkan bahwa aku tidak memiliki jodoh yang baik. Aku sudah bisa membalas dendam, dan aku telah menebus penyesalan kehidupanku yang sebelumnya.

Sekarang, aku tidak menyesalinya… atau seharusnya begitu.

Sebaliknya, aku sangat terkejut bahwa universitas pendidikan umum mengirimkan surat pemberitahuan ke rumah sakit tempatku dirawat. Jika tidak, mungkin aku takkan bisa menjadi mahasiswa. Ini benar-benar merupakan anugerah dari Tuhan. Dengan kejadian ini, meskipun aku belum terdaftar, aku sudah mulai menyukai universitas ini.

Tapi, ngomong-ngomong──

“Aku mulai bersih-bersih untuk menyambut tahun baru dengan baik, tapi ternyata rasanya jauh lebih melelahkan dari yang kukira…”

Unit apartemenku berada di pinggiran kota. Bukan di pusat kota, tetapi aku tinggal di daerah yang hampir ke provinsi, jadi biaya sewanya tidak semahal di pusat kota. Meskipun begitu, aku membayar 50 ribu yen untuk unit apartemen satu kamar dengan loteng. Ditambah dengan kamar mandi dan peralatan rumah tangga, kurasa tempat ini merupakan permata tersembunyi. Biasanya, kamar model begini setidaknya mempunyai biaya sewa 80 ribu yen atau bahkan lebih dari itu.

Aku mulai memasukkan barang-barang dari loteng ke dalam kantong plastik, dan mengikat majalah-majalah dengan tali plastik secara silang lalu meletakkannya di depan kamar.

Karena aku hanya bisa menggunakan tangan kiriku, pekerjaan mengikat tali ini lebih melelahkan dari yang kukira. Selain itu, aku khawatir akan kehilangan keseimbangan saat naik tangga loteng.

Seandainya tangan dominanku baik-baik saja, rasanya pasti akan lebih baik…

Setidaknya, aku sudah selesai mengatur sampah.

Hanya saja──

“Aku memilahnya tanpa banyak berpikir, tapi apa yang harus kulakukan selanjutnya...?”

Memang benar bahwa tangan kananku lah yang paling terluka parah, tetapi luka di seluruh tubuhku masih belum sepenuhnya sembuh. Kakiku masih belum dalam kondisi prima, jadi aku harus berjalan dengan terseret-seret, dan bolak-balik ke tempat pembuangan sampah terasa sangat melelahkan. 

Meski aku sudah membereskannya sejauh ini, tapi aku masih belum bisa membuang semua. Yah, mau bagaimana lagi. Mungkin bisa dipisah-pisah dan dikurangi sedikit demi sedikit…” 

Sebenarnya, aku ingin menyelesaikan semuanya hari ini, tetapi karena ada kendala, aku harus menyerah. Lagipula, merasa frustrasi dengan apa yang tidak bisa dilakukan hanya akan menambah stress saja. Aku harus benar-benar menerima kenyataan bahwa aku tidak dalam kondisi sehat. 

Aku pun menyandarkan diri di sofa, satu-satunya perabotan di kamarku. 

Beberapa hari lalu, aku teringat pesta perayaan yang diadakan bersama empat heroine dari LoD. Dalam beberapa waktu terakhir, aku hanya memikirkan kematian, jadi waktu itu merupakan saat-saat yang menyenangkan. 

Meskipun ada banyak pikiran yang menggangguku… 

“Pembelian smartphone, barbeque… ada banyak hal yang tidak ingin kuingat lagi…” 

Pada hari aku keluar dari rumah sakit, aku ingin memiliki smartphone sebelum pesta. Kebetulan, Shuna juga menginginkannya, jadi kami berencana untuk pergi membeli bersama, tetapi ketiga orang lainnya secara bersamaan menghancurkan smartphone mereka dengan membantingnya ke tanah. Dengan senyuman lebar di wajah mereka

“Aku tidak ingin menyentuh smartphone yang terkontaminasi oleh sampah. Kebetulan, aku juga berpikir untuk menggantinya, jadi aku akan membeli smartphone yang sama dengan Satoshi.” 

.... atau begitulah katanya (menurut Kitagawa Reine). 

Setelah itu, kami semua pergi membeli smartphone, dan kebetulan ada diskon untuk pasangan… ah, lebih baik aku berhenti mengingatnya. 

Setelah itu, kami semua berhasil mendapatkan smartphone dan masuk ke restoran barbeque, di mana mereka berempat bersaing untuk mendapatkan tempat duduk di sampingku. 

Setiap kali aku berusaha memilih seseorang, yang lainnya akan merasa sangat depresi

Aku menerima suapan “Ahh~” , tetapi aku dengan tegas menolak ide untuk menyajikan makanan di atas tubuh mereka sebagai yakiniku. Ini bukan shabu-shabu tanpa celana… Ngomong-ngomong, dagingnya sangat enak. 

Aku mengoperasikan smartphonedDengan tangan kiriku yang tidak terbiasa dan membuka aplikasi Line. Di sana terdaftar nama empat heroine. Bahkan jika dihitung dari kehidupan sebelumnya, ini adalah pertukaran kontak pertamaku dengan perempuan. 

Namun, kami tidak pernah bertukar pesan… 

Tidak, sebenarnya aku juga sedikit berharap. 

Mereka menganggapku sebagai penyelamat hidup mereka dan bahkan menawarkan untuk bertukar kontak, jadi aku berpikir mereka akan menghubungiku… itu terlalu naif. Terlalu naif. Selama ini tidak ada yang terjadi. 

Mereka bilang aku bisa menghubungi mereka saja, tapi aku tidak tahu harus mengirim apa. Intinya, aku kena tipu. 

“Yah, kurasa wajar saja… mereka sudah memenuhi kewajiban mereka, dan kehidupan baru akan dimulai.” 

Pertukaran kontak mungkin hanya dianggap sebagai salam bagi mereka. Memikirkan hal itu membuatku sedikit sedih. 

Kurasa tidak ada gunanya terlalu memikirkannya. Selama mereka semua bisa hidup dengan bahagia, itu saja sudah cukup.” 

Sebenarnya, aku sudah berencana untuk mati, jadi aku tidak berniat untuk terlibat dengan para heroine lagi. Kenyataan bahwa mereka telah merawatku selama ini saja sudah lebih dari cukup. 

“Baiklah! Saatnya pergi membuang sampah!” 

Rasanya aneh jika harus menyambut upacara penerimaan mahasiswa baru dalam keadaan seperti ini. Aku sudah memantapkan diri untuk bolak-balik ke tangga dan memegang kantong sampah dengan tangan kiri. 

*Dingdong.

“Hah?” 

Aku baru saja meletakkan tangan di pegangan pintu. Mungkin sesuatu yang aku pesan secara online sudah tiba. Tanpa melihat melalui lubang pintu, aku langsung membuka pintu. 

Yahoo~ Satoshi-kun~! Sudah beberapa hari tidak bertemu ya!” 

“Eh, hah, eh?” 

Saat aku membuka pintu, Satsuki sedang berdiri di hadapanku

Eh? Seriusan, kenapa dia di sini? 

“Ahh~! Kmu tidak boleh begitu, Satoshi-kun. Kamu kan belum sepenuhnya sembuh, jadi kamu harusnya beristirahat!” 

“Ah, maaf.”

Dia meletakkan tangan di pinggangnya dan dengan manis memberikan ceramah padaku. Aku tanpa sadar langsung meminta maaf, tetapi bukan begitu masalahnya. Lalu, Satsuki mengulurkan lehernya dan mengintip ke dalam kamarku. 

“Wah~, ada banyak sekali sampah di sini. Apa kamu ingin membuang semuanya? Serahkan saja padaku!” 

“Eh, tunggu!?” 

Dia mengabaikan seruanku dan masuk ke dalam kamar tanpa izin. Kemudian, dia mengambil kantong sampah dengan kedua tangan dan keluar dari kamar. 

“Ah, Satoshi-kun, kamu istirahat saja di dalam! Aku akan segera menyelesaikannya!” 

“Ah, ehmm…” 

Sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih, dia sudah bertindak. Suara langkah kakinya yang berderak terdengar saat Satsuki menuruni tangga. 

Kalau dia sudah mau repot-repot membantu, mungkin aku bisa menyeduh kopi dan menunggunya. 

 

◇◇◇◇

 

Setelah semua kantong sampah itu menghilang, ruangan kamarku tiba-tiba terasa lebih luas. 

“Maaf. Terima kasih banyak.” 

Jangan dipusingin! Kamu boleh memperlakukanku seperti budak, oke?!” 

“Eh, kalau itu sih agak….” 

Rasanya seperti aku sedang memanfaatkan kelemahannya, dan aku sama sekali tidak menginginkan itu

“Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di sini?” 

Sebagai pemilik rumah, aku duduk di sofa, sementara Satsuki duduk di seberang meja dengan bantal di bawahnya. Kurasa memang beginilah unit apartemen satu kamar. Saat tidur, aku biasanya naik ke loteng. 

Tapi lebih penting dari itu, mengenai Satsuki. Aku tidak pernah memberitahunya tentang alamat rumahku. Kenapa dia bisa mengetahuinya? Aku ingin bertanya, tetapi dia tampak terfokus pada cangkirnya. Lalu, dia mulai meneguk kopi sedikit demi sedikit. 

“Hmm… hmm…”  

Bibirnya yang berkilau menyentuh tepi cangkir, dan desahan lembut keluar dari mulutnya setiap kali cairan itu meluncur ke tenggorokannya. 

Singkatnya, pemandangan itu sangat mengundang nafsu

Karena aku tidak menyangka akan kedatangan tamu, jadi aku menyuguhkannya dengan cangkir yang biasa kugunakan, dan itu membuatnya terasa lebih menggoda. 

“Ahh, enak sekali…” 

Pipinya memerah, dan dia menunjukkan ekspresi yang sangat erotis

Padahal itu cuma kopi instan, tapi syukurlah kalau kamu menyukainya.”  

“Begitu ya. Mungkin karena Satoshi-kun yang menyeduhnya, ini adalah kopi terlezat yang pernah aku minum.” 

Rasanya terlalu berlebihan sekali.” 

Lebih baik daripada dibilang tidak enak. Tapi lebih dari itu── 

Kurasa aku belum memberitahumu alamat rumahku, tapi bagaimana kamu bisa tahu?” 

“──Itu sama sekali tidak penting, kan?” 

Ada sedikit jeda, tetapi Satsuki menatapku dengan senyum seperti biasa. Namun, aku merasakan sedikit kegelapan di balik senyumnya. 

“Tidak, bukannya itu tidak penting....”

Tapi aku juga ingin bertanya sesuatu pada Satoshi-kun.”

Satsuki dengan tegas memotong kata-kataku dan langsung berbicara padaku. 

Srrhhh....aku mendadak merasa merinding.

Aku penasaran apa yang sudah kamu lakukan setelah pesta perayaan?” 

Dia sedikit memiringkan kepalanya dan menatapku dengan pupil yang melebar. Suaranya cepat, tanpa intonasi, datar. Cara bicaranya yang tenang membuatku merinding. 

“Eh, aku hanya mempersiapkan tahun ajaran baru.” 

“Dengan tubuh seperti itu?” 

“Ya, begitu sih…” 

Tidak ada masalah selama aku bergerak di dalam rumah. Aku memang sempat keluar rumah sebentar, tetapi tidak jauh. Rasanya membuatku sumpek jika hanya tinggal di dalam kamar, jadi aku berjalan-jalan sebentar, tapi cuma itu saja.  

Nee, apa aku sudah tidak dibutuhkan lagi…?” 

Air mata mengalir dari sudut mata Satsuki. 

“Dengan tubuh seperti itu, kamu pasti merasa kesulitan, kan? Kenapa kamu tidak meminta bantuanku? Kenapa kamu tidak memberitahuku alamat rumahmu? Aku sudah menunggumu, tau? Aku siap melakukan apa saja jika kamu memerintahku. Tapi, meskipun aku menunggu, aku tidak pernah mendapat kabar apapun darimu, jadi aku memberanikan diri datang dan melihat kamu berusaha membersihkan semuanya sendirian—Nee, jawab aku dong?” 

Terlalu berat dan menakutkan! 

Satsuki sekarang terlihat lebih menyeramkan daripada penampakan hantu di film horor. 

Jika aku memberikan alasan yang buruk atau berbohong, aku bisa melukainya. Aku menarik napas dalam-dalam dan memantapkan hati. 

Pada awalnya aku berpikir untuk menghubungimu, tapi kupikir kamu pasti sibuk… pasti ada banyak persiapan untuk universitas, kan? Aku tidak ingin merepotkanmu…” 

Itu bukan kebohongan, tapi juga bukan sepenuhnya benar. Untuk sesuatu yang terucap secara spontan, mungkin itu cukup baik. 

“……Benarkah? Bukan karena aku sudah tidak dibutuhkan lagi?” 

Chaya kehidupan kembali ke mata Satsuki yang keruh. 

“Sebetulnya, aku ingin bilang bahwa aku baik-baik saja sendirian, tapi sepertinya masih belum bisa. Sejujurnya, kedatanganmu hari ini sangat membantu. Terima kasih, ya.” 

“Ya… ya! Senang rasanya!” 

Uooaah!?” 

Satsuki melompat ke pelukanku dengan sangat emosional. Aku secara naluriah menangkapnya, tetapi aroma pelembut kain dan tubuhnya yang menawan menyentuhku. Aku hampir dibuat kehilangan kendali. 

“Satsuki, ehmm, aku akan senang jika kamu menjauh sedikit.” 

“Eh, maaf ya? Kupikir kamu sudah membuangku, jadi sangat kegirangan karena merasa lega.” 

“Tidak, aku tidak akan membuangmu…” 

Aku tidak ingat pernah memungutnya. Sebaliknya, aku merasa seperti akulah yang dibuang. 

“Syukurlah… jika kamu membenciku, aku pasti akan menjalani kehidupan kampus yang kelam.” 

Satsuki mengelus dadanya dengan lega. Melihatnya seperti itu membuatku merasa tergerak. Aku harus melepaskan ketergantungan ini dan memberitahunya. Aku tidak bisa terus-menerus membuat Satsuki merasa bersalah. 

Umm, Satsuki. Boleh aku membicarakan sesuatu?” 

“Hmm? Kamu ingin membicarakan apa?” 

Kamu sudah tidak perlu mencemaskanku dan nikmati saja kehidupan universitasmu. Ini adalah masa moratorium terakhir sebelum kamu terjun ke masyarakat.”

Karena Satsuki sudah bekerja, jadi aku tidak tahu karier seperti apa yang akan dia jalani, tetapi umumnya, kehidupan kampus merupakan surga terakhir sebelum masuk ke dunia nyata. Aku tidak ingin dia menyia-nyiakan empat tahunnya dengan rasa bersalah terhadapku. 

“Jadi, aku memang tidak dibutuhkan, ya?” 

Maksudku bukan begitu. Bantuanmu seperti hari ini benar-benar sangat berarti. Tapi, universitas itu berbeda, Satsuki punya kehidupannya sendiri, kan?” 

Kehidupanku ada untukmu, Satoshi-kun.” 

“Eh…” 

Dia mengatakannya dengan serius… 

Saking seriusmya sampai-sampai aku merasa tertegun. 

Satsuki tersenyum melihat reaksiku

“Ngomong-ngomong, Satoshi-kun, kamu mengatakan hal yang aneh deh. Kita tuh satu universitas loh?” 

“Eh?” 

“Eh? Apa kamu tidak mengetahuinya? Meski fakultas kita berbeda, tapi kita satu universitas.” 

Aku baru tahu.” 

Bahkan saat aku memainkan LoD, dia memang pernah membahas tentang melanjutkan kuliah, tetapi aku tidak ingat dia menyebutkan universitas mana. 

“Jadi, tidak perlu khawatir! Aku akan selalu ada untukmu bahkan saat di kampus!” 

“Ah, ya.” 

Aku tidak tega menolaknya ketika dia mengatakannya dengan senyum polos. Justru sebaliknya, aku merasa takut akan konsekuensinya jika aku menolaknya. Aku sudah memutuskan untuk membiarkannya melakukan apa pun sampai rasa bersalahnya padaku menghilang. Aku tidak punya pilihan lain selain berkompromi. 

Tapi── 

Ya-Yah, mungkin aku akan memerlukan bantuanmu di kampus nanti, tapi kamu tidak perlu datang ke rumahku segala, kan? Aku juga tidak ingin merepotkanmu…”

*Ding dong 

Perkataanku disela oleh suara bel interkom. 

“Aku yang akan membukanya.” 

Dia mengabaikan pemilik rumah dan langsung pergi ke pintu depan. Mungkin sesuatu yang dipesan secara online sudah tiba. Karena sarafku tegang, aku merebahkan tubuhku di sandaran sofa. 

Ayo tebak siapa~?” 

“Eh!?” 

Tiba-tiba, pandanganku mendadak jadi gelap. Tidak, lebih tepatnya suara yang sudah aku kenali ini, 

“Shuna…?” 

“Benar sekali~” 

Begitu tangannya menjauh dari wajahku, aku menoleh ke belakang dan merasakan sesuatu yang empuk. Shuna tersenyum lebar dan menatapku dari atas. 

“Lama tidak bertemu ya~” 

“Ah, ya. Tidak, itu sama sekali tidak penting! Kenapa Shuna juga ada di rumahku!?” 

Maksudku, kalau dia mendekat dari belakang, dua gunung kembar Shuna akan menyentuhku! 

“Bukan cuma Shuna saja yang ingin bilang, ‘Aku sangat merindukanmu!’ Ah, tunggu!?” 

Tak lama kemudian, Shino muncul dengan berlebihan seolah-olah kami baru bertemu kembali setelah sekian lama dengan penuh emosi, matanya berkaca-kaca, dan langsung melompat padaku. 

“Setelah beberapa hari sejak aku bertemu denganmu, Satoshi-sama… meskipun ada persiapan, hari-hari tanpa bisa merawatmu terasa sangat panjang. Bagaimana dengan lukamu? Jika semakin parah—” 

“Ah, aku baik-baik saja. Proses penyembuhanku berjalan dengan baik.” 

“Kalau begitu, syukurlah…” 

Shino duduk di pangkuanku dan berbicara, tetapi jarak wajah kami hampir nol. Meskipun wajah kami begitu sedekat, kulit Shino terlihat seindah permata. 

Lah, kenapa aku malah menganalisisnya dengan cara yang menjijikkan seperti itu! 

“Maaf, kalian berdua. Tolong menjauh dariku…” 

“Benar. Menjauhlah! Satoshi pasti merasa terganggu, kan?” 

“Baiklah~””

Shuna dan Shino dengan enggan menjauh dariku. Meskipun aku berterima kasih karena mereka memisahkan kami, mengapa Reine juga ada di sini? 

“Lama tidak bertemu, Satoshi.” 

“Bukan lama tidak bertemu sih. Ngomong-ngomong...”

“Nee, Satoshi.” 

Pertanyaanku sekali lagi dibungkan. Selain itu, cara Reine mendekat terlalu halus. Sofa milikku memang cukup untuk dua orang berbaring, tetapi dia dengan cepat duduk di sampingku dan membungkus tangan kananku dengan kedua tangannya. 

“Aku merindukanmu. Aku khawatir terus. Jangan-jangan kamu sendirian dan menangis ketakutan…” 

“Aku bukan anak kecil…ketimbang itu, humpgh!?” 

“Tapi, kamu tidak perlu khawatir lagi. Aku akan berada di sampingmu, jadi tenang saja. Jika kamu merasa takut, kamu bisa menangis di pelukanku, oke?” 

Aku baru menyadari Reine menarik wajahku ke dekatnya setelah merasakan sensasi bahagia. Selain itu, ternyata Reine lah yang menangis terharu. 

Seberapa khawatirnya dia padaku… Apa aku begitu kekanak-kanakan? Rasanya sedikit mengejutkan. 

Tapi, mereka semua sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk berbicara! 

Aku berterima kasih atas perhatian mereka, tetapi aku ingin mereka menghargai kehendakku. Aku mencoba untuk lepas dari pelukan Reine. 

Dan── 

“Ah… jadi, kenapa kalian di sini…? Kurasa aku tidak pernah memberitahu alamat rumahku…” 

“Kenapa? Apa kamu tidak mendengarnya dari Satsuki?” 

“Tidak, tidak ada…” 

Dasar orang itu… Satoshi pasti kebingungan, kan?” 

Reine menekan pelipisnya, tapi aku lebih ingin melakukan hal yang sama. 

Jadi kalian semua sudah berkumpul, ya!” 

Satsuki kembali dari pintu masuk. Meskipun aku belum mendapat jawaban dari siapa pun, pertanyaanku hanya semakin menumpuk. Sekarang suasanya sudah sedikit tenang, jadi aku ingin mendapatkan jawaban yang jelas. 

“Aku tidak peduli siapa yang tahu alamatku. Yang lebih penting, kenapa kalian semua ada di kamarku…” 

“Kamu tanya kenapa? Karena kami pindah. Kami semua pindah ke kamar sebelah Satoshi-kun mulai hari ini! Jadi kita adalah tetangga! Sekalian, kami semua satu universitas!” 

“Eh…?” 

“Jurusan kami semua berbeda, sih.” 

Iya ‘kan~ seharusnya kami semua di jurusan ekonomi yang sama dengan Satoshi-kun suh…” 

“Benar… rasanya aku ingin memukul diriku sendiri saat ujian dulu.” 

“Seriusan?” 

Sampai di sini, aku mulai meragukan kekuatan dunia ini, tetapi seharusnya permainan ini sudah berakhir ketika tulisan ‘BAD END’ muncul. Tidak ada cerita masa mahasiswa, dan tidak ada sekuel. Jadi, ini berarti aku kebetulan berkuliah di tempat yang sama dengan para heroine. 

“Apa kamu baik-baik saja?” 

“Eh? Ah, iya. Aku baik-baik saja.” 

“Syukurlah.” 

Satsuki berbicara padaku dan membawaku kembali ke kenyataan. Ketika aku mengangkat wajahku, keempat heroine dari LoD sedang menatapku sambil tersenyum

“Jadi, Satoshi-kun. Mari kita nikmati kehidupan kampus kita, ya?”

Senyum yang seharusnya riang dan tanpa beban itu, entah mengapa, terasa ada kegelapan di dalamnya. 

Tolong bersikap lembutlah padaku…” 

Hanya itu yang bisa kukatakan.

 

◇◇◇◇

 

Ruangan itu diliputi keheningan. Setiap kali tirai putih berayun pelan, angin hangat masuk ke dalam ruang perawatan. Di sisi kiri dan kanan tempat tidur, dua mahasiswi yang baru saja lulus SMA terlihat dengan ekspresi sedih mengintip ke arah ‘Iriya Satoshi’ yang terbaring di tengah. 

Seluruh tubuhnya terbungkus perban, dengan bagian kulit yang terlihat sangat sedikit. Kelopak matanya tertutup rapat dan tidak bergerak, hingga jika disebut sebagai mayat pun tidak terasa aneh. 

“Kapan kamu akan bangun…? Ada banyak hal yang ingin kutanyakan dan katakan padamu.” 

Aku──Saionji Satsuki── berbisik pelan, berharap suaraku sampai padanya. 

Ia belum sadarkan diri selama beberapa hari. Menurut dokter, berkat penanganan yang tepat, ia berhasil selamat dari kematian. Namun, ada kemungkinan ia akan terjebak dalam keadaan vegetatif dan tidak pernah bangun seumur hidupnya. 

“Aku akan datang lagi…” 

Dengan isyaratku, semua orang berdiri. Sejak saat itu hingga kami keluar dari ruangan, kami tidak berbicara sepatah kata pun. Sejak hari itu, setiap kali ada waktu, kami datang mengunjungi ruang perawatan. 

Aku ingin dirinya segera bangun. Itu bukan harapan yang indah untuk penyelamat nyawaku segera bangun, tetapi keinginan yang egois untuk kepentingan kami sendiri. 

Kami ini sebenarnya apa? Apa yang ada dipikirannya saat ia menolong kami? 

Apa yang akan terjadi pada kami ke depannya── 

Kami berusaha bergantung pada penyelamat kami yang terjebak dalam ambang kehidupan dan kematian karena alasan yang sangat kotor ini. Aku benar-benar membenci diriku sendiri. Ketika aku melihat ekspresi wajah mereka, semua orang tampak merasakan hal yang sama. 

──Mungkin, situasi ini bahkan merupakan sebuah kejadian yang sengaja diciptakan. 

Kekhawatiran semacam itu terus menghantuiku. Rasanya seperti tanah di dunia ini menghilang, dan aku terjatuh ke jurang. 

“……Teman-teman. Boleh aku bicara sebentar?” 

Shinonome-san yang berjalan di belakang mendadak berhenti. Kami semua menoleh kepadanya

“Ada apa?” 

“……Aku telah menyelidiki sosok ‘Iriya Satoshi’ dengan bantuan keluarga Shinonome.” 

Kami terdiam sejenak mendengar kata ‘menyelidiki’. 

“Wah… memang, putri dari keluarga Shinonome memang beda.” 

Kitagawa-san melihat Shinonome-san dengan rasa penasaran. Meskipun perkataannya terdengar sinis, tapi rasa ingin tahunya tidak bisa disembunyikan. Begitu juga diriku dan Nanjo-san. 

“Cerita yang akan kusampaikan ini tidak boleh dibicarakan kepada orang lain. Ada beberapa hal yang mungkin melanggar hukum.” 

“Baiklah~ aku akan menjaga mulutku rapat-rapat~.” 

Ketegangan melanda saat mendengar kata ‘ilegal’ dari Shinonome-san, tetapi perkataan Nanjo-san membuatku merasa lebih tenang. Orang normal pasti ingin memukulnya, tetapi karena dia adalah Gadis Suci, itu dianggap diperbolehkan.

Kami pindah ke taman yang sepi dan hening di dekat rumah sakit. Aku dan Nanjo-san duduk di ayunan, sementara Shinonome-san menggunakan pagar di sekitar ayunan sebagai kursi dan mengeluarkan ponselnya. Kitagawa-san bersandar pada tiang, dengan tangan disilangkan. Dia berusaha untuk siap memberi tahu jika ada yang datang. 

“Pertama-tama, mari kita bicarakan tentang keluarganyaIriya Satoshi’… sepertinya ia memutuskan hubungannya dengan orang tuanya… dan saat ini tinggal sendiri jauh dari orang tua.” 

“Wah, mendadak langsung ada informasi yang mengejutkan… Apa ada alasan atau informasi lebih lanjut?” 

“Ya. Setelah melakukan penyelidikan kepada keluarganya, ibunya mengatakan, ‘Dia bukan anakku,’ ‘Kembalikan anakku!’ dan ‘Ia pembawa sial.’ Ayahnya juga mengungkapkan hal yang sama.” 

Apa itu berarti ia dibenci oleh orang tuanya sendiri?” 

Iya~ aku mulai merasa takut jika Iriya-kun bangun…” 

Gambaran buruk tentang seorang anak nakal mendominasi pikiran kami, membuatku dan Nanjo-san merasa takut. 

“Tapi, sepertinya bukan begitu masalahnya. Rupanya orang-orang di sekitarnya memberi kesan yang cukup baik tentangnya.” 

“Mungkin di dalam rumah dia bersikap sembarangan? Itu sering terjadi. Karena contohnya saja seperti orang tuaku yang brengsek.” 

Kitagawa-san mengucapkannya dengan nada merendahkan diri, tetapi Shinonome-san menggelengkan kepala. 

Alasan mengapa orang tuanya membencinya bukan karena perilakunya yang nakal atau karena tidak memiliki kemampuan. Faktanya, justru sebaliknya. Ia terlalu jenius.” 

Terlalu jenius~…? Ehm, maksudnya bagaimana ya~?” 

“Maksudnya persis seperti yang kukatakan. ‘Iriya Satoshi’ adalah anak ‘jenius’ yang seharusnya tidak mungkin lahir di keluarga biasa. Sejak TK, dirinya sudah memahami matematika hingga tingkat SMA, dan saat menjadi anak SD, ia sudah terlibat dalam saham dan valuta asing. Ketika SMP, dirinya menggunakan uang saku yang didapat saat tahun baru sebagai modal dan berhasil mengembangkannya hingga puluhan juta yen.” 

“Wah, luar biasa~ ia benar-benar jenius sekali.” 

“Ya. Terus terang saja, dirinya lebih hebat dariku.” 

Shinonome-san menegaskan demikian. Rasanya sangat mengejutkan bahwa seorang gadis yang merupakan salah satu yang terhebat di sekolahku, bahkan di seluruh Jepang, mengakui kekalahannya. Itulah sebabnya, informasi ketika pria itu mengalahkan Shinonome-san di ujian menjadi berita besar di sekolah. 

“Wah, tidak disangka banget… kamu mengakui kekalahan dengan tulus.” 

“Hehe, aku tidak pernah berpikir bahwa aku yang terbaik di dunia. Hanya saja, aku pikir jumlah orang seperti itu sangat sedikit…”

Shinonome-san yang dengan ringan mengabaikan provokasi Kitagawa-san terlihat agak senang. 

“Kesimpulannya, ‘Iriya Satoshi’ terlalu unggul sehingga hal itu menyebabkan jurang yang dalam antara dirinya dan orang tuanya yang diliputi keraguan, dan akhirnya membuatnya diasingkan dari keluarganya.” 

“Biasanya hal semacam itu sulit dipahami… karena terlalu unggul, bagaimana mungkin mereka sampai meragukan anak yang mereka lahirkan sendiri…” 

Biasanya, kami akan menertawakannya sebagai cerita yang tidak bisa kita pahami, tetapi kami memiliki Buku Harian yang mendekati inti dari ‘Iriya Satoshi’. Setelah membacanya, kami tidak bisa menyalahkan orang tuanya. 

“Mungkin ini kemalangan bagi orang tuanya, tetapi mungkin saja, pencipta LoD telah menjadikan seorang pengkhianat yang dihukum di dunia atas menjadi wadah bernama Iriya Satoshi. Hehe, meskipun aku sendiri yang mengatakannya, rasanya seperti menulis novel fiksi ilmiah yang buruk.” 

“Jangan mengatakannya dengan nada senang seperti itu…” 

“Maaf. Pertemuan dengan sesuatu yang tak dikenal membuat hatiku berdebar begini.” 

Shinonome-san menikmati situasi ini. Dia yang biasanya terlihat sebagai gadis yang pendiam kini terkesan sebagai gadis yang penuh rasa penasaran dan suka mengganggu. Tiba-tiba, Kitagawa-san yang menjauh dari tiang ayunan menatap Shinonome-san dengan tatapan mendesak. 

Nee, bisakah kamu memberitahu kami apa yang ingin kamu lakukan?” 

Apa maksudmu?” 

Mana mungkin kamu memanggil kami hanya untuk membicarakan hal ini. Kecuali jika kamu ingin berbagi dengan seseorang, kita semua adalah musuh yang menyukai orang yang sama, bukan? Bukannya wajar jika kita berpikir ada maksud terselubung?” 

Musuh… 

Seperti yang dikatakan Kitagawa-san, saat aku masih menyukai orang itu, aku merasa tidak suka kepada ketiga orang lainnya. Mereka semua adalah wanita yang cantik dan menawan. Rasanya seperti sudah lama sekali sejak aku berusaha untuk menonjol. 

“Seperti yang dikatakan Kitagawa-san, kita dulunya adalah musuh. Memang ada ketegangan di masa lalu.” 

Shinonome-san menatap kami dengan serius. 

“Namun, saat ini aku tidak bisa berpikir seperti itu. Sebaliknya, aku merasa bahwa kita adalah ‘kawan seperjuangan’ yang mengalami penderitaan yang sama…” 

“Eh…?” 

Kami terkejut mendengar kata ‘kawan seperjuangan’ dari mulut Shinonome-san. Meskipun hubungan kami tidak bisa disebut baik, aku merasa akhirnya bisa memberi nama pada perasaan yang muncul dalam diriku terhadap ketiga orang ini. 

“...Benar sekali! Itu mungkin ide yang bagus!” 

“Ya! Aku juga berpikir begitu~” 

Saat berhadapan dengan Nanjo-san, kami saling tersipu dan tertawa bersama. Kami adalah sesama korban dalam dunia LoD. Namun, ketika mengetahui bahwa kami tidak sendirian memberikan rasa lega yang paling besar.

Meskipun kami semua dulunya adalah musuh. Tidak, justru karena kami dulunya musuh, kami semua bisa saling memahami dan sebaliknya saling mempercayai. 

“Kawan… kawan seperjuangan, ya.” 

Kemudian, hanya Kitagawa-san yang bergumam pelan. 

“Ada apa?” 

“Tidak, ehm…” 

Ketika aku menanyainya, dia terkejut. Apa aku sudah mengatakan sesuatu yang berlebihan? 

Akhirnya, Kitagawa-san ragu-ragu dan dengan pelan berkata, 

“Mungkin istilah ‘teman’ jauh lebih baik daripada ‘kawan’…?” 

“Eh…?” 

“Teman~?” 

“Begitu?” 

Aku saling memandang antara Nanjo-san dan Shinonome-san. Lalu, kami bertiga akhirnya serentak melihat Kitagawa-san. Kulit putihnya tiba-tiba memerah.

“~~~~Lupakan itu! Itu hanya kekeliruan. Kawan itu...”

“Kedengarannya bagus! Itu jauh lebih baik!

“...Eh?” 

Aku tak kuasa menahan diri untuk menggenggam tangan Kitagawa-san. Meskipun penampilannya dingin, tangannya sangat hangat. 

“Hehe, dari musuh menjadi teman. Bukannya itu bagus?” 

“Benar, yang begitu jauh lebih baik daripada sesama kawan~” 

“Eh, ah, begitu, syukurlah… teman pertama.” 

Kitagawa-san yang terlihat lega sangat menggemaskan. Dia kelihatannya sangat berbeda dari kesannya yang dulu saat kami pertama kali bertemu di sekolah. Dia sangat cantik, tetapi juga manis. Kami menatap Kitagawa-san dengan tatapan hangat. 

“Kalau begitu, aku akan memanggilmu Reine, ya? Shuna dan Shino juga oke, kan?” 

“....! Ya, mulai sekarang mari saling mengakrabkan diri ya, Satsuki-chan~. Shino-chan dan Reine-chan juga.” 

“Begitu, ya. Aku juga akan memanggil kalian dengan nama depan. Ehm, Shuna-san, Satsuki-san, Reine-san… apa ini sudah benar…?” 

Kamu bebas memanggilku sesukamu. Ehm, semoga kita bisa saling mengenal lebih baik. Satsuki, Shuna, Shino…” 

Guguran kelopak bunga membelai pipiku. Aku menengadah dan melihat bunga sakura sedang mekar sempurna. Dikenal sebagai “bunga yang mengumandangkan musim semi,” seolah-olah merayakan hubungan kami di tengah keheningan malam. 

Fufufu, mari kita cukupkan perkenalan ini──sekarang saatnya masuk ke pembahasan utama.” 

Shinonome… tidak, Shino menatap kami dengan serius, jadi aku meluruskan punggungku

“Aku ingin kepastian. Apa itu LoD? Siapa pria itu? Siapa sebenarnya Iriya Satoshi? Dan, sebenarnya siapa Shinonome Shino…?” 

Kami juga ingin mengetahuinya. Jika Skenario tersebut masih berjalan, kami tidak tahu kapan ‘kekuatan paksa dunia’ akan membuat kami gila. 

“Tapi ‘kan~~, Iriya Satoshi sekarang sedang dalam keadaan koma, kan? Mungkin ia akan berada dalam keadaan cacat seumur hidup…” 

Persis seperti yang dikatakan Shuna-san. Saat ini, satu-satunya orang yang paling mengetahui dan dapat dipercaya di dunia ini adalah Iriya Satoshi. Namun, jika sesuatu terjadi sebelum dirinya bangun, itu sudah terlambat.” 

“Lalu, apa yang harus kita lakukan? Ehm, Shino.” 

“...Jangan malu-malu.” 

Be-Berisik ih.” 

“Baiklah. Mari kita tinggalkan Reine untuk sementara. Lalu, selanjutnya kita mau melakukan apa?”

Aku memperbaiki arah pembicaraan yang mulai menyimpang. Shino membersihkan tenggorokannya. 

“Sekarang, mari kita pergi ke apartemen tempat Iriya Satoshi tinggal.” 

“““Eh?””” 

Aku sudah mendapatkan kuncinya. Jangan khawatir. Tidak ada yang terlewat.” 

Bukan begitu masalahnya… 

“Hehe, ia tipe orang yang sangat teliti hingga mencatat buku harian selama tiga tahun. Jika kita pergi ke rumahnya, aku meyakini kalau kita bisa menembukan bukti fisik. Meskipun tidak semuanya, pasti ada beberapa pertanyaan kita yang terjawab… Ada apa?” 

Shuna menyadari bahwa kami semua menunjukkan wajah masam dan memberitahu Shino dengan ragu. 

“Shino-chan, bukannya itu namanya pencurian?” 

“Memang, tapi ada masalah?” 

Dia tampak kebingungan… 

“Aku sudah bilang sebelumnya, kan? Jangan memberitahukan ini kepada orang lain. Jika orang lain mengetahui tentang ini, hehe, aku penasaran apa yang akan terjadi, ya?” 

“Apa kita harus mengakhiri persahabatan ini…?” 

“Sudah terlambat~ 

Shino mengedipkan matanya sambil tersenyum canggung kepada Reine. Meskipun kami sudah menjadi teman, aku masih tidak mengerti cara berpikir orang kaya… 

 

◇◇◇◇

 

Suasana di sekitar kami sudah benar-benar gelap, dan cahaya yang terlihat dari dalam ruangan telah berubah dari warna siang menjadi warna oranye. Apartemen tempat ‘Iriya Satoshi’ tinggal berjarak sekitar tiga stasiun dari sekolah. Lokasinya sekitar tiga menit dari stasiun terdekat, dan di dekatnya terdapat minimarket, supermarket, dan fasilitas hiburan, sehingga aku merasa ini merupakan tempat yang sangat strategis untuk tinggal. 

“Ini dia…” 

Suara langkah kaki di tangga terdengar menyeramkan, dan Shino yang berjalan di depan berhenti. Ruang 205. Sepertinya itulah kamar Iriya Satoshi. 

“Aku akan membukanya.” 

Kami mengangguk tanpa suara pada kata-kata Shino. Ketika dia memasukkan kunci yang entah dari mana dia dapatkan, terdengar suara “klik”. Tentu saja, ini adalah pengalaman pertama kami sebagai pencuri. Aku merasa cemas jika ada seseorang di dalam atau jika tetangga mengetahui, tetapi semua itu hanya kekhawatiran belaka. 

“Mari kita masuk.” 

“Baiklah…” 

“Permisi~…” 

“Ak-Aku juga.” 

Pokoknya, kami akan terlihat mencurigakan jika kami terus berada di luar kamarnya. Kami segera masuk ke unit apartemen Iriya Satoshi. Pertama-tama, yang kami rasakan adalah bau tidak sedap. 

“Wah~, baunya sangat menyengat~” 

“Benar…” 

“Ayo kita nyalakan lampunya… tidak ada yang bisa dilihat.” 

Iya benar, lampu, lampu…” 

Di dalam ruangan sudah pasti kosong dan lebih gelap daripada di luar karena tidak ada sinar bulan. Saat aku yang berada di belakang menyentuh dinding di tengah, aku menemukan saklar dan menyalakan listrik. 

“Wah…” 

Ketika lampu menyala, hal pertama yang terlihat ialah dapur yang seperti tempat pembuangan sampah. Lantai dipenuhi dengan kaleng bekas, botol plastik, dan wadah plastik yang tampaknya dipesan dari minimarket atau layanan pesan antar, berserakan di mana-mana, dan noda cairan yang terlihat dari sela-sela benda-benda itu berkilau lembab. 

“Aku penasaran siapa yang bilang kalau Iriya Satoshi orang yang teliti?” 

“…Abaikan saja perkataanku.”

Ketika Reine tersenyum jahat, Shino sedikit cemberut

Meskipun kami menutupi mulut kami dengan saputangan, bau tidak sedap tetap tercium. Kami menghindari sampah dan akhirnya sampai di depan pintu bagian dalam. 

“Eh, jangan bilang bakalan ada mayat yang muncul, ‘kan?” 

“Jangan bilang hal menakutkan seperti itu~! Enggak boleh!” 

Apa Shuna benar-benar takut…? 

Aku tidak merasakan ketegangan, tetapi itu membuat suasana menjadi lebih santai. 

“Ayo kita masuk.” 

Kami mengangguk serempak, dan Shino membuka pintu dengan semangat. Jendela di ruangan dalam terbuka lebar, tirai melambai tertiup angin, dan langit malam terlihat dari balkon. Meskipun ruangan itu tetap kotor, tidak ada bau menyengat, hanya barang-barang yang berserakan. 

Di tengah ruangan terdapat sofa dan meja kecil, di atas meja itu ada laptop yang tergeletak. Laptop itu menyala, jadi sepertinya pemilik ruangan pergi tanpa mematikan listrik atau dalam mode tidur. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah ada tangga di depan yang mengarah ke loteng. 

“…Baiklah, mari kita lakukan apa yang perlu dilakukan.” 

“““Setuju.””” 

Shino membersihkan sampah dan duduk di depan laptop. Reine naik ke tangga menuju loteng tanpa berkata-kata. 

Bukannya mereka berdua terlalu berani…? 

Ini benar-benar seperti pencurian. Aneh rasanya ragu setelah sampai sejauh ini, tapi rasa etikaku menghalangi. 

“Aku akan membersihkan ruangan ini~ karena ini terlalu kotor…” 

Itu juga tidak baik… 

Jika rumah ini bersih ketika ‘Iriya Satoshi’ kembali, bukannya itu akan membingungkan? Namun, aku sudah mulai bertindak. 

“Semua orang terlalu bebas, ya…” 

Karena tidak ada yang bisa dilakukan, aku memutuskan untuk naik ke loteng tempat Reine berada. Tempat itu tampaknya sangat cocok untuk menyembunyikan sesuatu. 

“Apa kamu sudah menemukan sesuatu… eh, ada apa, Reine?” 

Di tengah loteng terdapat kasur, dan di sekelilingnya ada tumpukan kardus. Reine duduk bersila di bagian dalam, tetapi ketika aku memanggilnya, dia menghadap ke arahku meskipun wajahnya tetap menunduk. Kemudian, Reine melemparkan dompet yang tampak tua dan basah ke arahku. 

“Satsuki, apa kamu tahu apa itu…?” 

“…Entahlah?” 

Dompet itu, milik ibuku… posisi bekasnya cocok persis dengan yang kuingat…” 

“Eh?” 

Di dalam Buku Harian, diceritakan bahwa ibu Reine marah setelah kehilangan dompet dan berusaha membunuh Reine. Dan orang yang menemukannya mengaku bernama Sano Yuuto, yang menyelamatkan Reine dari bahaya. 

“Pada hari itu, ketika aku terbangun, wanita itu sedang dalam suasana hati yang baik, dan aku kebingungan. Hanya saja, entah kenapa, dompet itu menjadi baru, dan dia menunjukkan uang besar padaku. Katanya semuanya berkat Sano Yuuto…” 

“Reine… kyaah!”

Ketika aku mencoba mengulurkan tanganku untuk memanggil Reine, kakiku tersangkut kotak kardus dan aku terjatuh. 

Aduduh~! Maaf…kan…aku──” 

Karena aku tidak punya keberanian, jadi aku tidak bisa asal melakukan pencarian. Terutama bagi seorang siswa laki-laki, pasti ada satu atau dua hal yang tidak ingin mereka lihat──atau begitulah pikirku. 

Ke…napa…?” 

Dari dalam kardus itu muncul buku foto pertamaku sebagai gravure idol. Selain itu, buku yang sama muncul berkali-kali.  Alangkah indahnya jika Iriya Satoshi benar-benar penggemar beratku. 

“1…2…3” 

Tanpa sadar, aku mulai menghitung satu per satu. Dan setelah selesai menghitung, aku melihat kardus lain yang memiliki bentuk yang sama di sebelahnya. Rasa bersalah yang sebelumnya hilang. Ketika aku membukanya, hal yang sama muncul. 

“53…54…55” 

Demi meningkatkan penjualan yang stagnan, manajer dan presiden secara implisit menawarkan untuk melakukan bisnis gelap. Di tengah semua itu, aku mendengar kabar bahwa seorang pelanggan besar membeli seratus buku sekaligus, dan aku merasa sangat senang dari lubuk hatiku. Dan aku senang ketika orang itu datang ke acara tanda tangan. Itu mengkonfirmasi betapa aku mencintainya. 

“98…99…100” 

Persis seratus buku. Aku tidak merasa perlu mencari kardus lain. Aku merasa inilah semua yang ada di sini. 

“Ha ha ha… jadi, semuanya itu bohong ya…” 

Benteng terakhir yang ingin kupercayai langsung hancur lebur. Semua perasaanku terhadapnya benar-benar hancur. Yang tersisa hanyalah── 

“Jadi begitu, begitu rupanya! …hihihi… ahahahahaha!” 

Lohh~~kok aneh ya. Kenapa kamu yang memilikinya? Aneh, kan~? Kan~? Kan~!? Kan~!?” 

Ketika aku melihat ke bawah dari loteng, Shino yang tersenyum menyeramkan di depan komputer dan Shuna yang menemukan sesuatu sambil membereskan barang-barang berbicara dengan nada yang kuat seolah-olah sudah gila. 

“Hihihihi… jadi begitulah…” 

Reine berbisik sambil menunduk, tetapi sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit. 

Aneh banget ya! Ahahaha!” 

Aku juga sudah gila seperti mereka bertiga. Aku ingin gila. 

Seandainya saja cuma ada Buku Harian, aku mungkin bisa menganggap apa yang dikatakan Shino hanyalah omong kosong dan kebetulan yang buruk. Tawa gila yang memecah keheningan malam yang tenang bergema dari celah tirai. 

Dunia ini hanyalah buatan── 

Saionji Satsuki diciptakan oleh pencipta dunia ini, bukan oleh orang tuanya, dan diprogram untuk jatuh cinta pada Sano Yuuto

Seluruh kehidupanku hanyalah permainan yang dibangun di atas skenario yang telah disiapkan. 

Semua emosi, pengalaman, asal usul, dan keadaan kita──semuanya hanyalah potongan untuk menyelesaikan cerita LoD. Bahkan nyawa kami sekalipun. 

Tetapi── 

“Aku tidak ingin mati…”

Perasaan ketakutan seolah-olah jantungku digenggam oleh sesuatu yang tidak nyata dan lengket menjadi satu-satunya pendorong kami yang kosong. Tertekan oleh rasa cemas, kami mulai mencari barang-barang di ruangan itu tanpa perlu memberi isyarat. 

Meskipun Iriya Satoshi telah menyelamatkan nyawaku, ada kekhawatiran bahwa kekuatan paksaan dunia akan bekerja dan membuatku terjebak dalam skenario di mana hidupku dipertaruhkan. 

“Tidak ada… tidak ada yang muncul...aku tidak menemukan apapun.” 

Banyak barang kenangan antara aku dan dirinya muncul, tetapi semuanya terasa tidak berarti. Kami tidak punya waktu untuk berkutat dalam kenangan palsu. 

Sebenarnya, bahkan Iriya Satoshi yang berasal dari dunia yang lebih tinggi, tidak bisa melarikan diri dari kekuatan paksaan dunia. Apa ada yang bisa kami lakukan setelah mengetahui hal ini? 

“Hahaha, apa pun yang kita lakukan, aku yakin itu pasti sia-sia…” 

Perasaan putus asa yang tidak menyenangkan menguasai diriku. Aku merasa bersalah kepada ketiga temanku yang berusaha mencari petunjuk, tetapi tubuhku sudah tidak ingin bergerak. 

Aku duduk di tangga loteng dan mengeluarkanBuku Harian sekali lagi. Lalu, aku membolak-balik halaman demi halaman. 

“Luar biasa sekali. Jadi kamu sudah lama membantu kami, ya…” 

Padahal aku sendirian saja sudah meresa kesulitan, apalagi ini menjadi empat kali lipat. Kehidupan sehari-hari kami didukung oleh Iriya Satoshi’. Namun── 

“Jika aku harus mengalami ini, mungkin lebih baik mati pada hari itu…?” 

Aku merasa sangat bersalah. Aku menyalahkan penyelamat nyawaku. Kenapa dia tidak membiarkanku mati dengan mudah? Kenapa dia meninggalkan Buku Harian yang mengerikan ini? 

Aku melihat ke bawah dari loteng, mengukur jarak ke lantai, tetapi itu tidak cukup. 

Seandainya sedikit lebih tinggi…  

Aku membalik halaman Buku Harian hingga hari upacara kelulusan. 

“Tekad untuk mengorbankan nyawalah yang membawa kemenangan──” 

sebuah kalimat menarik perhatianku. 

“Betapa menyedihkannya… diriku.” 

Iriya Satoshi’ yang tahu kapan hari kematiannya, pasti merasakan ketakutan yang berkali-kali lipat dibandingkan kami. Tapi, ia tetap mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kami. 

“Apa yang harus aku… kita lakukan…?” 

Aku menengadah ke langit-langit dengan lesu, dan di atas sana ada langit-langit. Karena ini loteng, jadi rasanya wajar, tetapi rasa putus asa yang selalu menghantui kami seolah-olah terhalang oleh dinding kekuatan paksaan dunia. Namun, aku melihat ada bagian langit-langit yang penyok, dengan bekas seperti darah, dan aku tidak bisa menahan diri untuk melihatnya. 

Pelakunya jelas-jelas Iriya Satoshi. Ia pasti berusaha kerasa untuk keluar dari situasi terjebak ini. Meskipun tampaknya sia-sia…

Buku Harian yang kutinggalkan masih terbuka dan diletakkan dalam posisi terbalik. Sepertinya aku telah memperlakukannya dengan sembarangan tanpa sadar. Merasa bersalah, aku berusaha mengambilnya dengan hati-hati, tapi aku melihat sesuatu di sudut pandangku. 

“Apa ini…?” 

Aku melihat ada sesuatu yang muncul dari bawah selimut, jadi ketika aku membaliknya, ada selembar kertas robek yang tersembunyi di sana. Tata letak dan desainnya sangat mirip dengan Buku Harian, jadi ketika aku melihat kembali Buku Harian, aku melihat ada satu halaman yang robek. 

“Eh──?” 

Pupil mataku membesar, dan tanpa sadar aku meremas selembar kertas Buku Harian yang ada di tanganku. 

Aku tidak bisa tinggal diam── 

“Ka-Kalian semua! Ayo kita berkumpul di bawah!” 

Meskipun waktunya sudah tengah malam, aku berteriak dengan keras. Mungkin aku telah mengganggu tetangga. Tapi, meskipun harus mengabaikan perasaan orang lain, aku harus menyampaikan ini. 

“……Ada apa?” 

Aku berhasil menemukannya! Ki-Kita, sudah…” 

Ucapanku terhenti. Suaraku terisak, tidak bisa membentuk kata-kata. Aku hanya bisa menarik perhatian dengan menangis seperti bayi. 

Saat aku berlari menuruni tangga loteng, aku melompat di tengah jalan tetapi gagal mendarat dan terjatuh. 

“Satsuki-san, tenangkan dirimu…” 

“Bener banget~, aku penasaran apa yang kamu temukan ya~?”  

“Eh, itu, itu…” 

“Tarik napas dalam-dalam dulu…” 

Habisnyahabisnya!” 

Aku lupa cara bernapas, dan tak bisa mengungkapkan apa yang ingin kukatakan. Karena lebih cepat untuk menunjukkan, aku langsung memberikan selembar sobekan Buku Harian yang sudah rusak seperti sampah. Suara kertas yang diremas terdengar, dan suara napas terkejut terdengar. 

“In-Ini…” 

Penglihatanku kabur dan tidak bisa melihat apa-apa, tetapi aku bisa merasakan apa yang dirasakan ketiga orang lainnya. 

Kami benar-benar diselamatkan. Kini, kami sudah 'bebas'── 

 

Untuk Satsuki, Reine, Shuna, Shino

 

Kalian mungkin takkan mempercayainya, tapi aku diselamatkan oleh kalian di kehidupan sebelumnya. 

Di dalam ruangan gelap, emosi kalian—suka, duka, marah, dan cerita kalian—menjadi sandaran hatiku. 

Maaf aku tidak bisa membawa kalian menuju akhir bahagia yang layak kalian dapatkan. 

Maaf telah menjadikan ini sebagai akhir yang buruk. 

Meskipun aku orang yang sangat rendah diri, aku akan melindungi masa depan kalian apapun yang terjadi. 

Skenario LoD berfokus pada kehidupan SMA protagonis: Sano Yuuto, jadi setelah kalian lulus, 'kekuatan paksaan dunia' yang mengikat kalian akan hilang. 

Dengan kata lain, jika kalian berhasil melewati akhir kematian, kalian akan benar-benar 'bebas'. 

Mungkin seseorang akan bersama dengan Sano, atau mungkin kalian akan menemukan orang yang lebih baik. 

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan…… 

Yah, tidak mengetahui apa yang akan terjadi merupakan hal yang wajar. 

Namun, aku tetap mendoakan kebahagiaan kalian. 

 

Sampai jumpa lagi.

 

◇◇◇◇

 

“──Begitulah katanya~” 

“Begitu ya~” 

“Menarik sekali.” 

Jadi ini yang namanya kumpul-kumpul wanita… rasanya menyenangkan.”

Ruangan yang dibungkus pencahayaan lembut itu dipenuhi dengan tawa yang tak henti-hentinya. Kami berempat duduk mengelilingi meja di tengah. Meskipun sudah mendekati jam tiga pagi, pemandangan gadis-gadis SMA yang asyik mengobrol di restoran keluarga terasa aneh. 

“Ngomong-ngomong… kita sudah bisa keluar dari 'kekuatan paksaan dunia' di LoD, kan?” 

Reine bertanya dengan nada hati-hati kepada kami. 

“Ya. Jika kita menerima kalimat ini apa adanya, sepertinya panggung LoD berakhir setelah tiga tahun di SMA. Setelah itu, tidak ada skenario untuk mahasiswa. Kita tidak akan lagi terjebak dalam kendali 'kekuatan paksaan dunia'.

“Syukurlah, aku benar-benar bersyukur…” 

Kehendak dan hati kami tidak akan lagi dimanipulasi, dan kami tidak akan lagi dipaksa untuk mencintai seseorang. Dan tidak ada lagi nyawa yang dipertaruhkan. Kami benar-benar dibebaskan dan bisa menjadi bebas. Dengan sepenuh hati, kami merasa lega dan terus-menerus mengonfirmasi hal itu sambil berbagi kebahagiaan. 

Dan── 

“Kita harus berterima kasih kepada Iriya Satoshi-kun, ya~!” 

Shuna menggabungkan telapak tangannya di depan dada. Bayangan Gadis Suci  muncul kembali, dan kata-katanya dipenuhi kehangatan. 

“Benar juga…” 

“Ya…” 

“Hmm. Betul, aku ingin dia segera sadar.” 

Siapa identitas asli Iriya Satoshi' pada saat ini tidaklah penting. Ia telah menyelamatkan nyawa kami yang seharusnya mati di dunia LoD. Dirinya memberi kami masa depan. 

Sudah hampir seminggu sejak kecelakaan itu, dan aku berharap ia bisa segera bangun. 

Aku ingin mengucapkan terima kasih atas perlindungannya selama ini. Aku ingin meminta maaf karena tidak bisa menyadarinya. Dan── 

“Satsuki-chan, wajahmu kelihat merah loh~?” 

“Eh!? Tidak, itu, maksudku, eh, Shuna juga wajahnya merah banget tau!” 

“E-Eh~ masa~, kurasa tidak begitu…” 

“Tidak, wajahmu kelihatan sangat merah loh? Mirip seperti gurita rebus.” 

“Bagaimana kalau sebelum mengomentari orang lain, kamu melihat cermin dulu? Shino juga tidak jauh berbeda.” 

“……Aku akan mengembalikan kata-kata itu persis seperti itu kepada Reine.” 

“Berisik sekali…” 

Di antara kami berempat, suasana hening yang aneh mengalir. Masing-masing berusaha menyembunyikan perasaan mereka, tetapi pipi yang memerah menceritakan segalanya. 

Ini kedua kalinya aku melihat pemandangan ini. Aku tidak tahu ekspresi apa yang kutunjukkan, tetapi melihat ketiga orang lainnya, mungkin aku juga menunjukkan ekspresi yang sama. 

“Mungkin kita memiliki selera yang sama…” 

“Ya…” 

Kami tertawa satu sama lain dengan rasa canggung. Dulu, aku merasa jijik dengan fakta bahwa ketiga orang ini memiliki perasaan yang sama. Namun sekarang, aku merasa senang karena kami memikirkan orang yang sama. Hanya satu orang yang bisa bersatu dengannya, jadi aneh rasanya jika kami akhirnya bertarung melawan musuh yang sama. 

Nee…” 

Kemudian, Reine berbisik dengan ragu-ragu. Kami semua menatap Reine secara bersamaan. 

“Aku mencintai Iriya Satoshi’. Aku benar-benar ingin bersatu dengannya. Tapi, aku juga tidak ingin bersaing dengan teman-temanku untuk orang yang kusuka…” 

“Reine-chan…”

Meskipun hubunganku dengan Reine tidak begitu dalam, aku merasa dia cenderung menghindari mengungkapkan dirinya secara langsung. Jika diungkapkan dengan buruk, dia bisa dibilang orang yang menjengkelkan. Karena itu, aku terkejut dengan perasaannya yang langsung.  

Melihat semua orang, aku bisa merasakan bahwa mereka memikirkan hal yang sama. Kami semua ingin bahagia, sebagai orang-orang yang telah merasakan penderitaan yang sama. Aku tidak ingin ada lagi yang mengalami nasib buruk. 

Empat 'rekan' yang terus-menerus dipermainkan oleh takdir, perasaan kami terasa jauh lebih berat daripada terhadap keluarga. 

Namun, ini sangat kejam. Perasaan kami terhadap Iriya Satoshi’, sang penyelamat kami, jauh lebih besar. Meskipun tidak ada 'kekuatan paksaan dunia', kami sekali lagi jatuh cinta pada orang yang sama, dan meskipun kami tidak ingin bersaing, kami tetap melakukannya. Ironis sekali… 

Namun, aku semakin terkejut dengan kata-kata Reine selanjutnya. 

“Jadi, bagaimana kalau kita semua di sini menjadi miliknya…?” 

“Eh…?” 

Saat aku sedang berusaha memutuskan tekad yang penuh kesedihan, usul Reine yang terlalu tiba-tiba itu mengubah cara berpikir kami. Tanpa sadar, aku bertukar pandang dengan dua orang lainnya. Lalu, aku memutuskan untuk bertanya kepada Reine dengan hati-hati. 

“Apa kamu serius…?” 

“Ya, aku serius.” 

Kami menatap Reine dengan berbagai emosi di mata kami. Dan, Reine pun menatap balik mata kami dengan tegas. 

Orang pertama yang memecah keheningan adalah Shuna── 

“Ini mungkin ide yang bagus~! Aku setuju~!” 

“Benarkah…?” 

Ketika aku melihat Shuna seolah-olah mencari tahu isi hatinya, dia menjawab dengan senyuman. 

“Jika hanya sekadar teman, itu cerita yang berbeda~? Tapi, kita juga sesama rekan yang merasakan keputusasaan yang sama, kan~? Ini bukan masalah orang lain lagi~. Iya ‘kan? Reine-chan?” 

“Eh, ya. Benar. Shuna.” 

Shuna menggenggam tangan Reine yang kebingungan dengan senyuman manis. 

“……Tapi, bagaimana denganmu, Shino?” 

“Hmm… Tentu saja, sebagai individu, aku ingin ia memilihku sendirian. Tapi──” 

Aku menarik napas sejenak. Lalu, 

“Faktanya, aku mulai merasa dekat dengan kalian. Sama seperti perasaanku kepadanya…” 

“Kalau begitu…” 

“Aku juga setuju dengan pendapat Reine. Lagipula, aku sendiri adalah anak yang tidak sah.”

Shino mengungkapkan keadaan dirinya dan tersenyum dengan canggung. Kemudian, ketiga pasang mata tertuju padaku. Meskipun masih ada kebingungan, jawabanku sudah pasti. 

“Aku menyerah. Aku juga ingin bersama kalian semua. Namun, yang pertama adalah aku, ya?” 

Aku setuju untuk terikat dengan semua orang. Namun, aku takkan menyerahkan posisi utamaku. Itulah syarat untuk menerima cinta yang aneh ini. 

Saat itu, semua orang tersenyum dengan percaya diri. 

Siapa takut.” 

“Posisi istri sah adalah milikku.” 

“Hehe, aku takkan kalah~.” 

Hubungan seperti ini tidaklah biasa. Hanya dengan membayangkannya bersama orang lain, hatiku terasa sakit. Jika kami semua bersatu, akan ada peringkat, dan aku khawatir hanya akulah yang akan terbuang. 

Namun, di saat yang sama, ada keinginanku agar hubungan ini berjalan dengan baik. 

“Iriya-kun pasti akan kaget banget!” 

“Benar juga… Tiba-tiba mendapat pacar empat orang, dan semuanya adalah Gadis Elok Empat Arah. Kira-kira reaksi macam apa yang akan ia tunjukkan ya?” 

“Hehe, aku tidak sabar menunggunya~.” 

Ia pasti tidak akan menolak. Dari apa yang dilihat dari Buku Harian, ia mendukung kami semua. Setidaknya, jika ia membenci kami, mana mungkin dirinya mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan kami. 

“Aku tidak sabar~ mari kita bahagia bersama~!” 

“—Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Si Sampah itu?” 

“Eh?” 

Suara Shuna tiba-tiba menjadi sangat rendah, seolah-olah dirinya jatuh ke dasar jurang. Kami bertiga tersentak bersamaan saat melihat wajah Shuna. 

Sembari memiringkan kepalanya, sehelai rambut terjebak di mulut Shuna. Pupil matanya terbuka lebar, memancarkan niat membunuh yang dingin dan murni. 

Hanya suara detak jam yang terdengar di ruangan. Ruangan yang sebelumnya ceria kini terasa seperti malam yang sangat dingin. 

Ma-Maksudnya tentang Yuut—” 

“Jangan sebut-sebut nama itu.” 

“Eh, ah, maafkan aku…” 

Reine tertekan oleh Shuna dan perlahan mengecil. 

Kamu kenapa… Shuna-san?” 

Shuna hanya menggerakkan kepalanya dan menatap Shino. 

“Apa yang terjadi bukan masalah. Sebaliknya, mengapa kalian semua bisa begitu tenang?” 

“……Aku rasa itu bukan jawaban untuk pertanyaanku…” 

Kalau begitu, aku akan mengatakannya dengan jelas──Aku ingin membunuh Sano Yuuto.” 

Setelah itu, senyuman Shuna kembali menjadi senyuman seperti biasanya. Tidak, hanya di luarnya saja. Kekuatan jahatnya tidak bisa disembunyikan. Keringat mengalir dari dahi Shino yang sudah berpengalaman. 

Tertekan oleh suasana Shuna, aku dan Reine merasa seperti katak yang ditatap ular. 

Begini. Aku akhirnya muli memahami apa itu 'kekuatan paksaan dunia'.” 

Pernyataan yang keluar dari Shuna sangat mengejutkan. 

“……Apa itu?” 

Dia tersenyum dan menatap kami. Aku merasa seakan-akan jantungku dicengkeram karena ketakutan. 

“Kita semua merupakan karakter dari dunia yang bernama LoD, kan~? Aku tidak tahu rincian ceritanya, tapi sepertinya itu kisah percintaan~? Yah, itu tidak penting~. Menurutmu, apa inti dari cerita ini?” 

“Eh, eh~” 

Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab bagaimana. Meskipun digabungkan, setiap cerita memiliki genrenya masing-masing. Kisah cinta dan fiksi ilmiah adalah dua hal yang berbeda sama sekali. 

Protagonisnya.” 

“Ah…” 

“Perasaan, latar belakang, tindakan, pengalaman, dan peristiwa di sekitar protagonis──semuanya berkontribusi pada perkembangan cerita. Jadi, dalam dunia cerita, protagonis adalah pusat segalanya──maksudku, apa yang ingin kukatakan adalah, kekuatan paksaan dunia' itu seperti alat untuk mempertahankan dunia yang menguntungkan bagi si protagonis.”

Itu mengejutkan. Kupikir Shuna adalah tipe gadis yang tidak pandai dalam analisis atau strategi. Namun── 

“……Aku mengerti apa yang ingin kamu sampaikan, Shuna-san. Kurasa itu pemikiran yang menarik. Namun, aku tidak mengerti bagaimana ‘kekuatan paksaan dunia’ bisa berkaitan dengan niat membunuh Sano Yuuto.” 

“Aku juga berpikir begitu. Seharusnya tidak mungkin…” 

“Benar. Dia adalah orang yang sangat tidak menyenangkan sehingga aku tidak ingin menyebut namanya…” 

Tapi aku tidak sampai memiliki niat membunuh padanya. Tentu saja, aku tidak ingin berurusan dengannya lagi. Bahkan jika kami bertemu di universitas, aku berencana untuk mengabaikannya sebisa mungkin. 

Memangnya kalian semua tidak merasa aneh saat membaca Buku Harian?” 

“……Maksudmu?” 

“Menurutku~, bukannya kita terlalu mudah menerima apa yang sudah dilakukan Iriya Satoshi-kun?.” 

“──” 

Terlalu mudah menerima. Saat aku merenungkan ucapan Shuna, aku merasakan seolah-olah aku mulai melihat jurang yang sebelumnya tidak ingin aku lihat. 

Sudah kuduga, mau dipikirkan bagaimana pun juga, rasanya memang aneh, kan~? Jika sesuatu yang tidak kita ingat terjadi, biasanya kita akan menunjukkan ekspresi curiga, bukan? Namun, orang itu tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu sama sekali. Bukannya kalian juga merasakannya?” 

“……Ya, benar.” 

“Setelah kamu menyebutkannya, aku juga setuju…” 

Reine dan Shino sepertinya merasakan hal yang sama. Tanpa sadar, kami tertarik pada kata-kata Shuna. 

“Bahkan jika kita mengakui kalau ia hanyalah karakter utama, kurasa kita bisa mengabaikannya begitu saja~. Dalam artian kalau ia memang boneka dari pencipta LoD, orang itu seharusnya sejenis dengan kita~.” 

Iriya Satoshi mengatakan bahwa kami berempat adalah korban di LoD, tetapi kita juga bisa membayangkan kalau orang itu, Sano Yuuto, sebagai korban yang dipaksa memainkan peran tokoh utama. Mungkin, alasan dirinya bisa berbuat sesuka hatinya karena ia juga mengalami hal yang sama. 

“Tapi──” 

Ekspresi Shuna kembali serius. 

Ia bertingkah seolah-olah ada ‘kekuatan paksaan dunia’, kan? Lebih jauhnya lagi, ia menyadari kalau dirinya adalah tokoh utama di dunia ini, bukan?”

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama