The Result when I Time Leaped Chapter 106

Persis seperti apa yang Kau pikirkan

Sepulang sekolah, aku pulang sendirian. Biasanya, aku akan menunggu Sana, tapi hari ini, dia ada pelajaran matematika tambahan, jadi dia menyuruhku pulang dulu.
Sesaat aku keluar dari gerbang sekolah, ada anak SD yang tidak kukenal muncul di hadapanku. Dia mengenakan topi bundar kuning, sambil membawa ransel merah di punggungnya.
Aku ingin tahu apa dia sedang menunggu saudaranya atau semacamnya. Aku merasakan ada semacam tatapan yang ditujukan ke arahku, tapi aku mengabaikannya dan terus berjalan.
“U-ummm…”
Aku? Apa dia mencoba memanggilku? Ketika aku berbalik, dia menatapku.
“Aku?”
“Umm ... apa kamu, Senpai?”
“...... Kurasa bukan.”
Aku tidak ingat punya junior kecil seperti dirinya. Satu-satunya junior yang kupunya hanyalah mereka saat aku kelas 3 SMP dulu.
Sembari mengucapkan kata-katanya dengan gagap, bocah kecil itu berbicara lagi.
“Sanada ... Seiji-san, ‘kan?”
“…Itu benar.”
Hah? Tunggu? Kok bocah SD ini bisa mengenalku...?
“Syukurlah…”
Bocah kecil itu menghela nafas lega.
“Senpai, ini aku. Shibahara Rei.”
“………..”
Tidak —— dia siapa? Dia memberi kesan yang akrab, tapi aku sama sekali tidak kenal dengan bocah SD macam dia.
“Aku saat ini berusia 20 dan—”
“Kau bohong. Kamu pasti kelas 3 SD, ‘kan? ”
“Ah, begitu rupanya. Senpai versi SMA pasti tidak mengenalku. ”
Apa yang dikatakan bocah ini? Apa ini hanya sindrom alay yang terlalu awal?
Aku berjongkok dan berbicara dengannya.
“Di mana Ibumu? Rumahmu? Tidak baik berbicara sembarangan dengan orang asing, tahu? ”
“Astaga! Berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil! ”
“Aku memperlakukanmu sebagaimana seharusnya kau diperlakukan.”
Aku harus menenangkan gadis kecil ini yang sibuk memukulku. Melakukan sesuatu seperti ini di pinggir jalan mungkin akan menyebabkan banyak kesalahpahaman.
“Ada taman di sana, jadi ayo kita ke sana.”
“Ta-Taman ...?”
Lihat. Tatapan matanya sekarang bersinar.
Apa yang harus aku lakukan untuk bermain-main dengan bocah ini? Aku bisa mendorongnya di ayunan yang dia inginkan.
“Kencan di taman?”
“Bukan itu, kau masih kecih, jadi belum waktunya.”
Ketika aku mulai berjalan, dia dengan hati-hati mengulurkan tangannya dan meraih jari kelingkingku. Tempo langkah kami benar-benar berbeda, jadi aku memutuskan untuk berjalan lebih lambat. Itu benar, Sana juga memiliki periode ketika dia seperti ini ...
“Senpai, kenapa pandanganmu tampak melihat sesuatu yang jauh?”
“Aku hanya mengenang masa lalu yang hilang.”
“…?”
Dia memiringkan kepalanya sebagai tanggapan. Yah, tentu saja dia akan merespon begitu. Dia terus memanggilku Senpai, tapi jika dia anak SD dari lingkungan sekitar sini, maka kurasa dia anak dari sekolah SD-ku dulu.
Kalau dipikir-pikir lagi, memang tidak aneh bagi seseorang untuk memanggil Senpai bagi para alumni.
“Senpai, kamu benar-benar tidak berubah sama sekali.”
“Aku tidak berubah? Apa yang sedang kau bicarakan ...? ”
“Jangan kaget ya, tolong dengarkan baik-baik apa yang aku katakan.”
Gadis SD tomboi itu membuat ekspresi serius, jadi aku menghentikan langkahku dan menunggu kata-katanya.
“—Aku, melompati waktu dari sepuluh tahun di masa depan.”
Aaahh. Ngga heran.
“Begitu ya.”
“Apa kamu terkejut? Bahkan aku masih belum bisa mempercayainya sekarang ... Eeeeh, reaksimu datar sekali. ”
Lompatan waktu ... Ya, aku pernah mengalaminya juga. Meski aku tidak mengerti bagaimana caranya.
Karena aku tidak terkejut sama sekali, Rei-chan menjadi cemberut.
“Asal tahu saja, sepuluh tahun ke depan, aku menjadi juniormu yang bekerja di tempat yang sama denganmu.”
“Hmm? Itu artinya, Kau adalah karyawan di HRG Company?”
“Uuuh, tidak sepenuhnya, secara teknis, aku hanya bekerja part-time ...”
Part-time? Bekerja denganku...? Shibahara Rei ??
“Hmm? Mengapa Senpai versi SMA yang masih perjaka tahu tentang bekerja di HRG Company?”
“Hei, kau sengaja ingin membuatku kesal, ‘kan?”
Selain itu, aku mungkin masih berstatus perjaka sepuluh tahun kemudian ...
“Senpai adalah karyawan muda yang menjanjikan dari HRG Company, kamu adalah pria mapan yang dikabarkan menjalin hubungan dengan putri pemilik perusahaan. Cu-Cuma gosip, kok. Cuma gosip.”
Rei-chan tersenyum ketika dia mengajariku tentang masa yang akan datang. Ya, itu sesuatu yang sangat kupahami betul. Sebelum melompati waktu, aku hanyalah karyawan tidak berguna yang tidak termotivasi.
“Aku tahu kok. Jangan berpikir bahwa hanya kau yang bisa melompat waktu, Rei-chan.”
“Eh? Mustahil…!?"
Aku membuat ekspresi keren dan mengatakannya.
“Persis seperti apa yang kau pikirkan.”
“Ka-Kamu bohong!”
“Itu bukan bohong!”
Ini sebenarnya bukan sesuatu yang harus kita bicarakan di taman. Jadi, aku mengajak Rei-chan, yang sepertinya adalah juniorku di peruhaan, ke rumahku.
“Se-Senpai ... ap-apa kamu berencana melakukan itu denganku ...?”
Jangan katakan sesuatu sambil tersipu begitu.
Jika dia memang melakukan lompatan waktu, itu artinya dia bukan anak SD biasa. Aku tak berpikir ada bocah SD yang sebenarnya akan tersipu malu sambil mengatakan sesuatu seperti itu. Sepertinya masalah lompatan waktu memang benar dialaminya.
“Sayang sekali. Gadis SD berada di luar jangkauanku. Ini mungkin akan berakhir dengan banyak komplikasi.”
Maaf mengganggu, ucap Rei-chan saat dia melepas sepatu dan masuk.
“Rumah Senpai ... aku cukup, tersentuh ...”
“Jadi kamu bisa menempatkan sepatumu dengan benar? Anak pintar. ”
Aku menepuk kepalanya dan memastikan untuk memperlakukannya seperti anak kecil.
“Eheheheh. Tetap saja, melihat Senpai memujiku seperti ini benar-benar terasa bagus. ”
In-Ini terlalu cerah — senyumnya terlalu murni.
Aku berjalan di depan untuk membimbingnya saat kami naik ke atas dan memasuki kamarku. Aku kemudian memberitahu Rei-chan mengenai diriku sendiri ketika dia meminum jus yang aku berikan kepadanya.
Kenyataan bahwa aku melompati waktu beberapa kali demi mengubah masa lalu dan masa depan. Aku menjelaskan kepadanya bagaimana diriku yang sekarang berpacaran dengan wanita yang aku kagumi di masa lalu, meski tidak banyak berinteraksi dengannya sebelumnya.
“... Jadi itu sebabnya ... Itu sebabnya kamu tidak terkejut. Tetap saja, kenapa kamu tidak tahu tentang aku ...? ”
“Berhentilah membuat wajah sedih begitu.”
Dia menyebutkan sesuatu yang sudah aku duga dalam perjalanan pulang tadi.
“Sementara masa lalu diubah, masa depan juga ikut berubah, dan anggota tempatku bekerja part-time telah sedikit berubah – hanya itu penjelasan yang paling masuk akal.”
Jika dia seseorang yang bekerja denganku, mana mungkin aku akan melupakannya setelah mendengar nama mereka. Rei-chan memanggilku Senpai, tapi dalam kenyataannya, dia mungkin lebih seperti bawahanku.
Kalau dipikir-pikir lagi, setiap kali aku kembali ke masa depan, aku selalu berakhir di rumah. Karena itu, aku tidak tahu banyak mengenai lingkungan kerjaku.
Seorang pekerja di HRG Company menjadi karyawan yang menjanjikan yang juga dikabarkan menjalin hubungan dengan putri pemilik perusahaan, kurasa itulah tipe karakterku.”
Itu sebabnya aku jarang bertemu dengannya di masa depan, dan aku tidak bertemu dengannya sebelum melompati waktu…
“Tolong jangan menilai orang seperti kamu adalah karakter langka dalam game.”
Seakan-akan merajuk, Rei-chan cemberut dengan menggembungkan pipinya.
" Dikabarkan menjalin hubungan dengan putri pemilik perusahaan ..." Kurasa itu karena Hiiragi Mama — Airi-san, akhirnya mengakui hubungan kita. Persyaratan untuk pernikahan dan hubunganku dengan Hiiragi-chan yang diusulkan Airi-san, adalah agar aku melebur ke dalam keluarga Hiiragi atau diadopsi. Ada juga lelucon yang sedikit mengganggu yang dia sebutkan, tapi ayo kita singkirkan itu untuk saat ini.
“Sebelumnya Rei-chan, kau memanggilku Sanada Seiji, ‘kan?”
“Ya ... Itu nama lengkapmu, ‘kan?”
Itu artinya aku mungkin belum menjadi Hiiragi Seiji.
“Rei-chan, kenapa kau akhirnya melakukan lompatan waktu?”
“Aku juga penasaran.”
“Apa kau punya semacam tujuan atau sesuatu yang ingin kau lakukan? Maksudku, kau punya kesempatan untuk mengulang masa SD-mu. ”
“Itu…”
Rei-chan menatapku sekilas. Demi mencoba dan melewati celah yang canggung itu, dia mengisap sisa jus dengan menggunakan sedotan.
Dalam kasusku, aku melompati waktu bukan karena aku punya tujuan. Baru setelah melompati waktu, aku memutuskan untuk melakukan apa yang aku bisa pada waktu itu. Jika tidak ada sesuatu yang terlalu berkesan, dia mungkin tidak tahu apa yang ingin dia lakukan.
“Kenapa kau sampai repot-repot datang ke sekolahku?”
“—Se-Sekarang sudah jam lima, jadi aku akan pulang. Aku tidak bisa membiarkan Senpai menjadi seorang lolicon dan penculik ... ”
“Eh? Aah, oke?”
Saat Rei-chan mengambil ranselnya, dia sedikit miring dari beban. Melihat itu, aku memeganginya untuk mencegahnya jatuh.
“Uuu ... te-terima kasih ... banyak ...”
Memikirkannya lagi, tas ransel itu mungkin berat karena beratnya buku pelajaran yang ada di dalamnya. Jika sekolah SD-ku belum berubah, secara teknis kau tidak boleh membawa pulang buku teks.
“Sekarang sudah agak gelap, jadi aku akan mengantarmu pulang. Jika kau tak keberatan dengan menggunakan sepeda, sih.”
“Me-Melakukan sesuatu seperti itu dan bersikap baik ... itu kebiasaan buruk.”
Rei-chan menggerutu, tetapi sepertinya dia tidak berniat keluar.
“Apa kau tidak mau pulang?”
“... Ti-Tidak bisa membaca suasana adalah salah satu poin burukmu, Senpai.”
“Aku mengerti, aku mengerti, aku akan—”
“Kenapa kamu tidak melakukannya denganku?”
Jadi, Kau ingin aku melakukannya? Meski dia berusia 20 tahun di dalam, tubuhnya masihlah anak-anak.
“Bukannya sudah kubilang kalau kau bukan dalam jangkauanku?”
Aku menepuk kepalanya, mengambil kunci sepedaku, dan meninggalkan ruangan.
“Ayo pergi.”
“Uuuu ... Baiklah ...”
Dia bilang kalau dia mau pulang, kenapa dia malah membuat wajah tidak puas seperti itu?
“Nii-san, siapa yang datang?”
Sana, yang baru pulang ke rumah, menaiki tangga.
“Aaah, anak ini. Aku akan mengantarnya pulang.”
“Maafkan sudah mengganggu.”
“Eeeeeh!?”
Sana membeku karena kelebihan informasi.
“anak SD ...? Gadis? Dalam ruangan mu? Mengantarnya rumah ?? …Penculikan??”
Nanti, aku akan membuat semacam penjelasan sambil meninggalkan bagian lompatan waktu.
Usai meninggalkan pintu masuk, aku menempatkan ransel yang diberikan ke keranjang sepedaku.
“Apa kamu bisa duduk di belakang?”
“Jika hanya ini, aku bisa ...”
Rei-chan naik ke dudukan belakang. Begitu aku duduk di jok, lengan kecilnya memelukku dari belakang.
“.....?”
“Tolong ... jangan melihat ke belakang ...”
Rei-chan mengatakan itu dengan suara pelan.
Setelah dua puluh menit mengayuh sepeda, aku berhasil mengantar pulang gadis kecil yang melompati waktu.


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama