The Result when I Time Leaped Chapter 57

Festival Musim Panas Bagian 2

Setelah puas bermesraan, aku berjalan-jalan bersama Hiiragi-chan, alias Red-san, untuk mencari tempat yang sepi di mana bisa melihat kembang api dengan jelas.
“Hmmm, ada banyak pasangan di mana-mana.”
“Yah apa boleh buat, semua orang mungkin memikirkan hal yang sama.”
Benar juga, Red-san terkekeh pada dirinya sendiri. Dia memegang secangkir es serut rasa lemon saat dia membawa sesendok ke mulut topengnya, hanya untuk membuatnya tumpah di atasnya.
“Aauu. Aku mengacaukannya lagi.”
Sepertinya Red-san sudah terbiasa dengan topeng itu dan terkadang lupa kalau dia sedang memakai topeng.
Saat waktu pertunjukkan kembang api semakin dekat, jumlah orang yang hadir meningkat dengan cepat. Jika kita terpisah, mungkin akan sulit untuk menemukan satu sama lain.
“Ah. Nii-san!”
Ugeh, Sana!? Dengan mengenakan Yukata, Sana dan Kanata muncul di hadapan kami.
Aku melirik Hiiragi-chan, dia sekali lagi mencoba memakan es serut tapi gagal melulu karena menabrak topeng. Ba-Baiklah ... jika dia terus memakai topeng Power Ranger Red, mungkin identitasnya takkan ketahuan. Karena panik, aku langsung menutupi wajahku dengan topeng badut yang ada di atas kepalaku.
“Nii-san datang juga ke festival ini?.”
“Kau pasti salah orang. Aku cuma sekedar  badut yang kebetulan lewat.”
“... Nii-san, percuma saja kamu menutupi wajahmu, loh? ”
“... Seiji-kun, kamu tidak bisa melarikan diri dari Saa-chan dengan penyamaran setingkat itu.”
Aku menyerah dan melepas topengku.
“Malah aku yang seharusnya bertanya. Padahal kau bilang kalau kau takan datang.”
“Ka-Kana-chan bilang kalau dia ingin pergi ke festival, jadi Sana hanya menemaninya saja ...”
Itulah yang dia bilang, tapi mungkin malah kebalikannya ...
“Ngomong-ngomong, siapa cewek di sebelahmu?"
"Eh? Aaah, orang ini ... Cuma Red-san yang tersesat. ”
Hiiragi-chan mengangguk.
“Dia tersesat walau jadi pemimpin !?"
“... Kasihan sekali.”
“Y-Ya begitulah, jadi, kami mau mencari anggota yang lain. Aku ingin tahu di mana mereka terpisah ...”
Layaknya kucing yang penuh kewaspadaan, Kanata terus menatap Red-san.
“... Entah kenapa aku merasa pernah melihat seseorang dengan tubuh itu sebelumnya ...”
Saat Kanata mencoba ke sampingku supaya bisa melihat lebih jelas, Hiiragi-chan menghalanginya dengan meraih tangannya.
“... Seperti yang diharapkan dari Red-san ... benar-benar mampu ...!”
Apa yang mereka lakukan?
“Ki-Kita mau mencari tempat yang bagus untuk menonton kembang api sekarang ... Nii-san mungkin menonton sendirian, ‘kan? Aku akan membiarkanmu bergabung dengan kami.”
“Ahh… aku pass deh. Aku sudah punya janji dengan seseorang. "
“Eh ... Ja-Janji sama siapa ...? Jangan bilang — dengan Red-san !? ”
Red-san gelisah karena malu.
“Ka-Kamu enggak bisa gitu, Nii-san! Red-san pasti ingin menonton bersama anggota lainnya! ”
Itu cuma alasanku sih, aslinya tidak ada anggota lain.
“Tidak masalah ‘kan? Berhentilah menjadi orang yang sibuk. ”
“... Nii-san, bodoh!”
“... Saa-chan, tak apa-apa, tak apa-apa."
Kanata menepuk Sana-chan, yang mengerutkan kening.
Mereka benar-benar punya hubungan yang baik satu sama lain.
“Karena itu, aku akan membawa Red-san yang tersesat ke kantor festival—"
Saat hendak berbalik, Red-san sudah tidak ada lagi.
“H-hmmm? Di mana Red-san? ”
“Ah. Kamu benar ... apa dia terseret kerumunan orang ... "
“... Red-san ... tersesat lagi ..."
“Sa-Sampai jumpa—!"
Aku melambaikan tangan pada mereka berdua, dan mendorong diriku ke kerumunan.
Kemana dia pergi? Dia mungkin bengong sambil makan es serut, dan kemudian tersesat di kerumunan. Meski aku mencoba meneleponnya, dia tidak menjawabnya sama sekali. Karena ponselnya ada di tasnya, tak heran kalau dia tidak menyadarinya.
Sambil berdesak-desakan diantara kerumunan untuk mencari Red, aku tiba di tempat terbuka dekat kios.
Syukurlah aku menemukannya. Namun, dia sedang berbicara dengan 3 cowok. Mungkinkah ini situasi yang sering ada di manga dan anime, — Onee-chan kenapa kau tidak ikut bermain bersama kami — situasi semacam itu !? Aku harus menenangkan diri. Aku ini sudah dewasa. Aku harus melindungi Hiiragi-chan.
“Ummm ... aku tidak bisa ...”
“Tidak apa-apa, kan? Cuma sebentar saja kok! ”
Ini gawat, itu kalimat klise yang biasa diucapkan oleh para perayu!
“Tapi, aku bersama seseorang sekarang ...”
Red-san tampak tidak senang. Aku harus melakukan sesuatu…!
“Lalu, bagaimana kalau sampai orang itu datang?”
“Betul. Kami masih punya banyak waktu.”
“Cuma sebentar. Tenang saja, sebentar saja kok. ”
Pada saat itu, ketiga pria itu mengenakan tiga jenis topeng yang berbeda.
“ “ “—Tolong jadilah Power Ranger Merah kami !!” ” ”
Jenis rayuan macam apa itu!!
“Aku Power Ranger Biru!”
Shakiin, Ia mulai berpose sendiri.
“Aku Power Ranger Kuning!”
Orang berikutnya pun sama, shakiin, dan ikutan berpose juga.
“Dan aku — si badut!”
Apa kau tidak punya topeng lain! Sepertinya, dia terlibat dengan orang-orang yang menyukai efek khusus. Aku tidak tahu tentang badut itu, sih.
“Umm, Red-san datang bersamaku. Apa kalian butuh sesuatu?"
Aku menyela percakapan mereka.
“Kami cuma ingin bermain-main sebagai Power Ranger.”
“Kebetulan kami kekurangan si Merah.”
Si badut itu mengangguk. Lalu, Ia menatapku dengan seksama dan berteriak, "Ooooh ...! Sobat seperjuangan. ”Dia meraih tanganku dengan kuat.
Ah. Aku malah dikira temannya.
“Tidak, bukan itu. Aku kebetulan membeli topeng ini. ”
Saat aku mencoba untuk menyangkalnya, seseorang menepuk pundakku.
"Tak apa-apa, tak apa-apa, tak perlu malu."
Apa? Apakah menunjukkan kecenderungan menyukai badut adalah sesuatu yang memalukan !? Apa ini diperlakukan seperti semacam karakter kecil yang tidak populer !?
“La-Lagipula, kami mencoba mencari tempat untuk melihat kembang api ketika kami terpisah.”
“Jika itu masalahnya, maka tak usah khawatir. Di belakang kuil, ada jalan setapak. Bila kau melewati jalan itu, Kau akan menemukan area pengamatan kecil. Jika kau pergi ke sana, mungkin tidak ada orang. "
Badut ini, Ia akhirnya menjadi karakter yang memiliki informasi penting dalam memajukan cerita.
“Ah. Terima kasih banyak.”
"Semoga beruntung, badut muda."
“Sudah kubilang kalau aku bukan badut!"
Sekali lagi aku berterima kasih pada mereka, dan menyeret Hiiragi-chan saat aku mulai berjalan.
“Aku benar-benar terkejut karena kamu tiba-tiba menghilang."
“Aaah ... karena tadi ada banyak pesan masuk ... Maaf. Saat baru sadar, kalian sudah pergi.”
Hiiragi-chan sekali lagi berpegangan pada tanganku, dan pada saat yang sama melingkarkan tangannya dengan tanganku.
“Tadi terima kasih ya. Mereka mungkin bukan orang jahat, tapi ... Aku cukup bermasalah, jadi kamu benar-benar menyelamatkanku. ”
“Tidak masalah. Untung aku sempat membantumu sebelum sesuatu yang aneh terjadi.”
Karan koron, suara geta Hiiragi-chan bisa terdengar saat kami menjauh dari hiruk pikuk festival.
Kuilnya sendiri cukup sepi sejak ritual telah selesai. Cuma tersisa beberapa orang yang keluar masuk kantor.
Aku penasaran di mana jalan di belakang kuil itu?
“Seiji-kun, bukannya yang ini?”
Arah yang Hiiragi-chan tunjuk, ada tangga sempit yang mungkin hanya muat satu orang. Supaya tidak jatuh, kami berpegangan tangan saat berjalan ke atas. Setelah beberapa saat, seperti yang dikatakan badut itu, ada sebuah platform observasi kecil.
Walau dinamakan platform observasi, itu hanya tempat yang sangat kecil. Cuma memiliki atap kecil, meja kayu, dan mungkin bangku untuk dua orang.
Lampu kerlap-kerlip dari kios-kios bisa dilihat di bawah, dan langit berbintang menyebar di atas. Angin yang berhembus terasa nyaman.
Setelah duduk di bangku, kami melihat area sekeliling. Sepertinya tidak ada orang lain selain kita berdua.
“Ini tempat yang bagus.”
“Ngomong-ngomong, siapa badut itu ...?"
Hiiragi-chan, yang melepas topengnya, mengingat apa yang terjadi sebelumnya dan tertawa pada dirinya sendiri.
“Bukannya Ia temanmu?”
"Tidak, itu tidak benar."
Ahahahahaha, Hiiragi-chan tertawa dengan gembira. Dia memperlakukannya seperti masalah orang lain.
Sembari mengobrol seperti biasa, waktu pertunjukan kembang api pun dimulai. Don, langit malam yang gelap diterangi oleh bunga-bunga cahaya yang mekar penuh warna.
“Indah sekali.”
Sudah berapa lama sejak aku melihat kembang api? Saat aku memikirkan hal itu, Hiiragi-chan menutup jarak di antara kami sampai bahu kami bersentuhan. Setelah aku meletakkan telapak tanganku ke atas, dia meletakkan tangannya di atas tanganku seolah-olah dia sedang menunggunya. Di antara pertunjukkan kembang api, kami diam-diam saling mencium.
“Jangan sampai lupa, oke?”
“Eh? Apanya?”
“Janji untuk datang lagi tahun depan ... janji, oke ...?"
"Ya. Aku janji."
Saat aku memeluk Hiiragi-chan yang tampak gelisah, dia pun memeluk balik.
“Seiji-kun, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu.”
“Aku juga.”
“Maukah kamu mengatakannya dengan benar?"
Dia dengan kuat meraih pipiku dan menghentikanku untuk melarikan diri. Mulutnya membentuk senyum puas.
Tak peduli berapa kali aku mengatakannya, aku takkan pernah terbiasa dengan itu ...
“Haruka-san, aku mencintaimu."
“Fuguu ... Te-Terima kasih ...”
Ucap Hiiragi-chan sembari mengelus dadanya karena lega.

“Seiji-kun yang tersipu malu sangatlah imut sampai-sampai aku ingin melihatnya lagi, tapi jika ini terjadi, daripada kamu yang merasa malu, aku jadi ikutan malu ...”
Apa-apaan dengan orang ini? Dia sangat imut.
Dari awal sampai selesai, kami terus seperti ini, menonton kembang api dari platform observasi kecil di mana tidak ada yang datang sembari menggoda satu sama lain.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama